BAB I KOMPETENSI GURU Berbagai kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang guru
adalah
merupakan
tuntutan
baik
secara
peraturan
perundang-undangan maupun kebutuhan tuntutan masyarakat dan seiring pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan
menjadi
warga
yang
demokratis
serta
bertanggungjawab. Oleh karena tujuan pendidikan memerlukan sejumlah pendidik dan pendidik yang dimaksud adalah guru, maka
guru
perlu
dilengkapi
dengan
sejumlah
perangkat
kompetensi. Sebagaimana diketahui bersama bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidik formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 menyatakan
bahwa
kompetensi
dimaksud
wajib
memiliki
adalah
kompetensi,
seperangkat
dimana
pengetahuan, 1
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Guru
juga
wajib
memiliki
kualifikasi
akademik,
kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Karena sifatnya wajib maka tidak boleh tawar menawar lagi bahwa kewajiban tersebut harus dimiliki oleh guru, dan sifat dari undang-undang tersebut mengikat pada semua warga negara Indonesia dalam hal ini adalah guru. Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional
Pendidikan
menyatakan
bahwa
standar
komptensi yang harus dimiliki oleh pendidik adalah 1. Kompetensi pedagogik; 2. Kompetensi kepribadian; 3. Kompetensi profesional; dan 4. Kompetensi sosial. Standar kompetensi yang dimaksud adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Menurut
Oxford,
Advanced
Learners
Dictionary
menyatakan bahwa “ Competence is being able to do sth (something) well. No one doubts her competence as a teacher”. Seorang pegawai dalam hal ini guru yang ditempatkan pada suatu organisasi sekolah tetapi tidak memiliki kompetensi maka akan menjadi beban terhadap kelompoknya atau terhadap organisasi sekolah tersebut. Organisasi senantiasa bergerak cepat dan kondisi dinamis yang terus berlangsung sejalan 2
dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi, tuntutan kebutuhan organisasi dan masyarakat serta pengaruh globalisasi. Secara tidak sadara keadaan itu menuntut sumber daya manusia yang ada di dalamnya mengembang tugas dan fungsi dengan mendayagunakan
seluruh
potensi
yang
dimilikinya,
maka
pengembangan kompetensi berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude)
akan menghasilkan
kemampuan sumber daya yang kuat. Pendidikan
dan
pelatihan
merupakan
proses
berkesinambungan yang tidak pernah berhenti perlu melakukan modifikasi yang menaruh perhatian terhadap pengembangan diri sebagai pendidik. Pengembangan kompetensi yang perlu mendapat perhatian terutama ditujukan dengan tepat sasaran, tepat orang, tepat kompetensinya, tepat program pengembangannya. Memang dalam suatu organisasi (misalnya sekolah) melakukan analisis yang melahirkan informasi kebutuhan kompetensi sumber dayanya (dalam hal ini guru) sehingga suatu saat akan menghasilkan: 1. Guru meningkat kinerja (performance) bidang substansi keilmuannya. 2. Guru meningkat kinerja pribadinya dan kehidupan sosialnya.
3
4
BAB II PENGEMBANGAN ASPEK KEPRIBADIAN
1. Pengertian dan Definisi Mengawali pembahasan mengenai kepribadian dimulai dengan
mengenal
terlebih
dahulu
pengertian
dari
pada
kepribadian itu sendiri. Pengertian kepribadian sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana para ahli baik dari psikologi maupun ilmu sosial lainnya telah mencoba manafsirkan agar dapat dipahami lebih mudah. Menurut Gordon Allport yang dikutip oleh Rismawaty menyatakan bahwa kepribadian dirumuskan sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberikan arah kepada seluruh tingkat laku individu yang bersangkutan. Selanjutnya kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud itu adalah jiwa dan raga manusia di mana suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, seperti antara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas di sini dimaksudkan bahwa manusia memiliki batasan kepribadian yang tidak sama dengan manusia lainnya dan bertingkah laku sesuai dengan caranya sendiri itulah yang dinamakan kepribadian.
5
Kemudian
George
Kelly
memandang
kepribadian
sebagai cara yang unik dari individu dalam memberikan arti pengalaman -pengalaman hidupnya. Dalam
kehidupan
kepribadian diartikan
sehari-hari
dinyatakan
bahwa
dengan cirri-ciri tertentu yang menonjol
pada individu. Ada ciri yang menonjol dari kehidupan dalam masyarakatnya sehingga diberi cap atau ungkapan oleh orang lain bahwa dirinya memiliki “kepribadian pendiam”, ada lagi “berkepribadian keras”, contoh lain “kepada orang yang mudah bergaul disebut sebagai “berkepribadian supel”. Kadang ciri-ciri yang disebut tadi berubah melihat situasi sekelilingnya. Semua itu dalam arti kata yang terlihat secara fisik oleh orang lain, tetapi sesungguhnya kepribadian itu tidak bisa ditebak seperti itu. Melainkan secara unik dan misterius ada pada diri individu itu sendiri. Selanjutnya Rismawaty merangkum landasan atau dasar dari kepribadian itu sebagai berikut. a. Batasan kepribadian melukiskan kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisir dan diintegrasikan oleh kepribadian. Bahkan kepribadian dipandang sebagai sebuah organisasi yang menjadi penentu atau pengaruh tingkah laku. b. Menekankan perlunya memahami perbedaan – perbedaan individual. Dengan istilah kepribadian keunikan dari setiap individu ternyatakan. Studi tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakan dengan individu lain diharapkan menjadi jelas atau dapat dipahami.
