BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kabupaten Kepulauan Mentawai berdiri sejak April 1999 dengan Ibu Kota Tuapeijat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan luas wilayah tercatat 6.011,35 km2 dengan jumlah penduduk 65.442 dan jumlah 10 Kecamatan, 43 Desa dan 266 Dusun. Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas gugusan pulau-pulau yakni Siberut, Sipora, Pagai Utara, Pagai Selatan dan 95 pulau kecil lainnya sesuai dengan UU RI no 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Kabupaten Kepulauan Mentawai lepas dari Kabupaten Padang Pariaman pada zaman reformasi setelah masa runtuhnya rezim Soeharto pada 1998, tepatnya sejak disahkan UU No. 49 tahun 1999 oleh Presiden BJ. Habibie atas persetujuan DPR RI yang diundangkan pada 4 Oktober 1999. Namun dari catatan sejarah pada zaman kolonial Belanda, Kepulauan Mentawai sudah menjadi daerah administrasi sejak 1901. Penelusuran jejak sejarah berdirinya Mentawai dilakukan demi mencari “hari jadi” Kabupaten Kepulauan Mentawai. Ulang tahun Kabupaten Kepulauan Mentawai selama ini dirayakan atas dasar Peraturan Bupati Mentawai yang menetapkan hari jadi pada tanggal 12 Oktober 1999 karena tanggal itu pemerintahan pertama Mentawai disahkan yang ditandai dengan pelantikan Drs. H. Badril Bakar menjadi pejabat Bupati Kepulauan Mentawai di Jakarta. Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2011 berdasarkan hasil pengolahan SUSENAS 2011 menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten
1
Kepulauan Mentawai adalah 77.078 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 40.632 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 36.446 jiwa, atau mengalami peningkatan sekitar 1,18 persen jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 yang tercatat sebanyak 76.173 jiwa. Mengenai komposisi jumlah penduduk dan kepadatan penduduk untuk masing-masing kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Dari total 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai, jumlah penduduk terbanyak adalah di Kecamatan Sikakap dengan jumlah penduduk tercatat sekitar 9.644 jiwa atau 12,51 persen dari total jumlah penduduk. Tabel 1.1 Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, 2007-2011 No
Kecamatan
Luas Daerah
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
1
Pagai Selatan
Ha 901.08
(%) 14.99
Jumlah 8.886
(%) 11.53
Jumlah 9.86
(%) 76.91
2
Sikakap
278.45
4.63
9.644
12.52
34.64
27.02
3
Pagai Utara
342.02
5.69
5.274
68.42
15.42
12.03
4
Sipora Selatan
268.47
4.47
8.561
11.11
31.89
24.88
5
Sipora Utara
383.08
6.37
9.205
11.95
24.02
18.74
6
508.33
8.46
8.546
11.09
16.81
13.12
649.08
10.80
6.141
79.67
9.46
73.79
8
Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah
739.87
12.31
6.141
79.67
8.30
64.74
9
Siberut Utara
816.11
13.58
7.866
10.21
9.64
75.20
10
Siberut Barat
1,124.86
18.71
6.813
88.39
6.06
47.27
Jumlah /Total
6,011.35
100.00
77.08
99.10
12.82
13.63
7
Sumber: BPS Kabupaten Kepuluan Mentawai, 2012 Kemudian Kecamatan Sipora Utara sebagai ibukota kabupaten menempati urutan ke dua dengan jumlah penduduk sebanyak 9.205 jiwa atau 11,94 persen dari
total
jumlah penduduk,
selanjutnya Kecamatan Pagai Selatan dengan
jumlah penduduk sebanyak 8.886 jiwa atau 11,52 persen dari total jumlah
2
penduduk, dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Pagai Utara yakni sebanyak 5.274 jiwa atau 6,84 persen dari total jumlah penduduk. Berikut Tabel 1.1 adalah luas daerah dan jumlah penduduk serta kepadatan penduduk. Kecamatan
Siberut
Selatan
merupakan
pusat
kecamatan
induk
perekonomian dan perdagangan bagi kecamatan-kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Siberut Barat Daya dan Kecamatan Siberut Tengah, letaknya yang strategis yaitu menjadi jalan penghubung kecamatan di sekitarnya menjadikan Kecamatan Siberut Selatan menarik untuk berinvestasi. Untuk meningkatkan perekonomian sekaligus memberikan kenyamanan dalam kegiatan berbelanja, sehingga pengunjung merasa lebih nyaman berada dalam kawasan perbelanjaan, saat ini di Kecamatan Siberut Selatan telah berdiri beberapa pembangunan yaitu pasar tradisional, toko-toko kecil, usaha warung makan, Bank Pembangunan Daerah (BPD). Masing-masing pusat perbelanjaan tersebut baik yang telah lama berdiri maupun yang baru saling bersaing untuk mendapatkan konsumen. Di sisi lain, secara signifikan perkembangan pusat perbelanjaan di Kecamatan Siberut Selatan tersebut mendorong pertumbuhan subsektor perdagangan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah. Berikut Tabel 1.2 PDRB Kabupaten Kepuluan Mentawai Atas Dasar Harga Konstan.
