BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan-perusahaan di dunia untuk selalu berkembang dan melahirkan inovasiinovasi baru demi menjaga dan meningkatkan kemampuan bersaing mereka. Khalili et al. (2011) berpendapat bahwa perusahaan perlu terus melakukan diferensiasi baik pada produk maupun layanan sebagai bagian dari strategi perusahaan. Pendapat tersebut merupakan indikasi bahwa untuk dapat bertahan suatu perusahaan harus mampu terus menghadirkan produk dan layanan baru. Dalam kaitannya untuk menghasilkan inovasi-inovasi baru demi meningkatkan daya saing maka suatu perusahaan harus dapat merespon perubahan dengan selalu belajar guna memperbaharui pengetahuan yang dimiliki, hal ini perlu dilakukan karena pengetahuan merupakan dasar bagi perusahaan untuk mengembangkan produk atau layanan baru (Moos et al, 2011). Berdasarkan alasan tersebut, perusahaan memandang pengetahuan sebagai sumberdaya yang paling bernilai (Davenport dan Prusak, 1998). Perusahaan menyadari untuk dapat terus bersaing mereka harus dapat mengelola sumberdaya intelektual yang dimiliki. Oleh karena itu saat ini banyak organisasi menerapkan program knowledge mangement dan terus mengembangkannya. Tang dan Tong (2007) menekankan bahwa knowledge management adalah salah satu strategi untuk mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis di era yang akan
1
datang, sejak persaingan bisnis adalah mengenai persaingan untuk mengelola pengetahuan dan menjadikannya sebagai aset yang memiliki nilai ekonomi. Pada situasi semacam ini faktor-faktor penting dalam konsep bisnis tradisional seperti modal, lahan, dan pekerja akan mulai kehilangan peran pentingnya yang digantikan oleh “knowledge capital” (Davenport & Short, 1990). Bagi sebagian besar perusahaan, pengetahuan telah menjadi bagian yang sangat penting bahkan telah menjadi bagian dari competitive advantage perusahaan, oleh karena itu kehilangan pengetahuan merupakan sebuah kerugian besar. Perusahaan akan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit
untuk
kembali
mendapatkan
pengetahuan
tersebut.
Kehilangan
pengetahuan ini dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya perusahaan ditinggalkan oleh orang yang memiliki pengetahuan yang bersifat tacit atau karena perusahaan tidak memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang mendukung. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut penting bagi perusahaan untuk memiliki knowledge management yang memadai. Perkembangan teknologi dan informasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengelolaan pengetahuan dalam perusahaan. Perkembangan teknologi memungkinkan perusahaan untuk terus mengembangkan sistem yang mereka miliki demi meningkatkan daya saing, termasuk untuk mengelola pengetahuan. Pemanfaatan teknologi untuk mengelola pengetahuan melalui knowledge
management
system
akan
memungkinkan
perusahaan
untuk
mendapatkan informasi dengan lebih cepat, mengolahnya secara lebih baik, dan lebih mudah untuk mengkombinasikannya dengan pengetahuan yang sudah ada.
2
Knowledge management system menuntut tersedianya sistem informasi dengan kualitas tinggi, cepat, dan dapat diandalkan dengan tujuan menghubungkan para pekerja, sehingga dapat melakukan aktifitas knowledge sharing, sehingga perusahaan yang menerapkan knowledge management system harus berinvestasi dalam jumlah besar pada sektor IT (Hansen et al. 1999). IT memiliki peranan yang penting dalam suatu perusahaan terkait kemampuan perusahaan dalam menerapkan suatu pengetahuan secara efektif dan juga menciptakan pengetahuan baru (Alavi & Leidner, 2001). Knowledge management system merupakan sebuah sistem yang berbasis informasi dan teknologi yang dikembangkan untuk mendukung dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam proses penciptaan, penyimpanan, transfer, dan aplikasi pengetahuan (Alavi & Leidner, 2001). Peranan utama IT dalam konteks ini adalah untuk membantu karyawan dalam membagi pengetahuan melalui suatu alat (penyimpanan) supaya pengetahuan tersebut dapat digunakan kembali dan memiliki nilai ekonomi (Kankanhalli et al, 2003). Melalui pembentukan suatu database yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja, teknologi informasi memberikan banyak kemudahaan bagi perusahaan dalam melakukan aktifitas knowledge sharing. Hansen et al (1999) menyebut hal ini sebagai codification strategy di mana pengetahuan secara hati-hati disusun dan disimpan dalam suatu database sehingga dapat digunakan oleh siapa saja dalam perusahaan. Proses kodifikasi mengharuskan pengetahuan bersifat explicit. Salah satu bentuk aktivitas dalam knowledge management adalah proses untuk mengubah tacit knowledge menjadi explicit knowledge agar nantinya knowledge reuse dapat dilakukan dengan lebih