6
c.
Kepribadian menekankan pada representasi proses dalam keterlibatan subjek atau individu atas pengaruh internal dan eksternal yang mencakup factor genetic dan biologis, pengalaman
–
pengalaman
social,
dan
perubahan
guru
diperlukan
lingkungan.
2. Norma dan Nilai Sebagai
pendidik
dalam
hal
ini
mengetahui, memahami dan melakukan tindakan yang sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia. Norma agama menyangkut nilai-nilai yang ada di dalam agama itu sendiri, segala ajaran telah ditentukan merupakan hal yang absolut, biasanya tidak ada tawar menawar ketentuan yang telah
digariskan.
Kehidupan
beragama
merupakan hak azasi yang mendalam
pada
dasarnya
yang menyangkut
keyakinan seseorang untuk mempelajari dan mendalami serta melaksanakannya. Guru menghargai peserta didik dengan tidak melihat unsur atau latar belakang agama yang dianut. Peserta didik yang ada di salah satu sekolah tersebut beragam menganut agama yang diyakininya. Sikap guru selayaknya menghargai keadaan tersebut dan tidak berpengaruh terhadap perlakuan
dalam
memberikan pelayanan pelajaran, bimbingan, ataupun bentuk konsultasi apapun yang menyangkut proses belajar dan mengajar di sekolah. Sebagaimana
diketahui
bersama
bahwa
Indonesia
dibangun oleh berbagai suku bangsa, suku bangsa bergabung 7
menjadi satu yaitu bangsa Indonesia. Karena keberagamannya itu maka tumbuhlah kebudayaan Indonesia yang ada di daerah masing-masing. Kebudayaan Indonesia itu kaya sekali yang Hal ini tidaklah menjadi resisten dalam proses belajar mengajar di sekolah, sebab Indonesia memiliki berbagai suku bangsa yang turut serta membangun dalam satu semboyan ” Bhineka Tunggal Ika”. Demikian pula dengan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat jamak di pelosok Indonesia, harus tetap menjadi asset kekayaan semua. Sekolah juga tanpa membedakan adat istiadat yang dipegang oleh peserta didik termasuk di dalamnya bahasa yang dipakai di tempat tinggalnya tidak menjadikan suatu penghalang bagi keberlangsungan proses belajar mengajar. Indonesia mengenal berbagai adat istiadat kedaerahan yang tentunya diakui sebagai kekayaan yang ada di dalam masyarakat baik adat istiadat maupun tata cara hidup dan kehidupan untuk tidak saling mengganggu. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat dikenal dengan peribahasa ”dimana langit dijunjung, di sana bumi dipijak” Norma hukum yang ada di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berkedudukan mengikat terhadap seluruh aspek kehidupan sehingga semua warga negara di dalamnya harus tunduk dan taat. Tanpa adanya deskriminasi terhadap peserta didik maka peserta didik termasuk sivitas akademika dalam sekolah diberlakukan sama dimuka hukum, tanpa pengecualian. Suatu pasal hukum yang mengatur kehidupan warga negara tidaklah berbeda dengan orang lain yang karena kedudukan, 8
harkat, martabat, dan kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. Hukum yang dimaksud dapat diterjemahkan sebagai hukum perdata, pidana, dan peraturan perundang-undangan. Secara khusus kehidupan yang berlangsung dalam masyarakat tertentu adalah tumbuh dan berkembangnya hukum adat, yang mengatur tata cara masyarakat tertentu dan disepakati, dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat tertentu. Hukum adat merupakan hukum tidak tertulis dan tidak dikodifikasi oleh masyarakat tersebut tetapi keberadaannya tetap diakui, oleh karena
itu
perlu
memelihara,
dan
menghormatinya.
Impelementasi di sekolah dapat dilaksanakan dengan tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah yang ada di dalamnya.