3
Tabel 1.2 PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2007-2011 (Juta Rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha 1 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industry Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keu, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa -Jasa PDRB / GRDP
2007 2
2008 3
2009 4
2010 5
2011 6
252.696,22
263.744,61
274.694,39
2 87.6 03,69
301.573,37
1.784,08
1.879,31
1.978,98
2.080,08
2.189,22
41.923 ,02
43.158,92
44.201,05
45.313,3
46.677,23
557.94
602.93
626.36
656.4
695.75
11.148 ,28
12.210,78
13.360,38
14.398,62
1 5,536.11
102.950,46
107.193,52
112.928,88
117.773,6
122.938,73
27.319,1
28.960,1
30.996,71
33.537,33
36.100,26
4.827,52
5.167,61
5.561,07
5.925,21
6.328,58
22.579,9 465.786,5 1
23.740,93 486.658,7
25.048,51 509.396,33
26.944,11 534.232,32
28.599,5 560.638,74
Sumber: BPS Kabupaten Kepuluaun Mentawai, 2012 Perekonomian di Kecamatan Siberut Selatan didominasi oleh sektor industri,
kemudian diikuti perdagangan, hotel dan Warung Makan/Rumah
Makan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan salah satu penyumbang PDRB. Tidak dipungkiri bahwa sektor perdagangan merupakan salah satu sektor penggerak perekonomian di Kecamatan Siberut Selatan. Pertumbuhan di sektor perdagangan sangat pesat dibandingkan dengan sektorsektor lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa sektor perdagangan mampu sebagai penggerak perekonomian di wilayah Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penelitian ini lebih difokuskan pada Analisis Dampak Pembetonan Jalan Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Masyarakat secara spesifiknya Usaha Warung Makan dan Usaha non Warung Makan (Bengkel) yang ada di Kecamatan Siberut Selatan Desa Muara Siberut Kabupaten
4
Kepulauan
Mentawai
preferensi
konsumen
dalam
memilih
pusat
penjualan/perbelanjaan di Kecamatan Siberut Selatan. Hal ini penting untuk mengetahui gambaran potensi pasarnya, sehingga diharapkan pusat usaha dan perbelanjaan
tersebut dapat bertahan dalam waktu yang lama, dan dapat
menyerap tenaga kerja yang lebih banyak untuk mengurangi
jumlah
pengangguran khususnya di Kecamatan Siberut Selatan Desa Muara Siberut Kabupaten Kepuluan Mentawai. Transportasi dihimpun dari dua dinas, yakni Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk data mengenai
sarana perhubungan
seperti jalan dan jembatan serta Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Kepulauan
Mentawai
untuk
data
mengenai
pengangkutan
(Transportasi Laut). Data mengenai transportasi dihimpun berdasarkan informasi dari dua dinas, yakni Dinas PU Kabupaten Kepulauan Mentawai mengenai infrastruktur jalan dan jembatan serta Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kepulauan Mentawai mengenai pengangkutan laut. Berdasarkan informasi dari Dinas PU, total panjang jalan seluruh kecamatan mencapai 465 Km. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kepulauan Mentawai, menunjukkan bahwa Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2011 ini hanya memiliki 13 buah pelabuhan laut yang meliputi
8 buah
merupakan pelabuhan berjenis beton, 1 buah berjenis besi, 2 buah berjenis kayu, dan 2 buah pelabuhan pelelangan ikan. Sebanyak 3 pelabuhan terdapat di Kecamatan Sikakap, 3 pelabuhan terdapat di Kecamatan Sipora Ut Selatan, 3
5
