BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Joint
United
Nations
Programme
on
Human
Immunodeficiency
Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (UNAIDS, 2012) melaporkan, bahwa pada tahun 2012 penderita HIV/AIDS berjumlah 34 juta dengan penyebaran tertinggi berada di sub-Saharan Afrika. Infeksi baru HIV sekitar 2,5 juta orang dengan kematian yang terjadi karena AIDS mencapai 1,7 juta orang. Pada tahun 2011 angka kejadian baru HIV mengalami penurunan lebih dari 700.000 dibandingkan pada tahun 2001. International Council of Nurses (ICN, 2009) menambahkan angka kejadian infeksi paling banyak terjadi pada negara berkembang. Hal ini terjadi akibat sumber layanan kesehatan dan pengobatan HIV/AIDS masih jarang. Salah satu negara berkembang yang mengalami peningkatan kasus infeksi HIV/AIDS adalah Indonesia. Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan terhadap epidemik HIV AIDS. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA, 2013) menuturkan bahwa terdapat peningkatan kasus HIV/AIDS per tahunnya dengan kenaikan sebesar 15%. Berdasarkan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI (Ditjen PP&PL Kemenkes RI, 2014), total kasus infeksi HIV/AIDS sejak 1987 sampai 2014 adalah sebanyak 150.296 kasus infeksi HIV dan 55.799 kasus AIDS. Kasus HIV/AIDS terbanyak menyerang kelompok usia produktif 20-29 tahun dengan presentase sebesar 34% 1
2
Salah satu kota yang mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS adalah Yogyakarta dengan peningkatan sebesar 150 kasus per tahunnya (KPA, 2013). Berdasarkan data yang dihimpun dari KPA Yogyakarta sejak awal ditemukan penyakit pada tahun 1994 sampai tahun 2014 tercatat kasus HIV sebanyak 1.755 dan AIDS sebanyak 1178 kasus (KPA, 2014). Masalah HIV/AIDS yang masih terus meningkat dikarenakan tingginya perilaku hubungan seksual homoseksual maupun heteroseksual yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi virus HIV, pekerja seks komersial, transmisi dari ibu ke anak serta penggunaan jarum suntik yang terinfeksi virus (ICN, 2009). Selain itu, penyebab lain yang mendominasi adalah minimnya informasi dan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan (KPA, 2013). Dalam International Nurses‟ Forum tahun 2006 disebutkan bahwa perawat sebagai tenaga kesehatan merupakan lini terdepan dalam pencegahan, penanganan serta perawatan HIV/AIDS. Perawat dituntut secara aktif dan up to date mengikuti perkembangan penyakit HIV/AIDS, cara penyebaran dan akses pelayanan maupun perawatan kesehatan. Selain itu, perawat dapat memberikan fakta yang tepat dan mempengaruhi
pemegang
kebijakan
untuk
meningkatkan
akses
dalam
pencegahan, perawatan dan penanganan lebih lanjut terhadap HIV/AIDS (ICN, 2009). Ouzoni dan Nakakis (2012) menyebutkan perawat ikut berperan dalam mengembangkan program kesehatan dalam mencegah penularan HIV/AIDS. Upaya pencegahan merupakan salah satu hal penting dalam menghentikan
3
transmisi HIV/AIDS. Hal tersebut dikarenakan penyakit ini merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Namun
kenyataannya,
perawat
memiliki
berbagai
masalah
dalam
menangani dan mencegah ODHA. Lin et al. (2012) dan Sara (2011) mengungkapkan bahwa perawat dan tenaga kesehatan di China dan Malaysia masih memberikan stigma negatif, mendiskriminasi dan lebih memilih menghindari merawat ODHA. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dengan stigma dan diskriminasi pada peraawat-perawat tersebut adalah kurangnya pengetahuan dan pelatihan yang memadai. Mahasiswa keperawatan merupakan calon tenaga perawat profesional yang berpotensial terkena HIV/AIDS. Sebagai penyedia layanan kesehatan, perawat dan mahasiswa keperawatan merupakan komponen penting dalam sistem layanan kesehatan. Mereka akan terlibat langsung dalam memberikan layanan kesehatan terhadap ODHA sehingga rentan terhadap resiko penularan HIV/AIDS (Goel, et al., 2010). Perawat khawatir dapat tertular HIV melalui paparan dengan jarum suntik maupun terkena cairan tubuh ODHA. Kekhawatiran ini didasari kurangnya pengetahuan dan pelatihan perawat dalam merawat ODHA (Chen & Han, 2010). Maka dari itu, pengetahuan yang memadai dan penerapan praktek keperawatan yang aman melalui universal precaution merupakan beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan HIV/AIDS. Mahasiswa keperawatan akan memperoleh informasi dari institusi pendidikan sebelum menyelesaikan program sarjana. Melalui proses pendidikan akademik dan klinis, mereka diharapkan mampu menerima pengetahuan memadai
