BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Arus besar globalisasi makin lama makin kuat dan makin sulit dibendung. Informasi mengalir keseluruh dunia hampir tanpa hambatan, tanpa mengenal batas negara. Bersamaan dengan mengalirnya informasi, mengalir pula nilai-nilai atau norma-norma. Untuk memungkinkan tumbuh dan berkembang dalam era globalisasi dan pada saat yang sama menghindari resiko tersesat dalam arus globalisasi, seseorang memerlukan kemampuan untuk memilah-milah, menyaring, dan membedakan yang baik dari yang tidak baik, yang pantas dari yang tidak pantas. Jadi pendidikan dewasa ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengembangkan dan memperkuat jati diri bangsa dan pada saat yang sama menyiapkan warga masyarakat menjadi warga dunia yang tangguh. Untuk itu, pendidikan hendaknya memberikan perhatian besar pada pengembangan kebajikan dan karakter, tidak hanya pada pengembangan kompetensi.1 Pendidikan karakter menurut Ranta Megawangi, “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
1
Gede Raka. Dkk, Pendidikan Karakter di Sekolah: Dari Gagasan ke Tindakan, (Jakarta: PT. Elex Media KOMPUTINDO, 2011), hlm. 34
1
2
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.2 Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan/potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Pendidikan juga
dipandang
sebagai
usaha
sadar
yang
bertujuan,
dan
usaha
mendewasakan anak. Kedewasaan sebagai asumsi dasar pendidikan mencakup kedewasaan intelektual, sosial, dan moral, tidak semata-mata kedewasaan dalam arti fisik. Pendidikan adalah proses sosialisasi untuk mencapai
kompetensi
pribadi,
dan
sosial
sebagai
dasar
untuk
mengembangkan potensi dirinya. Bagi Islam, seorang guru haruslah bukan hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik. Karena itu dalam Islam, seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting pula membangun watak, karakter dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam. Sebagai figur sentral dalam pendidikan, guru haruslah dapat diteladani akhlaknya disamping kemampuan keilmuan dan akademisnya. Selain itu, guru haruslah mempunyai tanggung jawab moral dan keagamaan untuk 2
Dharma Kesuma Dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 4
3
membangun anak didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak.3 Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.4 Dengan demikian hendaknya sebagai guru Agama di sekolah harus mampu mengantarkan para siswa untuk memiliki pendidikan karakter dengan harapan agar para siswa mamu berkembang secara positif di masa perkembangannya. Apalagi semua materi pembelajaran agama tentu saja bermuara pada terwujudnya karakter yang baik. Masa anak-anak adalah masa dalam penanaman karakter, masa tersebut memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pada masa sebelum dan sesudahnya. Pada masa itulah seorang pendidik memiliki peluang yang sangat besar dalam membentuk karakter anak. Seorang pendidik yang baik akan selalu menanamkan segala jenis karakter pada anak-anak didiknya. Oleh karena itu, penanaman karakter itu sangat perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter sangat ditentukan oleh tegaknya pilar karakter dan metode yang digunakan. Selain itu, tanpa metode yang tepat, pendidikan karkter hanya akan menjadi makanan kognisi dan hanya mengisi wilayah
3
Ibid,hlm.167. E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),hlm.46. 4
4
kognisi anak didik. Untuk membentuk manusia berkarakter, aspek kognisi harus dikuatkan dengan aspek emosi.5 SMP Salafiyah Pekalongan merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang ada di Kota Pekalongan. Di sekolah ini banyak kegiatan baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam kegiatan penunjang dari luar pembelajaran yang bernuansa Islami. Peserta didik di sekolah ini setiap pagi dibiasakan melakukan kegiatan tadarusan yang di dampingi oleh guru. Kegiatan rutin adalah pelaksanaan Sholat Dhuha berjama’ah di Masjid Jami’ Kauman. Kegiatan penunjang yang bernuansa Islami adalah Ekstrakurikuler rebana. Sedangkan perbedaan dengan sekolah-sekolah swasta/negeri adalah pada mata pelajaran agama islamnya berbeda jumlahnya, di SMP Salafiyah ini banyak mata pelajaran agama islamnya.6 Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul dalam penelitian ini adalah “Peran Guru Agama Islam dalam Menanamkan
Pendidikan
Karakter
di
SMP
Salafiyah
Kota
Pekalongan”.