3. Pribadi Teladan Suatu kewajiban sebagai masyarakat pendidikan di mana para pendidik harus menjadi teladan bagi semua warga di dalamnya yakni berperilaku jujur, tegas dan manusiawi. Langkah tersebut tidak hanya untuk kepentingan dengan teman sejawat guru melainkan dengan peserta didik. Guru sebagai pendidik tentu akan dikenang oleh peserta didiknya kelak di mana guru menjadi teladan, bersahaja, tanpa meninggalkan wibawa. Suatu hal yang wajar dan memang jadi kewajiban kalau peserta didik akan mengingat guru dan menghormatinya sepanjang jaman karena selain mendidik dan mengajar dia adalah ”guru ratu wong atua karo” Guru menjadi orang tua kedua setelah orang tua di rumah. Sehingga tugas dan tanggung jawab guru menjadi cukup
9
berat, harus mempertanggungjawabkan keadaan, kesehatan, keselamatan peserta diri selama di sekolah. Berperilaku yang mencerminkan suatu ketakwaan yaitu menjalankan segala larangan yang atur menurut keyakinan agamanya dan menjauhi yang kira-kira menimbulkan atau suatu pelanggaran terhadap nilai-nilai agamanya. Berperilaku yang mencerminkan suatu akhlak yang mulia, yang dapat diperlihatkan mulai dari cara bicara. Bahasa yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata indah, selama ada kata-kata dan kalimat yang baik disampaikan dengan baik. Hubungan dengan teman sejawat dan peserta didik dijaga dengan baik tutut kata dan perbuatannya, sehingga tidak ada kata-kata kasar dan tidak ada yang tersinggung sampai sakit hati Menghindari berperilaku yang bersifat ”syuudhon” di mana orang lain yang selalu serba salah, jelek, dan penyebab ketidak berhasilan serta senantiasa menyalahkan orang lain atau pihak lain atau lembaga lain dalam menangani sesuatu. Segeralah berperilaku yang bersifat ”tawadhu” di mana sumber dari segala kekeliruan, kesalahan, dan segala tindakan berpihak pada diri sendiri. Dengan demikian tidaklah mencari kesalahan pihak lain tetapi semua berpulang pada sikap sendiri atau yang ada pada diri sendiri. Kepercayaan masyarakat kepada pendidikan atau guru ini masih melekat sampai saat ini, masyarakat menganggap bahwa guru serba bisa, serba tahu, dan serba terampil oleh karena itu kesempatan ini jangan disia-siakan. Guru selalu eksis di masyarakat dan karena kepercayaannya itu maka guru selalu dipandang positif sehingga kalau ada peringatan, hajatan, atau 10
bentuk kegiatan seperti ”pilkada, atau pemilu” sudah dipastikan terpilih menjadi panitia. Tinggalah guru menyadari, menjaga, memelihara di mana semua itu adalah keteladanan yang melekat pada seluruh komponen masyarakat.
4. Pribadi Mantap dan Wibawa Memiliki kemampuan untuk menampilkan diri sebagai pendidik yang mantap dan stabil menghadapi segala rintangan, tantangan, ancaman dan gangguan dari lingkungan sekitarnya baik
di
lingkungan
sekolah
maupun
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Kemampuan ini pula untuk menghadapi suatu pengambilan keputusan dengan mengambil segala resiko baik resiko yang bersifat positif dan menekan resiko yang negatif. Kepribadian yang mantap dapat ditunjukkan terutama dalam pengambilan keputusan di sekolah, suara dan pendapat sangat diperhitungkan sekali, baik secara lisan maupun bentuk apapun, tidak sekadar asal bunyi dan tidak untuk mencari muka. Teguh pada pendirian dengan segala perhitungan yang matang, tetapi tetap menghormati suara pendapat orang lain dan memberikan loyalitas untuk kepentingan organisasi. Lebih dari itu pribadi yang mantap dan stabil tetap memperhatikan dan mengutamakan tugas pokok dan fungsi yang diemban dan telah ditentukan. Kepribadian
mantap
dan
stabil
berkaitan
dengan
kepemimpinan di mana kegiatan yang mempengaruhi orangorang agar mereka mau bersama-sama mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi merupakan kekuatan yang ada di dalam diri seseorang yang memberi daya, memberi arah dan memelihara 11
tingkah laku. Sehari-hari motivasi seorang yang berpribadi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada yang lain sehingga mereka bersedia bekerja sama tanpa terpaksa untuk organisasi sekolahnya. Dalam hal ini dalam pribadi yang mantap dan stabil terdapat sejumlah motivasi untuk ditampilkan dalam berbagai kesempatan dan wadah. Kemampuan menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa dalam menghadapi persoalan- persoalan tugas pokok dan fungsi sebagai pendidik. Tingkat kedewasaan ini bukan sekedar dilihat dari sisi umur melainkan kematangan yang dapat diperlihatakan seseorang dalam untuk mengatasi berbagai persoalan dan permasalahan. Sehingga pendidik atau guru itu perlu memiliki kemampuan yang mantap dan stabil dalam pendirian, dewasa dalam bertindak, arif dalam pengambilan keputusan, wibawa dalam
penampilan
untuk
menghadapi
persoalan
dan
permasalahan.
5. Pribadi Beretos Kerja dan Tanggung Jawab Tidak semua etos kerja dimunculkan dalam bentuk produk
fisik
melainkan
secara
tidak
nampak
sudah
menggambarkan sesuatu etos kerja seperti semangat, motivasi juang, dan nilai yang ada dalam jiwa yang mendorong untuk suatu etos kerja. Semua pegawai memiliki etos kerja, tinggal apakah etos kerja tinggi, sedang atau rendah, hal ini berkaitan dengan kinerja yang bersangkutan dalam organisasi. Banyak psikolog memakai istilah yang berbeda-beda dalam
12
menyebutkan
sesuatu
yang
menimbulkan
perilaku
tersebut, ada yang menyebutkan motivasi atau motif, kebutuhan, desakan, keinginan, dan dorongan. Etos kerja berkaitan dengan kinerja yang akan dihasilkan oleh para pegawai dan loyalitas serta dedikasi terhadap organisasi sekolah,dan lembaga dalam lingkup pemerintahan. Kepribadian yang dimulai dari etika kehidupan berbangsa yang dirumuskan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta berkepribadian Indonesia. Pokok etika kehidupan berbangsa mengedepankan: a. Kejujuran b. Amanah c.