4
tentang HIV/AIDS. Pengetahuan merupakan dasar bagi mahasiswa supaya dapat merubah sikap dan perilaku dalam merawat orang dengan HIV/AIDS (ODHA) (Ouzoni & Nakakis, 2012). Bektas dan Kulakac (2007) menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan memberikan efek signifikan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa dalam kemauan menangani ODHA secara efektif. Eriksson dan Grundinn (2010) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada mahasiswa tingkat akhir di India berbeda dalam masalah HIV/AIDS. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap yang berbanding lurus. Survei Abolfotouh et al. (2013) menunjukkan bahwa adanya kesalahpahaman dalam hal penularan HIV/AIDS seperti berenang bersama ODHA (26.1%), gigitan nyamuk (45.7%), dan memakai barang yang digunakan ODHA seperti piring, gelas, sisir maupun baju (65%). Beberapa mahasiswa keperawatan di Taiwan menambahkan penularan AIDS dapat disebarkan melalui berbagi rokok bersama (Tung et al., 2008). Madumo dan Peu (2006) menambahkan perlunya partisipasi mahasiswa keperawatan dalam kampanye untuk mencegah HIV/AIDS dan menegakkan keadilan bagi pasien yang memperoleh stigma negatif. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM) merupakan salah satu institusi pendidikan yang berperan dalam mencetak lulusan perawat yang memiliki kemampuan manajerial di bidang keperawatan yang handal, etis, berstandar internasional, humanis dan berbudaya dengan menerapkan pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa (student centered learning) (PSIK FK UGM, 2011). Pengetahuan yang diberikan selama program akademik diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan perilaku positif
5
dalam memberikan asuhan layanan keperawatan pada berbagai masalah kesehatan, salah satunya HIV/AIDS. Berdasarkan informasi dari Kaprodi PSIK FK UGM, materi terkait HIV/AIDS sudah dikemas dalam materi perkuliahan melalui kuliah ceramah, tutorial dan seminar dalam beberapa tingkatan blok, yaitu blok 1.6, 2.1, 2.3, dan 2.5. Namun sejauh ini belum ada penelitian yang bertujuan mengukur tingkat pengetahuan mahasiswa PSIK FK UGM tentang HIV/AIDS. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada terhadap HIV/AIDS.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut muncul masalah penelitian “Bagaimanakah tingkat pengetahuan tentang penyakit HIV&AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM?“
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan penelitian adalah mengetahui gambarantingkat pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM 2. Tujuan khusus a) Mengetahui
pengetahuan
mahasiswa
PSIK
FK
UGM
terkait
pengetahuan umum HIV/AIDS b) Mengetahui pengetahuan mahasiswa PSIK FK UGM dalam penularan HIV/AIDS
6
c) Mengetahui pengetahuan mahasiswa PSIK FK UGM dalam pencegahan HIV/AIDS d) Mengetahui pengetahuan mahasiswa PSIK FK UGM terkait test HIV/AIDS e) Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa PSIK FK UGM angkatan 2011-2014
D. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam lingkup keperawatan. Manfaat Praktis : 1. Bagi mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi
bagi
mahasiswa dalam mengetahui pengetahuan terhadap HIV/AIDS 2.
Bagi institusi pendidikan keperawatan Dapat memberikan masukan dalam evaluasi kurikulum atau materi
perkuliahan terkait pengembangan kurikulum HIV/AIDS 3.
Bagi peneliti lain Dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian
terkait HIV/AIDS
7
E. Keaslian Penelitian Sejauh yang peneliti ketahui, belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan mahasiswa yang berlatar mahasiswa keperawatan mengenai HIV/AIDS di PSIK FK UGM. Beberapa penelitian terkait HIV/AIDS, antara lain: 1.