3
efektif dan efisien. Tacit knowledge merupakan suatu pengetahuan yang belum diartikulasikan
sehingga
hanya
pemilik
pengetahuan
yang
mengetahui
pengetahuan tersebut, sehingga manfaat pengetahuan tersebut hanya bisa diperoleh perusahaan melalui orang tersebut. Berkebalikan dengan tacit knowledge, explicit knowledge adalah pengetahuan yang mudah dipelajari karena sudah diartikulasikan. Dengan kata lain jika perusahaan ingin mendapatkan manfaat dari tacit knowledge melalui media yang berbeda maka perusahaan harus menerapkan knowledge management. Ketersediaan dan penggunaan pengetahuan dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting untuk mencapai kesuksesan. Perusahaan yang memiliki sumber pengetahuan yang lebih baik daripada kompetitornya memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan competitive advantage, namun untuk mendapatkan manfaat dari pengetahuan yang dimiliki maka perusahaan harus mampu mengelolanya secara tepat (Chilton & Bloodgood, 2010). Menurut Alavi dan Leidner (2001) penggunaan kembali pengetahuan (knowledge reuse) adalah proses di mana karyawan dapat memanfaatkan atau menggunakan pengetahuan yang telah dibagi. Pengetahuan yang dibagi melalui knowledge management system diharapkan dapat membantu karyawan, baik untuk menyelesaikan pekerjaan, mengambil keputusan, atau bahkan menciptakan pengetahuan baru. Mengacu pada penelitian Ernst and Young tahun 1997 dalam Holsapple dan Joshi (2000), innovasi dipandang sebagai pencapaian tertinggi dari penerapan knowledge management.
4
Cummings et al (2003) mendefinisikan inovasi sebagai kesuksesan implementasi dari ide, tugas, dan prosedur yang bersifat kreatif. Kemampuan perusahaan dalam melakukan inovasi menjadi salah satu pilar untuk meningkatkan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan. Selama beberapa dekade, banyak literatur secara konsisten menunjukan bahwa inovasi adalah penggerak bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan (schumpeter, 1934). Banyak penelitian mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi dan penelitian tersebut secara konsisten menunjukan bahwa pengetahuan dan kemampuan perusahaan sebagai faktor utama (Moos et al, 2011). Salah satu peran dari knowlege management adalah untuk memperkuat kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan melalui kegiatan berbagi dan memanfaatkan pengetahuan. Kemampuan perusahaan dalam melakukan inovasi tergantung pada kemampuan perusahaan untuk melakukan penyerapan dan kombinasi antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah ada, serta bagaimana perusahaan memanfaatkan pengetahuan tersebut. Tantangan terbesar yang kemudian dihadapi oleh perusahaan adalah bagaimana perusahaan mendapatkan dan memanfaatkan pengetahuan yang relevan (Moos et al, 2011). Proses pengolahan pengetahuan dari mulai mendapatkan hingga memanfaatkan sangat bergantung pada kemampuan perusahan tersebut dalam menyerap pengetahuan. Abpsortive capacity (ACAP) yang berkaitan dengan penyerapan dan penerapan pengetahuan untuk tujuan komersial menjadi faktor yang sangat penting untuk pembelajaran organisasi dan inovasi (Cohen et al, 1990). Tujuan utama dari pengelolaan pengetahuan oleh perusahaan adalah untuk mendapatkan
5
nilai ekonomi dari pengetahuan tersebut, absorptive capacity adalah rangkuman dari proses pengolahan pengetahuan menjadi bentuk yang diinginkan oleh perusahaan dan berujung pada inovasi. Konsep ACAP yang awalnya dikembangkan oleh Cohen et al (1990) ini kemudian dikonsepkan kembali oleh Zahra dan George (2002) yang membagi ACAP menjadi dua komponen yaitu potential absorptive capacity (PACAP) dan realized absorptive capacity (RACAP). PACAP adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh (acqusition) dan memahami (assimilate) pengetahuan, sedangkan RACAP adalah kemampuan perusahaan untuk mengubah dan mengkombinasikan
pengetahuan
(transformation),
serta
memanfaatkan
(exploitation) pengetahuan yang sebelumnya telah melewati proses akuisisi, asimilasi dan transformasi. Kemampuan memperoleh (acquire) pengetahuan dalam absorptive capacity bergantung pada kemampuan perusahaan untuk mengakses pengetahuan eksternal (Daghfous, 2004). Pengetahuan yang telah diperoleh perusahaan tidak semuanya dapat langsung menjadi aset intelektual perusahaan dan diaplikasikan dalam kegiatan operasional perusahaan, pengetahuan tersebut harus benar-benar dipahami (assimilated) terlebih dahulu sebelum dapat diambil manfaatnya. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang baru diperoleh (acquired knowledge) belum tentu sesuai dengan nilai-nilai dan aktivitas perusahaan. Pengetahuan baru yang diperoleh dan telah diolah inilah yang kemudian menjadi aset intelektual perusahaan. Pengetahuan ini kemudian dikombinasikan dengan pengetahuan lama sehingga akan memunculkan sinergi dalam bentuk rutinitas-rutinitas baru, setelah
