BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1
Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki
kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayaan non fisik. Salah satu contoh kebudayaan non fisik dapat berupa tarian, karya seni, bahasa, adat istiadat sedangkan kebudayaan fisik dapat berupa cagar budaya. Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. (UU No.11 tahun 2010, pasal 1 ayat 1). Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi. Kata buddhi dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Eppink (1996), kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Tylor (1873) dalam bukunya Primitive Culture, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Soemardjan dan Soemardi (1964), kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
1
2
Candi merupakan bentuk dari peninggalan budaya berupa bangunan . Candi berasal dari kata “Candika grha” yang artinya rumah Dewi Candika sedangkan “Candika” adalah seorang dewi kematian. Dewi kematian atau Dewi Durga merupakan istri dari Dewa Siwa. Dewi ini dipuja oleh orang-orang yang beragama Hindu di zaman dahulu kala karena takut akan kematian. Candi adalah bangunan kuno yang dibuat dari batu sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja-raja, pendeta-pendeta Hindu atau Buddha pada zaman dulu. (KBBI)
Gambar 1. 1 Candi di Indonesia Indonesia memiliki banyak candi Hindu-Budha yang tersebar di berbagai pulau. Berdasarkan penjelasan gambar 1.1 dapat disimpulkan bahwa Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan kawasan yang paling banyak ditemukan candi. Candi merupakan salah satu objek wisata sejarah yang dapat menjadi pilihan oleh wisatawan untuk dikunjungi. Terdapat banyak candi yang terkenal di Yogyakarta, seperti Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Kalasan, Candi Mendut, Candi Sewu. Di antara candi tersebut masih banyak candi yang belum diketahui oleh masyarakat. Ketidaktahuan akan tempat wisata tersebut dan akses jalan yang kurang bagus menjadi salah satu alasannya.
3
Gambar 1. 2 Candi Ijo Candi Ijo, suatu tempat wisata sejarah yang menawarkan keindahan bangunan candi serta pemandangan alam dari atas perbukitan. Di antara candi-candi yang terdapat di Yogyakarta, Candi Ijo merupakan candi yang berada di tempat tertinggi. Gambar 1.2 menunjukan hijaunya perbukitan di sekitar Candi Ijo. Perbukitan hijau ini sering disebut “Gumuk Ijo” oleh masyarakat sekitar komplek candi. Suasana sejuk dan sunyi dapat dirasakan di komplek candi ini. Keunikan dari candi yang di bangun pada abad ke-9 ini adalah susunannya yang terdiri atas 17 buah bangunan yang berada pada 11 teras berundak dengan candi induk berada di puncak. Hal ini didasarkan pada ajaran agama Hindu yang menempatkan dewa pada posisi tertinggi. Keunikan lain dari tempat wisata sejarah ini adalah pemandangan sunset serta aktifitas pesawat take off dan landing. Salah satu media informasi dan promosi yang dianggap menarik adalah film. Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan (UU No. 33 tahun 2009) . Film bukan hanya menyajikan hiburan kepada penontonnya, namun juga mampu memberikan informasi yang mudah diterima oleh berbagai kalangan. Ide pembuatan film dokumenter “Candi Ijo” ini muncul ketika sebuah tempat wisata sejarah yang mempesona namun masih sedikit orang yang mengetahuinya. Kata “dokumenter” memiliki arti dokumentasi dalam bentuk film
4
mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan (KBBI). Menurut Holte (2014), sebuah film bahkan bisa menjadi “guide” bagi wisatawan. Tidak sedikit wisatawan yang terinspirasi mengunjungi sebuah tempat setelah menonton film. Suatu tantangan yang menarik adalah bagaimana menyajikan film dokumenter yang bersifat mengajak penonton untuk menghargai dan mempelajari sejarah dengan mengunjungi tempat wisata tersebut. Film dokumenter ini akan lebih menarik dengan menggabungkan pengambilan gambar dari udara (aerial shot) dan animasi 3 dimensi serta motion graphic. Pengambilan gambar dari udara bertujuan untuk menampilkan kondisi di sekitar candi serta menegaskan bahwa Candi Ijo memang berada di daerah perbukitan hijau. Tampilan animasi 3 dimensi serta motion graphic juga disisipkan dalam film dokumenter ini untuk memberikan penjelasan tentang Candi ijo yang tidak dapat diwujudkan dengan teknik sinematografi. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diambil suatu permasalahan
yaitu bagaimana menciptakan sebuah film dokumenter tentang sejarah yang menarik sekaligus dapat mengenalkan tempat wisata Candi Ijo bagi penonton dengan audio visual yang berkualitas. 1.3
Batasan Masalah Dalam penciptaan film dokumenter ini ada beberapa batasan yang perlu
diperhatikan, ialah sebagai berikut : 1. Film dokumenter ini tidak membahas tentang proses pembuatan Candi Ijo 2. Film dokumenter ini tidak membahas tentang bangunan di sekitar komplek Candi Ijo yang masih berupa reruntuhan. 3. Film dokumenter ini hanya membahas tentang bangunan candi induk, candi perwara serta arca di Candi Ijo. 4. Animasi peta dalam film dokumenter ini hanya membahas tentang jalur termudah dari Tugu Yogyakarta menuju Candi Ijo.
5
1.4
Tujuan Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah membuat film dokumenter
bertema kebudayaan dan sejarah dengan judul “Candi Ijo”. 1.5
Manfaat Manfaat dari penciptaan film dokumenter ini adalah : 1. Dapat menjadi media pembelajaran kepada penonton tentang Candi Ijo. 2. Dapat menjadi media promosi wisata sejarah yang berada di Yogyakarta, terutama wisata candi. 3. Dapat menjadi inspirasi bagi produser film untuk membuat dan mengembangkan kreatifitas film dokumenter dengan teknik pengambilan gambar dari udara (aerial shot) dan animasi 3 dimensi yang lebih baik.
1.6
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini akan disusun dalam 5 bab,
sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Menjelaskan latar belakang dalam pembuatan film dokumenter yang berjudul “Candi Ijo”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II
LANDASAN TEORI Berisi uraian-uraian dasar teori yang digunakan untuk mendukung analisis dan rancangan pembuatan film dokumenter.
BAB III PROSES PENCIPTAAN Berisi tentang rancangan dan proses pembuatan film dokumenter dari tahap pra-produksi, produksi dan pasca-produksi. BAB IV PEMBAHASAN KARYA Berisi tentang ulasan-ulasan dari setiap sekuan yang ada dalam film dokumenter ini. BAB V
KESIMPULAN Kesimpulan dan saran tentang pembuatan karya film dokumenter ini.