BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perkembangan teknologi digital khususnya Siaran Televisi digital di Indonesia sudah tidak dapat dihindari lagi keberadaannya. Sistem penyiaran digital merupakan perkembangan yang pesat di dunia penyiaran, di mana terdapat peningkatan kapasitas layanan melalui efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensi radio. Sistem penyiaran televisi digital bukan hanya mampu menyiarkan data gambar dan suara, tetapi juga memiliki kemampuan multifungsi dan multimedia seperti layanan interaktif dan bahkan informasi dini peringatan bencana. Bermula dengan ditetapkan peraturan menteri Kominfo No. 07/P/M. KOMINFO/3/2007 yang ditandatangani oleh Menkoinfo Sofyan Djalil pada 1 Maret 2007 tentang penyiaran digital terestrial untuk televisi tidak bergerak di Indonesia yang saat itu diterapkan sistem Digital Video Broadcast Terestrial (DVB-T), namun dengan teknologi yang berkembang diadopsi sebuah sistem DVB-T generasi kedua yaitu DVB-T2. Meskipun terganjal dengan Undangundang dan kesiapan pada penonton yang harus menambahkan sebuah alat konversi sistem analog ke digital (set top box) sehingga tidak mudah untuk pelaksanaannya kecuali adanya subsidi atau alat tersebut dijual dengan harga murah sehingga terjangkau oleh masyarakat Indonesia yang rata-rata tingkat perekonomian dalam golongan kelas menengah ke bawah, sehingga mereka akan berpikir dua kali untuk membeli peralatan set top box tersebut. Sesuatu yang disayangkan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) telah mengabulkan gugatan
Asosiasi televisi Jaringan Indonesia (ATVJI) yang
menggugurkan peraturan Menteri Kominfo
Nomor 22 tahun 2011, tentang
penyelenggara TV digital. Untuk itu hendaknya pemerintah berkonsultasi duduk bersama dengan DPR untuk membuat Undang-undang penyiaran TV digital yang baru sebagai revisi Undang-undang sebelumnya. UU NO.32 tahun 2002 Tentang televisi digital pemakaian Frekuensi digital yaitu di 474 Mhz – 690 Mhz yang
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
terdiri dari 15 zona, satu zona memiliki 6 penyelenggara multipleksing, di setiap 1 multipleksing dapat terisi 12 konten siaran yang terdiri dari 2 HD, dan 10 SDI. Sehingga total 1 zona berjumlah 72 kanal yang tersedia. Namun tergantung dari kesiapan dari operator penyiaran tersebut. Di Jakarta telah dilakukan uji coba siaran oleh 8 penyelenggara multipleksing di antaranya TVRI (UHF 42), RCTI (UHF 24) , SCTV (UHF 44) , TVONE (UHF 34), TRANS CORP (UHF 40), METROTV (32), BERITA SATU (UHF 36) dan RTV (UHF 48). Yang nantinya setiap masing-masing multipleksing akan memiliki 6 – 12 kanal siaran yang dapat diisi oleh berbagai konten, sehingga yang sebelumnya ada rasa ketakutan oleh pengusaha televisi analog untuk tidak dapat porsi keuntungan di bisnis ini akan sirna, apabila TV digital sudah resmi di laksanakan, maka akan banyak TV konten bermunculan, karena mereka tidak perlu berinvestasi untuk pembangunan pemancar dan pembuatan izin siaran seperti izin penyelenggara penyiaran TV analog yang biayanya cukup tinggi bahkan suatu prospek yang cukup menjanjikan bagi penyelenggara multipleksing. Dalam satu kanal dapat diisi 2 format High Definition Multimedia interface (HDMI) dan sampai 8 format Serial Digital Interface (SDI) menggunakan modulasi 64QAM,
dengan di tambah teknologi headend, siaran dengan
menggunakan modulasi Coded
Orthogonal Frequency Division Multiplexing
(COFDM ) akan lebih meningkatkan Bit Rate hingga 40 Mbit/s. serta memperbaiki troughput pada sistem tersebut. Tahapan masa Transisi TV digital adalah sbb: 1. Moratorium ( menghentikan proses perizinan baru operator penyiaran) Agar kanal yang diperuntukkan bagi alokasi spektrum penyiaran digital dijamin keberadaannya 2. Pembagian wilayah Indonesia menjadi 15 zona, seperti terdapat pada tabel berikut, dan setiap wilayah mendapat alokasi kanal yang sama, sesuai dari hasil pelelangan yang dilakukan oleh kementrian Kominfo, dan sudah diseleksi sebelumnya kesiapan serta memiliki berbagai persyaratan untuk menjadi operator penyiaran apakah sudah layak menjadi Penyelenggara multipleksing 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang di tawarkan untuk daerah yang berbeda. Berikut ini tabel zona yang di buat oleh Kementrian Kominfo untuk pembagian alokasi multipleksing Tabel 1.1 Zona dan Jumlah Penduduk Indonesia Zona
Nama Lokasi
Jumlah
Persentase
Penduduk 1
Aceh, Sumatera Utara
19,000,000
7,47%
2
Sumatera Barat, Riau, Jambi
15,000,000
5,9%
3
Sumatera
20,000,000
7,9%
22,000,000
8,67%
47,000,000
18,5%
Selatan,
Bangka
Belitung, Bengkulu, Lampung
4
Banten,
DKI
(Jakarta,
Bogor,Depok,Tangerang, Bekasi).
