BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu bagian dari
demokrasi. Tingkat demokrasi suatu negara sering diukur dengan kualitas penyelenggaraan pemilu di
negara tersebut.
Tidak ada demokrasi tanpa
terselenggaranya pemilu yang jujur dan demokratis. Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih pemimpin politik secara langsung. Di Indonesia terdapat tiga jenis pemilu yaitu Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD; Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada). Pemilu tahun ini, 2014, akan dilaksanakan dua kali yaitu Pemilu Legislatif untuk memilih anggota DPR, DPD & DPRD pada 9 April 2014 dan Pemilu Presiden untuk memilih presiden dan wakil presiden Republik Indonesia pada 9 Juli 2014. Pada
penyelenggaraan
pemilu,
tugas
untuk
mengajak
masyarakat
berpartisipasi sangat penting. Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga yang memiliki tanggung jawab besar untuk memberi kesadaran politik kepada masyarakat agar menggunakan hak politiknya untuk memilih pada pemilu 2014 mendatang. Seperti yang tercantum pada tugas-tugas dari KPU salah satunya yaitu meningkatkan
1
2
kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis. 1 Golongan putih (Golput) atau masyarakat yang tidak memanfaatkan hak pilihnya kian meningkat. Berdasarkan data dari surat kabar Suara Pembaruan, 1 April 2009, jumlah Golput pada Pemilu 2004 lalu yaitu sebesar 20.579.661 orang atau sekitar 23,24%. Sementara itu, berdasarkan data dari surat kabar Kompas, 10 Mei 2009, jumlah Golput pada Pemilu 2009 lalu yaitu sebesar 49.677.776 orang, mengalahkan jumlah suara Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu yang hanya memperoleh 21.703.137 suara atau 20,85 persen dari total jumlah pemilih yang terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT).2 Fenomena Golput bukan hal baru. Itu sudah ada sejak Pemilu pertama di Indonesia, yakni pada tahun 1955. Pada masa itu, Golput diartikan sebagai akibat ketidaktahuan masyarakat tentang Pemilu, biasanya mereka tidak datang ke tempat pemungutan suara.3 Saat ini, Golput merupakan hal yang selalu dikaitkan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Beberapa kalangan menganggap bahwa Golput merupakan hal yang biasa terjadi dalam pelaksanaan Pemilu atau Pemilukada. Namun, bila Golput sudah mencapai angka yang cukup besar, hal ini tentunya memerlukan perhatian serius dari pemerintah. KPU adalah pihak yang harus bekerja keras untuk menekan golput dan meningkatkan partisipasi masyarakat. 1
Visi dan Misi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Diakses pada tanggal 14 Februari 2014 dari http://kpu.go.id 2 Eko Harry Susanto, Jurnal Komunikasi, Iklan dan Kegagalan Partai Politik, Universitas Tarumanagara, Jakarta, hal 11 3 Cara Cerdas Turunkan Angka Golput. (2009, 2 April) Vivanews. Diakses pada tanggal 2 Februari 2014 dari http://ureport.news.viva.co.id/news/read/
3
Partisipasi pemilih untuk menggunakan suaranya di setiap penyelenggaraan Pemilu semakin menurun. Pada Pemilu pertama Indonesia di era reformasi, yaitu Pemilu 1999, partisipasi pemilih mencapai 92,74 persen. Angka itu menurun pada Pemilu 2004 menjadi 84,07 persen. Pada Pemilu 2009, partisipasi terus merosot menjadi hanya 71 persen. Pemilu 2014 kini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberanikan diri memasang target pemilih dalam Pemilu 2014 hingga 75 persen. 4 KPU bekerja keras untuk mencapai target tersebut. Berbagai kegiatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 dilakukan. Salah satunya yaitu KPU daerah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menggandeng Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)5. Di Bengkulu, KPU juga menyiapkan 25 agen sosialisasi Pemilu 2014 guna menjelaskan kepada masyarakat tentang pentingnya menggunakan hak suara. Agen sosialisasi tersebut antara lain organisasi keguruan, tokoh perempuan, tokoh agama, penyandang disabilitas dan kelompok pinggiran.6 Sedangkan di Solo, KPU mensosialisasikan pemilu kepada pemilih pemula pelajar SMK penyandang difabel atau disability. KPU melakukan sosialisasi pemilu dalam dua bahasa yaitu bahasa lisan dan bahasa isyarat.7
