BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara (intermediasi) keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan unit-unit ekonomi yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut bank menyalurkan kembali, dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga mestinya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara (Merkusiwati, 2007). Untuk bisa menjaga fungsi tersebut, bank harus tetap menjaga kelangsungan kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga profitabilitasnya terus mengalami peningkatan. Fenomena fungsi intermediasi perbankan di Indonesia saat ini bahwa kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena masih rendahnya tingkat fungsi intermediasi perbankan yang dicerminkan oleh rasio jumlah kredit yang disalurkan terhadap jumlah simpanan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
yang berhasil dikumpulkan (LDR/Loan to Deposit Ratio). Jika dilihat dari rasio LDR atas dasar posisi, maka LDR September 2006 yang sebesar 61,92% sebenarnya telah membaik dibandingkan dengan LDR Desember 2005 yang hanya sebesar 61,62%. Namun jika angka LDR dilihat dari delta kredit terhadap delta simpanan, maka rasio nya sejak tahun 2005 telah berada di bawah 100%, yaitu 82,62% (2005) dan 65,45% (September 2006). Ini berarti bahwa sejak tahun 2005, jumlah dana masyarakat yang berhasil dikumpulkan oleh perbankan tidak seluruhnya dapat disalurkan ke bentuk kredit. Dengan mengetahui permasalahan yang dihadapi perbankan, maka perlu dicarikan jalan keluar agar bank dapat meningkatkan fungsi intermediasi (Retnadi,2007). Menurut Haryati (2009) kebijakan pemerintah dalam hal intermediasi perbankan juga menunjukkan hal yang positif. Hal ini ditunjukkan pada masa krisis keuangan pertumbuhan kredit perbankan melebihi pertumbuhan kredit yang telah ditargetkan. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi melebihi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mendorong terjadinya peningkatan loan to deposit ratio. Pertumbuhan kredit yang terjadi pada tahun 2008 dibiayai dengan secondary reserve yang tercermin dari turunnya ekses likuiditas sebesar 30,18% yang sebagian terjadi pada Sertifikat Bank Indonesia. Sinungan (1992) dalam bukunya Manajemen Dana Bank mendefinisikan manajemen dana sebagai: “Suatu proses pengelolaan penghimpunan dana-dana masyarakat ke dalam bank dan pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat pada umumnya serta pemupukannya secara optimal melalui pergerakan semua sumber daya yang tersedia demi mencapai
Universitas Sumatera Utara
tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku”. Rentabilitas atau profitabilitas merupakan rasio mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba, atau dengan kata lain profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dalam dunia perbankan dapat dihitung dengan Return on Asset (selanjutnya disingkat ROA). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut ketentuan Bank Indonesia, standar yang paling baik untuk Return on Asset dalam ukuran bank Indonesia minimal 1,25% (Mintarti, 2009). Untuk menunjang kinerja perbankan dan untuk memperkuat permodalan maka bank memerlukan tambahan modal untuk melakukan kegiatan usahanya, baik untuk membiayai kegiatan yang sedang dilaksanakan maupun untuk melakukan ekspansi yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan bank. Oleh karena itu bank dapat memutuskan untuk go public. Alasan lain bank memutuskan untuk go public adalah untuk meningkatkan ekspansi kredit, meningkatkan likuiditas bank dan meningkatkan transparansi. Investor yang akan menanamkan dananya di saham emiten perbankan akan memilih emiten yang kokoh dan stabil kinerjanya dalam berbagai kondisi perekonomian. Dengan keikutsertaan masyarakat luas menjadi pemilik bank, maka kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan operasional perbankan menjadi semakin besar. Sebagai konsekuensinya, diharapkan bank-bank tersebut akan mampu melaksanakan good corporate governance dengan baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja bank-
Universitas Sumatera Utara
bank go public tersebut. Disamping itu, dengan semakin besarnya kontrol masyarakat terhadap bank-bank go public tersebut maka manajemen bank tersebut akan lebih professional serta memiliki visi dan strategi yang jelas. Bank Indonesia juga mendorong perbankan untuk menjadi perusahaan terbuka (go public) sehingga dapat memperluas pengawasan Dalam menjalankan kegiatan intermediasinya, perbankan harus dapat memperhatikan likuiditas, yaitu terjadinya penarikan dana simpanan maupun pinjaman dengan tetap berupaya menjaga profitabilitasnya, untuk itu bank harus berhati-hati
dalam
menjalankan
kegiatan
operasionalnya.
