BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan merupakan salah satu inti dari kegiatan manusia sehari - hari. Perdagangan menurut UU Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2014 adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi. Dengan melakukan perdagangan manusia dapat mengisi kebutuhan dan keinginan mereka. Sistem perdagangan manusia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan perdagangan tradisional yang mengaharuskan pedagang bertemu langsung dengan pembeli atau konsumen saat ini mulai mendapat persaingan dari model perdagangan baru yaitu perdagangan melalui sistem elektronik. Perdagangan melalui sistem elektronik atau lebih sering disebut dengan ecommerce menurut UU Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2014 adalah perdagangan yang transaksinya dilakukan melalui serangkaian perangkat dan prosedur elektronik. Pendapat lain dikemukakan oleh Purbo (2000) bahwa e – commerce merupakan suatu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik. Saat ini perdagangan melalui sistem elektronik biasanya terhubung oleh jaringan internet untuk mengakses toko – toko online yang tersedia di dalam
1
jaringan internet. Penjualan melalui sistem elektronik diperkirakan akan meningkat 20,1 % hingga akhir tahun 2014 1 . Masyarakat Indonesia sendiri mencatatkan peningkatan pembelian produk melalui sistem elektronik. Transaksi pada tahun 2013 sekitar US $ 1,79 miliar meningkat menjadi US$ 2,60 miliar pada tahun 2014 dan diproyeksikan menjadi US$ 3,56 miliar pada tahun 2015 yang mengindikasikan bahwa pembelian produk melalui sistem elektronik sedang populer di Indonesia2. Peluang penjualan menggunakan sistem elektronik dilirik oleh banyak perusahaan baik produsen produk maupun jasa tidak terkecuali maskapai penerbangan. Hal tersebut sudah dibuktikan oleh Bonilla & Bonilla (2008) bahwa penjualan terbesar melalui internet adalah untuk melakukan perjalanan, membeli buku, musik dan perkomputeran. Lebih lanjut ia menjabarkan bahwa kategori perjalanan dan akomodasi pariwisata menjadi perdagangan terlaris melalui internet (Wolfe via Bonilla & Bonilla, 2014 : 497). Asociacion para la Investigacion de Medios de Communicacion (AIMC) Spanyol menyebutkan bawa pembelian e-ticket maskapai menjadi produk paling laris beberapa tahun terakhir 3 . Beberapa hal tersebut membutikan bahwa pasar perdagangan sistem elektronik melalui internet menjadi pasar bagi maskapai dunia tak terkecuali Indonesia.
Oleh Gavriel Ismail www.deliknews.com/2014/12/19/penjualan-e-commerce2015-tumbuh-10-miliar-dolar/ diakses pada tanggal 17 Januari 2015 pukul 20.23 1
Oleh anonym, Startupbisnis.com/data-statistik-mengenai-pertumbuhan-pangsapasar-e-commerce—di-Indonesia-saat-ini diaksses pada tanggal 17 Januari 2015 pukul 20.40 2
3
Lihat Bonilla hal. 497.
2
Di Indonesia sendiri sistem penjualan tiket pesawat terbang oleh maskapai tidak berbeda dari negara lainnya. Sistem penjualan dibedakan menjadi penjualan tradisional atau manual yang mengharuskan pembeli bertatap muka langsung dengan petugas pertiketan di kantor cabang maskapai atau agen perjalanan dan penjualan online yang tidak mengharuskan pembeli bertatap muka dengan petugas pertiketan melainkan menggunakan perangkat elektronik mereka yang terhubung dengan jaringan internet. Penjualan melalui online dapat dilakukan dengan cara membuka situs internet maskapai tertentu, aplikasi telepon pintar maskapai tertentu atau aplikasi travel aggregrator. Aplikasi travel aggregrator adalah kumpulan mesin pencari agen perjalanan di satu tempat yang dapat mengkomparasikan penawaran dari berbagai harga tiket atau akomodasi dari maskapai penerbangan atau hotel4. Aplikasi travel aggregrator dapat pula disebut sebagai agen perjalanan online. Sedangkan agen perjalanan adalah perusahaan khusus mengatur dan mneyelenggarakan
