1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang ditularkan melalui berbagai media (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang, karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan dapat menyerang semua lapisan masyarakat. Penanggulanggan penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang dapat menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar (Widoyono, 2005). Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi, Faktor tersebut yaitu lingkungan (environment), agen penyebab penyakit (agent), dan penjamu (host). Ketiga faktor ini disebut segi tiga epidemiologi (epidemiological triangle). Bila agen penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan seimbang, maka seseorang dalam keadaan sehat. Perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit. (Widoyono 2005) Lingkungan sangat mempengaruhi penyebaran penyakit menular. Keadaan geografis, temperatur, kelembaban udara dan lingkungan tempat tinggal, rumah dengan pencahayaan yang kurang memudahkan perkembangan sumber penyakit. Sinar matahari yang mengandung ultra violet dapat membunuh bakteri dan virus. (Widoyono 2005)
2
Aliran udara (ventilasi) berkaitan dengan penularan penyakit. Rumah dengan ventilasi yang baik akan menyulitkan pertumbuhan kuman penyakit. Pertukaran udara dapat mencegah atau mengurangi konsentrasi kuman di udara, oleh karena itu pemerintah mengatur persyaratan kualitas udara di lingkungan rumah sakit melalui surat keputusan Menteri Kesehatan RI.No.1204/MENKES /SK/X/2004, guna mengurangi penyebaran penyakit menular. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa angka kuman harus kurang dari 500 koloni/m 3 udara atau bebas kuman patogen. (Widoyono 2005) Sumber polusi udara dalam ruangan antara lain dapat disebabkan oleh halhal yang berhubungan dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC dan sebaginya) kondisi bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku orang-orang yang berada di dalam ruangan, misalnya merokok. (Widoyono 2005) Pencemaran udara yang bersifat biologis sangat penting terutama yang berada di dalam perumahan penduduk, rumah-rumah sakit, gedung-gedung umum, pabrik dan gedung-gedung lainnya. Pencemaran biologis
terdiri atas
berbagai jenis mikroba patogen, baik jamur, metazoa, bakteri maupun virus. Penyakit yang ditimbulkannya sering diklasifikasikan sebagai penyakit
yang
menyebar lewat udara (air-borne diseases). (Soemirat,2009) Beberapa mikroba penyebab penyakit dan jenis penyakit yang ditimbulkannya dapat dilihat pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Beberapa penyakit bawaan udara Agent Penyakit Corynebakterium diphtheria Diphtheriae Mycobakterium tuberculosis Tuberculosa Bordetella pertusis Pertusis Diplococcus pneumoniae Pneumonia Parotitis epidemika virus Parotitis epidemika Virus Varicella Varicella Virus Morbilli Morbilli Virus Influenza Influenza Enterobius vermicularis Oxyuriasis Histoplasma capsulatum Histoplasmosis Sumber : Soemirat 2009 Tujuan penting dari program pengawasan kualitas udara dalam ruangan adalah meminimalkan paparan mikroba terhadap individu di lingkungan sekitar. Pengaturan kelembaban sangat penting dalam ruang kerja, kelembaban yang tinggi dan debu dapat menyebarkan kapang dan kontaminan biologis lainnya untuk berkembang biak secara optimum. Tingkat kelembaban yang terlalu tinggi dapat mendukung peningkatan pertumbuhan dan penyebaran mikroorganisma penyebab penyakit, sedangkan tingkat kelembaban yang terlalu rendah dapat menyebabkan iritasi membran mukosa, mata kering dan gangguan sinus (EPA 2009) Ruangan yang berpotensi tinggi terjadinya masalah polusi terhadap mikroba adalah ruang-ruang perawatan di rumah sakit, karena ruang-ruang tersebut banyak terdapat peralatan medis maupun non medis, orang-orang yang sakit dapat mengeluarkan berbagai macam bakteri penyebab penyakit serta dapat menularkan kepada orang-orang sakit yang lain, maupun kepada orang sehat yang berada di lingkungan rumah sakit dan disebut sebagai infeksi nosokomial. (EPA 2009)
