1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan manusia. Hasil kajian neurologi menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi membawa potensi sekitar 100 milyar yang pada proses berikutnya sel-sel dalam otak tersebut berkembang dengan begitu pesat dengan menghasilkan bertriliyuntriliyun sambungan antarneuron. Supaya mencapai perkembangan optimal, sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami penyusutan dan musnah (Wahyudin dan Agustin,2011:1-2). Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa perkembangan kecerdasan anak 50% dicapai pada usia 4 tahun, 80% pada usia 8 tahun dan 100 % pada usia 18 tahun (Sutoto dalam Firdaus, 2011). Itulah sebabnya periode ini dinamakan usia emas (golden age). Atas dasar ini, disimpulkan bahwa untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak dini. Menurut Wahyudin dan Agustin (2011) “pendidikan pada masa usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak.”
2
Selanjutnya, Merry E. Yound (dalam Wahyudin dan Agustin,2011) menyatakan “program pendidikan anak usia dini (0-6 tahun) dapat memperbaiki prestasi/mutu belajar, belajar selanjutnya, dan dapat meningkatkan produktivitas serta penghasilan di masa yang akan datang”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Stimulasi perkembangan fisik dan mental sejak awal telah diberikan kepada anak mulai dari lingkungan terkecilnya yaitu keluarga. Orangtua melatih dan mengajarkan kemampuan dasar seperti bicara dan berjalan. Selanjutnya, orangtua melatih anak dalam hal keterampilan mengurus diri, sopan santun, nilainilai dan mengajarkan objek di sekitarnya. Selain pendidikan di lingkungan keluarga, stimulasi bagi anak juga dapat diperoleh dari lingkungan yang lebih luas, yakni lingkungan sekolah. Di Indonesia, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No 20 Tahun 2003. Pasal 1 Butir 14 menyatakan bahwa : “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” (Wahyudin dan Agustin, 2011) Program PAUD di Indonesia memiliki daya tarik bagi para orangtua yang memiliki bayi/balita. Para orangtua yang memang telah memahami arti pentingnya stimulasi awal perkembangan anak akan berupaya memberikan pendidikan dan stimulasi yang terbaik sejak dini agar anaknya memiliki dasar dan
3
bekal dalam menghadapi proses perkembangan pada periode yang akan datang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengikutsertakan anaknya pada lembaga formal untuk anak seperti Taman Kanak-Kanak (TK). Pengalaman yang didapatkan anak pada saat mengikuti TK berkontribusi terhadap kemampuan anak dalam beradaptasi dan berpikir. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh The Beginning School Study (BSS), hasilnya menunjukkan bahwa “anak-anak yang mengikuti TK full day mendapatkan prestasi yang lebih tinggi dalam membaca dan berhitung pada awal tingkat pertama dibandingkan mereka yang hanya mengikuti TK setengah hari atau malah tidak sama sekali” (Papalia dalam Firdaus, 12-02-2013; http://repository.upi.edu). Hal ini berarti pengalaman di TK menyebabkan perbedaan prestasi anak pada jenjang pendidikan selanjutnya yaitu Sekolah Dasar . Demikian halnya dengan siswa di SD Negeri 101869 Desa Sena. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas 1 ketika peneliti mengikuti kegiatan PPL, mengatakan bahwa pada umumnya siswa SD itu memiliki latar belakang pribadi dan sosial yang berbeda-beda, seperti: jenis kelamin, status sosioekonomi keluarga, suku, kesehatan, dan dukungan orang tua terhadap pendidikannya. Mereka juga memiliki perkembangan perilaku sosial yang berbeda. Ada siswa yang pendiam dan murung, namun ada juga siswa yang mudah bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru seperti teman sebaya dan guru. Selain itu, mereka memiliki kemampuan awal yang bervariasi, seperti kemampuan berbahasa dan kemampuan calistung (membaca-menulisberhitung). Hal ini disebabkan karena perbedaan latar belakang pendidikan anak sebelum masuk SD, misalnya berpendidikan TK atau tidak.