perjalanan
dan
persingggahan
orang-orang
termasuk
kelengkapan perjalanannya, dari satu tempat ke tempat lain,baik di dalam negeri maupun luar negeri secara khusus agen perjalanan melayani penjualan tiket sarana angkutan, mengurus dokumen perjalanan, melayani pemesana sarana wisata lainnya dan menyelenggarakan transfer bagi wisatawan (Damardjati, 1992 : 92-93) Pembuatan strategi penjualan tiket secara online merupakan imbas dari kemajuan internet dan peningkatan jumlah pengguna internet yang memungkinkan organisasi untuk melakukan bisnis dengan lebih cepat dan masif, yang akhirnya
Oleh Chiman Darmarejan, www.slideshare.net/mobile/chinan/definiton-of-anaggregrator-travel diakses pada tanggal 17 Januari 2015 pukul 21.00 4
3
membuat pasar semakin kompetitif dan secara ekstrem mengubah cara konsumen membeli barang dan jasa (Trianggoro, 2014 : 27). Hal tersebut dikuatkan lagi oleh Sulaiman et al (2008) bahwa perusahaan sudah menggunakan internet dengan tujuan memotong biaya pemasaran yang pada ujungnya akan menurunkan harga produk sehingga dapat bersaing di pasar. Maka dari itu maskapai juga meluncurkan sistem pembelian online karena tuntutan pasar dan zaman. Terkait dengan hal tersebut, terdapat fenomena pembelian tiket secara online oleh konsumen yang disebut-sebut akan mematikan usaha agen perjalanan. Persentase pembelian tiket melalui sistem online yang masih dalam kisaran 10% dari total penjualan tiket dinilai makin lama akan meningkat seiring penggunaan perangkat elektronik oleh masyarakat5. Dengan kata lain hal tersebut menyatakan bahwa saat ini konsumen mulai beralih ke pembelian tiket pesawat terbang melalui sistem online baik dari situs internet maskapai, aplikasi telepon pintar maskapai atau aplikasi agen perjalanan online. Fenomena pembelian tiket pesawat terbang tersebut sangat menarik untuk diteliti untuk membuktikan kebenaran bahwa konsumen saat ini beralih melakukan pembelian secara online daripada secara manual. Sebagai pembanding adalah penelitian oleh Trianggoro (2014) yang menyatakan bahwa pembeli atau konsumen kereta api di Yogyakarta tetap lebih memilih pembelian manual daripada membeli melalui internet.
Iam, Bisnis Tour and Travel Terancam, diakses melalui www.radar – palembang.com pada 15 Januari 2015 pukul 15.34 5
4
Pesawat terbang juga merupakan salah satu alat transportasi yang penting untuk mendukung kegiatan kepariwisataan. Seperti yang diungkapkan dalam pasal 17 PP Nomor 50 tahun 2011 mengenai Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional yang berbunyi (1) penyediaan dan pengembangan sarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan api. (2) Penyediaan dan pengembangan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api. Kemudian di pasal 18 ayat 1 menyebutkan pemerintah juga mengembangkan dan meningkatkan kemudahan akses dan pergerakan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di destinasi pariwisata nasional. Selain Ripparnas UU Nomor 10 tahun 2009 mengenai kepariwisataan menyebutkan dalam pasal 14 bahwa jasa transportasi wisata dan jasa perjalanan yang termasuk dalam kategori usaha pariwisata merupakan hal – hal penting atau salah satu elemen pendukung kegiatan pariwisata. Beberapa pasal di dalam Ripparnas dan UU No. 10 tahun 2009 tersebut mendukung perusahaan maskapai untuk mengembangkan sayap bisnisnya terutama ke daerah – daerah pariwisata nasional untuk memudahkan wisatawan berwisata dan mendukung kegiatan kepariwisataan di tempat-tempat pariwisata nasional. Kemudahan dalam membeli tiket pesawat terbang dapat menjadi salah satu faktor untuk memudahkan wisatawan pergi berwisata ke destinasi-destinasi yang mengharuskan mereka menggunakan jasa pesawat terbang.