4
Dari hasil penelitian Suwarni (2001) beberapa rumah sakit di Yogyakarta menunjukkan infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% sampai 12,06% dengan rerata 4,26%, dengan lama perawatan pasien 4,3 sampai 11,2 hari dengan rerata perawatan selama 6,7 hari. Menurut Myrianthes P.M, et al (2004). Pneumonia nosokomial merupakan infeksi yang sering terjadi terjadi di rumah sakit dengan insidensi sebesar (27%), sedang infeksi saluran kencing (31%). Berdasarkan data hasil pemeriksaan kultur bakteri udara di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta tanggal 25 Oktober 2010 yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 : Hasil kultur bakteri udara rumah sakit Ruangan Jenis Kuman ICU Bacillus cereus PICU Bacillus cereus Luka bakar Actinobacter calcoatceticus OK. 1 Bacillus Subtilis Staphylococcus epidermidis NICU Bacillus cereus Bersalin
Klebsiella pneumonia Sumber : RSUP Dr.Sardjito Yogyakata (sanitasi) Oktober 2010
Pengendalian jumlah bakteri udara sangat penting agar tidak melampaui batas
sesuai
dengan
persyaratan
surat
keputusan
Menteri
Kesehatan
RI.No.1204/MENKES /SK/X/2004 yang mengatur jumlah mikroorganisma yang terkandung dalam udara di lingkungan rumah sakit. Bagian penting dalam pencegahan dan penanggulanan penyakit menular adalah memutus rantai penularan penyakit, hal itu dapat dilakukan dengan cara menghentikan kontak agen penyebab penyakit dengan penjamu. Faktor pencegahan penularan dititik beratkan pada penanggulangan fator resiko penyakit seperti lingkungan dan perilaku (Widoyono 2005).
5
Lampu ultraviolet adalah salah satu metode yang digunakan untuk mensterilkan ruang kerja dan peralatan dalam laboratorium. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan HIPA filter, tetapi alat ini harganya sangat mahal untuk dapat ditempatkan pada ruang-ruang perwatan sangat tidak mungkin, oleh karena itu peneliti melakukan filtrasi udara dengan chamber yang berisi desinfektan sebagai absorban, dengan demikian udara yang telah difilter melalui desinfektan dapat menurun jumlah angka kuman terutama kuman-kuman patogen. Dari hasil uji pendahuluan yang dilakukan selama 4 hari (13 sampai 16 April 2011) dalam laminar flow dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3: Penurunan angka kuman hasil uji pendahuluan No Pre Jumlah Post Jumlah Penurunan Treatmant Koloni Treatmant Koloni (%) 1. a 6 A 2 66,67 2. b 9 B 4 56,56 3. c 13 C 4 71,43 4. d 14 D 5 61,54 5. e 6 E 2 66,67 6. f 7 F 2 71,43 7. g 7 G 3 57,14 8. h 10 H 4 60,00 Rerata :
63,80
Sumber : data primer uji pendahulan (13- 16 April 2011)
Keterangan : a. Jumlah koloni sebelum treatman A. Jumlah koloni setelah treatman % Persentase penurunan jumlah kuman Penelitian ini menggunakan kabinet 1 m3 sebagai model ruangan yang sempit, hal ini dikarenakan kapasital udara yang dapat difilter malalui chamber yang berisi desinfektan sebagai absorban 0,925 l/dt, atau 55,55 lt/menit, hal ini belum memungkinkan untuk melakukan filtrasi udara dalam ruangan yang luas.
