BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas masyarakat saat ini memang bisa dibilang sangat tinggi dan Indonesia mempunyai wilayah kepulauan terbesar di dunia maka tidak heran apabila banyak orang yang sering bepergian antar kota bahkan antar pulau untuk sekedar mengurus perjalanan dinas, mengurus bisnis atau berlibur memilih pesawat terbang sebagai sarana transportasi umum yang nyaman dan relatif cepat. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir perkembangan industri jasa penerbangan melonjak tajam di Indonesia khususnya untuk penerbangan komersial berjadwal semakin marak sejak dikeluarkannya deregulasi yang mengatur tranportasi udara pada tahun 1999, berupa serangkaian paket deregulasi. Salah satunya adalah Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2004 tentang Pendirian Perusahan Penerbangan di Indonesia. Kasubdit Pengembangan Usaha Dirjen Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo mengatakan bahwa transportasi udara masih akan menjadi andalan masyarakat Indonesia. Jadi walaupun ada kenaikan harga avtur, kecelakaan pesawat ataupun sejumlah faktor lainnya, pertumbuhan penumpang udara nasional masih bisa mencapai angka 20%. Apalagi sejak lahirnya maskapai hemat biaya (LCC – Low Cost Carrier) pada tahun 2001 yang dipelopori oleh Lion Air hingga saat ini sudah ada lebih dari 16 maskapai niaga berjadwal tetap di Indonesia yang melayani perjalanan masyarakat Indonesia ke seluruh penjuru propinsi di tanah air dan rute Internasional. Meningkatnya jumlah perusahaan jasa penerbangan yang beroperasi di
1
Indonesia secara langsung menciptakan persaingan yang ketat. Walaupun persaingan yang meningkat serta biaya yang senantiasa naik, industri penerbangan nasional tetap mengalami pertumbuhan yang pesat dengan tingkat pertumbuhan arus penumpang domestik mencapai angka 41,691 juta penumpang pada tahun 2009. Kepala BPS Suryamin menjelaskan jumlah penumpang angkutan udara domestik periode Januari – Desember 2014 mencapai 58,9 juta meningkat 5,81 persen dari tahun 2013 sebanyak 55,7 juta orang. Jumlah penumpang terbanyak di Bandara Soekarno – Hatta sebanyak 20,3 juta orang atau 24,40 persen dari seluruh penumpang domestik diikuti Bandara Juanda Surabaya 7 juta orang atau 11,86 persen. Sementara penumpang di Bandara Kualanamu Medan 3,134 juta orang, Ngurah Rai Bali 4,516 juta orang, Hasanuddin Makassar 3,1470 juta dan bandara lain sebanyak 20,868 juta orang. Sedangkan jumlah penumpang ke luar negeri melalui Bandara Soekarno – Hatta sebanyak 6,2 juta orang (45,63 persen), Ngurah Rai 4,1 juta orang (30,32 pesen), Kualanamu Medan sebanyak 865,7 ribu orang, Juanda Surabaya 869,2 ribu, Hasanuddin sebanyak 38,3 ribu dan bandara lainnya sebanyak 1,470 ribu orang (http://hubud.dephub.go.id/?en/news/detail/2374). Di Kota Yogyakarta sendiri trend penerbangan menunjukkan arah positif karena didukung potensi Kota Yogya sebagai kota pariwisata yang menjadi daya tarik sejumlah maskapai untuk berlomba-lomba membuka rute baru ke kota Yogya. Alhasil dengan bertambahnya jumlah maskapai dan penerbangan meningkatkan jumlah penumpang pesawat tiap bulannya seiring dengan terjangkaunya harga tiket pesawat bagi masyarakat. Stasiun Manager Sriwijaya Air Yogyakarta, Hanad Prayitno mengatakan, kondisi penerbangan Sriwijaya Air dari Yogyakarta tingkat keterisiannya atau load factornya tinggi, bahkan di saat low season sekalipun.