pelabuhan di Kecamatan Siberut Selatan, dan 1 pelabuhan di Kecamatan Siberut Utara. Data Menunjukkan mengenai jumlah kunjungan kapal di pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai. Jumlah kunjungan kapal di pelabuhan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2011 ini mencapai 2.892 kapal atau mengalami peningkatan, yaitu 11,14 persen tahun 2010 2.602 kapal, sementara itu jumlah penumpang yang naik-turun di pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2010, yaitu sebanyak 97.483 orang atau turun 0,83 persen tahun 2010 (98.302 orang) orang. Total penumpang yang naik dari pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2011 ada sebanyak 41.996 orang, tahun 2010 (41.343 orang), sedangkan total penumpang yang turun kepelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2011 ada sebanyak 55.487 orang tahun 2010 (56.952 orang). Frekuensi terbanyak dari total penumpang yang naik turun ini terdapat di Kecamatan Sipora Utara yaitu di Pelabuhan Tuapeijat mengingat kecamatan ini merupakan lokasi dari ibukota kabupaten. Data telekomunikasi menjadi dua, yaitu data mengenai kantor pos yang dihimpun dari Kantor Pos Kabupaten Kepulauan Mentawai serta data mengenai jumlah telepon dan indikator produksinya yang dihimpun dari PT Telkom Sentra Tuapeijat. Berdasarkan data mengenai kantor pos, terlihat bahwa Kabupaten
Kepulauan Mentawai
hanya
memiliki
Kantor
Pos Pembantu
sebanyak 5. Kantor Pos Pembantu ini hanya berlokasi di lima kecamatan induk Informasi yang berhasil dihimpun dari PT Telkom Sentra Tuapeijat mengindikasikan adanya penurunan jumlah pelanggan dan wartel pada tahun
6
2011 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
dimungkinkan
karena banyak orang mulai beralih dari wartel ke penggunaan hp. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa jumlah pelanggan pada tahun 2011 adalah 1266 sst, kondisi Infrastruktur jalan di Kabupaten Kepulauan Mentawai setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut: Tabel 1.3 Infrastruktur Jalan Menurut Kecamatan dan Kondisi Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2007-2011
No
Kecamatan
Panjang Jalan
1
Kondisis Jalan (KM) Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat
2
3
4
5
141,8
7,5
34,2
100,1
1
Pagai Selatan
2
Sikakap
7,3
8,2
13,6
51,2
3
Pagai Utara
12,7
-
1,5
11,2
4
Sipora Selatan
96,1
8,9
5
82,2
5
Sipora Utara
91,6
15
3,8
38,6
6
46,2
5,7
6,8
33,7
64
-
-
6,4
8
Siberut Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah
43
-
-
4,3
9
Siberut Utara
11,0
4,2
30,5
75,3
10
Siberut Barat
7
Jumlah
29
-
-
2,9
821.7
49.5
143.1
629.1
Sumber: BPS Kabupaten Kepuluaun Mentawai, 2012 Unit usaha dan tenaga kerja
industri
kecil,
perdagangan dan unit
koperasi yang berhasil dihimpun dari Dinas Perindagkop UMKM Kabupaten Kepulauan Mentawai. Industri yang terdaftar oleh Dinas Perindagkop UMKM Kabupaten Kepulauan Mentawai hanya meliputi industri kecil hasil pertanian dan kehutanan,
industri kecil tekstil serta industri kecil logam, mesin dan
kimia. Unit usaha industri kecil hasil pertanian dan kehutanan yang terdaftar hanya ada 91 unit usaha, dimana tidak ada unit usaha formal dan 91 unit usaha
7
non formal, sedangkan total tenaga kerja dari jenis unit usaha tersebut adalah sebanyak 202 orang. Mengenai jumlah usaha dan tenaga kerja untuk unit usaha industri kecil hasil pertanian dan kehutanan. Industri kecil logam, mesin dan kimia. Terlihat bahwa ada 20 unit usaha yang bergerak di bidang logam, mesin dan kimia, di mana keseluruhan unit usaha tersebut adalah non formal. Secara rinci ke 20 unit usaha tersebut terdiri dari 5 unit usaha industri batu bata, 2 unit industri mesin pertanian, 10 unit usaha jasa reparasi kendaraan tidak bermotor dan 5 unit jasa reparasi lainnya. Total tenaga kerja yang dapat diserap oleh unit usaha industri kecil logam, mesin dan kimia ini mencapai 43 orang tenaga kerja yang keseluruhannya merupakan tenaga kerja non formal. Perdagangan, seperti jumlah pedagang dan perkembangan harga barang juga memberikan data mengenai jumlah dan jenis koperasi yang ada di 10 (sepuluh) kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Data yang berhasil dihimpun dari Dinas Perindagkop UMKM menunjukkan bahwa total koperasi pada tahun 2011 ada sebanyak 123. Jumlah koperasi terbanyak terdapat di Kecamatan Sikakap, yaitu sebanyak 29 unit (23,58 persen) kemudian sebanyak 20 unit di Kecamatan Sipora Utara (16,26 persen), selanjutnya. sebanyak 19 unit di Kecamatan Pagai Selatan (15,45 persen), sedangkan jumlah unit koperasi paling sedikit ada di Kecamatan Siberut Tengah dan Siberut Barat, yaitu masing- masing hanya ada 2 unit. Berdasarkan informasi yang dihimpun