6
melalui tahap transformasi ini pengetahuan baru dapat dieksploitasi oleh perusahaan untuk menghasilkan inovasi-inovasi baru. Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk menilai keefektifan penerapan knowledge management oleh PT Pertamina Persero yang terkait dengan absorptive capacity perusahaan untuk menghasilkan inovasi. Pemilihan Pertamina sebagai objek penelitian dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, yang pertama, Pertamina merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang telah menerapkan Knowledge Management System dan memiliki komitmen yang kuat sedari awal penerapannya. Pada tanggal 17 September 2009, direktur utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan menetapkan kebijakan knowledge management sebagai berikut: 1. Mengintegrasikan seluruh aset pengetahuan yang tersebar di beberapa situs fungsi/unit operasi/unit usaha ke dalam portal (Knowledge Management Pertamina) KOMET. 2. Mendorong jajaran direksi dan manajemen perusahaan sampai dengan level asisten manajer atau setara di fungsi/unit operasi/unit usaha menjadi role model pengembangan knowledge management dengan berpartisipasi dalam proses berbagi pengetahuan berdasarkan pengalaman, lesson learned, dan success story. 3. Menyelenggarakan
kegiatan–kegiatan
pendukung
lainnya
secara
berkelanjutan sehingga tumbuh menjadi budaya yang baik untuk
7
mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas di setiap fungsi/unit operasi/unit usaha Pertamina. 4. Merencanakan penyajian aset pengetahuan dalam KOMET sebagai salah satu item KPI/SMK mulai tahun 2010.
Alasan yang berikutnya adalah transformasi yang dilakukan oleh Pertamina. Transformasi dengan visi untuk “menjadi perusahaan energi kelas dunia” ini telah mendorong Pertamina untuk melakukan perubahan dan perbaikan di berbagai bidang. Pertamina melalui direktur utama Kareen Agustiawan menyatakan pentingnya pengetahuan sebagai bagian utama dalam transformasi Pertamina. Inovasi-inovasi baru sangat dibutuhkan oleh Pertamina untuk melakukan transformasi yang telah dicanangkan serta mewujudkan visi menjadi perusahaan energi kelas dunia. Sebagai perusahaan yang menjadikan pengetahuan sebagai bagian utama dari perusahaan, Pertamina menyadari untuk mewujudkan inovasi diperlukan pengelolaan pengetahuan yang memadai. Alasan terakhir pemilihan Pertamina adalah penghargaan yang baru saja diterima oleh Pertamina dalam sebuah kompetisi knowledge management yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menerapkan knowledge management. yaitu MAKE (Most Admired Knowledge Enterprise). Prestasi yang diraih oleh Pertamina ini menunjukan keunggulan Knowledge Management System yang dimiliki oleh Pertamina dibandingkan perusahaan lain. Penghargaan
8
tersebut dapat dikatakan menjadi salah satu bukti kesuksesan Pertamina dalam menerapkan knowledge management yang diterapkan sejak November 2008. Keberhasilan penerapan Knowlege Management System oleh Pertamina bukan tanpa kendala. Meski terdapat banyak keunggulan dan manfaat yang diperoleh dari sistem aplikasi KOMET terdapat beberapa kendala yang ditemui, antara lain: 1. Seringkali terjadi salah kategorisasi pada saat karyawan melakukan upload pengetahuan, sehingga tidak jarang aset dalam suatu kategori tidak berhubungan dengan kategori dimaksud, atau adanya suatu aset pengetahuan yang berhubungan dengan beberapa kategori, tetapi hanya diupload dalam satu kategori. 2. Aplikasi Portal KOMET berbasis web dengan menggunakan jaringan intranet perusahaan. Karyawan yang ingin mengakses aplikasi tersebut sering mengalami kesulitan ketika melakukan akses dari luar jaringan intranet perusahaan, meski telah disediakan akses dengan virtual private network (VPN). 3. Di era mobile digital saat ini, aplikasi KOMET belum dapat diakses dari mobile device seperti smartphone, sehingga karyawan tidak bisa mengaksesnya setiap saat ketika berada di luar kantor. 4. Budaya knowledge sharing pada karyawan sangat tinggi ketika kegiatan tersebut menjadi salah satu kriteria penilaian kinerja dalam Key Performance Indicator (KPI) dan Sistem Manajemen Kinerja (SMK)
9
karyawan atau fungsi. Namun, jumlahnya menurun ketika tidak lagi masuk sebagai salah satu poin penilaian kinerja. 5. Aplikasi Portal KOMET belum dimanfaatkan secara optimal oleh karyawan,
karena
hanya
sebagian
karyawan
saja
yang
banyak
mengaksesnya.