B. Rumusan Masalah Melihat permasalahan di atas penulis merumuskan masalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan agar diperoleh pembahasan yang jelas sesuai dengan tujuan yang dikehendaki yaitu sebagai berikut:
5
Umar Suwito, dkk, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2008),hlm.26-27. 6 Hasil observasi SMP Salafiyah kota Pekalongan tanggal 13-Januari-2016
5
1. Bagaimana peran Guru Agama Islam dalam menanamkan Pendidikan Karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat peran Guru Agama Islam dalam menanamkan Pendidikan Karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan? Definisi peningkatan penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk memperoleh kesamaan penafsiran pada kata-kata yang terkandung dalam penelitian ini. Maka dari itu penulis mendefinisikan beberapa istilah yang di gunakan dalam judul penelitian ini: 1. Peran adalah partisipasi, perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat atau organisasi.7 2. Guru Agama Islam adalah guru yang mengajar, mengarahkan, mendidik tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran-ajaran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W.8 3. Menanamkan adalah menaruh dan sebagainya, supaya tertanam menjadi baik, sempurna dan sebagainya.9 Penulis tekankan disini bahwa proses pendidikan karakter siswa yang di ciptakan oleh pengajar yang bertujuan membentuk jiwa dan kepribadian yang baik. 4.
Pendidikan Karakter adalah Pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam
7
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai pustaka 1979).hlm.1. 8
Ibid.,hlm.335. Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1988),hlm.969.
9
6
tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, kerja keras, dan sebagainya.10
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan peran Guru Agama Islam dalam menanamkan Pendidikan Karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan. 2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat peran Guru Agama Islam dalam Menanamkan Pendidikan Karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah pembahasan tentang menanamkan pendidikan karakter yang dapat diterapkan di lembaga pendidikan formal, khususnya di SMP Salafiyah Kota Pekalongan. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini berguna untuk: a. Bagi Guru, penelitian ini dapat memotivasi guru untuk mengembangkan dan mendidik karakter siswa agar menjadi siswa yang berkarakter positif seperti yang diisyaratkan dalam tujuan pendidikan nasional dengan 10
Bambang Q Anees dan Andang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2009),hlm.1.
7
mengedepankan
pembentukan
manusia
di
Indonesia
seutuhnya
berdasarkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Atas dasar itulah, maka kita mengharapkan muncul adanya karakter lulusan lembaga formal yang menguasai ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi yang tetap berkepribadian sebagai seorang anak Indonesia. b. Bagi Siswa, penelitian ini dapat memotivasi siswa untuk berkembang menjadi siswa yang berkarakter positif. c. Bagi Sekolah dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan pendidikan berbasis karakter.
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teori Zuhairini dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agama mengemukakan bahwa pendidik atau guru pendidikan agama Islam bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan Islam, menanamkan keimanan dalam jiwa anak menddik agar anak taat menjalankan agama dan mendidik anak agar berbudi
pekerti
yang
mulia.11
Dengan
demikian
mendidik
lebih
memprioritaskan pembentukan pribadi (perasaan) anak didik. Jadi, pengajaran agama merupakan pemberian ilmu pengetahuan agar mereka memiliki ilmu pengetahuan agama. Menurut Moh. Rasyid dalam bukunya yang berjudul Guru memberikan pengertian tentang guru agama Islam, di sini adalah orang yang bertanggung 11
Zuhairini,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),hlm.35.