dari dinas yang sama, tidak
terdapat koperasi sekunder (secondary cooperative) pada setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Semua koperasi di Kabupaten Kepulauan
8
Mentawai berskala primer (primary cooperative), yang berarti berskala kecil dan berinteraksi langsung dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Pada tahun 2011, tidak terjadi peningkatan jumlah koperasi dibandingkan tahun 2010. Menurut Arsyad (2010: 374), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana daerah dan masyarakat terlibat dalam sumberdaya
yang ada,
untuk
mengelola
membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sektor swasta dalam menciptakan suatu lapangan kerja baru, dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat yang ada di daerah. Hal ini memberikan indikasi bahwa pembangunan nasional hanya dapat dicapai jika mendapat dukungan dan partisipasi masyarakat di daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai pada khususnya dan Propinsi Sumatera Barat umumnya. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kepuluan Mentawai
dari tahun ke
tahun cenderung mengalami peningkatan, namun tingkat pertumbuhannya masih jauh di bawah angka rata-rata nasional. Tingginya potensi sumber daya alam yang tersedia yang belum termanfaatkan secara optimal merupakan salah satu hambatan dalam mengembangkan perekonomian di daerah tersebut. Pernyataan-pernyataan mendasar tersebut pada masa orde baru mejadi alasan yang kuat mempengaruhi keputusan investasi di bidang infrastruktur transportasi darat yang diarahkan kepada masyarakat lokal secara keseluruhan di Kabupaten
9
Kepulauan Mentawai khususnya di Kecamatan Siberut Selatan Desa Muara Siberut. Penelitian ini dilakukan di Desa Muara Siberut, Kecamatan Siberut Selatan
Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Wilayah tersebut
dipilih karena saat ini kondisi akses jalan antardesa menunjukkan bahwa baru sebagian jalan yang dibeton sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tersebut. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Analisis Dampak Pembetonan Jalan Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Masyarakat belum pernah dilakukan. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya baik yang dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri terkait dengan penelitian ini antara lain. Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu No 1
2
Studi Oleh Bosawer (2004)
Nathavici, Khisi And Satho (2005)
Lokasi Di Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke
Jepang
Alat Analisis Regresi Berganda
Pendekatan Kuantitatif : DEA Analysis CCR Model Invers DEA Model BBC Model
Hasil Hasil analisis regresi menunjukkan nilai koefesien regresi untuk variabel bantuan pembangunan Desa (X1) sebesar 0,083. Nilai koefesien regresi jumlah kepala keluarga (X2) sebesar 13460,483 yang berarti bahwa peningkatan jumlah kepala keluarga sebesar 1 orang akan meningkatan jumlah swadaya masyarakat sebanyak 13460,483. Hasil Uji T dan uji F bahwa variabel dana bantuan pembangunan Desa dan jumlah kepala keluarga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah swadaya masyarakat. Dalam kriteria pengambilan keputusan yang dipertimbangakan adalah kombinasi dari fasilitas transportasi yang tersedia disetiap kota. Kota yang efesien adalah Kawasaki, Kitahir Oshima, Hakodate, sedangkan kota yang koefesien tertinggi adalah Ashakiwa, Hiroshima dan Kitakiyusu.. Paper ini dapat dijadikan tolok ukur dalam mengevaluasi peningkatan manajemen sistem transportasi.
