1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dasar pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan, membentuk watak, dan membangun peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa seperti bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahfikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global, terutama matematika dan bahasa. Matematika adalah queen of science, karena matematika akan terus mengalami perkembangan seiring dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia serta perubahan zaman. Pelajaran matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat membantu ketajaman berfikir secara logis (masuk akal) serta membantu memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan. Matematika melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi. Pembelajaran matematika mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan berbagai gagasan yang dapat dijelaskan melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta, ataupun diagram. Keberhasilan proses pembelajaran matematika dapat dilihat dengan melakukan kegiatan evaluasi, penilaian, dan pengukuran. Evaluasi proses pembelajaran selalu didahului dengan kegiatan pengukuran. Pengukuran ini kemudian dilan-
1
2
jutkan dengan penilaian dan pada akhirnya akan memperoleh nilai. Nilai inilah yang dianalisis dan dievaluasi untuk mencerminkan kemampuan siswa dan keberhasilan proses pembelajaran. Pada saat guru atau orang yang membuat tes memberikan sebuah tes maka hasil dari tes tersebut merupakan data pengukuran. Data ini merupakan bagian dari penilaian yang selanjutnya akan digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran. Jadi, hasil evaluasi pembelajaran merupakan hasil kegiatan penilaian dan pengukuran dari pembelajaran. Hasil evaluasi menggambarkan keberhasilan dari proses pembelajaran sehingga dapat membantu menentukan kebijakan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Mardapi (2012) menyatakan bahwa tes merupakan salah satu bentuk instrument yang digunakan untuk melakukan pengukuran dan bertujuan untuk mengetahui kompetensi yang dicapai oleh peserta didik pada bidang tertentu. Berdasarkan bentuknya, tes prestasi belajar dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu objektif dan uraian (Gronlund, 1996). Tes bentuk objektif terdiri dari bentuk jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan objektif pilihan ganda dengan lebih dari dua jawaban alternatif jawaban. Tes bentuk uraian terdiri dari satu atau lebih pertanyaan dan peserta tes diminta untuk mengemukakan jawaban berdasarkan pengetahuan dan pemikirannya secara bebas. Pola penskoran untuk hampir semua butir tes dapat diklasifikasikan menurut salah satu pola, dikotomi atau nondikotomi (Nur, 1987). Tes bentuk objektif mengikuti pola penskoran dikotomi, yakni nilai skor butir tes hanya bernilai 0 atau 1 dengan 0 untuk jawaban salah dan 1 untuk jawaban benar. Tes bentuk uraian mengikuti pola penskoran nondikotomi (politomi), yakni nilai skor butir tes tidak hanya 0 dan 1 tetapi berdasarkan rentang nilai. Berdasarkan pengamatan, sekolah sering melakukan pengukuran menggunakan tes berbentuk pilihan ganda. Pada teori respon butir, butir soal berbentuk pilihan ganda termasuk butir dikotomi. Ada beberapa model teori respon butir (IRT= Item Response Theory) yang dapat digunakan. Pendekatan IRT menggunakan tiga informasi butir tes, yakni tingkat kesukaran butir tes, daya beda butir tes, dan terkaan (guessing). Pada butir dikotomi, model yang sering digunakan adalah
3
model logistik satu parameter yang biasa disingkat 1-PL. Model logistik satu parameter ini sering disebut model Rasch. Model Rasch hanya menggunakan parameter tingkat kesukaran butir tes. Pada model Rasch, probabilitas jawaban benar naik ketika kemampuan peserta tes naik dan sebaliknya. Model Rasch mempunyai beberapa ciri khusus yang tidak dimiliki model lain. Pertama, model tersebut memiliki ciri additive conjoint measurement. Probabilitas jawaban benar bergantung pada perbedaan antara parameter kemampuan peserta tes dan parameter tingkat kesukaran butir tes. Kedua, parameter kemampuan peserta tes dan parameter tingkat kesukaran butir tes dapat diestimasi secara terpisah. Parameter kemampuan peserta tes yang diestimasi tidak bergantung pada distribusi butir tes. Parameter tingkat kesukaran butir tes tidak bergantung pada distribusi kemampuan peserta tes. Akibatnya, model Rasch dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes dalam suatu tes, mengukur kemampuan peserta tes, menghubungkan keduanya, dan menganalisisnya. Berdasarkan uraian di atas, pemahaman tentang cara menganalisis pengukuran sangat penting bagi pembuat tes. Hasil pengukuran para peserta tes yang dianalisis dapat digunakan untuk mengetahui apakah butir tes yang dibuat sudah memenuhi kriteria butir tes yang baik dengan tingkat kesukaran butir tes yang tepat dan mengetahui interval kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh peserta tes, kemudian memberikan hasil yang akurat. Pada penelitian ini, akan dibahas tentang perkembangan awal mula teori pengukuran hingga IRT model Rasch, pengukuran tingkat kemampuan siswa sekolah dasar (peserta tes) dan tingkat kesukaran butir tes yang dianalisis menggunakan IRT model Rasch dalam materi statistik deskriptif, dan pengestimasian tingkat kemampuan peserta tes dan tingkat kesukaran butir tes menggunakan metode Maximum Likelihood (ML).
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis parameter tingkat kesukaran butir tes dan parameter kemampuan peserta tes menggunakan IRT model Rasch. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dan dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
4
1.
Memberikan penjelasan tentang perkembangan beberapa teori pada ilmu pengukuran dalam psikologi dan pendidikan.
2.
Memberikan sumbangan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam evaluasi pendidikan khususnya dalam hal menganalisis kemampuan peserta tes dan tingkat kesukaran butir tes menggunakan IRT model Rasch.