Keteladanan
d. Sportivitas e. Disiplin f.
Etos kerja
g. Kemandirian h. Sikap toleransi i.
Rasa malu
j.
Tanggung jawab
k.
Menjaga keharmonisan serta martabat diri sebagai warga bangsa Etos kerja berkaitan dengan disiplin pegawai dalam
mematuhi perundang-undangan dan ketentuan lainnya sebagai pegawai dan perlu memperhatikan: a. Ketepatan dan kecepatan waktu b. Memperhatikan dan fokus pada mutu c.
Menggunakan perhitungan dengan prinsip efektif dan efisien 13
d. Membuang waktu yang tidak bermanfaat e. Tidak menyalahkan alat dan sarana pendukung sebagai alasan keterlambatan pekerjaan atau kegagalan pekerjaan. f.
Konsultasi dan koordinasi dengan atasan atau pihak lain yang relevan
g. Catat apa yang dikerjakan, dan kerjakan apa yang dicatat. Sebagai seorang profesional maka perlu menonjolkan hal-hal sebagaimana di menurut Keraf , sebagai berikut: a. Tanggung jawab, setiap penyandang profesi tertentu harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap profesi, hasil dan dampaknya, artinya tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau fungsinya bahwa keputusan yang diambil dan hasil dari suatu pekerjaan tersebut harus baik efisien dan efektif serta dapat dipertanggung jawabkan. Selanjutnya terhadap akibat dari tindakan profesinya itu tersebut terhadap dirinya, rekan kerja profesi, organ isasi dan masyarakat umum lainnya dapat memberi manfaat dan berguna. b. Kebebasan, profesionalisme memiliki kebebasan dalam menjalankan profesinya tanpa merasa takut atau ragu-ragu tetapi tetap memiliki komitmen dan bertanggung jawab dalam batas-batas aturan main yang telah ditentukan oleh kode etik sebagai standar perilaku profesional. c.
Kejujuran,
merasa terhormat apabila melakukan sesuatu
dengan kejujuran dan setia, serta tidak menyombongkan dirinya, berupaya terus untuk mengembangkan dirinya dalam mencapai kesempurnaan profesinya melalui pendidikan dan pelatihan dan menambah pengalaman.
14
d. Keadilan, memiliki
setiap
menjalankan
kewajiban
dan
tidak
tugas
profesional
dibenarkan
harus
melalukan
pelanggaran terhadap hak atau menggangu hak orang lain, lembaga, organisasi hingga mencemarkan nama baik bangsa dan negara. e. Otonomi, seorang profesional memiliki otonomi kebebasan dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian, pengetahuan, dan kemampuannya, organisasi, terbebas dari campur tangan pihak lain. Rasa bangga sebagai guru tetap harus menjadi icon dalam hidupnya, guru sebagai profesi yang merupakan keahlian yang susah didapat bila tidak dipelajari. Dalam menjalankan profesi sebagai guru tidak sekadar fisik pemberian suatu pelajaran mlainkan jiwa raga yang memadukan antara olah pikir, olah hati, olah rasa yang disajikan untuk proses berlangsungnya pendidikan. Berbeda sekali dengan profesi atau keahlian lainnya yang hanya memproduksi barang dan jasa, guru mempunyai kebanggaan bahwa produknya
“nation and character building”
sebagaimana yang dikumandangkan oleh Bung Karno pada masa itu. Guru mempersiapkan anak-anak bangsa Indonesia ini hasilnya tidak dirasakan pada saat itu, seperti “menggigit cabai” begitu digigit langsung terasa pedas, melainkan untuk investasi masa depan. Guru harus bangga dengan keadaan dan penghargaan masyarakat selama ini, perlakuannya pada semua jenjang dan tingkatan sudah diakui sama melalui undang-undang guru dan dosen, diangkat harkat dan martabatnya dengan diberikan penghargaan dan fasilitas yang memungkinkan untuk mencapai kinerja yang lebih baik. 15
Dengan demikian tumbuh rasa percaya diri untuk tampil sebagai seorang yang memiliki profesi di dalam kehidupan masyarakat.
6. Etika Profesi Etika adalah falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, sosila, dan agama. Sedangkan profesi berasal dari bahasa latin yaitu professues yang berarti suatu kegiatan atau pekerjaan yang semula dihubungkan dengan sumpah dan janji yang bersifat religius. Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan – pandangan dan persoalan – persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan. Menurut bahwa pembahasan teori etika
Kerap
membantu hal berikut ini.
Pertama, mengembangkan perilaku baik secara individu maupun kelompok
dalam
kaitan
dengan
lingkungan.
Kedua,
mengembangkan sistem sosial dan politik yang ramah terhadap lingkungan serta mengambil keputusan dan kebijakan yang berdampak terhadap lingkungan. Lingkungan yang dimaksud dapat diartikan sebagai lingkungan sosial dalam kehidupan masyarakat organisasi
baik lainnya
dalam
organisasi
termasuk
dalam
pemerintahan lingkungan
maupun sekolah.