2
(http://www.angkasapura1.co.id/detail/berita/penerbangan-di-bandara-yogyakartamenunjukkan-trend-positif). Industri travel di Indonesia kian hari semakin berkembang. Percepatan perkembangan ini ditandai dengan semakin menjamurnya agen-agen tour and travel di semua kota besar di seluruh Indonesia tidak terkecuali di Yogyakarta. Salah satu faktor yang mendukung semakin menjamurnya travel agent adalah meluasnya penggunaan internet sehingga muncullah pasar travel online. Fenomena pemesanan tiket penerbangan melalui layanan online lewat internet telah menciptakan pertumbuhan dan persaingan bisnis tiket pesawat online. Perpaduan antara pangsa pasar yang memiliki kemudahan mengakses internet dengan ketersediaan bisnis tiket pesawat online telah membuat industri travel Indonesia berevolusi dengan cepat. Penggunaan internet di Indonesia sudah mulai merata, hampir semua pengguna gadget atau smartphone sudah dapat dengan mudah terkoneksi ke internet untuk memenuhi berbagai keperluannya tidak terkecuali untuk keperluan memesan tiket pesawat dari smartphone mereka. Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) telah merilis hasil riset nasional terkait jumlah pengguna dan penetrasi internet di Indonesia untuk tahun 2014. Menurut hasil riset disebutkan bahwa pengguan internet di Indonesia telah mencapai angka 88,1 juta dan jika disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk Indonesia yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai angka 252,5 juta jiwa maka pengguna internet di Indonesia mengalami pertumbuhan 16,2 juta dari total 71,9 juta pengguna atau meningkat 34,9 % dibandingkan tahun 2013 lalu. Pertumbuhan pengguna internet sangat didukung oleh pertumbuhan pengguan perangkat mobile, khususnya
3
smartphone. APJII telah mencatat, di tahun 2014 akses internet melalui smartphone mobile mencapai 85% sedangkan di tahun 2013 lalu baru mencapai 65%. Lebih rinci dijelaskan, 32% pengguna mengakses internet via laptop, 13% menggunakan tablet, sementara PC hanya 14%. Bila dilihat dari wilayah domisilnya, 78,5% dari total 88,1 juta pengguna internet di Indonesia tinggal di wilayah Indonesia bagian barat. Ibukota DKI Jakarta menjadi wilayah dengan penetrasi paling tinggi dengan angka 65% pengguna internet disusul oleh DIY yang memiliki 63% pengguna internet. Tercatat ada sekitar 53% juta pengguna internet terkonsentrasi di pulau Jawa dan Bali sedangkan posisi terendah ditempati oleh Papua yang hanya memiliki 20% pengguna internet dari total jumlah populasi penduduknya (http://tekno.liputan6.com). Perkembangan arus pemakaian internet menyebabkan sejumlah maskapai penerbangan mencoba menawarkan layanan melalui infrastruktur elektronik, khususnya melalui web, untuk mengurangi biaya mereka, memperluas pendapatan, menciptakan database yang dapat diandalkan dari pelanggan. Proses e-ticketing dapat mengurangi biaya percetakan dan mailing tiket, pembayaran tenaga kerja yang terkait percetakan dan customer service untuk melayani panggilan call center, biaya pengiriman, dan juga pelayanan sehingga dapat menekan harga jual tiket. Meskipun maskapai penerbangan telah membuat kemajuan dengan sistem eticketing tetapi masih terdapat pelanggan yang masih asing mendengar istilah eticketing bahkan masih ada yang belum pernah menggunakan sistem e-ticketing. Eticketing adalah suatu proses pemesanan kebutuhan penerbangan yang dapat dilakukan secara online dengan terhubung melalui website yang tersedia sehingga proses e-commerce berjalan seutuhnya. Berdasarkan dari hasil survei IATA
4
(International Air Transportation Association) menyebutkan pada tahun 2007, penetrasi penggunaan e-ticket di seluruh maskapai penerbangan mencapai angka 90%. Survei lain oleh IATA bahkan menyebutkan bahwa 88% traveler lebih memilih menggunakan e-ticket untuk perjalanan mereka karena kelebihan yang dimiliki oleh sistem e-ticket (IATA 2007 dalam Kinanti dan Baridwan, 2012). Utomo (2011) mengatakan bahwa dalam menjalankan bisnis secara online atau melalui internet, faktor-faktor yang berperan penting dalam menentukan keberhasilan penerapan bisnisnya adalah faktor kepercayaan. Mukherjee dan Nath (2007) menambahkan, hanya pelanggan yang memiliki kepercayaan yang akan berani melakukan transaksi melalui media internet, tanpa adanya kepercayaan dari pelanggan, transaksi e-commerce tidak akan terjadi. Karakter konsumen online Indonesia yang tidak mudah mempercayai bisnis online dikarenakan banyaknya penipuan di internet atau yang lebih dikenal dengan nama Cybercrime. Melihat adanya peluang di kancah travel online membuat PT. Borneo Sejahtera merintis sistem reservasi online (www.tiketborneo.com) untuk tetap bertahan di bisnis penjualan tiket pesawat. PT. Borneo Sejahtera ini bukan travel agent yang baru saja berdiri akan tetapi sudah berkecimpung sejak tahun 2007. Sang pemilik yang bernama Rida Al Rahman memberanikan membuka bisnis ini di tahun 2007 setelah melihat peluang bisnis yang bagus dan melihat banyaknya populasi mahasiswa yang berasal dari Kalimantan yang menempuh studi di Kota Pelajar ini. Kebetulan Rida merupakan salah satu putra daerah dari Balikpapan yang membutuhkan tiket pesawat untuk pulang jadi bisa dibilang ownernya sendiri sudah menjadi konsumen pertama di bisnis penjualan tiket pesawat. Rida juga memposisikan bisnis penjualan tiket pesawat sebagai penyedia tiket pesawat