4
Pengalaman anak mengikuti program PAUD formal seperti TK membantu anak lebih mudah dan lebih siap untuk mengikuti aktivitas belajar disekolah. Sebagai gambarannya, siswa yang berasal dari TK sudah bisa memegang pensil dengan baik. Berbeda dengan siswa yang tidak berasal dari TK, guru harus memperkenalkan, melatih dan membiasakan cara memegang pensil dengan benar supaya anak memiliki kemampuan dasar untuk menulis. Selain itu, siswa yang berasal dari TK pada umumnya sudah bisa membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis tersebut menyebabkan anak lebih cepat dalam menangkap pelajaran di kelas sehingga nilai yang diperoleh lebih baik. Dengan demikian, beragamnya latar belakang dan kemampuan siswa diduga akan menyebabkan hasil belajar siswa juga beragam. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan hasil belajar siswa yang berlatar belakang Taman Kanak-Kanak dengan siswa yang tidak berlatar belakang Taman Kanak-Kanak pada siswa kelas 1 SD Negeri 101869 Desa Sena Kecamatan Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013.”
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan antara lain : 1.
Pada umumnya siswa SD itu memiliki latar belakang pribadi dan sosial yang berbeda-beda, seperti: jenis kelamin, status sosioekonomi keluarga, suku, kesehatan, dan dukungan orang tua terhadap pendidikannya.
5
2.
Siswa SD juga memiliki perkembangan perilaku sosial yang berbeda. Ada siswa yang pendiam dan murung, namun ada juga siswa yang mudah bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru seperti teman sebaya dan guru.
3.
Selain memiliki latar belakang pribadi dan sosial, serta perkembangan perilaku sosial yang berbeda, siswa SD memiliki kemampuan awal yang bervariasi, seperti kemampuan berbahasa dan kemampuan calistung (membaca-menulis-berhitung). Hal ini disebabkan karena perbedaan latar belakang pendidikan anak sebelum masuk SD, misalnya berpendidikan TK atau tidak.
1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Perbedaan hasil belajar siswa yang berlatar belakang Taman Kanak-Kanak dengan siswa yang tidak berlatar belakang Taman Kanak-Kanak pada siswa kelas 1 SD Negeri 101869 Desa Sena Kecamatan Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013.”
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang berlatar belakang Taman Kanak-Kanak dengan siswa yang tidak berlatar belakang
6
Taman Kanak-Kanak pada siswa kelas I SD Negeri 101869 Desa Sena Kecamatan Batang Kuis Tahun ajaran 2012/2013?”
1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang berlatar belakang Taman Kanak-Kanak dengan siswa yang tidak berlatar belakang Taman Kanak-Kanak pada siswa kelas I SD Negeri 101869 Desa Sena Kecamatan Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013.
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1
Manfaat Teoretis Secara teoretis manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dan informasi mengenai hasil belajar siswa yang berbeda latar belakangnya, yakni siswa yang berlatar belakang Taman KanakKanak dengan siswa yang tidak berlatar belakang Taman Kanak-Kanak, serta sebagai referensi tambahan bagi literatur keilmuan yang berkaitan dengan pembelajaran di SD. 1.6.2
Manfaat Praktis Secara praktis, manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
bagi : a.
Guru, dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada siswa setelah mendapat gambaran tentang perbedaan latar belakang siswa.
7
b.
Sekolah, dapat menjadi bahan masukan dalam menetapkan persyaratan penerimaan murid baru.
c.
Orangtua, mendapat gambaran secara umum mengenai perbedaan hasil belajar siswa yang berlatar belakang Taman Kanak-Kanak dengan siswa yang tidak berlatar belakang Taman Kanak-Kanak, dan memberikan gambaran mengenai pentingnya pemberian stimulasi yang tepat bagi putra-putrinya sehingga kelak mendukung prestasi belajarnya di sekolah.
d.
Peneliti lain, dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.