BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau
sarana untuk mereproduksi karya-karya seni pertunjukan lainnya seperti teater. Perkembangan film selalu beriringan dengan berkembangnya teknologi. Mulai dari film bisu hitam putih, sampai film hitam putih bersuara dan film berwarna yang dimulai pada tahun 1930-an. Dalam perkembangannya film bukan hanya sebuah hiburan semata tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda. pada umumnya film menggambarkan realitas, dalam film biasanya mengangkat cerita yang dekat dengan kehidupan dan lingkungan masyarakat. Menurut Antonio Gramsci, media (film) dipandang sebagai ruang dimana berbagai ideologi diprsentasikan. Hal ini berarti disatu sisi media dapat digunakan sebagai alat penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dalan alat pengontrol wacana publik. Namun, disisi lainnya media dapat digunakan sebagai alat resistensi terhadap kekuasaan karena dapat menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi.1 Film adalah media massa yang
menyajikan pesan dengan cara berbeda
dengan media yang lainnya. Pesan yang akan disampaikan oleh film secara tidak langsung akan berperan dalam pembentukan persepsi seseorang terhadap maksud pesan dalam film. Seorang pembuat film merepresentasikan ide – ide yang 1
Alex Subor, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, PT.Rosdakarya bandung 2001, hlm.30.
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
kemudian dikonversikan dalam sistem tanda dan lambang untuk mencapai efek yang diharapkan. Graeme Turner mengungkapkan bahwa film tidak hanya sekedar refleksi dari realitas. Sebaiknya “ film lebih merupakan representasi atau gambaran dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kodekode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya.”2 Ketika menonton film penonton seakan – akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan dapat mempengaruhi penontonya. Film dapat berpengaruh besar terhadap jiwa manusia, kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial membuat film
dapat mempengaruhi
khalayak. Setiap film tentu memiliki cara yang berbeda – beda dalam merepresentasikan isu atau tema yang diangkat sesuai dengan tujuan pembuat film. Film dapat merepresentasikan berbagai hal dalam kehidupan masyarakat seperti sejarah, hubungan pernikahan, kehidupan bertetangga, dan sebuah persahabatan. Menurut turner dalam Irawanto (1999: 14), film sebagai representasi dari realitas masyarakat dimana, film adalah potret dari realitas masyarakat dimana film itu dibuat dan menghadirkan kembali dalam bentuk realitas masyarakat berdasarkan kode – kode, konvensi – konvensi, dan ideologi dari kebudayaan kelayar lebar. 3 Perperangan juga dapat menjadi tema yang menarik didalam dunia perfilman. Banyak film yang menggunakan tema tersebut dengan beberapa cerita misalnya
2
Alex subor, Semiotika Komunikasi PT. Remaja Rosdakya, 2006, hal 127 Budi irawanto, Film, Ideologi, dan Militer : Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia, Media Pressindo, Yogyakarta, 1999, Hal. 14
3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
ada film yang memperlihatkan tentara yang memiliki rasa loyalitas kepada seluruh anggota kelompoknya. Loyalitas dikalangan tentara berkaitan dengan konsep esprit de corps. Dimana esprit de corps tersebut dapat diartikan sebagai semangat kesatuan atau semangat korps. Istilah esprit de corps diperkenalkan oleh Napoleon Bonaparte dalam sebuah peperangan, dimana dia menekankan bahwa dalam sebuah pasukan harus ada rasa yang kuat untuk saling membantu, melindungi, menjaga, dan membela kehormatan sesama anggota pasukan. Mereaka diibaratkan satu tubuh, apabila salah satu bagian tubuh terluka maka anggota tubuh yang lainnya pun akan merasakan sakit juga. Dalam konteks perang seperti halnya yang dilakukan untuk memotivasi pasukan yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte tersebut, tentu saja esprit de corps atau jiwa korsa sangat tepat dan bahkan wajib untuk diaplikasikan. Hal ini untuk mengobarkan semangat kebersamaan dan saling melindungi antar sesama pasukan demi memenangkan pertempuran. esprit de corps atau jiwa korsa terkandung didalamnya loyalitas, mersa ikut memiliki, ingin mengikuti pasang surut serta perkembangan korps-nya. Seorang yang memiliki jiwa korsa yang tinggi pasti penuh inisiatif, tetapi tahu akan kedudukan, wewenang dan tugas – tugasnya. Jiwa korsa yang murni dan sejati akan menimbulkan sikap terbuka menerima saran dan kritik, tidak membela kesalahan tetapi justru mengusahakan sesuatu pada proposi yang sebenarnya. Jiwa korsa dapat timbul dari dalam manapun dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