Studi
empiris
menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan persentase kredit terhadap total aset, diikuti dengan penurunan surat-surat berharga dan kas (Scot dan Timothy, 2006). Rivai, Veithzal, dan Idroes (2007) dalam bukunya yang berjudul Bank and Financial Institution Management menguraikan sasaran lembaga intermediasi keuangan adalah multidimensional. Untuk mencapai tujuan manajemen lembaga intermediasi keuangan tersebut, beberapa masalah pokok atau bidang yang perlu diperhatikan manajemen dalam pengambilan keputusan antara lain : a. Manajemen modal, tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) b. Manajemen utang, tercermin dari Net Interest Margin (NIM) dan terkait dengan Non Performing Loan (NPL) c. Kebijakan pemasaran, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) d. Pengendalian
biaya,
tercermin
dari
Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
Universitas Sumatera Utara
e. Manajemen aktiva (terutama kredit dan surat-surat berharga), tercermin dari total kredit yang diberikan. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Rasio Net Interest Margin (NIM) mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank. Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan. Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank, maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat (Hasibuan, 2007). Rasio Non Performing Loan (NPL) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang
Universitas Sumatera Utara
diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur (Hasibuan, 2007). Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPL maka laba atau profitabilitas bank (ROA) tersebut akan semakin meningkat. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan. LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2004). Rasio Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
Universitas Sumatera Utara
keuntungan. Darmawan (2004) menyatakan bahwa rasio pertumbuhan kredit dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar upaya bank dalam meningkatkan penyaluran kredit. Pertumbuhan kredit yang semakin meningkat menunjukkan semakin tinggi pula kinerja bank dalam menyalurkan kreditnya. Hal tersebut berdampak pada peningkatan ROA karena semakin tinggi pertumbuhan kredit yang disalurkan akan meningkatkan laba operasional, dengan meningkatnya laba operasional maka semakin tinggi pula ROA karena besarnya ROA sangat dipengaruhi oleh besarnya laba bank. Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi laba atau return suatu bank. Seluruh manajemen suatu bank, baik yang mencakup manajemen permodalan (CAR), manajemen kualitas aktiva (NPL dan Total Kredit), manajemen umum, manajemen rentabilitas (NIM dan BOPO), dan manajemen likuiditas (LDR) pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba atau return perusahaan perbankan (Payamta dan Machfuedz, 1999 dalam Wedayani, 2003). Return perbankan diukur dengan menggunakan profitability analysis. Return yang dihasilkan akan berkaitan dengan risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan. Return yang tinggi akan terkait dengan risiko yang tinggi pula. Oleh karena itu dengan manajemen yang efektif dan efisien, risikorisiko yang dihadapi bisa diketahui saat mengharapkan tingkat return tertentu. Dalam perbankan, besar kecilnya return dan risk yang melekat dalam perusahaan tersebut tercermin dalam laporan keuangannya. Dengan membaca laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan tersebut (Hempel, 1986, dalam Mahardian, 2008). Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun,
Universitas Sumatera Utara
karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Bank sebagai sebuah perusahaan wajib mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank yang bersangkutan, oleh karena itu diperlukan transparansi atau pengungkapan informasi laporan keuangan bank yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan, serta sebagai dasar pengambilan keputusan (Gunawan dan Dewi, 2003). Penilaian
kinerja
keuangan
perbankan
dimaksudkan
untuk
menilai
keberhasilan manajemen di dalam mengelola suatu badan usaha. Penilaian ini dapat diproksi dengan (Achmad dan Kusuno, 2003): 1. Indikator Financial Ratio. 2. Ketentuan penilaian kesehatan perbankan (peraturan Bank Indonesia), dan 3. Fluktuasi harga saham dan return saham (bank publik). Dalam riset-riset yang berkaitan dengan penilaian kinerja keuangan perbankan pada umumnya para peneliti dalam memilih proksi kinerja perusahaan berdasarkan pertimbangan (Payamta, 1998 dalam Achmad dan Kusuno, 2003) : 1. Hasil riset-riset sejenis pada masa sebelumnya. 2. Menggunakan tolok ukur yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang. 3. Kelaziman dalam praktek. 4. Mengembangkan model pengukuran melalui pengujian secara statistik untuk memilih tolok ukur yang sesuai dengan tujuan risetnya. Dalam penelitian ini digunakan indicator financial ratio dalam menilai kinerja keuangan bank. Indicator financial ratio yang digunakan terdiri dari Return on Asset (ROA) sebagai variabel dependen. ROA merupakan ukuran dari kinerja
