BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perairan Bagan Asahan yang terletak pada koordinat 03° 01' 00” LU dan 99° 51' 30” BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat Malaka, Bagan Asahan adalah kawasan muara Sungai Asahan, sungai yang berhulu dari Danau Toba. Sungai Asahan mengalir melewati Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai. Sejumlah sungai kecil bermuara ke Sungai Asahan, sehingga semakin mendekati muaranya, debit air Sungai Asahan makin besar. Lebar Sungai Asahan di kawasan muara sekitar 1 kilometer. Secara kasat mata, terutama yang terlihat di bagian sungai yang melewati Kota Tanjung Balai, Sungai Asahan telah tercemar. Air sungai selalu keruh dan sering pula terlihat tumpahan sisa minyak pelumas tergenang di sungai. Sejumlah industri di Asahan dan Tanjung Balai, terutama yang terdapat di sepanjang Sungai Asahan sekitar 10 kilometer sebelum muara, atau persisnya sejak pusat Kota Tanjung Balai, sisi kiri sungai merupakan tangkahan (pelabuhan pendaratan kapal ikan) yang setiap hari disinggahi sekitar 1.500 kapal, boat dan sampan nelayan (PT. Pelabuhan Indonesia 1, 2010). Di pinggir Sungai Asahan terdapat Pelabuhan Teluk Nibung, yakni pelabuhan ekspor impor barang dan penumpang tujuan dalam dan luar negeri. Kemudian, di muara Sungai Asahan terdapat Pelabuhan Bagan Asahan. pelabuhan pelabuhan ini
Universitas Sumatera Utara
letaknya berhadapan langsung dengan pelabuhan negara tetangga Malaysia atau Port Klang. Pelabuhan tersebut dimanfaatkan untuk pendaratan perahu maupun kapal nelayan, diantaranya adalah kapal nelayan penangkap kerang. Tanjung Balai memang dikenal sebagai penghasil kerang bulu (Anadara inflata) utama di Sumatera Utara, sehingga dikenal dengan sebutan sebagai kota kerang. Penangkapan kerang dilakukan secara tradisional maupun dengan peralatan tangkap modern. Hasilnya dijual ke berbagai kota di Sumatera Utara, seperti Medan, Binjai, Tanah Karo, Pematang Siantar, Kisaran, Rantau Prapat dan Padang Sidempuan. Muara Sungai Asahan mendapat pengaruh langsung aliran massa air dari Sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba dan perairan laut Selat Malaka. Di sepanjang Sungai Asahan banyak terdapat aktivitas manusia antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Asahan, pariwisata, pemukiman, rumah sakit, pabrik es (cold storange), pabrik kapur, industri tapioka, gudang-gudang penyimpanan barang, gudang-gudang ikan, tambak udang dan lalu lintas kapal mempunyai potensi membuang limbah khususnya logam berat ke Sungai Asahan. Perilaku masyarakat yang cendrung membuang limbah industri, limbah rumah tangga dan minyak sisa kapal ke Sungai Asahan akan dapat menyebabkan perairan muara Sungai Asahan tercemar logam berat seperti Kadmium (Cd), Plumbum (Pb). Menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat
Universitas Sumatera Utara
toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe (PPLH-IPB,1997; Sutamihardja et al., 1982, dalam Marganof, 2003). Logam berat berbahaya karena umumnya memiliki rapat massa tinggi dan sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya, yang termasuk golongan logam berat adalah seluruh elemen logam kimia. Merkuri atau raksa (Hg), kadmium (Cd), arsen (As), kromium (Cr), talium (Tl), dan timbal (Pb) adalah beberapa contoh logam berat berbahaya. Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan (Supriharyono, 2006). Logam berat memiliki beberapa sifat, diantaranya yang pertama sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan). Kedua, dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut. Ketiga, mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air (PPLH, IPB, 1997; Sutamiharjda et al., 1982 dalam Marganof, 2003). Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) Nomor. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas Maksimum Cemaran Logam dalam makanan untuk biota laut dan hasil olahan sebesar 2 mg/kg (ppm). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan logam berat timbal (Pb) dan cadmium (Cd) pada tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Perairan muara Sungai Asahan dikenal sebagai penghasil kerang bulu (Anadara inflata) utama di Sumatera Utara. Kawasan tersebut juga muara dari limbah industri, kapal, rumah tangga dan minyak pelumas sisa kapal ke Sungai Asahan, terutama dari kawasan sepanjang 10 kilometer yakni dari Kota Tanjung Balai hingga ke perairan muara Sungai Asahan. Melihat tingginya aktivitas masyarakat di sepanjang perairan muara Sungai Asahan seperti pembuangan limbah industri, rumah tangga, transportasi serta sisa pelumas dari kapal-kapal nelayan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran logam berat pada perairan muara Sungai Asahan seperti cadmium (Cd) dan Plumbum (Pb). Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.03725/B/SK/VII/1989 tentang batas Maksimum Cemaran Logam dalam makanan untuk Biota laut dan hasil olahan sebesar 2 mg/kg(ppm). Dampak negatif pencemaran di perairan muara Sungai Asahan menyebabkan perubahan populasi biota laut, khususnya kerang bulu (Anadara inflata). Untuk mengetahui sejauh mana kandungan logam berat Cd dan Pb pada kerang, sedimen dan air yang terdapat di perairan muara Sungai Asahan perlu dilakukan penelitian. Ini dilakukan karena kerang bulu (Anadara inflata) adalah salah satu spesies biota laut yang merupakan bioindikator pencemaran (Palar, 2004).
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kadar logam berat Pb dan Cd pada daging kerang bulu (Anadara inflata) pada beberapa lokasi di perairan muara Sungai Asahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui kandungan logam berat Pb dan Cd di beberapa lokasi perairan muara Sungai Asahan. 3. Untuk mengetahui kandungan logam berat Pb dan Cd pada sedimen di beberapa lokasi perairan muara Sungai Asahan. 4. Untuk menganalisa korelasi kadar Pb dan Cd daging kerang bulu (Anadara inflata) terhadap kandungan Pb dan Cd di beberapa lokasi perairan muara Sungai Asahan (sedimen dan air).
1.4 Hipotesis 1. Adanya perbedaan kandungan logam berat Pb dan Cd daging kerang bulu (Anadara inflata) yang hidup pada beberapa lokasi di perairan muara Sungai Asahan. 2. Adanya perbedaan kandungan logam berat Pb dan Cd pada beberapa lokasi perairan muara Sungai Asahan. 3. Adanya perbedaan kandungan logam berat Pb dan Cd pada sedimen di beberapa lokasi perairan muara Sungai Asahan. 4. Adanya korelasi kadar Pb dan Cd daging kerang bulu (Anadara inflata) terhadap kandungan Pb dan Cd di beberapa lokasi perairan muara Sungai Asahan (sedimen dan air).
1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai kelayakan kerang bulu (Anadara inflata) di perairan muara Sungai Asahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui tingkat kontaminasi logam berat dalam air, sedimen dan kerang bulu sebagai informasi bagi Pemkab Asahan, Kodya Tanjung Balai dan Departemen Perikanan dan Kelautan dalam kaitanya dengan usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan daerah tersebut. 3. Sebagai informasi bagi Bapeldalda dalam kaitanya dalam masalah penyusunan AMDAL dan ANDAL bagi industri yang menghasilkan limbah logam berat.
Universitas Sumatera Utara