luar kesatuan sendiri, namun prosesnya perlu ditumbuhkan melalui pendidikan, kegiatan latihan, penyuluhan dan efektifitasnya komunikasi. Esprit de corps banyak disalah artikan dalam masyarakat. Salah penerapan esprit de corps terjadi pada kasus pepenyerangan lapas di cebongan sleman. Dimana 11 anggota kopassus menyerang dan menembak empat tahanan. Penyerangan tersebut dilatar belakangi kasus tewas anggota kopassus setelah dianiaya oleh keempat tahanan tersebut. Esprit de corps atau jiwa korsa menjadi pemicu terjadi penyerangan tersebut. Esprit de corps juga dapan dijadikan pesan dalam sebuah film. Seperti yang ada dalam film fury, dimana pesan Esprit de cops ditampilkan dalam setiap adegan yang ada dalam film tersebut. Film Fury ini bertemakan Perang Dunia II yang menampilkan adegan peperangan di masa-masa akhir perang dunia II, tepatnya April 1945, ketika tentara sekutu hampir memenangkan pertempuran melawan tentara Nazi Jerman. Film ini tidak hanya menceritakan ketegangan dan kekejaman peperangan, tapi juga persahabatan yang tumbuh di antara orang-orang yang berjuang bersama di tengah ancaman bahaya.4 Film Fury yang disebut diatas merupakan judul film yang diambil oleh penulis sebagai bagian dari penelitian penulis. Penulis tidak akan membahas secara keseluruhan isi film Fury. Sesuai dengan judul penelitian ini “ESPRIT DE CORPS DALAM FILM FURY”, maka penulis hanya membahas nilai – nilai persahabatan dalam film Fury. Penulis menganggap bahwa film kisah 4
Johannes Sutanto de Britto , Inilah Synopsis Film Fury, http://jaringnews.com/seleb/movie/66613/inilah-sinopsis-film-fury/12 Maret 2015/23:20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
persahabatan dalam film memiliki sebuah makna – makna tertentu yang bisa dibedah dan ditelusuri dengan menggunakan semiotika. Secara etimologis, Semiotika berasal dari kata yunani: semion, yang berarti tanda.5 Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh Van Zoest,” Film dibangun dengan tanda semata – mata. Tanda – tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan”.6 Semiotika adalah sebuah ranah keilmuan yang jauh lebih “dinamis”. “lentur” dan terbuka bagi berbagai bentuk pembacaan dan interpretasi, bukan sebuah “ benteng kebenaran “, yang diluar benteng itu semuannya adalah “musuh kebenaran”. semiotika pada kenyataannya adalah ilmu yang terbuka bagi berbagai interpretasi.7 Semiotika merupakan suatu metode yang mengkaji suatu tanda. Metode ini berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang tanda: secara sistematik menjelaskan esensi, ciri – ciri, dan bentuk suatu tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya. Semiotika yang digunakan penelitian ini adalah semiotika Ferdinand Saussure. Film ini akan menjadi fokus penelitian untuk menganalisa berbagai konsep tanda dalam film “Fury” yang menyiratkan konsep Esprit de Corps.
5
sobur, Analisis Teks Media, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2004 Van Zoest dan Panuti Sudjiman, serba-serbi semiotika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hal. 109 7 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009 hal 39
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan untuk menganalisa konsep Esprit de Corps baik itu berupa signifer (penanda), signified (petanda) yang ada dalam film “Fury”. Dengan mengungkap makna yang tersembunyi dibalik simbol atau tanda yang digunakan dalam film tersebut, baik berupa gambar maupun teks.
1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan , permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana makna Esprit de Corps dalam film “Fury” ?
1.4 Tujuan Penelitian berdasarkan fokus masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk melihat tanda dalam konsep Esprit de Corps yang ada dalam film “Fury”.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Akedemis Memberikan sumbangan terhadap kajian tentang repersentasi makna persahabatan dalam analisis semiotika. Sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian serupa dan dapat memperkaya tema sejenis ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan refrensi kepada bagi para pembuat film dan tim produksi dapat mebuat film yang berkualitas dan dapat mempertahankan eksistensinya. Sedangkan bagi khalayak umum, hasil analisis ini diharapan dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memaknai pesan yang disampaikan media.
http://digilib.mercubuana.ac.id/