Selanjutnya Kerap menyatakan bahwa secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, atau kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup baik, baik pada diri sendiri maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini diturunkan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kebiasaan hidup dibakukan
16
dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat.
Jangan membenarkan kebiasaan tetapi biasakan membiasakan kebenaran Sebagai seorang profesi maka perlu memperhatikan sejumlah etika dalam melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari. Kode etik
yang dibangun bersama perlu dipahami, dan
dilaksanakan serta masing-masing menghormatinya. Setidaknya ada sepuluh aspek kepribadian dalam memasuki etika profesi diantaranya: a. Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, keinginan untuk terus belajar, membaca, dan tidak puas terhadap persoalan yang dangkal Selalu mencari informasi melalui ensiklopedia, perpustakaan, museum dan mengikuti bentuk – bentuk acara seminar lainnya. b. Menguasai keterampilan harian bersifat feminin / maskulin, keterampilan bicara, tidak biasa komat-kamit, gunakan katakata yang tepat. c.
Memiliki kecerdasan yang tidak tergantung pada tinggi rendahnya pendidikan, bersikap tegas terhadap pikiran setiap saat, menggunakan sistem waktu sediri untuk belajar.
d. Bersikap
mawas
diri,
menggunakan
imajinasi
untuk
mengatasi kebiasaan dan memiliki citra diri. e. Menjaga kesehatan, cukup tidur dan olahraga, berpikir tenang, menikmati kesibukan dan hobi.
17
f.
Berpenampilan elegan, berpakaian baik, bersih, rapih, dan serasi, tidak berlebihan dalam segala hal. Bersikap ekspresi persahabatan dan selalu eye contack yang mantap.
g. Bersikap terhadap orang lain yang mengakui bahwa martabat manusia sama, tenggang rasa, menghargai orang lain, empati, dapat dipercaya, selalu memberi pujian, tegur sapa, dan senantiasa meminta maaf jika ada yang kurang berkenan. h. Memiliki pengendalian diri , menjaga emosi dan tidak cepat terpengaruh.
Menyingkirkan
prasangka
buruk,
curiga,
ketakutan, pesimisme, dan tidak iri hati. i.
Memiliki nilai kehidupan yang dibuktikan punya cita-cita, dan tidak takut menyongsong masa depan.
j.
Memiliki peranan yang berarti dalam kelompoknya, atau organisasi formal maupun informal termasuk di dalam kehidupan sekolah dan masyarakatnya.
Semangat adalah kunci keberhasilan awal
18
BAB III PENGEMBANGAN ASPEK SOSIAL
1. Pengertian dan Definisi Menurut Piaget bahwa manusia memiliki kemampuan beradaptasi dengan berbagai dinamika, tantangan lingkungan yang didasarkan pada
pengayaan
potensi dasarnya
dan
sekaligus dapat mengorganisasikan lingkungannnya, didalamnya termasuk berbagai aspek lapangan kerja, kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidaklah lepas dari satu dengan yang lainnya, selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
sehingga
kepribadian
individu,
kecakapan-
kecakapannya, ciri-ciri kegiatannya bary menjadi kepribadian individu yang sebenar-benarnya apabila keseluruhan sistem psiko – fisik tersebut berhubungan dengan lingkungannya. Menurut Woodworth yang dikutif Abu Ahmadi menyeb utkan bahwa manusia dengan lingkungannya itu meliputi pengertian: a. Individu dapat bertentangan dengan lingkungan b. Individu dapat menggunakan lingkungan c.
Individu dapat berpartisipasi dengan lingkungan
d. Individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Dalam
hal
ini
lingkungan
yang
dimaksud
adalah
kehidupan masyarakat, kehidupan sosial yang ada disekitarnya dan terjadi interaksi didalamnya. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang
satu
mempengaruhi,
mengubah,
atau
memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
19
Kepribadian
sosial
berupa
sejumlah
sikap
yang
ditonjolkan dalam kehidupan sosialnya, dalam bahasa Inggris dinamakan ”attitude” istilah yang digunakan oleh Herbert Spencer untuk
menunjukkan sikap mental seseorang. Seseorang
berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat beitu saja tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi suatu situasi :ketekunan,
ketelitian,
tempo kerja,
daya tahan
terhadap
lingkungan. Aspek sosial yang berwujud dalam sikap tingkah laku yang memiliki aspek sebagai berikut: a. Aspek kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenai
pikiran,
yang
berwujud
dala
pengolahan,
pengalaman, dan keyakinan serta harapan individu tentang objek atau kelompok tertentu. b. Aspek afektif, berwujud dalam proses yang menyangkut perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan pada objek tertentu. c.
Aspek konatif, yang berwujud pada proses / kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek, misalnya: kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya. Menurut Gerungan bahwa attitude dapat dioterjemahkan
dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi.
