BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan perekonomian di Indonesia maka itu pembangunan disegala sektor baik di pusat maupun didaerah tentunya mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Berbicara tentang proyek juga tidak lepas dari adanya peran perusahaan asuransi dalam hal penjaminan pada proyek tersebut. Segala bentuk resiko dari setiap pekerjaan tersebut bisa berakibat fatal bila tidak adanya jaminan yang cukup dalam proses pelaksanaannya. Dengan adanya jaminan konstruksi maupun non konstruksi segala hal-hal yang tidak diinginkan bisa diantisipasi. Surety bond adalah suatu bentuk penjaminan yang biasanya pihak Obligee (pemilik pekerjaan/proyek) meminta Surat Jaminan atau Surety bond dari Principal (kontraktor/pemborong) dengan maksud untuk menyatakan kesungguhan Principal dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai kontrak/perjanjian yang telah disepakati. Jaminan itu diberikan oleh Penjamin (Surety) yang diterbitkan oleh Lembaga Keuangan Non Bank yaitu Perusahaan Asuransi yang memiliki program Surety bond. PT. ASKRINDO (Persero) Cabang Surakarta merupakan salah satu asuransi kerugian yang mempunyai produk dalam memasarkan surety bond. Dalam perkembangannya selama ini strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh PT. ASKRINDO (Persero) Cabang Surakarta adalah
1
dengan cara direct selling dan agen. Ada beberapa kendala yang muncul dengan melakukan kedua strategi pemasaran tersebut. Penjualan langsung atau direct mempunyai kekuatan, peluang dalam hal pelayanan. Kelemahan dalam penjualan langsung adalah keterbatasan dalam hal pelayanan, ancaman yang ada tentu menjadi peluang bagi para pesaing untuk bisa mendapatkan bisnis surety bond tersebut. Sedangkan penjualan melalui agen atau broker mempunyai kekuatan serta peluang dalam hal kecepatan dan harga, namun mempunyai kelemahan dan ancaman pada kepercayaan dari pihak asuransi itu sendiri. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan penjualan pada produk Surety Bond perusahaan harus dapat memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, baik itu faktor eksternal maupun faktor internal. Strategi untuk menghadapi lingkungan eksternal dapat ditetapkan dengan mengetahui apa yang menjadi ancaman (Threats) dan apa yang menjadi peluang (Opportunities) bagi perusahaan. Setelah mengetahui lingkungan eksternal yang dihadapi, maka analisis lingkungan internal perlu dilakukan guna mengetahui apa yang menjadi kekuatan (Strengths) dan apa yang menjadi kelemahan (Weaknesseses) dari perusahaan. Dengan demikian perusahaan selalu dapat beradaptasi dengan lingkungannya sehingga upaya untuk mencapai tujuan perusahaan senantiasa akan dapat dicapai. Penggunaan analisis SWOT (strength, weakness, opportunities, threats) sebenarnya telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu dari bentuk yang paling sederhana, yaitu dalam rangka menyusun strategi untuk
2
mengalahkan saingan dalam setiap pertempuran, sampai menyusun strategi untuk memenangkan persaingan bisnis dengan konsep cooperation dan competition. SWOT merupakan salah satu alat yang dapat dipakai untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan suatu perusahaan, khususnya pada bidang pemasaran. Analisis SWOT adalah analisis terhadap
kekuatan
(Stengths),
kelemahan
(Weaknesses),
peluang/kesempatan (Opportunitiess), dan ancaman (Threats) yang dimiliki dan dihadapi oleh perusahaan (Rangkuti, 2004:18). Analisis SWOT timbul secara langsung atau tidak langsung karena adanya persaingan yang datang dari perusahaan lain yang memproduksi barang dan jasa yang sejenis dengan produk perusahaan. Hal ini membuat perusahaan harus menetapkan strategi untuk memenangkan persaingan atau paling tidak dapat bertahan hidup di pasar. Persaingan yang semakin ketat dan tajam mengakibatkan perusahaan membutuhkan antisipasi yang tepat dan akurat sehingga perusahaan dapat memasarkan produknya di pasar, dan bahkan bila memungkinkan menjadi pemimpin pasar. Perusahaan harus menjalankan semua operasinya secara efektif dan efesien tidak terkecuali di bidang pemasaran. Strategi perusahaan, khususnya strategi pemasaran merupakan langkah yang tepat yang harus ditempuh dan direalisasikan oleh setiap perusahaan yang ingin dapat bertahan di pasar. Sebagaimana telah diketahui bahwa usaha bersifat dinamis, yang penuh diwarnai dari waktu ke waktu dan adanya keterkaitan antar satu dengan yang lainnya. Usaha yang bersifat dinamis dengan