Penelitian ini dilakukan di Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap. PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu dari tujuh jajaran unit pengolahan di tanah air yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000 barrel/hari, dan fasilitas terlengkap. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air (www.pertamina-up4.co.id). Unit pengolahan merupakan unit produksi dari Pertamina di mana pada divisi inilah banyak ditemukan dan diterapkan inovasi baru. Unit ini juga merupakan unit yang memiliki kaitan paling erat dengan penerapan pengetahuan dan perkembangan teknologi baru. Sebagai unit pengolahan terbesar di Indonesia, Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap dianggap mewakili gambaran keadaan Pertamina secara keseluruhan.
10
1.2 Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah, apakah knowledge management
yang diterapkan
Pertamina memiliki dampak terhadap pengetahuan organisasional perusahaan dan kesuksesan dalam melahirkan inovasi? .
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian ini meliputi: 1. Apakah pengetahuan organisasional mempunyai pengaruh positif terhadap kesuksesan inovasi? 2. Apakah kemampuan akuisisi pengetahuan mempunyai pengaruh positif terhadap pengetahuan organisasional? 3. Apakah kemampuan asimilasi pengetahuan mempunyai pengaruh positif terhadap pengetahuan organisasional? 4. Apakah kemampuan transformasi pengetahuan mempunyai pengaruh positif terhadap keberhasilan inovasi? 5. Apakah kemampuan eksploitasi pengetahuan mempunyai pengaruh positif terhadap keberhasilan inovasi?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1. Pengaruh positif pengetahuan organisasional terhadap kesuksesan inovasi.
11
2. Pengaruh positif kemampuan akuisisi pengetahuan terhadap pengetahuan organisasional. 3. Pengaruh positif kemampuan asimilasi pengetahuan terhadap pengetahuan organisasional. 4. Pengaruh positif kemampuan transformasi terhadap keberhasilan inovasi. 5. Pengaruh
positif
kemampuan
eksploitasi
pengetahuan
terhadap
keberhasilan inovasi.
1.5 Batasan Penelitian Cakupan dari knowledge management sangatlah luas. Pada penelitian ini peneliti membatasi penelitian ini hanya pada kemampuan PT Pertamina Persero dalam
mendapatkan,
memahami,
mentransformasi,
dan
memanfaatkan
pengetahuan untuk menjadi aset intelektual perusahaan dan melahirkan inovasiinovasi baru bagi perusahaan. Penelitian ini didasari enam variabel yang beruhubungan dengan pengetahuan dan inovasi (sebagaimana penelitian Moos et al (2011)). Obyek dari penelitian ini adalah pegawai PT. Pertamina Persero unit pengolahan IV Cilacap.
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi akademisi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk memahami arti penting pengetahuan bagi perusahaan dan sebagai referensi
12
bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang sumber daya manusia, khususnya yang berhubungan dengan knowledge management, absorptive capacity, dan inovasi. Selain itu, diharapkan faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam penelitian selanjutnya. 2. Bagi perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perusahaan, di mana saat ini Pertamina terus mengembangkan knowledge management yang mereka miliki. Pengembangan ini akan terus dilakukan oleh Pertamina terkait dengan usaha untuk mencapai visi menjadi perusahaan energi kelas dunia.
1.7 Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai hal-hal yang mendasari penelitian, meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini membahas mengenai berbagai teori dan konsep yang mendasari penelitian ini disertai dengan hipotesis-hipotesis dan model penelitian. BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini berisi uraian metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, pengumpulan data, populasi dan sampel, pre-test,
13
definisi operasional dan pengukurannya, instrumen penelitian, pengujian instrumen, dan pengujian hipotesis. BAB IV. ANALISIS DATA Bab ini berisi analisis hasil penelitian mengenai variabel-variabel yang diuji. Informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah menjadi seperangkat data yang relevan. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan temuan akhir penelitian ini. Pada bab ini juga dipaparkan mengenai keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian mendatang.
14