8
jawab dalam menginternalisasikan nilai-nilai religius dan berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam.12 Dalam buku yang berjudul Profrsi Keguruan karangan H. Hamzah B. Uno, menyatakan bahwa sesuai dengan peran guru sebagai pembimbing, maka seorang diharapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat dipersiapkan agar dapat menolong peserta didik memecahkan masalahmasalah yang timbul antara peerta didik dan orang tuanya dan gurunya juga harus dipersiapkan agar bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan bermacam-macam manusia.13 Menurut T. Ramli, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, yaitu warga masyarakat dan negara yang baik. Manusia, masyarakat dan negara yang baik adalah menganut nilai-nilai sosial tertentu yang banyak di pengaruhi oleh budaya masyarakt dan bangsanya. Dengan demikian pendidikan karakter senantiasa mengarahkan diri pada pembentukan individu yang menghargai nilai-nilai lokal sekaligus menjadi warga negara dalam masyarakat global dengan berbagai nilai yang menyertainya. 14
12
Moh. Rasyid, Guru, (Kudus: STAIN Kudus Press, 2007), hlm.6 Hamzah B Uno, Profresi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara , 2007),hlm.24 14 Jamal ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Yogyakarta:DIVA Press, 2011), hlm. 56 13
9
Azyumardi Azra dalam bukunya Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam mengemukakan bahwa Guru adalah sumber ilmu dan moral, ia merupakan tokoh identifikasi dalam hal keluasan ilmu dan keluhuran akhlaknya, sehingga anak didiknya selalu berupaya untuk mengikuti langkah-langkahnya. Kesatuan antara kepemimpinan moral dan keilmuan dalam diri seorang guru dapat menghindarkan anak didik dari bahaya keterpecahan pribadi.15 Dengan demikian moral disini adalah untuk mengarahkan kelakuan, pikiran seseorang untuk berbuat baik dan moral mengimplikasikan adanya disiplin. Menurut A. Muri Yusuf dalam Buku “Guru dalam Proses Pendidikan” menjelaskan bahwa guru atau pendidik dalam satu situasi pendidikan ingin mencapai sebuah tujuan pendidikan. Individu yang mampu tersebut adalah orang dewasa yang bertanggung jawab, orang yang sehat jasmani dan rohani dan individu yang mampu berdiri sendiri dan mampu menanggung resiko dari segala perbuatan.16 Dengan demikian pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membentuk watak, tingkah laku dan kepribadian peserta didik. Guru memang pendidik, sebab dalam pekerjaannya guru tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal tetapi guru juga melatih beberapa ketrampilan terutama sikap mental peserta didik. Menurut E. Mulyasa dalam Buku“Menjadi Guru Profesional” bahwa Guru sebagai komponen penting dalam pendidikan memiliki pengaruh yang dapat dirasakan 15
secara
langsung
dalam
perkembangan
serta
kehidupan
Azyumardi Azra, Op.Cit,hlm.168. A. Muri Yusuf, Guru Dalam Proses Pendidikan. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000),hlm.12. 16
10
masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Jika bidang-bidang lain menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, maka pendidikan berurusan langsung dengan pembentukan manusia.17 Dengan demikian bahwa guru itu bukanlah hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya di dalam kelas. Tetapi merupakan seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan, mampu merencanakan, menganalisa, dan menyimpulkan masalah yang dihadapi atau seorang pendidik yang bertugas mengajarkan agama islam dan membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan serta terbentuknya kepribadian anak didik yang islami sehingga terjadi keseimbangan, kebahagian dunia dan akhirat. Setiap perbuatan manusia yang diwujudkan dalam suatu bentuk perilaku baik di lingkungan keluarga, atau masyarakat kuat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, dasar-dasar pendidikan serta pemahaman agama dalam prakteknya. Apabila dalam diri seseorang tertanam dasar-dasar keagamaan dan pengalaman agama yang kuat maka perilaku yang dihasilkan pun juga akan baik dan dapat membentuk kepribadian yang utama, demikian pula sebaliknya jika di dalam diri seseorang tidak tertanam dasar-dasar agama yang cukup maka perilaku yang baik pun tidak akan terwujud. 2. Hasil Penelitian yang Relevan Rizza Muawanah dalam skripsi yang berjudul “Strategi Orang tua Mendidik Karakter Anak Shaleh Menurut Imam Al-Ghazali” Penelitian ini
17
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),hlm4.