3
perubahan waktu ke waktu tersebut dipengaruhi oleh selera masyarakat akan suatu produk. Strategi perusahaan diupayakan harus mampu melihat keinginan pasar dengan memuaskan para nasabah pada produk yang dipasarkan. Begitu juga dengan selera konsumen terhadap asuransi dalam proteksi diri/keluarganya, harta benda, dan lain-lain. Pada saat ini dimana situasi yang semakin tidak dapat diprediksi dan terkendali, asuransi sangat berperan penting bagi semua orang agar dapat mencegah dan mengalihkan kerugian yang akan terjadi. Asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian besar yang belum pasti, dimana dapat disimpulkan bahwa orang yang bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang agar bisa menghadapi kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Jadi disini segala kerugian yang terjadi dimasa mendatang dipindahkan (shift) kepada perusahaan asuransi. Asuransi Kredit pada umumnya lebih dikenal dalam lingkungan asuransi jiwa dalam bentuk perlindungan kepada kreditur terhadap resiko macetnya pelunasan sisa pinjaman akibat meninggalnya deebitur. Asuransi ini dikenal pula dengan istilah credit life insurance (asuransi jiwa kredit) dan berdasarkan UU No. 2 tahun 1992, jenis bisnis asuransi yang terkait dengan hidup meninggalnya seseorang harus ditangani oelh perusahaan asuransi jiwa dan bukan oelh asuransi kerugian . Penjaminan kredit, istilah penjaminan harus dibedakan dengan asuransi
karena karakter bisnis
diantara keduanya berbeda. Pada asuransi hanya ada dua pihak yang
4
terlibat yaitu penanggung dan tertanggung, sedangkan dalam penjaminan terdapat tiga pihak yaitu Obligee, Principal, dan Bank atau Surety Company. Perbedaan lain antara asuransi dan penjamin adalah bahwa dalam asuransi, resiko yang dihadapi adalah berupa accidental risk dan lebih bersifat pada resiko-resiko natural seperti kebakaran, banjir, gempa bumi dan lain-lain, sedangkan dalam penjaminan, resiko yang dihadapi lebih banyak bersifat moral risk misalnya ketidakmampuan membayar cicilan pinjaman dari debitur kepada kreditur (kredit macet). Dengan demikia tujuan utama dari asuransi adalah memberikan ganti rugi kepada tertanggung apabila terjadinya musibah dari luar, sedangkan tujuan dari penjaminan adalah untuk memenuhi kebutuhan bonafiditas penerima penjaminan. Penjaminan kredit sebagai salah satu produk financial guarantee, dengan demikian adalah jenis penjaminan yang dikeluaran oleh lembaga penjaminan, baik bank atau asuransi, untuk kepentingan obligee apabila principal melakukan wan prestasi. Biasanya jika memakai jasa Bank, principal harus menyediakan jaminan. Baik berupa barang bergerak maupun tidak bergerak. Sementara jika ingin menggunakan jasa asuransi, pihak principal biasanya tidak perlu menyediakan jaminan namun cukup menandatangani perjanjian ganti rugi kepada surety (general agreement of indemnity to surety). Bentuk inilah yang lebih dikenal sebagai suretyship. Jadi antara bank guarantee dan surety bond hampir sama. Keduanya bertujuan untuk memberikan jaminan terhadap pekerjaan principal kepada obligee. Biasanya dalam bank guarantee, pencairan jaminan dapat
5