5
Dari beberapa fakta yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini berusaha untuk membuktikan perilaku konsumen transportasi udara terkini yang memilih sistem manual atau online. Sistem pembelian tiket manual dan online juga dapat memudahkan wisatawan dalam membeli tiket pesawat terbang untuk mendukung kegiatan wisatanya. Lebih lanjut penelitian ini akan menjawab sistem pembelian yang paling populer di kalangan masyarakat Indonesia yang akan diwakilkan oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada. 1.2 Rumusan Masalah Seperti yang telah diutarakan di bagian pendahuluan, maka penelitian ini dapat merumuskan beberapa masalah seperti berikut : 1) Apa saja sistem pembelian tiket pesawat terbang yang dipilih oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada? 2) Apa saja alasan yang yang dipilih dalam memilih tiap sistem pembelian tiket pesawat terbang? 3) Bagaimana perbandingan alasan pemilihan pembelian tiket pesawat terbang melalui sistem manual dengan online? 4) Bagaimana korelasi antara karakter responden dengan Sistem dan alasan pembelian tiket pesawat terbang? 1.3 Tujuan Penelitian Seperti yang diutarakan pada bagian pendahuluan, maka penelitian ini merumuskan beberapa masalah seperti berikut :
6
1) Mengetahui sistem pembelian tiket pesawat terbang yang dipilih oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada. 2) Mengetahui alasan yang dipilih dalam memilih tiap sistem pembelian tiket pesawat terbang. 3) Mengetahui perbandingan alasan pemilihan pembelian tiket pesawat terbang melalui sistem manual dengan online. 4) Mengetahui apakah ada korelasi antar karakter responden dengan sistem dan alasan pembelian tiket pesawat terbang. 1.4 Manfaat Penelitian Teoritis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perkembangan e-commerce terkait dengan fenomena pembelian online oleh masyarakat Indonesia. 2) Sebagai media untuk mengetahui pemilihan sistem pembelian tiket pesawat terbang oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada terkini. 3) Menjawab teori – teori terkait dengan perilaku konsumen dalam memilih cara pembelian. Praktis 1) Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan media sosialisasi bagi mahasiswa dalam pembelajaran strategi sistem pembelian tiket pesawat terbang terkini.
7
2) Tulisan ini dapat dijadikan bahan rujukan dalam menilai konsumen maskapai dalam pemilihan sistem pembelian tiket pesawat terbang. 3) Selanjutnya, hasil tulisan ini dapat memberi gambaran sistem pembelian tiket pesawat terbang yang lebih disukai oleh konsumen yang nantinya dapat mempengaruhi kebijakan penjualan tiket oleh perusahaan maskapai penerbangan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai sistem pembelian tiket pesawat terbang oleh konsumen. Penelitian ini fokus pada dua sistem pembelian tiket yaitu cara manual dan online. Kedua cara tersebut dibagi lagi menjadi pembelian melalui kantor cabang maskapai, agen perjalanan untuk sistem pembelian manual. Sedangkan pembelian secara online dibagi menjadi pembelian melalui situs internet maskapai, aplikasi telepon pintar milik maskapai dan aplikasi agen perjalanan online. Pertanyaan penelitian tersebut kemudian akan dibuat sebuah kuesioner yang nantinya akan diisi oleh responden. Responden yang dipilih adalah mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Jumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Selain jumlah yang besar, mahasiswa Universitas Gadjah Mada banyak yang berasal dari luar Yogyakarta bahkan pulau Jawa. Dengan banyaknya mahasiswa dari luar Yogyakarta dan pulau Jawa mengindikasikan mereka pernah menggunakan jasa maskapai penerbangan. Dengan pengalaman mereka menggunakan jasa maskapai penerbangan maka mereka juga berpengalaman dalam
8
melakukan pembelian tiket pesawat terbang sehingga mereka sangat cocok untuk dijadikan responden. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai pembelian tiket pesawat terbang masih jarang ditemukan di perpustakaan, jurnal ilmiah maupun e-book. Namun banyak penelitian yang membahas mengenai perilaku konsumen dalam membeli sesuatu produk. Penelitian yang menggunakan teori perilaku konsumen oleh Koetler (1999) sangat membantu penelitian ini. Perbedaan penerapan teori Koetler oleh penelitian lain dianggap tidak masalah karena yang ditonjolkan di dalam penelitian ini adalah apakah teori perilaku konsumen oleh Koetler (1999) menjawab rumusan masalah yang diteliti. Model penelitian seperti itulah yang diperlukan di dalam penelitian ini. Seperti penelitian oleh Widodo (1999) yang menerangkan bahwa kepuasan seseorang terletak pada kebutuhan dan keinginan yang mereka dapatkan. Terkadang manusia akan menggunakan produk pengganti yang sejenis sebagai solusi jika pilihan yang diinginkan tidak tersedia. Sebuah produk menawarkan setidaknya tiga komponen yaitu (1) fisik yang baik, (2) servis dan (3) gagasan. Manusia akan mencari pilihan yang terbaik bagi dirinya. Mereka akan bersikap selektif dalam memilih suatu produk dari banyaknya pilihan produk yang ditawarkan. Keunikan dari penelitiannya didasarkan pada teori perilaku konsumen oleh Koetler. Widodo (1999) memakai teori perilaku konsumen Koetler (1999) dalam membuat rumusan masalah dan kuesioner yang ia sebarkan kepada konsumen Radisson Weider Fitness Club. Dalam penelitiannya Widodo (1999) menganalisis 9