5
dengan yang harga yang kompetitif bagi konsumen dan menjadi tujuan utama bagi perantauan dari kalimantan untuk membeli tiket pesawat karena Borneo satusatunya kantor travel agen yang menampilkan konsep dan ciri khas Kalimantan atau Suku Dayak seperti contohnya memutarkan lagu khas Kalimantan, memamerkan interior suku dayak di seluruh kantor dengan harapan bisa melestarikan kebudayaan Suku Dayak di Jogjakarta. Semakin bertambahnya para pemain di bisnis penjualan tiket pesawat tentunya memperketat persaingan dalam pasar. Ketatnya persaingan menyebabkan para pelaku bisnis berusaha lebih keras untuk memenangkan persaingan dengan cara menerapkan strategi pemasaran bersaing yang tepat begitu juga dengan PT. Borneo Sejahtera. Perusahaan/agen tour & travel yang tidak mampu menciptakan inovasi baru dapat dipastikan akan sulit memenangkan persaingan di industri pariwisata. Perusahaan/agen harus memahami apa yang diinginkan oleh konsumen saat ini dan untuk masa mendatang. Jadi bisa dikatakan bahwa sukses dan gagalnya suatu perusahaan sangat bergantung kepada keunggulan strategi pemasaran yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Pada dasarnya ada keterkaitan antara posisi bersaing dan strategi pemasaran, di mana setiap perusahaan menempati posisi bersaing yang berbeda-beda (Tjiptono, 2008). Kotler (2008) menjelaskan bahwa setiap posisi persaingan memerlukan strategi bersaing yang berbeda pula. Perusahaan dalam posisi persaingan memerlukan strategi bersaing yang berbeda pula. Perusahaan dalam posisi persaingan yang sama harus menggunakan pemahaman ini untuk merancang penawaran pasar yang memberikan nilai lebih daripada penawaran pesaingnya. Menurut Kotler & Amstrong (1992), strategi pemasaran adalah pendekatan pokok
6
yang akan digunakan oleh unit bisnis dalam mencapai pokok yang telah ditetapkan lebih dulu, didalamnya tercantum keputusan-keputusan pokok mengenai target pasar, penempatan produk di pasar, bauran pemasaran, dan tingkat biaya pemasaran yang diperlukan. Sedangkan menurut Gultinan dan Gordon (1990), menyatakan strategi pemasaran adalah pernyataan pokok tentang dampak yang diharapkan akan dicapai dalam hal permintaan pada pasar target tertentu. Dalam ekonomi, persaingan atau kompetisi adalah bersaingnya para penjual yang sama-sama berusaha mendapatkan keuntungan, pangsa pasar, dan jumlah penjualan. Para penjual biasanya berusaha mengungguli persaingan dengan membedakan harga, produk, distribusi dan promosi. Menurut Adam Smith dalam The Wealth of Nations (1776), persaingan yang akan mendorong alokasi faktor produksi kearah penggunaan yang paling bernilai tinggi dan efisien. Proses ini sering disebut invisible hand atau tangan tak terlihat. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan praktik bisnis tour and travel yang meliputi aspek pemasaran, aspek sumber daya manusia, aspek produksi dan operasional dan aspek keuangan. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan keputusan strategi pemasaran bersaing pada Borneo Tour and Travel. 1.3 Sistematika Laporan 1. BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan latar belakang berdirinya usaha dan alasan memilih usaha, tujuan penelitian, sistematika laporan dan rentang waktu pelaksanaan.
7
2. BAB II PROFIL BISNIS DAN KINERJA BISNIS Menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan yang didalamnya berisikan tentang sejarah berdirinya usaha, lokasi usaha, kepemilikan, produk, organisasi dan sumber daya manusia. Kemudian kinerja bisnis akan menjelaskan tentang kinerja perusahaan ditinjau dari pertumbuhan penjualan dan laba. 3. BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI Menjelaskan tentang analisis bisnis secara umum dan analisis keputusan keuangan terkait dengan bisnis yang dijalankan. Didalamnya akan dibahas bagaimana perencanaan dan realisasi dari masing-masing aspek meliputi aspek pemasaran, aspek sumber daya manusia, aspek operasional, serta aspek keuangan. Sedangkan analisis keputusan pemasaran membahas bagaimana keputusan strategi bersaing pada pelaksanaan bisnis tersebut. 4. BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Menjelaskan ringkasan keputusan penting dalam bidang manajemen yang telah dilakukan, apa dampak dari keputusan tersebut dan kecocokannya dengan konsep yang ada. Kemudian menjelaskan tentang pembelajaran apa yang bisa didapat dan praktek apa yang bisa ditiru serta praktek yang perlu dihindari yang dapat dijadikan saran bagi pelaku atau calon pelaku bisnis.
8
1.4 Rentang Waktu Pelaksanaan Proposal pengembangan ini kami susun pada bulan Januari 2014 yang pelaporan pelaksanaannya akan ditulis berdasarkan periode pelaporan bulan Februari 2014 – April 2014.
9