6
Penelitian dilakukan dalam dalam kabinet 1 m3 keadaan tertutup, jumlah dan jenis kuman udara sebelum dan sesudah melalui proses filtrasi akan dihitung dan diidentifikasi jenis kumannya, serta dihitung persentase penurunan jumlah kuman. Filtrasi dengan melewatkan udara melalui desinfektan yang berfungsi sebagai absorban, diharapkan dapat menurunkan jumlah kuman udara terutama kuman patogen dengan biaya yang murah dan mudah pemeliharaannya, dengan demikian jumlah kuman udara mengalami penurunan. Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan jumlah dan identifikasi kuman pre dan post eksperimen. Eksperimen dilakukan dengan filtrasi udara melalaui chamber yang berisi absorban klorin 2% pada kolom 1 dan fenol 2% pada kolom 2, serta aquadest pada kolom 3, selama 18 menit (1 kali sirkulasi), 36 menit dan 54 menit. B. Perumusan Masalah Pentingnya pengendalian angka kuman udara untuk mengurangi penyebaran penyakit menular dan memutus terjadinya rantai penularan penyakit. Oleh karena itu dilakukan petelitian efektifitas filtrasi udara dengan chamber tiga kolom yang berisi desinfektan klorin 2% pada kolom 1 dan fenol 2% pada kolom 2 serta aquadest pada kolom 3, dapat berfungsi sebagai absorban untuk menurunkan jumlah bakteri udara.
7
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengevaluasi penurunan jumlah kuman udara pada kabinet 1 m3 (sebagai model ruangan) di Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Yogyakarta, menggunakan chamber 3 kolom 2. Tujuan khusus a. Mengetahui jumlah kuman udara pada cabinet 1.m3 sebelum treatment diruang Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Yogyakarta serta mengidentifikasi keberadaan bakteri pathogen. b. Mengetahui efektifitas filtrasi menggunakan chamber 3 kolom yang berisi desinfektan klorin 2% pada kolom 1 dan fenol 2% pada kolom 2 serta aquadest pada kolom 3, untuk menurunkan jumlah kuman udara kabinet 1 m3 diruang Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis Dengan filtrasi udara melalui desinfektan yang berfungsi sebagai absorban mengandung desinfektan klorin 2% dan fenol 2% yang efektif menurunkan jumlah kuman udara pada kabinet 1 m3 diruang Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Yogyakarta, dapat membantu menyumbangkan metoda penurunan jumlah kuman udara dalam ruangan.
8
2. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan Efektifitas filtrasi udara untuk menurunkan jumlah kuman pada kabinet 1 m3, diharapkan dapat di aplikasikan dalam ruangan yang lebih besar dengan mengembangkan filter dalam kapasitas yang lebih besar. E. Keaslian Penelitian Dari hasil pencarian pada pustaka dengan kata kunci nosokomial, kualitas udara, dan desinfektan, dimana penelitian sebelumnya secara keseluruhan berbeda masing-masing menguji kualitas udara dan efektifitas desinfektan, yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 : Hasil penelusuran pustaka penelitian dengan kata kunci nosokomial kualitas udara dan desinfektan Peneliti Judul Penelitian Rancangan Subyek Tempat Penelitian Penelitian Penelitian Laila dkk
Fitria, Kualitas udara dalam ruangan perpustakaan Universitas Indonesia ditinjau dari kualitas biologi, fisik dan kimia Dewa Ayu Efektifitas beberapa Putu Rasmika Desinfektan Terhadap Isolat Bakteri di RS Sanglah Denpasar Arti Perbandingan antara Kusumawarti pola kumankultur darah dan hubungannya dengan infeksi nosokomial pada pasien di bangsal dan unit intensif anak
Cross sectional
Identifikasi kapang
Univerrsitas Indonesia 2008
Cross sectional
Efektifitas desinfektan
RSU Sanglah Denpasar
Cross sectional
Pola kuman
RSUP Dr Sardjito 2007
9
F. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada uji efektivitas filtrasi dengan chamber yang berisi desinfektan klorin 2% dan fenol 2% sebagai absorban untuk menurunkan jumlah kuman di udara yang dilakukan di laboratorium.