5
Jawa
Barat
(di
luar
Jabodetabek)
6
Jawa Tengah, DI Yogyakarta
37,000,000
14,5%
7
Jawa Timur
40,000,000
15,74%
8
Bali, NTT, NTB
14,000,000
5,5%
9
Kalimantan Barat, Kalimantan
7,000,000
2,75%
8,000,000
3,15%
11,000,000
4,33%
6,000,000
2,36%
Tengah
10
Kalimantan
Selatan,
Kalimantan Timur
11
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
12
Sulawesi
Utara,
Sulawesi
Tengah, Gorontalo
13
Maluku, Maluku Utara
2,600,000
1%
14
Papua Barat, Papua
3,500,000
1,3%
15
Kepulauan Riau
2,000,000
0,7%
Total
254,100,000
100%
Sumber data bps.go.id
3 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Penyiaran tahap I, menggunakan kanal-kanal kosong yang tidak digunakan TV analog (Penggunaan kanal secara bersama hingga tahun 2014). Penyiaran Tahap II, ( Digital penuh di tahun 2015 untuk kota-kota besar dan 2020 Untuk kota-kota kecil). Namun terkendala dengan adanya gugatan yang dilayangkan oleh Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia (ATVJI), ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan dimenangkan Oleh ATVJI. Sehingga Pemerintah perlu merevisi Undang-Undang TV digital kembali dan menetapkan UndangUndang yang baru.
1.2 PEMBATASAN PENELITIAN Untuk membatasi cakupan penelitian ini, maka pembatasan penelitian ini hanya mencakup hal sebagai berikut ini yaitu: 1. Subjek penelitian ini adalah bagaimana manajemen strategi Rajawali Televisi (RTV) dalam menyongsong Era siaran TV digital, waktu perencanaan 20152018. 2. Kemudian sebagai penyelenggara multipleksing apa yang harus dilakukan oleh manajemen RTV agar penyedia konten tertarik untuk bermitra. 3. Objek penelitan dilakukan di Lembaga Penyiaran Swasta Rajawali Televisi (LPS RTV). 4. Di dalam menformulasikan Manajemen Strategis dilakukan pendekatan Analisis SWOT.
1.3 PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas maka dapatlah ditarik suatu permasalahan yang yang akan di teliti yaitu: Bagaimana manajemen strategi RTV dalam menyongsong Era penyiaran TV digital untuk tahun 2015-2018, dan apa saja yang harus dilakukan oleh manajemen RTV agar penyedia konten tertarik untuk bermitra. 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.4 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari Penelitian ini dapat memberikan rekomendasikan ke penyelenggara
multipleksing
(Mux),
setidaknya
dapat
menjadi
bahan
pertimbangan opsi strategi untuk menghadapi Era penyiaran TV digital di masa priode 2015-2018. Sedangkan tujuannya yaitu di Era penyiaran TV digital ini adalah strategi yang tersusun sehingga mampu menarik para penyedia konten siaran untuk bermitra dengan RTV.
1.5 MANFAAT DAN KEGUNAAN Penelitian ini setidaknya ada manfaat bagi perusahaan untuk menyusun strategis jitu dalam menghadapi Era penyiaran TV digital, yang sudah di ambang pintu dan tidak mungkin akan dihindari lagi karena teknologi terus berkembang dan produksi peralatan selalu mengikuti perkembangan teknologinya. Atas dasar penelitian tersebut maka akan didapatkan manfaatnya antara lain sebagai berikut: 1. Kegunaan secara praktis : menambah wawasan bagi praktisi serta dapat menjadi referensi bagi perusahaan untuk menjalankan strateginya. 2. Kegunaan secara Teoritis : pengembangan secara ilmiah yang dapat menambah wawasan bagi dunia pendidikan
1.6 SISTIMATIKA PENULISAN Penelitian ini terdiri dari tujuh bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN Pada bagian ini akan disampaikan Latar Belakang, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Maksud dan Tujuan, manfaat dan Kegunaan, serta Sistematika Penulisan
5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini akan disampaikan tentang Kajian Pustaka, teori strategis yang akan di gunakan sebagai bahan penelitian dan teknologi penyiaran digital yang berbasis penyiaran digital DVB-T2.
BAB III. METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan disampaikan Metodologi Penelitian yang mencakup metode penelitian, pengumpulan data dan analisis serta tahap penentuan strategis.
BAB IV. HASIL DAN ANALISA Pada bagian ini akan disampaikan tentang gambaran umum serta objek yang akan diteliti dan analisis strategis yang akan di ambil dalam mengembangkan bisnis perusahaan dan mendapatkan revenue yang besar.
BAB V. DISKUSI Pada bagian ini akan disampaikan tentang diskusi perencanaan strategis, tentang apa yang akan di lakukan rencana ke depan, sehingga memberikan arti tentang penelitian sesungguhnya yang berdasarkan teori dan praktis.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini adalah penutup dan sekaligus
disampaikan hasil
kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan, serta saran yang di sampaikan ke manajemen dari hasil analisa strategi sebagai referensi atau masukan untuk menentukan strategi ke depannya dalam periode tahun 20162018.
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/