11
meneliti bagaimana cara-cara menumbuhkan karakter yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya, yang analisisnya berisi pendidikan karakter yang dilakukan oleh Orang tua kepada anak-anaknya menurut Imam AlGhazali.18 Sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah penanaman pendiikan karakter yang dilakukan oleh guru agama islam,dimana orang tua telah mempercayakan anaknya kepada pihak sekolah sehingga sekolah dalam hal ini guru agama islam dituntut untuk bisa menanamkan pendidikan karakter kepada anak didiknya. Pada skripsi Ina Lutfiyati Nim 232108247 dengan judul nilai-nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI) kelas VII di MTs Al-Fatah Talun.Di skripsi ini peneliti membahas nilai-nilai pendidikan karakter pada mata pelajaran SKI.19 Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan yaitu pendidikan karakter pada diri siswa di SMP Salafiyah Kota Pekalongan bukan pada mata pelajaran. Royanah dalam skripsi berjudul “Peran Guru PAI dalam Membentuk Perilaku terpuji Siswa MA Nurul Hidayah Majalangu Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang” Penelitian ini meneliti guru PAI dalam membentuk perilaku terpuji siswa yang analisisnya lebih menekankan pada metode pembentukan perilaku terpuji siswa yakni metode pembiasaan
18
Rizza Muawanah, Strategi Orang Tua Mendidik Karakter Anak Shaleh Menurut Imam Al-Ghazali,Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010) 19 Ina Lutfiyati, Nilai-nilai pendidikn karakter dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI) kelas VII di MTs Al-Fatah Talun,Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012)
12
perilaku terpuji dan melalui keteladanan guru PAI.20 Berbeda dengan penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui Peran Guru Agama Islam dalam menanamkan Pendidikan Karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan yang meliputi karakter dan peran guru Agama Islam. 3. Kerangka Berfikir Kerangka dasar ajaran islam sangat terkait erat dengan tujuan ajaran islam. Secara umum tujuan pengajaran Islam atau pendidikan Agama Islam adalah membina manusia agar mampu memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran islam sehingga menjadi insan muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah dan beraklak mulia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kerangka dasar ajaran islam meliputi tiga konsep kajian pokok, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Tiga kerangka ajaran islam ini sering juga disebut dengn tiga ruang lingkup pokok ajaran islam atau trilogi ajaran islam.21 Sekolah merupakan intuisi yang memiliki tugas penting bukan hanya untuk meningkatkan pengetahuan saja kepada peserta didik tetapi bertanggung jawab terhadap pengembangan dan pembentukan karakter peserta didik.Anak adalah laksana buku yang tak pernah habis dibaca, setiap saat bisa bertambah dan berubah. Oleh karena itu, maka segala hal yang menyangkut 20
pendidikan
anak
hendaknya
dilakukan
secara
Royanah, Peran Guru PAI dalam Membentuk Perilaku terpuji Siswa MA Nurul Hidayah Majalangu Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012) 21 Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-konsep Dasar Etika dalam islam, (yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE UNY, 2009),hlm.2.