20
2. Sikap Inklusif dan Objektif Kompetensi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bagian lain, maka dalam hal ini guru perlu memiliki sikap inklusif dalam lingkup di sekolah atau masyarakat. inklusif
terhadap
apa
yang
merupakan
Bersikap
kemampuannya
diimplementasikan bahwa guru bukan satu-satunya yang memiliki kemampuan tersebut tetapi guru lain dan siswa merupakan bagian dari sistem tersebut. Guru tidak menganggap bahwa tidak ada orang lain yang mampu dan seolah dimilki dan hanya dia yang paling bisa paling mampu.
Ini harus disadari bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi serta sistem informasi berubah terus dan dapat dimiliki oleh semua orang. Kebalikan dari inklusif adalah sikap ekslusif di mana guru adalah satu-satunya yang memilki segalanya dan seolah tidak ada orang yang mampu. Objektif terhadap peserta didik, tidak memandang status sosial, status ekonomi dan agama atau bentuk perbedaan lainnya, semua sama
memiliki hak dan perlakuan sekolah.
Contoh: Seorang peserta didik karena memilki kemampuan suatu saat mengirim makanan atau barang yang diperlukan gurunya. Keadaan
ini
memberikan
pengaruh
kepada
guru
untuk
memperlakukan istimewa terhadap peserta didik tadi baik dari sisi penilaian maupuan perlakuan tindak-tanduk di sekolah. Kata lain peserta didik tadi menjadi anak emas. Apa yang dicontohkan di atas itulah diantaranya yang perlu dihindari, sehingga di kelas pembelajaran tidak lagi memperlakukan peserta didik sebagai anak emas dan tidak ada perlakuan terhadap seseorang menjadi istimewa. Pemberian 21
peserta didik tadi, jadikan itu sebagai kebaikan anak terhadap orang tuanya di sekolah. Termasuk terhadap teman sejawat atau guru klainnya, maka sikap inklusif
perlu dikembangkan untuk memperkaya
pengetahuan kita dan saling hormat menghormati, bahkan dapat dijadikan sebagai ajang tukar menukar pendapat secara terbuka. Demikian pula sikap objektif terhadap teman sejawat perlu terus dikembangkan sehingga korps dapat terjaga dan terhindar dari rasa curiga, cemburu, kebencian, dan terihar dari iri hati. Dengan
demikian
langkah-langkah
tadi
dapat
menghindari deskriminasi yang apabila dihubungkan lebih jauh adalah terhindar dari urusan-urusan norma hukum di samping dari sisi sikap bermasyarakat yaitu terhindar dari pelanggaran hak azasi manusia.
3. Komunikasi Efektif Inti dari kompetensi sosial terletak pada komunikasi, tetapi komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang efektif. Komunikasi dapat
diartikan sebagai
” process
of
meaningful interaction among human being” atau suatu proses saling mempengaruhi antar manusia.
Menurut Jaques yang
dikutif oleh Dann Suganda mengatakan bahwa komunikasi ”the sum
total
of
directly
and
indirectly,
consciously,
unconsciously transmitted feeling, attitude, and wishes”
and atau
komunikasi merupakan keseluruhan dari pada perasaan, sikap dan harapan-harapan yang disampaikan baik secara langsung atau tidak langsung, baik yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Komunikasi bagian integral dari proses perubahan. 22
Penyampaian pesan kepada orang lain atau terhadap lingkungan sekolah hendaklah dilakukan secara efektif tetapi yang baik dan santun. Rasa empatik tetap diperhitungkan dengan situasi dan kondisi yang ada baik terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua dan masyarakat. Gunakan bahasa yang baik dan santun dalam rapat sekolah,
dengarkan dan perhatiakan arah pembicaraan dari
pimpinan rapat. Jangan memotong orang yang bicara sebelum yang bersangkutan selesai atau sebelum diberi kesempatan. Apabila memerlukan pendapat atau saran usul dalam rapat maka bicaralah pada waktunya, dengan pemilihan bahasa kata-kata kalimat-kalimat terpilih tetapi tidak bertele-tele, tetapi langsung pada sasarannya dengan diplomasi yang terbaik. Contohnya: ” Terima kasih atas kesempatannya, pendapat atau apa yang disampaikan bapak/ ibu itu betul, tetapi kalau boleh saya usulkan adalah ...... sebab ......, terima kasih” . Usahakan tidak mengulang apa yang disampaikan orang lain, dan anda kalau akan menyampaikan usul perlu ada rasionalisasi atau alasan yang cukup mendukung. Kepada atasan lembaga atau sekolah sebaiknya memakai kata ”usul” bukan ”saran”. Komunikasi dapat dilakukan dengan lisan, gerak anggota badan, atau dengan memberikan isyarat – isyarat. Berbicara itulah berkomunikasi secara lisan. Menggelengkan kepala adalah komunikasi
dengan
menggerakkan
bagian
badan.
Mengacungkan telunjuk dan menggerakkan anggota badan lain dapat juga disebut memberi isyarat.
23
Untuk memudahkan komunikasi seringkali membutuhkan peralatan tertentu, umpamanya lampu sorot bagi penjaga menara, telepon untuk komunikasi lisan jarak jauh, lonceng, bendera,dan segala bentuk yang memberikan pesan. Komunikasi melalui telepon ataupun telepon selular yang lebih mudah tetap menggunakan kata-kata yang layak dan santun.