faktor – faktor yang memotivasi konsumen dalam berolahraga di Radisson Fitness Club yang selanjutnya penelitian tersebut ingin mengetahui faktor yang paling memotivasi konsumen dalam berolahraga di tempat tersebut. Sehingga hasil dari penelitian oleh Widodo tersebut dapat menjadi modal bagi Radisson Weider Fitness Club dalam bersaing dengan klub fitnes lainnya. Kemudian terdapat juga penelitian oleh Trianggoro (2014) mengenai sistem pertiketan. Namun penelitian tersebut berkonsentrasi pada pembelian tiket kereta api oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Penelitian tersebut meganalisis penerimaan konsumen terhadap fasilitas e-ticketing yang diperkenalkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Penelitian tersebut bertujuan menemukan bukti empiris mengenai adanya pengaruh Trust (TRU), Intention to Transact (INT), Perceived Ease of Use (PEU), Perceived Enjoyment (PE), Information on Eticketing (INE), Security and Privacy (SP), dan Quality of Internet Connection (QIC) terhadap penerimaan konsumen PT. KAI (persero) dengan menggunakan Technology Scceptance Model (TAM). Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kepada 270 responden konsumen kereta api di Yogyakarta. Dalam penelitian oleh Trihanggoro (2014) ditemukan bahwa kemudahan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat konsumen lebih memilih pembelian tiket secara langsung (manual). Selain itu disebutkan bahwa kualitas koneksi internet juga tidak berpengaruh signifikan terhadap keberterimaan atas sistem elektronik karena konsumen belum terbiasa menggunakan media online, sehingga kualitas internet yang baik masih belum bisa menarik konsumen untuk digunakan untuk penerimaan tiket elektronik.
10
Penelitian lain ialah mengenai pengaruh pengetahuan, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan perilaku hijau sebelumnya terhadap niat konsumen untuk menggunakan Reuse Bag (tas pakai ulang) di Yogyakarta. Penelitian oleh Maharani (2013) tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian skripsi ini. Persamaan tersebut terletak pada variabel yang akan dijadikan responden yaitu umur, jenis kelamin
dan
tingkat
pendidikan.
Dalam
penelitian
tersebut
Maharani
mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang lingkungan, tingkat pendidikan, dan perilaku hijau sebelumnya memiliki pengaruh terhadap niat konsumen untuk menggunakan reuse bag. Setelah membaca beberapa tinjauan pustaka diatas penelitian ini kemudian menggunakan beberapa metode yang dilakukan oleh peneliti-peneliti tersebut. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian deskripif kuantitatif yang didukung oleh pengisian kuesioner oleh responden. Teknik pemberian kuesioner dalam penelitian ini selain penyebaran secara langsung menggunakan media pesan instan terkini yaitu Line. Kemudian hasil dari kuesioner tersebut dapat diharapkan dapat menjawab fenomena sistem pembelian tiket yang paling dipilih oleh responden. 1.7 Landasan Teori Maskapai yang ingin bertahan di persaingan yang ketat di pasar Indonesia harus berorientasi kepada konsumen. Maskapai harus jeli dalam melihat faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Sistem pembelian tiket merupakan salah satu strategi yang dibuat oleh maskapai agar konsumen merasa mudah dalam membeli tiket. Sistem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
11
adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Hal tersebut dikemukakan oleh Koetler, dkk (1999) bahwa pembelian suatu produk oleh konsumen dipengaruhi oleh empat faktor. Keempat faktor tersebut adalah : a) Faktor budaya Dalam faktor budaya terdapat tiga sub faktor yaitu budaya itu sendiri, subbudaya dan kelas sosial. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Kemudian sub-budaya merupakan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya seperti kebangsaan, agama, kelompok dan wilayah geografis. b) Faktor sosial Kebanyakan masyarakat terdiri dari berbagai struktur kelas keluarga yang berbeda-beda. Faktor sosial mempunyai beberapa sub-faktor yang saling mempengaruhi. faktor – faktor tersebut adalah a) Kelompok acuan Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan sebagai kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut. b) Keluarga
12
Keluarga memberikan gambaran umum mengenai agama, politik dan ekonomi. c) Peran dan status Peran dan status yang tinggi atau rendah di masyarakat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. c) Pribadi Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi diantaranya usia – tahap siklus hidup, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian. d) Psikologis Di dalam faktor psikologis terdapat empat faktor utama diantaranya adalah a)
Motivasi Motivasi dapat berarti kebutuhan dan keinginan pada waktu tertentu. Motivasi dapat muncul dari kebutuhan biologis dan psikologis.