4
Parpol Diminta Ikut Terlibat Tekan Angka Golput. (2013, 16 Desember). Kompas. Diakses pada tanggal 2 Februari 2014 dari http://nasional.kompas.com/read/2013/12/16/1720389/ 5 KPU Sumut Gandeng UMSU Sosialisasi Pemilu 2014, (2013, 16 November), KPU, Diakses pada tanggal 14 Februari 2014 dari http://www.kpu.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=8503 6 Boyke LW, KPU Siapkan Agen Sosialisasi Pemilu 2014, (2013, Oktober), Antara News, Diakses pada tanggal 14 Februari 2014 dari http://m.antaranews.com/berita/401227/ 7 KPU Solo Sosialisasi Pemilu untuk Pelajar Sekolah Inklusi di Solo, (2014, 14 Februari), VOA News, Diakses pada tanggal 14 Februari 2014 dari http:/m.voaindonesia.com/a/kpu-solo-sosialisasi-pemiluuntuk-pelajar-sekolah-inklusi-di-solo/1850874.html
4
Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama International Foundation for Electoral Systems (Ifes) melansir hasil survei nasional berkaitan dengan Pemilu 2014. Hasil temuan survei LSI menunjukkan tingginya keinginan masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2014, namun informasi tentang pemilu yang mereka miliki masih sangat terbatas. Direktur Riset Ifes, Rakesh Sharma, mengatakan bahwa dari survei tersebut ternyata 52 persen pemilih menyatakan bahwa mereka merasa informasi tentang pemilu dinilai sedikit, sementara 21 persen menyatakan tidak memiliki informasi sama sekali 20 persen menyatakan cukup banyak informasi, sementara yang menyatakan sangat banyak informasi hanya sebesar 2 persen. 8 Mengenai informasi yang berkaitan dengan proses pemilu, 67 persen responden menyatakan perlu informasi lebih mengenai parpol yang akan ikut serta dalam pemilu 2014, 78 persen terkait caleg yang akan mencalonkan diri, 79 persen terkait visi misi dan program partai dan 71 persen yang menyatakan perlu informasi lebih banyak tentang dimana dan kapan untuk memilih. Survey juga menunjukkan bahwa 46 persen pemilih mengatakan bahwa dokumen untuk mengikuti pemilu adalah dengan membawa undangan memilih, 35 persen dengan kartu pemilih dan 24 persen dengan KTP. Padahal dalam Pemilu 2014 ini, KPU tidak membuat kartu pemilih untuk pemilu, ini berarti informasi berkenaan
8
Disna Harvens. Informasi Tentang Pemilu Dinilai Masih Terbatas. (2014, 12 Februari). Diakses pada tanggal 12 Februari 2014 dari http://www.ayovote.com/informasi-tentang-pemilu-dinilai-masihterbatas/
5
dengan hal tersebut masih sangat minim, sehingga masyarakat pemilih masih terpengaruh dengan sejarah pemilu sebelumnya yang menggunakan kartu pemilih. Berkenaan dengan pengetahuan untuk menandai kertas suara, baru 68 persen responden mengetahui bahwa pemilu 2014 dengan mekanisme mencoblos. Sementara 11 persen menyatakan dengan mencontreng kertas suara, 9 persen menyatakan dengan mencoblos atau mencontreng kertas suara dan 2 persen mengatakan dengan mencoblos dan mencontreng kertas suara. Padahal pemilu 2014, mencontreng tidak diterima atau tidak masuk hitungan suara, ini poin yang juga perlu menjadi catatan bahwa pengetahuan menggunakan kertas suara dengan mencoblos masih perlu ditingkatkan lagi. 9 Hasil dari survei yang dilakukan pada Desember 2013 dengan sampel 1.890 responden yang mewakili para pemilih Indonesia ini memberikan angin segar bagi KPU melihat tingginya keinginan partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014 yang diharapkan dapat mencapai target partisipasi pemilih hingga 75 persen. Oleh karena itu, melihat tingginya keinginan masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2014, Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih harus lebih andil dan bekerja keras dalam memberikan pendidikan dan informasi seputar pemilu yang masih banyak belum diketahui masyarakat. Sebagai pendukung untuk sosialisasi berkaitan pemilu 2014, diperlukan tools untuk mentransformasi ide-ide yang salah satunya adalah melalui iklan, dalam hal ini berupa iklan layanan masyarakat. Jeffres menjelaskan iklan layanan masyarakat 9
Ibid.