Penelitian Eriksson dan Grundinn (2010) berjudul “Nursing Students.
Knowledge and Attitudes Towards People with HIV/AIDS”. Penelitian ini bertujuan menyelidiki dan menggambarkan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa keperawatan terhadap ODHA. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif dengan menggunakan knowledge, attitude, and practice (KAP) instrument. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan dalam tingkat pengetahuan mahasiwa tingkat akhir di India. Selain itu, sikap mahasiswa terhadap ODHA berhubungan dengan pengetahuan. 2. Penelitian oleh Abolfotouh, M.A., et al. (2013) yang berjudul “Attitudes of Saudi Nursing Students on AIDS and Predictors of Willingness to Provide Care for Patients in Central Saudi Arabia”. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan responden mahasiswa dari King Saud bin-Abdulaziz University, Arab Saudi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengetahuan, perilaku, persepsi, dan mengidentifikasi faktor prediktor yang mempengaruhi kemauan dalam merawat ODHA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan berhubungan dengan kemauan mahasiswa dalam merawat ODHA. Saran dalam penelitian ini adalah pengembangan strategi mengajar dan pendekatan kurikulum dalam masalah HIV/AIDS.
8
3.
Penelitian Ouzoni dan Nakakis (2012) dengan judul “HIV/AIDS knowledge,
attitudes and behaviours of student nurses”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Technological Educational Institute di Yunani yang berjumlah 279. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pengetahuan, perilaku dan sikap mahasiswa keperawatan terhadap HIV/AIDS. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa sudah cukup bagus. Perilaku mahasiswa terhadap ODHA ditentukan dari tingkat pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, sumber informasi terkait kasus HIV/AIDS paling banyak diperoleh dari media televisi (80,7%). Implikasi penelitian ini adalah perlunya restrukturisasi kurikulum HIV/AIDS umtuk memastikan mahasiswa memperoleh pengetahuan dan sikap secara akurat mengenai kasus HIV/AIDS. 4.
Penelitian Herdiyanto (2014) yang berjudul Validitas dan Reliabilitas HIV
KQ-45 (Indonesian Version). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini merupakan perawat yang bekerja di Puskesmas Induk Kota Yogyakarta dengan jumlah sampel 80 orang. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa terdapat 35 item yang telah teruji valid dan nilai reliabilitas kuesioner sebesar 0.683. 5.
Penelitian Ningtyas et al., (2014) yang berjudul “Tingkat Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS pada Siswa SMA Negeri di Banjarmasin Tahun 2013”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan siswa yang
9
rendah sebanyak 82,10%, sedang sebanyak 17,11%, dan baik sebanyak 0,79%. Saran penelitian ini adalah perlunya pendidikan dan sosialisasi untuk meningkatkan tingkat pengetahuan. 6.
Penelitian Goel et al. (2010) yang berjudul “Knowledge and awareness of
nursing students about HIV/AIDS” dengan pendekatan cross-sectional.Subyek pada penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan tahun pertama, kedua dan ketiga di Himalayan Institute of Medical Science, Dehradun, Uttarakhand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kesalahpahaman dari mahasiswa dalam hal penularan HIV/AIDS melalui pelukan, berjabat tangan, menggunakan toilet, memakai benda-benda yang digunakan bersama-sama dengan ODHA dan gigitan nyamuk. 7.
Penelitian Carey, Morrison - Beedy dan Johnson (1997) dengan judul The
HIV-Knowledge Questionnaire : Development and Evaluation of a Reliable, Valid and Practical Self-Adminsteres Questionnaire. Hasil penelitian adalah HIV KQ adalah reliable, valid dan praktis untuk mengukur pengetahuan individu yang berhubungan dengan HIV/AIDS dan dapat digunakan pada dewasa dengan pendapatan yang rendah. 8. Penelitian Carey dan Schroder (2002) berjudul Development and Psychometric Evaluation of The Brief HIV Knowledge Questionnaire. Hasil penelitian adalah HIV KQ-18 memiliki internal konsistensi, stabil, sensitive terhadap perubahan akibat intervensi dan bisa digunakan pada kelompok/populasi dengan pendidikan rendah