13
berkesinambungan, tak terkecuali pengembangan karakter anak. Peran guru agama Islam dalam mendidik siswa mengharapkan agar anak didiknya dapat berakhlak mulia dalam pergaulan baik dilingkungan sekolah ataupun diluar sekolah. Oleh karena itu para pendidik perlu memperdalam pencapaian dan peningkatan bentuk penghayatan mereka terhadap ajaran Islam. Sehingga guru tidak mentransfer ilmunya tapi guru juga harus mendidik anak agar berperilaku sesuai yang ditetapkan dalam ajaran agama Islam. Menanamkan Pendidikan Karakter di sekolah tentu saja tidak bisa lepas dari peran guru Agama Islam sebagai pembina karakter anak. Karakter yang baik hanya akan didapat bila dibina, dibangun dengan kebiasaan yang baik.22 Maka dari itu Pendidikan Karakter merupakan syarat mutlak yang harus di miliki oleh siswa. Siswa tidak akan berhasil dalam belajarnya bila tidak memiliki kepribadian yang baik. Untuk itu Pendidikan Karakter harus terus menerus dipupuk secara berkala dan berkelanjutan demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu Guru Agama Islamlah yang setiap hari bersinggungan dengan peserta didik di sekolah sehingga mereka mengerti betul menjadi akhlak yang baik. Beranjak dari permasalahan tersebut, maka penulis berusaha untuk mendapatkan
jawaban
tentang
Peran
Guru
Agama
Islam
dalam
Menanamkan Pendidikan Karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan dan faktor pendukung dan penghambat guru agama Islam dalam menanamkan 22
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan menyatukan yang Tercerai, (Bandung: Alfabeta, 2008),hlm.112.
14
pendidikan karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan. Oleh karenanya penulis tertarik mengadakan penelitian ini, yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi siswa agar dapat meningkatkan kualitas dan layanannya terhadap siswa di sekolah.
F. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.23 Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik untuk mencapai pada tujuan penelitian. Teknik tersebut meliputi: 1. Desain Penelitian Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.24 a. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya bersifat teoritis. Data tidak diolah melalui perhitungan matematis dan berbagai perhitungan statistik, tetapi diolah secara rasional dan mempergunakan pola berfikir tertentu.25 Pendekatan tersebut digunakan dalam penelitian ini guna memaham makna dibalik data yang tampak, memastikan kebenaran dari data. Gejala
23
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Cet. 5, (Bandung: CV.Alfabeta, 2008),hlm. 2. 24 Suryadi, Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997),hlm.69. 25 Moch. Natsir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998),hlm.213.
15
sosial sering tidak bisa difahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan seseorang begitu juga dengan data sosial, sering sulit dipastikan kebenarannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencari kebenaran persepsi guru Agama Islam mengenai perannya dalam menanamkan pendidikan karakter yang diterapkan di SMP Salafiyah Kota Pekalongan. b. Jenis Penelitian Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan. Penelitian lapangan mempunyai tujuan memberi kesempatan untuk mempersiapkan diri menghadapi persoalan-persoalan yang konkret dalam
lapangan
studinya,
yang
sangat
diperlukan
di
masa
mendatang.26Dalam penelitian ini penulis meneliti peran guru Agama Islam dalam menanamkan pendidikan karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan yang menurut penulis tepat dijadikan sebagai lokasi penelitian karena sekolah ini merupakan sekolah swasta yang notabenenya adalah umum, serta gurunya berasal dari lulusan kesarjanaan yang berbeda-beda sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. 2. Sumber data Adapun sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu : a. Sumber Data Primer Sumber Data Primer yaitu informasi yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau pengumpulan
26
Sutrisno, Hadi, Metode Research Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005),hlm.63.
16
data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.27 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah 13 guru Agama Islam di SMP Salafiyah Kota Pekalongan. b. Sumber Data Sekunder Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diambil atau didapat dari sumber kedua, tidak langsung diselidiki.28 Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah kepala sekolah, guru-guru di SMP, peserta didik, dan buku-buku yang relevan kaitannya dengan penelitian ini. 3. Teknik Pengumpulan data Metode pengumpulan data dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Obsevasi
adalah metode penelitian dengan pengamatan dan
pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.29 Metode ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan dan mencatat langsung tentang peran guru Agama Islam dalam menananmkan pendidikan karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan dan faktor pendukung dan penghambat peran guru Agama Islam dalam menanamkan pendidikan karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan.