6
(ILM) adalah iklan yang biasanya digunakan untuk tujuan sosial. 10 Sedangkan Kotler dan Roberto menambahkan bahwa: ILM selain bermanfaat untuk menggerakkan kerjasama masyarakat ketika menghadapi suatu masalah sosial, juga menyajikan pesan-pesan sosial yang dimaksud untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi seperti kondisi yang dapat mengancam keserasian dan kehidupan umum. 11
Komisi Pemilihan Umum (KPU) meningkatkan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu 2014 dengan iklan layanan masyarakat yang menggunakan berbagai jenis media yaitu dengan menyebarkan poster, iklan radio, televisi, serta media cetak. Hal tersebut sangat penting dilakukan tidak lain adalah untuk menekan angka golput dan meningkatkan partisipasi masyarakat pada Pemilu legislatif maupun presiden 2014. Komisi Pemilihan Umum (KPU) terus meningkatkan tahap sosialisasi perhelatan Pemilu 2014 mendatang dengan memanfaatkan iklan layanan masyarakat di media massa elektronik terutama televisi. Berkaitan dengan pemakaian media periklanan, data Nielsen periode tengah tahun pertama 2013 menunjukkan bahwa televisi masih menjadi media yang paling efektif untuk periklanan, yaitu sebesar 68% dari porsi kue iklan. Disusul dengan surat kabar 30%, majalah dan tabloid hanya sebesar 2% dari angka belanja iklan nasional. 12 Selain itu, dalam artikel Journal of Advertising dinyatakan bahwa iklan televisi lebih mampu menciptakan sikap positif
10
Leo W. Jeffres, Mass Media Effect, Illinois: Waveland Press, 1997, hal 67 Kotler, Philip dan Eduardo L. Roberto, Social Marketing: Strategies for Changing Public Behavior, New York: Free Press, 1989, hal 7 12 Siti Sumariyati. Pemerintahan, Pemilukada, Kopi dan Teh Dongkrak Belanja Iklan. (23 Agustus 2013). Diakses pada tanggal 24 Januari 2014 dari http://swa.co.id/tag/nielsen. 11
7
terhadap produk atau yang diiklankan dibandingkan iklan cetak.13 Kasali pun beranggapan bahwa media televisi memiliki kemampuan menyatukan fungsi audio dan visual serta dapat menjangkau khalayak luas dalam waktu bersamaan. 14 Dengan ketentuan-ketentuan tersebut, penayangan ILM sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU di televisi diharapkan lebih dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif kepada khalayak sasaran sehingga dapat membentuk persepsi positif yang berujung pada adanya perubahan perilaku. Televisi yang dapat menampilkan unsur audio dan visual sekaligus memiliki daya jangkau yang luas sehingga pesan iklan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa harus membeli atau membayar karena televisi dapat diakses secara gratis. Di media televisi, iklan terdiri dari berbagai macam kata, kalimat, suara, visualisasi dan simbol komunikasi lainnya yang mendukung penyampaian pesan kepada khalayak sasaran. Terdapat berbagai teknik dan pendekatan yang digunakan dalam upaya meningkatkan efektifitas pesan ILM sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU kepada khalayak sasaran, antara lain dengan konsep kreatif yang tepat, perencanaan yang baik seperti pemasangan di waktu dan ruang iklan yang tepat, serta penentuan jumlah frekuensi siar yang tepat. ILM sosialisasi pemilu 2014 ini berusaha mensosialisasikan kepada khalayak sasaran untuk berpartisipasi pada pemilu 2014 dengan datang untuk
13
George E. Belch dan Michael A. Belch, Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication, 5th ed., North America: McGraw Hill, 2001, hal 293 14 Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1992, hal 121