Universitas Sumatera Utara
keuangan bank dalam memperoleh laba sebelum pajak, yang dihasilkan dari total aset (total aktiva) bank yang bersangkutan (Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001). Adapun indicator financial ratio lainnya yang digunakan sebagai variabel independen adalah fungsi intermediasi perbankan terdiri dari capital adequacy ratio (CAR), net interest margin (NIM), non performing loan (NPL), loan to deposit ratio (LDR), BOPO, dan total kredit Pada masa krisis ekonomi tahun 1997, sektor perbankan merupakan salah satu industri yang terkena dampak langsung paling parah. Selanjutnya, perbankan terus mengalami masa-masa sulit dimana banyak bank yang mengalami kemunduran kinerja akibat terus terjadinya krisis kepercayaan dari masyarakat. Namun pada tahun 2005 kinerja perbankan mengalami penurunan hingga merosotnya nilai rupiah dan ditandai dengan meningkatnya NPL. Adanya krisis keuangan global memberi dampak buruk terhadap kinerja perbankan. Pada November 2008 kinerja perbankan mengalami perlambatan, pertumbuhan kredit mengalami penurunan meskipun masih tinggi yaitu sebesar 30% (Daniri, 2009). Analisis profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang dalam hal ini pasti berorientasi pada profit motif atau keuntungan yang diraih oleh perusahaan tersebut. Menurut Shapiro (1992), Profitability analysis yang diimplementasikan dengan profitability ratio, disebut juga operating ratio. Dalam operating ratio tersebut, terdapat dua tipe rasio yaitu margin on sale dan return on asset. Profit margin, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mengendalikan pengeluaran yang berhubungan dengan penjualan, yaitu meliputi gross profit margin, operating profit margin, dan net profit margin. Hubungan antara return on asset dan share holder equity
Universitas Sumatera Utara
ada dua ukuran, yakni Return on Asset (ROA) yang biasanya juga disebut Return on Investment (ROI) dan Return on Equity (ROE). Return on Asset (ROA) dalam hal ini lebih memfokuskan kemampuan perusahaan dalam memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sementara Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005). Menurut Sofyan (2003), kinerja perbankan dapat diukur dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut lagi dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya diisimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah rate of return equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan return on asset (ROA) pada industri perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005). Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan perbankan. Alasan dipilihnya Return on Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja adalah karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti
Universitas Sumatera Utara
profitabilitas
perusahaan
meningkat,
sehingga
dampak
akhirnya
adalah
peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 2004). Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba (Tangkilisan, 2003). Menurut Tandelilin (2001) menyatakan bahwa besarnya tingkat pengembalian perusahan dapat dilihat melalui besar kecilnya laba perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian investasi (ROA) perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan. Dari uraian pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat profitabilitas (ROA) mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Apabila tingkat ROA yang dihasilkan tinggi maka harga saham pun akan tinggi atau mengalami kenaikan. Perkembangan Return on Asset (ROA) Bank Swasta Nasional Devisa go public yang di duga dipengaruhi oleh fungsi intermediasi perbankan yang terdiri dari capital adequacy ratio (CAR), net interest margin (NIM), non performing loan (NPL), loan to deposit ratio (LDR), BOPO, dan total kredit mengalami fluktuasi tiap periodenya. Bank yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bank Swasta Nasional Devisa go public di Indonesia. Alasan pemilihan Bank Swasta Nasional Devisa go public sebagai objek penelitian karena sebagai berikut : 1. Bank Swasta Nasional Devisa Go Public merupakan entitas ekonomi yang sangat rentan terhadap krisis ekonomi global dan krisis perbankan, merupakan salah satu penyebab dari krisis ekonomi di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2. Mendominasi sistem