b)
Persepsi Persepsi adalah sebuah proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi,
dan
menginterpretasi
masukan
informasi
guna
menciptakan sebuah gambaran. Teori Koetler yang telah dipaparkan diatas dapat membantu penulis dalam memilih responden serta menggunakan faktor-faktor yang terdapat dalam teori
13
tersebut dalam membuat kuesioner. Faktor – faktor tersebut nantinya akan menjadi karakter responden di dalam kuesioner yang disebar. Selain menggunakan teori perilaku konsumen oleh Koetler, penelitian ini juga berhubungan dengan teori pemasaran. Teori pemasaran diperlukan untuk menguatkan teori perilaku konsumen Koetler karena dengan mengetahui perilaku konsumen di pasar maka perusahaan akan mengetahui sistem pemasaran yang tepat untuk memasarkan produknya. Pemasaran sendiri adalah satu proses sosial dan manajerial dengan nama seseorang / kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Sehingga dari definisi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sentral dari pemasaran adalah suatu usaha pemenuhan kebutuhan dari individu/kelompok akan suatu produk yang akan dipenuhi oleh produsen lewat pemasarannya (Widodo, 1999:16). Analisis faktorfaktor yang memotivasi konsumen dalam berolahraga di Raddison Weider Fitness Club-Radisson Yogya Plaza. Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran disusun dengan memasukkan tiga unsur pokok (Basu Swastha dan Hani Handoko, 1987) yaitu : 1) Orientasi pada konsumen Dalam orientasi ini perusahaan akan menentukan kelompok pembeli yang akan disasar, mengadakan penelitian pada konsumen, menentukan dan melaksakana starategi yang paling baik. 2) Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral 14
Diartikan sebagai pengintegrasian semua bagian dari perusahaan yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen. 3) Kepuasan konsumen Faktor yang akan menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan mendapatkan laba adalah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang akan dipenuhi. Jika teori perilaku konsumen dan pemasaran digabung dalam sebuah diagram maka diagram yang mewakilinya adalah sebagai berikut, (Koetler :1999) Pengenalan
Pencarian
Penilaian
Keputusan
masalah
Informasi
Alternatif
Membeli
Perilaku setelah pembelian
Gambar 1. diagram teori perilaku konsumen Teori perilaku konsumen oleh Koetler (1999) sangat membantu penulis dalam mengetahui karakteristik responden. Dengan mengetahui karakter responden diharapkan penelitian menjadi lebih fokus dan memahami responden. Kemudian karakter – karakter yang sesuai dengan teori perilaku Koetler (1999) dimasukkan dalam kuesioner yang dibuat untuk mendukung data penelitian. 1.8 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan model penelitian deskripsi kuantitatif. Menurut Wardiyanta (2006) jenis penelitian ini menggunakan data kuantitatif sebagai bahan analisisnya kemudian data tersebut dideskripsikan atas secara sistematis, faktual dan akurat.