27
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Kuantitatif dalam pendidikan, (Jakarta:Grafindo Persada,1996),hlm.83. 28 Chalil Narkubo, Metodologi Riset, (Semarang: PT.IAIN,1980),hlm.48. 29 Sutrisno Hadi, op. Cit.,,hlm.136.
17
b. Interview Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara, responden, topik penelitian
yang
tertuang
dalam
daftar
pertanyaan,
dan
situasi
wawancara.30 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi tentang peran guru Agama Islam dalam menanamkan pendidikan karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan dan faktor pendukung dan penghambat peran guru Agama Islam dalam menanamkan pendidikan karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan. Wawancara dilakukan oleh peneliti secara bertahap dengan mengatur jadwal pelaksanaan serta menentukan langkah-langkah wawancara, mulai dari tahap perkenalan dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih bersifat umum dan ringan kemudian dilanjutkan ketahap salanjutnya untuk mencari informasi lebih lanjut, hal tersebut terus dilakukan sampai peneliti mendapatkan informasi berkaitan dengan tujuan penelitian secara mendalam. Data yang diperoleh melalui beberapa metode di atas langsung penulis olah untuk menjaga kevalidan data, meminimalisir terjadinya kesalahan dan untuk mempermudahkan penyusunan laporan hasil penelitian.
30
Masri Sungaribuan LP3ES,1984),hlm.192.
dan
Sofyan
Efendi,
Methodologi
Survei,
(Jakarta:
18
c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.31 Metode ini penulis gunakan memperoleh data tentang SMP Salafiyah Kota Pekalongan, struktur organisasi, keadaan siswa, keadaan guru, sarana, dan prasarana pembelajaran, dan sebagainya. 4. Teknik Analisis Data Analisis data adalah suatu usaha mengetahui tafsiran terhadap data yang terkumpul dari hasil penelitian. Data yang terkumpul tersebut kemudian diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah dan dianalisa yang merupakan temuan-temuan di lapangan.32 Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan dan memaparkan hasil dari wawancara, dokumentasi maupun pengamatan secara langsung yang berkaitan dengan peran guru Agama Islam dalam menanamkan pendidikan karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan. Setelah dilakukan analisis deskriptif mengenai subjek yang diteliti dan data yang dihasilkan adalah data kualitatif, maka peneliti menggunakan metode berfikir induktif. Metode berfikir induktif adalah suatu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan peristiwa-peristiwa 31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997),hlm.36. Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003),hlm.192.
32
19
tersebut ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Dalam hal ini peneliti melakukan generalisasi atau penarikan dari fakta-fakta yang didapat dari lapangan atau hasil penelitian yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
G. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I: Merupakan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistemtika pembahasan. Bab II: Landasan teori tentang guru agama islam dan penanaman pendidikan karakter. Sub bab pertama guru Agama Islam yang meliputi: pengertian guru agama islam, peran dan tugas guru agama islam, syarat guru agama islam dan sifat guru agama islam. Sub bab kedua penanaman pendidikan karakter yang meliputi: pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, tujuan menanamkan pendidikan karakter, dan nilai-nilai pendidikan karakter. Bab III: Hasil penelitian tentang peran guru Agama Islam dalam menanamkan pendidikan karakter: Sub bab I tentang profil SMP Salafiyah yang meliputi: sejarah, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, dan peserta didik, sarana dan prasana. Sub bab II tentang peran guru Agama Islam dalam menanamkan Pendidikan Karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan,
20
dan Sub bab III tentang faktor pendukung dan penghambat peran Guru Agama Islam dalam Menanamkan Pendidikan Karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan. Bab IV:Analisis peran guru Agama Islam dalam menanamkan pendidikan karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan yaitu: Analisis peran guru Agama Islam dalam menanamkan pendidikan karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan dan Analisis faktor pendukung dan penghambat peran Guru Agama Islam dalam Menanamkan Pendidikan Karakter di SMP Salafiyah Kota Pekalongan. Bab V: Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.