8
menggunakan hak suaranya dan tidak menjadi golput. Sosialisasi iklan layanan masyarakat akan semakin digencarkan untuk menarik partisipasi masyarakat Indonesia agar turut mensukseskan Pemilu 2014. Menjelang pemungutan suara Pemilu legislatif 9 April 2014, KPU memproduksi beberapa iklan layanan masyarakat yang dibagi dengan beberapa tema. Ada yang menjelaskan tentang pemungutan suara, ada yang mengajak partisipasi pemilih, ada juga beberapa gerakan untuk mensukseskan Pemilu 2014.15 ILM sosialisasi pemilu 2014 yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah versi “Generasi Pemilih Cerdas”. ILM sosialisasi pemilu 2014 versi “Generasi Pemilih Cerdas” ini merupakan iklan terbaru yang dibuat oleh KPU dalam rangka sosialisasi pemilu 2014 untuk membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2014, khususnya pemilih generasi muda. Alasan peneliti memilih ILM sosialisasi pemilu 2014 versi “Generasi Pemilih Cerdas” ini karena peneliti menyadari menjelang pemilu 2014, KPU bekerja keras mensosialisasikan pemilu kepada berbagai lapisan masyarakat demi terciptanya partisipasi pemilih yang tinggi. Melihat dari potensi tingginya jumlah pemilih yang berusia muda yang dikategorikan sebagai pemilih pemula, KPU membuat ILM yang target sasarannya adalah pemilih pemula yaitu ILM versi “Generasi Pemilih Cerdas”. ILM yang diproduksi oleh Kalingga Romansa Film ini berdurasi 30 detik. Tujuan dari ILM ini adalah untuk mempersuasi pemilih muda menggunakan hak pilihnya, hal tersebut 15
Perkuat Sosialisasi Pemilu, KPU Sasar Iklan Layanan Masyarakat. (2013, 10 Juli), diakses pada tanggal 12 Februari 2014 dari http://pedomannews.com/politik-hukum-dan-keamanan/22717-perkuatsosialisasi-pemilu-kpu-sasar-iklan-layanan-masyarakat
9
dapat terlihat pada pesan iklan ini yaitu agar pemilih muda berpartisipasi pada pemilu mendatang karena jati diri generasi muda adalah bangsa Indonesia, jadi semestinya mereka memberikan suara dan semangatnya bagi Indonesia. Model/talent pada iklan ini adalah dua remaja yang masih duduk di bangku SMA yang akan menjadi pemilih pemula pada Pemilu 2014. Iklan ini juga menginformasikan bahwa pemilu 2014 mekanisme dalam menandai kertas suara kembali mencoblos lagi atau tidak dengan mencontreng kertas suara, terlihat pada iklan ketika remaja laki-laki memperlihatkan paku sebagai alat untuk mencoblos kertas suara. ILM ini mengambil tema cinta dari dua orang remaja tersebut, yang diibaratkan bahwa generasi muda yang mencintai bangsanya, oleh sebab itu mereka senang dengan adanya pemilu dan tidak menjadi generasi yang termasuk ke dalam pemilih golput. Berdasarkan pertimbangan itulah peneliti memilih ILM sosialisasi pemilu 2014 versi “Generasi Pemilih Cerdas” sebagai kajian dalam penelitian ini. Menurut Sri Hartati, Divisi Sosialisasi KPU Kota Bengkulu, terdapat lima segmen pemilih strategis dalam penyelenggaraan pemilu 2014 mendatang, yaitu pemilih pemula, kelompok agama, kelompok perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok pinggiran. 16 Pemilih pemula termasuk dalam kelompok pemilih strategis karena melihat tingginya potensi dari pemilih pemula tersebut dalam Pemilu 2014. Oleh karena itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuat ILM sosialisasi pemilu 2014 versi “Generasi Pemilih Cerdas” untuk menarik partisipasi pemilih pemula
16
Boyke LW, KPU Siapkan Agen Sosialisasi Pemilu 2014, (2013, 20 Oktober), Antara News, Diakses pada tanggal 14 Februari 2014 dari http://m.antaranews.com/berita/401227/