15
Data- data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a) Data primer : Data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan dan mengolah sendiri dari tangan konsumen dengan cara pengisian kuesioner oleh responden. b) Data sekunder : Data ini diperoleh dengan cara menggali informasi yang diperlukan dan relevan dari organisasi, perseorangan, perusahaan, media massa (elektronik atau majalah). Beberapa cara dalam proses pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini adalah, 1) Observasi Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipan. Observasi partisipan adalah kegiatan observasi yang mengharuskan observator turut ambil bagian dalam keadaan obyek yang diobservasi (Narbuko dan Achmadi, 2003 : 72). Dengan pengalaman selama tiga bulan melakukan job training di Pasar Tiket sejak September hingga November tahun 2013 menjadi modal bagi peneliti mengetahui secara umum bagaimana penjualan tiket pesawat terbang melalui agen perjalanan. Observasi dilakukan pula di kantor cabang Garuda Indonesia Yogyakarta di Hotel Ambarukmo dan di lingkungan kampus Universitas Gadjah Mada untuk menemukan responden dalam pengisian kuesioner. 2) Wawancara
16
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka. Wawancara terbuka sendiri menurut Narbuko dan Achmadi (2003) adalah wawancara yang terdiri dari pertanyaan – pertanyaan yang bentuknya sedemikian rupa sehingga responden/ informan diberikan kebebasan menjawabnya. Tahapan pertama adalah dengan melakukan wawancara untuk menggali informasi dari pemimpin serta pemilik Pasar Tiket, Bapak Hendrikus Surya Dharma. Kedua dengan mewawancarai General Affair maskapai penerbangan. Maskapai penerbangan yang akan dipilih adalah kantor cabang Garuda Indonesia Yogyakarta yang terletak di Hotel Royal Ambarukmo. 3) Pemberian Kuesioner dan pengumpulan Data Metode kuesioner dipakai dalam penelitian ini karena dapat membantu penulis dalam mengumpulkan data suara dari responden. Dengan metode kuesioner yang diwakilkan beberapa responden, penelitian ini diharapkan mewakili mahasiswa Universitas Gadjah Mada secara umum. 1) Pemberian kuesioner Pemberian kuesioner ini menggunakan prosedur kuesioner langsung dan tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dikirimkan langsung kepada dan di jawab oleh responden, sedangkan kuesioner tidak langsung yaitu kuesioner yang dikirim kepada seseorang untuk mencari informasi (keterangan) dari orang lain (Narbuko dan Acmadi, 2003:76). Kuesioner secara langsung akan disebar kepada responden yang sedang berada di Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada.
17
Kuesioner tersebut akan berisi mengenai pertanyaan yang berasal dari teori perilaku konsumen Koetler (1999) yaitu mengenai umur, fakultas, keaktifan di organisasi kampus, pendidikan tertinggi ayah dan ibu, pendapatan total kedua orang tua, asal wilayah, sistem pembelian tiket pesawat yang dapat dipilih beserta alasannya oleh responden. Responden dapat memilih lebih dari satu pilihan yang terdapat pada pemilihan sistem dan alasan pembelian. Kemudian kuesioner tersebut akan bertipe pilihan yang menurut Narbuko dan Achmadi (2003) responden tinggal memilih satu atau dua bahkan lebih pilihan yang disediakan dalam kuesioner tersebut. Dibutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk menyebar kuesioner secara langsung dan tidak langsung. 2) Teknik pengambilan sampel Rumus yang digunakan untuk menemukan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu dengan mengunakan rumus SLOVIN 6 . Kemudian cara penentuan sampel dengan mengunakan rumus Slovin pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada sebagai populasi : n=
N 1+N (e2)
n=
92.187 1+92187(0,012) = 100
Oleh M.Amirin, http:tatangmanuny.wordpress.com/2010.04/19/ukuran-sampelrumus-slovin-/ diakses pada tanggal 23 Oktober 2014 6
18
n = jumlah sampel N = Jumlah populasi (Mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 2012 adalah 92.1877) e =Batastoleransi kesalahan (batas yang saya ambil 10%) Berdasarkan rumusan tersebut maka hasil sampel sebanyak 100 orang responden. Namun untuk lebih menguatkan hasil dari kuesioner maka penelitian ini menambah 51 responden lagi. Penyebaran kuesioner menggunakan metode purposive sampling yang merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat – sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri – ciri atau sifat – sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel (Narbuko dan Achmadi, 2003:116). 4) Tinjauan Pustaka Tahapan ini mengharuskan penelitian mencari data berhubungan dengan objek penelitian. Penggunaan studi pustaka dilakukan sebagai acuan dalam proses penelitian yang didapat dari perpustakaan, internet dan jurnal ilmiah.