Apalagi dalam
urusan pekerjaan. Gunakan etika
bertelepon sebagaimana contoh di bawah ini. Jangan biarkan telepon berdering terus, upayakan sesegera mungkin untuk mengangkat telepon. Jawab segera dengan ”Selamat pagi, dinas pendidikan kab. Bogor, dengan Andi, ada yang bisa dibantu”. Cobalah untuk selalu terdengar ramah dan penuh minat. Tanyakan nama penelepon dengan jelas. Dengarkan dengan teliti dan penuh simpatik. Perlakukan si penelepon seakan- akan ia berada di hadapan anda. Jangan memotong pembicaraan, biarkan sampai selesai. Akhiri pembicaraan dengan terima kasih, dan salam. Komunikasi lisan yang langsung berhadapan sebaiknya menggunakan etika berbicara, misalnya. Hendaknya pembicaraan selalu dalam kebaikan. Jangan membicarakan yang tidak berguna. Bercanda sebaiknya dibatasi dan pada tempatnya. Suara harus terdengar. Menghindari perdebatan dan saling bantah. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa 24
Menghindari fitnah, dan pembicaraan yang memojokkan orang lain. Jangan mendominasi pembicaraan. Tidak memandang lawan bicara lebih rendah. Menghindari perkataan kasar, gunakan kata-kata yang tepat selama masih ada kata yang baik. Demikian pula pembicaraan secara khusus melalui telepon selular, perlu menggunakan etika saat berlangsungnya pembicaraan, diantaranya. Biasanya nama yang sudah ada disimpan dan diberi nama pemiliknya, tetapi adapula yang tidak tersimpan, mungkin juga tidak anda kenal atau nomornya diganti/ baru, biasakan anda ucapkan salam. Pada prinsipnya nomor selular adalah nomor pribadi, sehingga apabila ada yang bertanya minta nomor orang lain kepada anda, sebaiknya anda minta ijin terlebih dahulu kepada pemiliknya. Pada saat bicara, suara dijaga volumenya sebab pada saat ini, selular rata-rata sudah canggih sehingga tidak perlu berteriak-teriak. Hindari bercanda yang berlebihan, menyombongkan diri dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Sebaiknya ganti mode getar bila anda sedang menghadap atasan, rapat, diklat, mengajar, atau sedang melayat orang sakit, meninggal dunia, serta menghadiri pemakaman. Bila anda sedang berbicara dengan atasan dan saat itu telepon genggam anda berbunyi / bergetar maka anda minta 25
ijin untuk mengangkat dulu untuk memberi tahu si penelepon bahwa anda sedang berbicara dengan atasan. Jangan sekalikali tinggalkan atasan anda seolah yang lebih penting adalah si penelepon. Contoh di atas hanya sebagian dari unsur keterampilan berkomunikasi. Bagaimana mengimplementasikan komunikasi dengan eman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya baik dalam forum resmi maupun forum ilmiah yang memerlukan komunikasi berbobot ilmiah. Implementasi bagaimana berkomunikasi dengan pihak orang tua peserta didik dan masyarakat umum yang lebih santun, empatik, dan efektif baik tentang program pembelajaran maupun kepentingan lainnya. Dapat pula orang tua peserta didik dan masyarakat diikutsertakan dalam perencanaan sekolah dan dalam
pemecahan masalah
kesulitan
belajar.
Semua
itu
dilakukan dengan azas santum dan menggunakan suatu diplomasi sehingga tercapai tujuan komunikasi yang diharapkan.
4. Adaptasi Lingkungan Kemampuan
beradaptasi
dengan
lingkungan
baru
merupakan kemampuan tersendiri dalam aspek sosial, di mana lingkungan beragam akan memungkinkan terjadi, termasuk berbagai kemungkinan bisa terjadi. belum tentu sama atau lebih
Tetapi lingkungan baru baik dengan lingkungan
sebelumnya. Namun semua itu akan terjadi dalam kehidupan organisasi
dan
sosial,
hal
ini
memerlukan
kemampuan
keterampilan yang disertai dengan kemampuan yang lainnya. Adaptasi yang dimaksud adalah penyesuaian jika anda bekerja di suatu tempat yang baru di manapun berada. Maka 26
pemikiran yang ditonjolkan adalah pemikiran yang ilmiah untuk meyakinkan komunitas baru memahami bersama program yang hendak dicapai. Lingkungan akan menerima kehadiran anda jika memahami dan internalisasi apa yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya. Menggunakan etika kerja di tempat baru untuk dapat meraih sesuatu eksistensi diantaranya. a. Menghidari over acting apalagi menyombongkan sesuatu yang berlebihan, pasti ini paling menyebalkan dan tidak membuat orang simpatik. b. Tanyakan atau mencari sendiri kebijakan dan peraturan yang diperlakukan di tempat baru, misalnya tentang jam kantor, seragam yang dipakai, tata
tertib, kebiasaan-kebiasaan,
rapat-rapat, dan lain sebagainya tetapi bukan menyelidiki yang membuat orang menjadi muak. c.