finansial di Indonesia sehingga menarik perhatian bagi para investor, maupun masyarakat umum. 3. Bank Swasta Nasional Devisa dapat melakukan transaksi luar negeri, salah satunya adalah transaksi valuta asing yang memungkinkan Bank Swasta Nasional Devisa tersebut untuk memperoleh pendapatan yang tinggi dari selisih kurs jual dan kurs beli (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Bank Swasta Nasional Devisa go public yang merupakan bagian dari Perbankan Nasional Devisa yang dalam menyalurkan kredit sangat selektif dalam melakukan analisa pemberian kredit kepada nasabah, guna menghindari kredit macet. Pendapatan yang tinggi seharusnya dapat meningkatkan laba atau profitabilitas (ROA), tetapi pada kenyataannya besarnya ROA pada Bank Nasional Devisa selama periode pengamatan tahun 2007-2010 mengalami fluktuasi yang cenderung menurun, adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Perkembangan Kinerja Keuangan,Tingkat Kesehatan Perbankan, Total Kredit dan Harga Saham Bank Nasional Devisa Periode 2007 sampai 2010 Keterangan 2007 2008 2009 2010 ROA (%) 2,44 1,25 2,20 2,61 CAR (%) 18,21 14,82 16,61 17,05 NIM (%) 5,43 5,32 5,64 5,40 NPL (%) 2.61 2,73 2,88 2,67 LDR (%) 67,18 74,72 71,14 72,47 BOPO (%) 81,85 93,76 86,27 85,89 Total Kredit (Rp) 407.742 524.295 555.617 686.115 Harga Saham (Rp) 501,94 761,13 921,64 1093,01 Sumber : www.bi.go.id (2011) Keterangan : CAR = Capital Adequacy Ratio NIM = Net Interest Margin NPL = Non Performing Loan LDR = Loan to Deposit Ratio BOPO = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa besarnya perolehan rata-rata Return on Asset (ROA) Bank Devisa mengalami kecenderungan berfluktuasi. Rata-rata ROA pada tahun 2007 sebesar 2,44%, ROA pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi sebesar 1,25%. Pada tahun 2009 ROA naik menjadi sebesar 2,20%. Pada tahun 2010 ROA naik menjadi sebesar 2,61%. Jadi kinerja Bank Devisa periode tahun 2007-2010 menunjukkan trend yang fluktuasi, sehingga akan mempengaruhi kinerja operasional bank pada periode berikutnya. Rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Devisa pada tahun 2007 sebesar 18,21%. Pada tahun 2008 rata-rata CAR mengalami penurunan menjadi sebesar 14,82% dan ROA ikut turun menjadi sebesar 1,25%. Pada tahun 2009 rata-rata CAR mengalami penurunan menjadi sebesar 16,61%, tetapi ROA naik menjadi sebesar 2,20%. Pada tahun 2010 rata-rata CAR naik menjadi sebesar 17,05% tetapi ROA naik menjadi sebesar 2,61%. Rata-rata Net Interest Margin (NIM) Bank Devisa mengalami kecenderungan berfluktuasi. Rata-rata NIM pada tahun 2007 sebesar 5,43%. Pada tahun 2008 rata rata NIM turun menjadi sebesar 5,32%, tetapi ROA turun menjadi sebesar 1,25% hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan jika NIM naik seharusnya ROA juga ikut naik. Pada tahun 2009 rata-rata NIM mengalami kenaikan menjadi sebesar 5,64%, ROA naik menjadi sebesar 2,20% hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hasibuan (2007), yakni Net Interest Margin (NIM) dapat mempengaruhi ROA yang didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank. Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan
Universitas Sumatera Utara
manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan. Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat. Pada tahun 2010 rata-rata NIM naik menjadi sebesar 5,40%, ROA naik menjadi sebesar 2,61% hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan jika NIM naik seharusnya ROA juga ikut naik. Rata-rata
Non
Performing
Loan
(NPL)
Bank
Devisa
mengalami
kecenderungan berfluktuasi menurun. Rata-rata NPL pada tahun 2007 sebesar 2,61%. Pada tahun 2008 rata rata NPL mengalami kenaikan menjadi sebesar 2,73%, tetapi ROA ikut turun menjadi sebesar 1,25% hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan jika NPL naik seharusnya ROA turun. Pada tahun 2009 rata-rata NPL mengalami kenaikan menjadi sebesar 2,88% dan ROA naik menjadi sebesar 2,20%. Pada tahun 2010 rata-rata NPL turun menjadi sebesar 2,67% dan ROA naik menjadi sebesar 2,61% hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan jika NPL turun seharusnya ROA akan naik,yakni kenaikan NPL yang semakin tinggi menyebabkan cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang ada tidak mencukupi sehingga pemacetan kredit tersebut harus diperhitungkan sebagai beban (biaya) yang langsung berpengaruh terhadap keuntungan bank dan karena keuntungan atau akumulasi keuntungan juga habis, maka harus dibebankan kepada modal (Z. Dunil, 2005). Dengan demikian kenaikan NPL mengakibatkan laba menurun sehingga ROA menjadi semakin kecil.