BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Di masa sekarang ini kita dengan mudah dapat menikmati penyiaran radio dan telinga kita dimanjakan melalui bunyi-bunyian dan suara, karena adanya dampak sebuah proses perkembangan teknologi dan komunikasi. Semenjak Radio masuk dalam kehidupan manusia, langsung maupun tidak langsung dapat mengubah kebiasaan sosial, dan kita dapat mencerna berita atau memperoleh informasi yang datangnya dari luar rumah melalui reporter atau penyiar sebuah stasiun penyiaran radio. Penyiaran radio sebagai media, sering menjadi alat penghubung dalam kehidupan sehari-hari. Pesan-pesan yang disampaikan penyiaran radio pun terasa personal. Dalam bukunya yang berjudul “Radio: Suatu pengantar untuk wacana dan praktik” (2005) Prayudha mengulas bahwa kemunculan radio pada awalnya tidak memberikan suatu petunjuk bahwa radio akan memainkan peran seperti pada masa sekarang dalam dunia media yang sangat menarik. Seperti apa yang sudah dilakukan Marconi dan Fessenden yang melakukan eksperimen awal tentang radio tidak pernah memperkirakan suatu era ketika permainan elektronik mereka akan menjadi suatu alat yang menyediakan hiburan dan informasi kepada pendengarnya baik di dalam mobil, di dalam kapal, dan di dalam rumah-rumah atau kurang lebih untuk menemani perjalanan pendengar.
Radio merupakan salah satu media penyiaran atau media elektronik. Menurut UU Nomor 32 tahun 2002 pasal 1 ayat 2 , penyiaran adalah kegiatan menyebarluaskan siaran melalui sarana pemancar dan/atau sarana transmisi darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Radio merupakan salah satu media penyiaran yang dapat berpeluang menjadi industri dan dapat mendatangkan keuntungan. Dengan adanya peluang seperti ini, menurut Morissan (2011: 133) banyak pemodal yang tertarik untuk terjun dalam bisnis media yang menjual informasi, entah dengan menerbitkan surat kabar, membuat televisi, memanfaatkan internet ataupun radio. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Mengelola media penyiaran pada dasarnya adalah mengelola manusia. Keberhasilan media penyiaran sejatinya ditopang oleh kreativitas manusia yang bekerja pada tiga pilar utama yang merupakan fungsi vital yang dimiliki setiap media penyiaran yaitu teknik, program, dan pemasaran. Menurut Peter Pringle (1991) seperti dikutip oleh Morissan (2011: 134), mengelola suatu media penyiaran memberikan tantangan yang tidak mudah bagi pengelolanya, sebagaimana yang ditegaskannya di bawah ini: “Few management position offers challenges equal to those of managing a commercial radio or television station”
Lebih lanjut Pringle mengulas bahwa, tidak banyak posisi manajemen yang memberikan tantangan yang setara dengan mengelola suatu stasiun radio dan
televisi lokal. Tantangan yang harus dihadapi manajemen media penyiaran disebabkan oleh dua hal. Pertama, sebagaimana perusahaan lainnya, media penyiaran dalam kegiatan operasionalnya harus dapat memenuhi harapan pemilik dan pemegang saham untuk menjadi perusahaan yang sehat dan mampu menghasilkan keuntungan. Namun di pihak lain, sebagai tantangan kedua, media penyiaran harus mampu memenuhi kepentingan masyarakat (komunitas) dimana media bersangkutan berada, sebagai ketentuan yang harus dipenuhi ketika media penyiaran bersangkutan menerima izin siaran (lisensi) yang diberikan negara. Hal yang sama diungkapkan oleh Wardana dalam artikelnya yang berjudul “Manajemen Dalam Pelaksanaan Media Penyiaran” tanggal 11 Januari 2011 di http://media.kompasiana.com. Menurutnya, upaya untuk menyeimbangkan antara memenuhi kepentingan pemilik dan kepentingan masyarakat memberikan tantangan tersendiri kepada pihak manajemen media penyiaran. Media penyiaran pada dasarnya harus mampu melaksanakan berbagai fungsi yaitu antara lain fungsinya sebagai media untuk beriklan, media hiburan, media informasi dan media pelayanan. Untuk mampu melaksanakan seluruh fungsi tersebut sekaligus dapat memenuhi kepentingan pemasang iklan, audien serta pemilik dan karyawan merupakan tantangan tersendiri bagi manajemen. Dalam rangka menjawab tantangan tersebut diperlukan strategi mengelola radio,
Prayudha (2005: 43) menyebutkan pada saat para pengelola stasiun
penyiaran radio hendak merencanakan beroperasi, salah satu faktor yang perlu menjadi kajian khusus adalah cara menetapkan target pendengar. Apalagi dengan masa sekarang ini, kompetisi semakin tinggi target pendengar menjadi prioritas. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian target pendengar tersebut diperlukan
“programming”. Programming itu sendiri merupakan sebuah proses mengatur program demi program termasuk penjadwalannya sehingga terbentuk stasion format dengan tujuan menciptakan image stasiun penyiaran radio. Prayudha
(2005)
menjelaskan
lebih
lanjut,
proses
perencanaan