Kalau anda mau dan sedang mengikuti diklat di tempat tertentu maka pelajarilah tata tertib, aturan main, mengenali penyaji atau panitia, dan tempat serta lingkungan sekitar anda menginap.
d. Termasuk
seandainya
anda
akan
menempati
situasi
lingkungan baru baik pindah rumah ataupun sekedar bertamu, maka kenalilah adat istiadat
yang dianutnya
dengan istilah ”di mana langit dijunjung , disana bumi dipijak”. e. Cermat mencari teman atau tetangga yang akan menjadi patner anda di mana anda tinggal. f.
Menyesuaikan diri memerlukan cukup waktu tetapi pula tidak boleh terlalu lama sehingga menjadi penghambat dalam bekerja, sebab bekerja memerlukan komunikasi yang baik. 27
g. Menjadilah tim yang aktif dalam perlihatkan
bahwa
anda
lingkungan tersebut, dan
punya
kemampuan
untuk
menghadapi suatu persoalan atau penugasan. Tentu sependapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia tidaklah lepas dari hubungan satu sama lain. Ia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kepribadian individu, kecakapan-kecakapannya, ciri-ciri kegiatannya baru menjadi kepribadian individu yang sebenar-benarnya apabila keseluruhan sistem psiko – fisik tersebut berhubungan dengan lingkungannya, tanpa hubungan ini individu bukanlah individu lagi.
5. Komunikasi Profesi Sebagai
seorang
profesi
tentunya
komunikasi dalam menjalankan prifesinya itu. dengan
teman
pengalaman
sejawat
dan
dapat
dimaksudkan dijadikan
untuk
memerlukan Berkomunikasi saling
banchmarking
tukar dalam
melaksanakan tugas pokok. Sedangkan komunitas ilmiah lainnya dapat berhubungan melalui berbagai media, misalnya internet, surat kabar, jurnal atau bentuk informasi lainnya. Pendidik sebagai profesi tentu terus menerus melakukan pembelajaran terhadap dirinya terutama kepada dunia ilmu lainnya dalam rangka memperkaya pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Merasa tidak puas apa yang telah dimilikinya sehingga diperkaya dengan bidang keilmuan lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya.
28
Komunikasi dalam profesi tentu ada beberapa hal yang perlu dihindari diantaranya sebagai berikut. Membentuk klik (geng, kumpulan) Tidak masuk kantor tanpa alasan Bergegas pulang dengan segera, sedangkan datangnya terlambat. Untuk kepentingan pribadi, gunakan fasilitas kantor Tempat kerja dijadikan tempat ngobrol lain-lain Selalu menunda-nunda pekerjaan Segan merawat peralatan kantor Bersikap acuh tak acuh terhadap tugas pokok dan pelayanan publik. Melakukan inovasi pembelajaran dan keberhasilannya disampaikan kepada komunitas sejenis sehingga bermanfaat bagi kepentingan pendidikan, Mengkomunikasikan ini bisa dengan berbagai wadah dapat melalui KKG/MGMP, secara lisan atau tulisan , dan media lainnya sehingga dapat dengan cepat penyampaian komunikasi tersebut.
Puncak tertinggi dalam hidup bukanlah pengetahuan melainkan tindakan (Thomas Henry Huxley)
29
30
BAB IV EVALUASI
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan imajinasi dan improvisasi yang anda miliki dalam kehidupan sehari-hari. 1. Tuliskan beberapa referensi perundang-undangan yang mengatur tentang kewajiban seorang pendidik memiliki kompetensi !. 2. Bagaimanakah
seharusnya
seorang
pendidik
mengembangkan nilai-nilai kepribadian dalam melaksanakan tugas pokok di sekolah? 3. Bagaimanakah tindakan seorang pendidik yang memiliki kepribadian
dan
berprofesi
melaksanakan
kegiatan
di
lingkungan masyarakat? 4. Mengapa nilai-nilai kepribadian dan sosial perlu dimiliki oleh seorang pendidik dalam hal ini guru ? 5. Mengapa
perlu
tata
tertib
dan
keteraturan
dalam
berkomunikasi baik di sekolah maupun di masyarakat? 6.
Bagaimana sikap anda dalam mengikuti rapat baik di sekolah maupun masyarakat luas atau organisasi sosial lainnya?
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmad Drs.H, Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta, 1999 Adam Ibrahim Indrawijaya, Kepemimpinan Dalam Organisasi, LAN RI, Jakarta, 2001 Anggiat M Sinaga,dkk, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, LAN RI, Jakarta, 2001 Dann Sugandha, Organisasi, Komunikasi dan Teknik Memberi Perintah, Sinar Baru, Bandung, 1981 Engkoswara, Prof., Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan, Yayasan Amal Keluarga, Bandung, 2002 Edy Topo Ashari, Membangun Kepemerintahan Yang Baik, LAN RI, Jakarta 2005 Rismawaty, Kepribadian dan Etika Profesi, Graha Ilmu, Yogjakarta, 2008 Sonny Keraf, Etika Lingkungan, Kompas, Jakarta, 2002 -----------, Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas ,Jakarta, 2003 -----------, Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Depdiknas, Jakarta, 2005 -----------, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun
33
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas, Jakarta, 2005 -----------, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru -----------, Oxford, Advanced Leaners Dictionary, Fifth Edition, Oxford University Press, 1995
34