10
Lanjutan Tabel 1.4 No 3
Studi Oleh Indratama (2008)
Lokasi Kota Madiun
Alat Analisis Ujit statistik Uji F statistik Uji Koefesien Determinan ( R2))
4
Dini (2008)
Kabupaten Sambas
Analytic Hirarcy Proces (AHP)
5
Irvan (2011)
Kecamatan Uleee Kareng
Uji beda Rata-rata Regresi Linear Berganda
Hasil Analisis empirik pada nilai tanah menunjukkan bukti kuat bahwa jalan lingkar, Jalan Lingkar Barat Kota Madiun, membuat kemudahan aksesbilitas yang diberikan oleh jalan lingkar baru. Hasil yang konsisten dengan teori ekonomika perkotaan bahwa jalan adalah jalan lingkar baru memberikan aksesbilitas, kemudahan aksesbilias akan dicerminkan nilai tanah yang tinggi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dampak positif lebih dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Sambas, di mana dengan semakin lancarnya transportasi mampu meningkatkan perdagangan antardaerah sehingga bidang ekonomi merupakan dampak tertinggi yang dirasakan masyarakat. Dampak negatif lebih dirasakan secara nasional (Pemerintah Pusat) hal ini, terkait dengan pembiayaan. Dampak sosial dianggap sebagai dampak negatif tertinggi,di mana perubahan gaya hidup merupakan dampak sosial tertinggi. Menunjukkan bahwa luas tanah, lebar jalan,dan jarak bidang tanah, kejalan T. Panglima Nyak makam berpengaruh negative dan signifikan terhadap nilai tanah per meter persegi. jarak bidang tanah ke jalan T. Iskandar berpengaruh positif dan tidak siknifikan, dan jarak bidang tanah ke CBD berpengruh negative juga tidak signifikan, dummy transaksi waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tanah permeter persegi di Kecamatan Ulee Kareng.
11
Lanjutan Tabel 1.4 No 6
Studi Oleh Syah (2012)
Lokasi Di Indonesia
Alat Analisis Angka Pengganda Neraca Uji T berpasangan
7
Telles And Mussalino (2012)
Amerika Latin
Pendekatan Kuantitatif: Time Series Model
Perbedaan
penelitian
ini
dengan
Hasil Injeksi berupa investasi meskipun mampu meningkatkan pendapatan masing-masing golongan rumah tangga namun share tingkat pendapatan masing-masing rumah tangga tidak menunjukkan perubahan baik sebelum maupun setelah adanya injeksi. Hal ini juga didukung oleh hasil uji T berpasangan, dimana pada masingmasing simulasi secara signifikan menerima Ho, berarti distribusi pendapatan antargolongan rumah tangga sebelum dan setelah adanya investasi tidak berbeda. Sementara injeksi berupa land reform dapat meningkatkan share pendapatan masing-masing rumah tangga. Hal ini didukung oleh hasil uji t berpasangan, dimana pada masingmasing simulasi secara signifikan menolak H0, yang berarti distribusi pendapatan antargolongan rumah tangga sebelum dan setelah adanya land refom berbeda. Paper ini membuktikan bahwa tidak ada pengaruh yang kuat antara pemangkasan investasi infrastruktur dengan turunnya Total Factor Produktifity (TEP) di Amerika Latin dalam jangka panjang
penelitian-penelitian sebelumnya
terletak pada alat analisis yang digunakan, serta lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat
yang pola kehidupan masyarakatnya
berbeda dengan masyarakat
ibukota provinsi seperti yang telah dilakukan penelitian sebelumnya.
12
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kondisi jalan yang rusak di Siberut Selatan lebih panjang daripada kondisi jalan yang baik. Selanjutanya baru sebagian kecil jalan yang dibeton di Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.
1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pemaparan yang ada maka dapat di rumuskan pertanyaan penelitian ini adalah 1. Bagaimana dampak pembetonan jalan terhadap pendapatan usaha ekonomi masyarakat yaitu usaha warung makan di sekitar jalan tersebut? 2. Bagaimana dampak pembetonan jalan terhadap pendapatan usaha ekonomi masyarakat yaitu usaha non warung makan (bengkel) di sekitar jalan tersebut?
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah Menganalisis dampak dari
pembetonan
jalan
terhadap
pertumbuhan usaha ekonomi masyarakat
dengan menggunakan uji beda dua rata-rata. Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1 Sebagian bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan pembetonan jalan terhadap pertumbuhan usaha ekonomi masyarakat.
13
2. Dapat menjadi salah satu masukan bagi pemerintah daerah dalam rencana pembetonan jalan baru atau
perluasan
guna
mempercepat pertumbuhan
usaha ekonomi masyarakat suatu wilayah. 3. Secara
akademik
hasil
penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi
tambahan referensi untuk memahami permasalahn pembetonanan jalan terhadap
pertumbuhan usaha ekonomi
masyarakat khususnya komoditas
usaha warung makan.
1.7 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan ini mencakup: Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka, menjelaskan tentang keaslian penelitian, landasan teori, kerangka konseptual dan hipotesis. Bab III Metoda Penelitian, menjelaskan tentang desain penelitian, pengumpulan data, metoda penyampelan, definisi operasional, instrumen penelitian dan metoda analisis data Bab IV Analisis, menjelaskan tentang deskripsi data dan hasil penelitian, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Saran, menjelasakan tentang kesimpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran.
14