programming yang paling penting adalah pertimbangan mengenai tingkatan yang ingin kita capai dan cara mengelola programming tersebut. Hanya dengan melalui kesuksesan programming inilah pengembangan citra dan reputasi brand terhadap pendengar akan diraih sebanyak-banyaknya. Berdasarkan website ditpolkom.bappenas.go.id, di Jakarta terdapat puluhan stasiun radio siaran komersil dengan berbagai macam format radio yang berada di gelombang FM. Di antaranya adalah Radio Dangdut Indonesia atau yang lebih akrab disingkat dengan RDI, berdasarkan websitenya yang beralamat www.radiodangdutindonesia.com, radio ini memiliki tagline. Tagline "Asik Musiknya Asik Goyangnya", saat ini adalah satu-satunya radio dangdut yang tetap konsisten 100% memutar dan memainkan lagu-lagu Dangdut dan Pop Melayu. Contoh lainnya adalah I-radio. Dari keterangan yang terdapat di websitenya, www.iradiofm.com, I-radio lebih menonjolkan lagu-lagu Indonesia dan menjadikan radio tersebut sebagai barometer musik Indonesia. Selain itu ada pula Hardrock FM, menurut websitenya, yaitu www.hardrockfm.com, dikatakan bahwa Hard Rock FM Jakarta memfokuskan radio tersebut menjadi The number one “Lifestyle and Entertaiment Station”. Dalam perkembangannya radio swasta tersebut mengelompok dalam satu grup kepemilikan media. Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Dini Hariyanti
pada tanggal 7 November 2011 di www.jurnas.com, disebutkan nama-nama media yang tergabung dalam satu grup media yang ada di Indonesia, di antaranya: group MNC yang menguasai tiga stasiun televisi : RCTI, Global TV dan MNC TV, kemudian penguasaan oleh Group Emtek terhadap SCTV, Indosiar dan Omni Channel TV, serta pemusatan kepemilikan TV-One dan Anteve oleh Group Visi Media Asia. Selanjutnya dikatakan, bahwa dalam penyiaran radio, sejumlah stasiun radio dikuasai oleh segelintir elit pengusaha yang berada dalam pengawasan pemerintah dan regulator penyiaran. Kelompok MNC misalnya menguasai Sindo Radio, V Radio, Global Radio, dan Radio Dangdut Indonesia. Kelompok JDFI menguasai stasiun radio Prambors, Delta FM, Female Radio, Bahana, dan Kayu Manis. Kemudian grup MRA menguasai Radio Hard Rock, I Radio, Cosmopolitan Radio, Traxx, dan Brava Radio. Juga kelompok Mahaka memiliki Gen FM Radio dan Jak FM. Bila dilihat kepemilikannya, Radio Dangdut Indonesia atau yang lebih akrab disingkat dengan RDI berada dalam satu grup media, yaitu: MNC Group. Sedangkan I-radio dan Hard Rock FM tergabung dalam kelompok usaha PT. Mugi Rekso Abadi (MRA). Ketiga radio di atas, memiliki format yang khas dan berbeda antara satu dengan lainnya, serta tergabung dalam satu group media yang sangat besar. Namun demikian dari sekian banyak stasiun radio yang tergabung dalam satu group media yang kuat akan pemodal, ada juga radio siaran yang tidak tergabung dalam group media manapun. Ada pula radio yang berdiri sendiri, salah satunya
adalah PT Radio Cakrawala Gitaswara yang dijadikan sebagai objek penelitian yang dilakukan oleh penulis. Radio Cakrawala merupakan stasiun radio swasta yang berada di Jakarta tepatnya berada di Jakarta Barat yang dapat dikatakan merupakan pusat perdagangan dan bisnis. Semenjak pindah lokasi ke jalan Jembatan Batu no.48 yang merupakan wilayah “China Town”, Radio Cakrawala mengubah strategi manajemennya dengan mengambil segmen masyarakat keturunan China dan memutar lagu-lagu Mandarin. Sebelumnya Radio Cakrawala yang berdiri sejak 1971 ini mengambil segmentasi masyarakat umum. Pada saat itu karena tidak memungkin memutar lagu-lagu Mandarin asli karena situasi politik ,maka lagu yang diputar liriknya sudah diubah menjadi Bahasa Indonesia. Radio Cakrawala mulai berani untuk memutar lagu-lagu Mandarin asli setelah era Reformasi kemudian mendapat angin segar setelah Abdurahman Wahid (Presiden pada saat itu) mencabut Inpres No 14 tahun 67 pada tahun 2000. Mulai tahun itulah pada bulan Oktober, Radio Cakrawala mulai mengudara dengan penyiar yang menggunakan Bahasa Mandarin sekaligus memposisikan diri sebagai “Mandarin Station.”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Radio Cakrawala menyusun strategi programmingnya dalam membangun dan memperkuat positioningnya sebagai Radio Mandarin?
2. Bagaimana Radio Cakrawala memanfaatkan strategi programmingnya untuk kepentingan bisnis atau komersial?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui strategi programming radio pada Radio Cakrawala dalam membangun dan memperkuat positioning sebagai Radio Mandarin. 2. Untuk mengetahui Bagaimana Radio Cakrawala memanfaatkan strategi programmingnya untuk kepentingan bisnis atau komersial.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1
Kegunaan Akademis Penelitian yang dilakukan ini, untuk mengetahui
penerapan teori
Manajemen Media khusus programming radio pada radio siaran yang bersegmen khusus. 1.4.2
Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada khalayak umum maupun praktisi radio mengenai strategi programming yang dapat diterapkan pada radio siaran tertentu untuk tujuan bisnis.
1.5 Batasan Penelitian Penulis membatasi penelitian ini hanya pada Strategi Programming dalam proses manajemen yang berhubungan dengan (Perencanaan dan Pengorganisasian) Radio dalam acara on air.