dilakukan atas permintaan obligee tanpa harus menunggu pembuktian kegagalan pada pihak principal. Sementara dalam Surety Bond, klaim hanya dapat dicairkan apabila terbukti baha principal telah melakukan kegagalan atau wan prestasi. Asuransi penjaminan kredit pada dasarnya adalah bentuk gabungan dari asuransi kredit dan penjaminan kredit dimana jenis asuransi ini mengcover ketidak mampuan debitur dalam melunasi sisa pinjaman kepada kreditur sebagai akibat dari risiko-risiko : (1) meninggal dunia (2) wanprestasi. Mekanisme asuransi berjalan pada saat terjadi meninggalnya debitur, sedangkan penjaminan akan berperan pada saat terjadi klaim non meninggal dunia. Kesimpulan Dengan melihat kenyataan bahwa terdapat perbedaan esensial antara asuransi kredit dan asuransi penjaminan kredit maka seyogyanya istilah asuransi kredit dalam PMK No. 124/PMK.010/2008 diubah terlebih dahulu menjadi asuransi penjaminan kredit apabila ketentuan tersebut memang hendak ditujukan pada entitas bisnis asuransi umum/kerugian. Hal ini sesuai dengan kalimat pada Pasal 1 PMK No. 124/PMK.010/2008 yang menyatakan bahwa asuransi kredit adalah lini usaha asuransi umum yang memberikan JAMINAN pemenuhan kewajiban financial penerima kredit apabila penerima kredit tidak mampu memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit Dengan tenaga penjual 17 orang, PT. Askrindo (Persero) Cabang Surakarta mengelola aset yang dimiliki perseroan lebih dari 6 triliun
6
rupiah dan memiliki nasabah lebih dari 100. Sebagai perusahaan berbasis asuransi kredit dengan pengalaman lebih dari 40 tahun di Indonesia. Dari keseluruhan penjelasan tersebut ,dapat dikatakan bahwa Analisis SWOT sangatlah dibutuhkan dalam manajemen perusahaan antara lain sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan strategi pemasaran dalam perusahaan. Motivasi untuk melakukan penelitian mengenai Analisis SWOT karena adanya perubahan lingkungan dunia asuransi yang sangat dinamis. Pada laporan ini diambil judul “Analisis SWOT Surety Bond pada PT. ASKRINDO Cabang Surakarta”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan strategi pemasaran dari surety bond khususnya di PT. ASKRINDO Cabang Surakarta yaitu “Apakah penerapan analisis SWOT ( kekuatan, kelemahan, peluang,dan ancaman ) produk Surety Bond pada PT. ASKRINDO Cabang Surakarta dapat meningkatkan jumlah nasabah ?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah Analisis SWOT produk Surety Bond yang dilakukan oleh PT. ASKRINDO Cabang Surakarta dapat meningkatkan jumlah nasabah ?” D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:
7
1. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi PT. Askrindo (Persero) Cabang Surakarta. 2. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk memperluas wawasan penulis khususnya mengenai pemasaran yang berkaitan dengan analisis SWOT dan daya saing perusahaan. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau masukan bagi penulis lain dalam melakukan penelitian dengan objek maupun masalah yang sama dan mengembangkan penelitian di masa yang akan datang.
E. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan studi kasus dengan melakukan tanya jawab dalam bentuk deskriptif. 2. Objek penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Asuransi Kredit Indonesia (PT. ASKRINDO) Cabang Surakarta yang beralamatkan di Jl. Dr. Radjiman 376 B Laweyan, Surakarta. 3. Metode Pengumpulan Data 1) Data Primer Data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini dapat diperoleh dengan cara wawancara secara langsung dengan narasumber maupun pencatatan yang didapat dalam observasi
8
yaitu,berupa daftar biaya serta keterangan mengenai penetapan harga dalam perusahaan. 2) Data Sekunder Data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau data yang dikumpulkan pihak lain. 3) Teknik Pengumpulan Data a) Wawancara yaitu : Pengumpulan data dengan cara tanya jawab kepada pihak yang bersangkutan responden disini merupakan karyawan dan para staff. b) Observasi yaitu : Pengumpulan data dengan cara mengunjungi, mengamati, dan mencatat pada objek tersebut. c) Library Research Penelitian yang dilakukan dengan membaca dan menelusuri buku-buku perpustakaan. 4) Teknik Pembahasan Teknik
pembahsan
yang
diterapkan
adalah
teknik
pembahasan deskriptif yaitu pembahasan deskriptif adalah teknik pembahasan dengan membuat gambaran atau deskripsi secara sistematis, factual, dan akurat. Studi analisis deskriptif digunakan untuk mengimplementasikan data berupa gambaran, alasan dan penjabaran keadaan yang sebenarnya sesuai dengan data-data dari
9
perusahaan, kemudian melakukan pengumpulan serta penafsiran yang disesuaikan dengan teori untuk ditarik suatu kesimpulan.
10