10
untuk menggunakan hak suaranya dalam pemilu 2014 dan diharapkan angka golput pada pemilu 2014 akan berkurang dari pemilu sebelumnya. Pada Pemilu di Indonesia, pemilih pemula adalah seseorang yang baru pertama kali terdaftar sebagai pemilih tetap dengan syarat telah memiliki kartu tanda penduduk (KTP) dan telah berusia di atas 17 tahun. Menurut Pasal 13 Bab II Undangundang Pemilu tahun 2003, Warga Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih. Asumsinya rata-rata pemilih pemula adalah pelajar SMA, mahasiswa atau pekerja muda yang telah memiliki KTP dan telah berusia 17 tahun. Potensi suara pemilih pemula patut diperhitungkan. Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih se-Indonesia. Angka tersebut meningkat pada Pemilu 2009, yaitu jumlah pemilih pemula sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih. Di DKI Jakarta, jumlah pemilih pada Pemilu 2014 ini mencapai 7.096.168 pemilih, dimana 20 persennya adalah pemilih pemula yaitu sebesar 1.419.234 pemilih. Tabel 1.1 Data Jumlah Pemilih Pemula Wilayah DKI Jakarta – Pemilu 2014 Kota
Jumlah Pemilih
Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Utara Kepulauan Seribu TOTAL
1.656.657 773.962 1.567.574 1.943.098 1.135.283 19.594 7.096.168
Sumber: KPUD DKI Jakarta
Jumlah Pemilih Pemula 331.331 154.792 313.515 388.620 227.057 3.919 1.419.234
11
Rentan usia pemilih pemula pada penelitian ini adalah usia 17 sampai 22 tahun, hal tersebut dipertimbangkan oleh peneliti karena rata-rata di usia tersebut mereka belum menggunakan hak pilihnya pada pemilu sebelumnya. Peneliti memilih pemilih pemula yang berdomisili di Jakarta Barat karena menurut data KPUD DKI Jakarta, Jakarta Barat memiliki jumlah pemilih pemula terbanyak kedua setelah Jakarta Timur dan peneliti berdomisili di Jakarta Barat. Pemilih pemula tersebut sangat sesuai dengan kriteria khalayak sasaran dari iklan layanan masyarakat sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas”. Pemahaman terhadap
pesan
begitu
kompleks
karena
tidak
mudah
menyampaikan suatu pesan agar diterima oleh seluruh khalayak sasaran, khususnya pemilih pemula. Oleh karena itu, KPU harus mengetahui informasi yang dibutuhkan pemilih pemula dan mengetahui cara terbaik untuk menyampaikannya. Sebagai individu yang berbeda-beda, seseorang memiliki kecenderungan untuk melihat suatu masalah menurut caranya masing-masing. Realitas bagi seorang individu adalah persepsi dari individu itu sendiri mengenai segala sesuatu yang berada di luar sana. Individu beraksi dan bereaksi berdasarkan persepsi masingmasing, tidak berdasarkan realitas objek. Bagi pengiklan, persepsi khalayak sasaran menjadi hal yang sangat penting dibandingkan pengetahuan audiens terhadap realitas objektif. Karena menurut pengiklan, yang mempengaruhi individu dalam bertindak adalah apa yang ada dalam benak khalayak sasaran. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk meneliti mengenai persepsi adalah untuk mengetahui dan memahami konsep pembentukan persepsi yang terdapat pada khalayak sasaran (pemilih pemula) setelah
12