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Devisa mengalami kecenderungan berfluktuasi. Rata-rata LDR pada tahun 2007 sebesar 67,18%. Pada tahun 2008 rata-rata LDR naik menjadi sebesar 74,72%, ROA juga turun menjadi sebesar 1,25%, hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan jika LDR naik seharusnya ROA juga ikut naik bahkan sebaliknya. Pada tahun 2009 rata-rata LDR naik menjadi sebesar 71,14% dan ROA ikut naik menjadi sebesar 2,20%. Pada tahun 2010 rata-rata LDR naik menjadi sebesar 72,47%, ROA naik menjadi sebesar 2,61%. Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi (Prasaunagrah,2007). Rata-rata BOPO Bank Devisa mengalami kecenderungan berfluktuasi naik. Rata-rata BOPO pada tahun 2007 sebesar 81,35%. Pada tahun 2008 rata-rata BOPO naik menjadi sebesar 93,76% dan ROA turun menjadi sebesar 1,25%. Pada tahun 2009 rata-rata BOPO naik menjadi sebesar 86,27%, tetapi ROA juga ikut naik menjadi sebesar 2,20% hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan jika BOPO naik seharusnya ROA akan turun. Pada tahun 2010 ratarata BOPO naik menjadi sebesar 85,89% dan ROA naik menjadi sebesar 2,61%. Hasil penelitian Prasaunagrah (2007) yang menunjukkan bahwa rasio efisiensi berpengaruh terhadap ROA. Sesuai dengan logika teori yang menyatakan bahwa efisiensi bank dapat tercapai dengan beberapa cara salah satunya dengan meningkatkan pendapatan operasi dengan memperkecil biaya operasi, atau dengan biaya operasi yang sama akan dapat meningkatkan pendapatan operasi sehingga
Universitas Sumatera Utara
pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan bank yang pada akhirnya dapat meningkatkan ROA. Total kredit menunjukkan kondisi yang naik dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir. Total kredit pada tahun 2007 sebesar Rp 407.742 miliar. Pada tahun 2008 total kredit naik menjadi sebesar Rp 524.295 miliar. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 total kredit yang disalurkan bank devisa menjadi Rp 686.115 miliar. Harga saham bank devisa nasional periode 2007 sampai dengan periode 2010 mengalami peningkatan. ROA pada tahun 2007 sampai dengan periode 2010 mengalami kenaikan sehingga harga saham mengalami kenaikan juga, hal ini sejalan dengan pendapat yakni menurut Syamsudin (2004), yakni para pemegang saham menaruh perhatian pada tingkat keuntungan (profitabilitas) masa yang akan datang. Menurut Tandelilin (2001) menyatakan bahwa besarnya tingkat pengembalian perusahan dapat dilihat melalui besar kecilnya laba perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian investasi (ROA) perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah penelitian ini adalah: a.
Bagaimana pengaruh fungsi intermediasi perbankan yang terdiri dari capital adequacy ratio (X1), net interest margin (X2), non performing loan (X3), loan to deposit ratio (X4), BOPO (X5), dan total kredit (X6) terhadap kinerja keuangan (return on asset/Y) bank swasta nasional devisa go public di Indonesia periode Desember 2006-Desember 2010?
Universitas Sumatera Utara
b. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan (return on asset) terhadap harga saham bank swasta nasional devisa go public di Indonesia periode Desember 2006-Desember 2010? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh fungsi intermediasi perbankan yang terdiri dari capital adequacy ratio (X1), net interest margin (X2), non performing loan (X3), loan to deposit ratio (X4), BOPO (X5), dan total kredit (X6) terhadap kinerja keuangan (return on asset/Y) bank swasta nasional devisa go public di Indonesia periode Desember 2006-Desember 2010.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan (return on asset) terhadap harga saham bank swasta nasional devisa go public di Indonesia periode Desember 2006-Desember 2010. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Bank Indonesia Sebagai salah satu dasar pada saat melakukan audit terhadap bank swasta nasional devisa go public, dalam menjalankan fungsi intermediasi perbankan. 2. Bagi Bank Swasta Nasional Devisa Go Public Sebagai salah satu pedoman dalam menjalankan fungsi intermediasi perbankan sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi Investor Sebagai bahan pertimbangan investor dalam menilai kinerja Bank Swasta Nasional Devisa go public di Indonesia sehingga dapat membantu dalam membuat keputusan investasi. 4. Bagi Bursa Efek Indonesia Sebagai kebijakan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan khususnya mengenai fungsi intermediasi perbankan. 5. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang Ilmu Manajemen
Keuangan,
khususnya
mengenai
pengaruh
fungsi
intermediasi perbankan terhadap kinerja keuangan. 6. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa mendatang mengenai fungsi intermediasi perbankan terhadap kinerja keuangan.
Universitas Sumatera Utara