Oleh anonim, http:akademik.ugm.ac.id/2012_lama/?menu=statistic&act=asal diakses pada tanggal 17 Januari 2014 pukul 21.47 7
19
1.9 Analisis data Setelah penyebaran kuesioner dengan purposive sample selesai, maka data hasil survei penelitian akan dimasukkan ke dalam aplikasi SPSS 22. Aplikasi tersebut merupakan aplikasi ukur dari IBM yang paling terkini. Dengan aplikasi tersebut nantinya dapat mengetahui dengan baik mengenai valid tidaknya suatu pertanyaan untuk menunjang metode confirmatory factor analysis (CFA). Hasil survei yang masuk kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis uji korelasi yang terdapat dalam aplikasi SPSS 22. Hasil dari analisis tersebut akan memperlihatkan apakah ada hubungan variabel pengaruh terhadap variabel terepengaruh dari data yang telah dimasukkan di aplikasi tersebut. Kemudian hasil olah data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebutlah yang diperlukan untuk menjawab apakah ada hubungan antara umur, keaktifan dalam organisasi, pendidikan terakhir orang tua, pendapatan total orang tua, asal wilayah responden terhadap sistem pembelian dan alasan pembelian tiket pesawat terbang. Selain menggunakan aplikasi SPSS 22 penelitian ini menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Analisis menggunakan aplikasi Microsoft Excel memudahkan mengolah data yang bersifat terbuka. 1. 10 Hipotesis Penelitian Penelitian ini membutuhkan hipotesis dari peneliti untuk membuktikan apakah ada korelasi antara umur, keterlibatan dalam organisasi kampus, jenjang pendidikan orang tua, asal responden dengan sistem pembelian tiket pesawat terbang yang dipilih oleh mereka. Selanjutnya penggunaan aplikasi SPSS 22 dapat
20
membantu penelitian ini dalam mencari korelasi antara karakteristik responden dengan sistem dan alasan pembelian tiket pesawat terbang. H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik responden dengan sistem dan alasan pembelian tiket pesawat terbang. H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik responden dengan sistem dan alasan pembelian tiket pesawat terbang. Widiyanto (2012) menjelaskan bahwa untuk menentukan hipotesis tersebut penelitian harus melihat nilai probabilitas yang dihasilkan oleh aplikasi SPSS 22. Jika probabilitas > 0.05 maka tidak terdapat korelasi dan sebaliknya jika probabilitas < 0.05 maka terdapat korelasi. Kemudian dilihat pula tanda diberikan SPSS, jika terdapat pasangan dua data dengan tanda
(*)
atau
(*)
(**)
yang maka
pasangan tersebut mempunyai hubungan yang signifikan. Penelitian ini juga menggunakan aplikasi Microsoft Excel untuk membantu mengelompokkan dan menghitung data. Pengelompokkan data diperlukan agar data satu dengan yang lainnya tidak bercampur. Kemudian Microsof Excel juga mempunyai rumus – rumus yang diperlukan dalam menghitung data yang masuk. Rumus – rumus yang diperlukan dalam mengolah data yaitu rumus penjumlahan (Sum), perkalian (*), pembagian (:), dan persen (%). 1.11 Sistematika Penulisan Penelitian ini rencananya akan disusun menjadi empat bab yang terdiri dari gambaran umum hingga kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian ini. Setiap bab menjelaskan permasalahan yang berbeda. Bab-bab ini disusun
21
sedemikian rupa agar berkesinambungan dengan tema yang penelitian yang telah ditetapkan. Pada Bab Satu : menggambarkan alasan pengambilan tema dan lokus dalam penelitian ini Pada Bab Dua : memberikan gambaran umum serta memberikan hasil penelitian mengenai kelima sistem pembelian tiket pesawat terbang dengan metode observasi, wawancara, penggunaan situs internet maskapai, aplikasi telepon pintar dan aplikasi agen perjalanan online yang disajikan pula dengan gambar-gambar mengenai tahapan pembelian tiket pesawat terbang di tiap sistem penjualan tiket pesawat terbang. Pada Bab Tiga : pada bab ini hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner terhadap mahasiswa Universitas Gadjah Mada akan disusun dengan mekanisme dekriptif kuantitatif. Kemudian hasil penelitian akan dijabarkan dengan bantuan software SPSS 22 dan Microsoft Excel yang akan membantu dalam membuat statistik responden, Pada Bab Empat : merupakan kesimpulan dan saran dari penelitian ini. Harapan dari penelitian ini adalah dapat menjawab sistem pembelian tiket pesawat yang dipilih dan dapat dijadikan rujukan bagi perusahaan maskapai penerbangan agar dapat mengerti alasan – alasan pemilihan sistem pembelian yang nantinya dapat berpengaruh pada strategi penjualan tiket pesawat terbang di masa mendatang.
22