melihat iklan layanan masyarakat sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU versi Generasi Pemilih Cerdas. Sosialisasi pemilu yang dilakukan oleh KPU melalui iklan televisi yang ditujukan kepada pemilih pemula, bagaimana pemilih pemula tersebut menerima pesan iklan yang disampaikan pada iklan tersebut penting untuk dikaji. Tujuan iklan adalah mempersuasi penonton, persuasi dalam ILM sosialisasi pemilu oleh KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas” di televisi ini bertujuan agar khalayak/audiens sasaran yaitu pemilih pemula mau untuk ikut berpartisipasi menggunakan hak pilihnya dengan tidak menjadi golput pada Pemilu 2014. Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang merupakan unsur penting dalam upaya menyalurkan informasi. Dengan iklan, maka masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu. Iklan juga sebagai bentuk komunikasi non personal melalui media massa, memiliki jangkauan yang luas.17 Oleh karena itu, kekuatan iklan tidak terbatas pada menyediakan informasi ekonomi, tetapi juga merupakan pendorong faktor sosial. 18 Iklan layanan masyarakat sosialisasi Pemilu 2014 oleh KPU ini diharapkan memiliki kekuatan mempersuasi khalayak sasaran (pemilih pemula) dengan pesan yang disampaikannya. Pemahaman pemilih pemula atas pesan mempengaruhinya akan pentingnya sebuah pemilu. Sebagai bagian penting dari sosialisasi yang dilakukan oleh KPU, ILM versi “Generasi Pemilih Cerdas” diharapkan dapat menjadi
17
George E. Belch dan Michael A. Belch, Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication, 5th ed., North America: McGraw Hill, 2001, hal 15 18 Thomas J. Russel dan Ronald W. Lane, Advertising: A Framework, New Jersey: Prentice Hall, 2000, hal 23
13
bentuk komunikasi yang efektif dalam mensosialisasikan partisipasi dalam pemilu 2014 kepada pemilih pemula. Sejak tahun 2013 telah ditayangkan spot iklan sosialisasi pemilu 2014 versi “Generasi Pemilih Cerdas” di televisi, maka sudah selayaknya spot iklan tersebut diukur keberhasilannya mencapai sasaran program yaitu membangkitkan kesadaran masyarakat khususnya pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pemilu 2014 mendatang dengan tidak ikut menjadi golput. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti mengenai persepsi pemilih pemula terhadap iklan layanan masyarakat sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas” di televisi. Pemilih pemula dalam penelitian ini adalah pemilih pemula berusia 17-22 tahun yang berdomisili di Jakarta Barat. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka peneliti merumuskan
masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah persepsi pemilih pemula terhadap terpaan Iklan Layanan Masyarakat Sosialisasi Pemilu 2014 oleh KPU versi Generasi Pemilih Cerdas di televisi dilihat dari elemen-elemen iklan televisi?”
1.3
Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui persepsi pemilih pemula terhadap terpaan Iklan Layanan Masyarakat
14
sosialisasi Pemilu 2014 oleh KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas” di televisi dilihat dari elemen-elemen iklan televisi. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian mengenai Persepsi Pemilih Pemula terhadap
terpaan ILM sosialisasi Pemilu 2014 oleh KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas” ini, antara lain: 1.4.1
Manfaat Akademis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap bidang studi Periklanan khususnya mengenai “Persepsi terhadap Iklan Layanan Masyarakat”. Dan diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian lain demi kesimpulan yang lebih valid. 1.4.2
Manfaat Praktis Evaluasi praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
bagi berbagai instansi dan praktisi periklanan (advertising agency), khususnya bidang kreatif, dalam pembuatan iklan layanan masyarakat. Bagi KPU, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk pembuatan iklan layanan masyarakat sosialisasi pemilu mendatang.