3.
Menunjukan penjabaran dan penggunaan metode ML dalam melakukan estimasi pada distribusi Logistik.
4.
Memberikan pedoman bagi para pembuat tes yang menyelenggarakan tes dalam menganalisis kesalahan pengukuran sebuah soal yang telah dibuatnya.
5.
Dapat dijadikan informasi dan masukan untuk pembuat tes dalam membuat tes dengan baik, sehingga di kemudian hari pembuat tes tidak lagi melakukan kesalahan yang berarti dalam membuat tes.
6.
Butir-butir tes yang telah dianalisis dan telah diketahui besar kecilnya kesalahan baku pengukuran, maka bisa diperbaiki dan bisa dijadikan koleksi butir tes bagi sekolah.
1.3 Tinjauan Pustaka Literatur utama yang menjadi acuan peneliti adalah jurnal “ A Rasch Model Analysis on Secondary Students’ Statistical Reasoning Ability in Descriptive Statistics” yang ditulis oleh Shiaw Wei Chan, Zahela Ismail, dan Bambang Sumitono (2014). Jurnal ini membahas tentang cara menentukan kemampuan penalaran statistik dalam stataistik deskriptif pada siswa kelas sepuluh menengah atas dengan menggunakan IRT model Rasch dengan bantuan program WINSTEPS versi 3.73 dengan data dikotomi dan studi kasus dilakukan pada 412 siswa kelas sepuluh dan 16 butir tes dalam materi statistik deskriptif. Namun, jurnal tersebut hanya menjelaskan IRT model Rasch tanpa menjelaskan sejarah perkembangannya dan tidak menjelaskan proses pengestimasian tingkat kemampuan peserta tes dan tingkat kesukaran butir tes. Selain menggunakan jurnal tersebut, peneliti juga menggunakan beberapa buku sebagai acuan, buku-buku yang digunakan antara lain “Introduction Measurement Theory” karya Marry J. Allen dan wendy M. Yen (1979), “Probabilistic
5
Models for Some Intelligence and Attainment Test” karya George Rasch (1980), “Fundamental of Item Response Theory” karya Ronald K. Hambleton, H. Swaminathan, dan H. Jane Rogers (1991), Introduction to Probability and Mathematical Statistics karya Bain dan Engelhardt (1992), “Pengantar Teori Skor pada Pengukuran Pendidikan” karya Dali S. Naga (1992), “Handbook of Modern Item Response Theory” karya Wim J. van der Linden dan Ronald K. Hambleton (1997), “Applying the Rasch Model: Fundamental Measurement in the Human Sciences” karya Trevor G. Bond dan Christine M. Fox (2007), “Introduction to Classical and Modern Test Theory” karya Linda Crocker dan James Algina (2008), “Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan” karya Djemari Mardapi (2012), dan “Teori Respons Butir dan Penerapannya” karya Heri Retnawati (2014). Buku-buku tersebut, merupakan rujukan dalam definisi, konsep dasar, teori-teori dalam metode ML, ilmu pengukuran pada psikologi dan pendidikan, model-model pada teori tes klasik (Classical Test Theory = CTT), modelmodel pada IRT, aplikasi model Rasch, dan program komputer yang digunakan.
1.4 Metodologi Penelitian Penelitian ini membahas tentang cara menganalisis parameter tingkat kesukaran butir tes dan parameter kemampuan peserta tes pada IRT model Rasch. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah dengan studi literatur dan studi kasus. Penelitian ini dibagi dalam empat tahap, yaitu: 1.
Tahap pertama, menyusun rumusan tentang pengukuran dalam pendidikan, tes, teori tes, dan perkembangannya, serta metode estimasi beberapa parameter dalam pengukuran. Tahap ini diawali dengan mengumpulkan berbagai informasi yang terkait mengenai permasalahan tentang metode estimasi dan pengukuran dalam pendidikan yang kemudian munculnya istilah tes dan teori-teori tes.
2.
Tahap kedua, memberikan gambaran mengenai perkembangan teori-teori tes dari CTT hingga IRT, masalah yang menyebabkan teori tes tersebut berkembang, serta beberapa cara mengestimasi berbagai parameter yang akan diukur pada butir tes dan peserta tes.
6
3.
Tahap ketiga, cara mengestimasi berbagai parameter yang akan diukur pada butir tes dan peserta tes menggunakan metode ML serta program komputer yang digunakan.
4.
Tahap keempat, peneliti melakukan simulasi pada kasus di lapangan, sehingga proses menganalisis parameter tingkat kesukaran butir tes dan parameter kemampuan peserta tes pada IRT model Rasch lebih mudah dipahami.
1.5 Sistematika Penulisan Pada penulisan tesis ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang meliputi lima bab, yaitu: 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 2. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas dasar-dasar teori yang menjadi landasan pembahasan ada bab selanjutnya, meliputi metode ML, pengukuran, tes, teori tes, CTT, IRT, model Rasch, dan penggunaanya. 3. BAB III ESTIMASI PARAMETER Bab ini membahas tentang cara mengestimasi beberapa parameter pada pengukuran menggunakan metode ML dan beberapa program komputer yang dapat digunakan. 4. BAB IV STUDI KASUS Bab ini berupa studi kasus berisi tentang hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu memberikan gambaran umum mengenai cara menganalisis parameter tingkat kesukaran butir tes dan parameter kemampuan peserta tes menggunakan IRT model Rasch dan cara mengolah data pengukuran yang diperoleh dengan bantuan program BilogMG.
7
5. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dan saran tentang halhal yang dapat dikaji lebih jauh mengenai topik dalam penelitian ini.