BAB I I. PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul I.1.1. Pengertian Rumah Tinggal Menurut
Wikipedia, rumah adalah
salah
satu bangunan yang
dijadikan tempat
tinggal selama jangka waktu tertentu. Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman mendefinisikan bahwa : 1. Rumah adalah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga, 2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, 3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan lingkungan
perkotaan
tempat
tinggal
maupun
perdesaan
yang
berfungsi
sebagai
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pengertian rumah dikemukakan Budihardjo (1987) antara lain: rumah sebagai simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi penghuninya atau dengan kata lain sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai wadah keakraban diamana rasa memiliki, kebersamaan, kehangatan, kasih dan rasa aman tercipta didalamnya, rumah sebagai tempat kita menyendiri dan menyepi, yaitu sebagai tempat melepaskan diri dari dunia luar, tekanan dan tegangan, rumah sebagai tempat untuk kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam untaian proses ke masa depan, rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari, rumah sebagai pusat jaringan sosial, rumah sebagai struktur fisik dalam arti rumah adalah bangunan. Menurut Johan Silas (2002) rumah mengandung pengertian: -
Sebagai tempat penyelenggaraan kehidupan dan penghidupan keluarga; rumah harus memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis seperti makan, belajar, dan lainlain, juga memenuhi kebutuhan non biologis, seperti bercengkrama dengan anggota keluarga atau dengan tetangga.
1
-
Rumah berfungsi sebagai sarana investasi; rumah mempunyai nilai investasi yang bersifat moneter yang dapat diukur dengan uang dan non moneter yang tidak dapat diukur dengan uang, tetapi lebih pada keuntungan moral dan kebahagiaan keluarga.
-
Rumah sebagai sarana berusaha; melalui rumah penghuni dapat meningkatkan pendapatannya guna kelangsungan hidupnya.
-
Rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi kebutuhan ruang akan kegiatan bagi penghuninya. Terdapat beberapa ruang pokok yang ada pada sebuah rumah, yaitu ruang tidur, ruang belajar atau ruang kerja, ruang keluarga, ruang services seperti dapur, dan teras atau ruang tamu. Makna yang terkandung didalam kebutuhan ruang-ruang tersebut mencerminkan bahwa rumah adalah tempat untuk istirahat, tempat untuk mengaktualisasikan diri guna meningkatkan mutu kehidupan, rumah sebagai tempat sosialisasi utamanya dengan keluarga, rumah sebagai tempat menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani, serta rumah sebagai tempat bernaung1. Menurut KBBI2, rumah berarti bangunan untuk tempat tinggal, atau bangunan pada
umumnya seperti gedung. I.1.2. Pengertian Rumah Modular Menurut Wikipedia, bangunan modular dan rumah modular adalah potongan dari bangunan prefabrikasi yang terdiri dari kumpulan potongan yang disebut modul. “Modular” adalah metode konstruksi yang berbeda dibanding metode lain seperti pembangunan ditempat dan metode lain seperti konstruksi diluar tapak. Modul-modulnya terdiri dari 6 sisi membentuk prisma segiempat yang dikonstruksikan pada fasilitas jarak jauh, kemudian dikirimkan ke lokasi pembangunan. Menggunakan crane, modul-modul kemudian dibangun diatas fondasinya kemudian digabungkan menjadi suatu bangunan. Modulnya dapat disusun sejajar kesamping, vertikal atau depan belakang, memberikan variasi yang banyak pada konfigurasi susunannya serta denah bangunan. I.1.3. Pengertian Rumah Prefabrikasi Rumah prefabrikasi (disingkat prefab) adalah sebuah bangunan rumah yang komponen-komponennya sudah siap berupa barang jadi hasil produksi pabrik. Tidak seperti bangunan konvensional yang dindingnya terbuat dari susunan bata yang disemen, diaci, kemudian dicat, rumah prefab tinggal pasang saja. Lebih praktis dan menghemat waktu. Menurut M. Sani Rocychansyah dari Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik 1
http://hadiyanuariswanto.wordpress.com/2013/04/27/definisi-rumah-tinggal/ diakses 09:44 2 http://kamusbahasaindonesia.org/rumah#ixzz3G5F6eql8 diakses 14/10/2014 09:44
14/10/2014
2
Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, keutamaan rumah prefab ialah waktu pengerjaan konstruksi yang lebih cepat dan standar kualitas yang sama dan terjaga karena komponennya diproduksi oleh pabrik. Dengan sistem fabrikasi ini juga diharapkan harganya menjadi lebih ekonomis3. I.1.4. Pengertian Rumah Inti Tumbuh Tempat kediaman awal untuk memulai bertempat tinggal dengan standar minimal yang layak dihuni dan harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah berupa bangunan dengan luas lantai 21 m2 dan luas lahan efektif antara 72-90 m2 yang berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga serta mendorong penghuni untuk tumbuh, baik aspek fisik bangunan rumah sederhana sehat maupun aspek sosial budaya I.1.5. Pengertian Rumah Modular Prefabrikasi Adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang dibangun dengan sebagian besar komponen dibuat di pabrik kemudian dikirim ke tapak pembangunan. Ukuran-ukuran dari komponen ini telah disesuaikan sehingga pemasangan menjadi lebih cepat. Tujuan dari pembangunan dengan metode ini adalah untuk menekan harga pembangunan. I.1.6. Pengertian Rumah Modular Prefabrikasi di Gamping Sebagai Rumah Inti Tumbuh Adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang dibangun dengan sebagian besar komponen dibuat di pabrik kemudian dikirim ke tapak pembangunan. Ukuran-ukuran dari komponen ini telah disesuaikan sehingga pemasangan menjadi lebih cepat. Bangunan dapat dikembangkan jumlah ruang serta jumlah lantainya ukurannya sesuai kebutuhan dengan dasar kaidah Rumah Inti Tumbuh yang telah diatur pemerintah. I.2. Latar Belakang Bagi sebagian besar dari kita, isu kekurangan rumah rakyat mungkin bukan isu yang cukup familiar untuk dibahas. Masih banyak isu-isu lain yang bisa dibahas mulai dari upah hingga energy dimana kita anggap hal ini lebih memengaruhi hidup khalayak. Tentu saja kita semua tahu bahwa rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok sehingga apabila kekurangan rumah rakyat benar-benar ada maka sebenarnya kita memliki masalah yang sangat serius. Namun tetap saja, kita lebih suka membahas hal-hal tersebut diatas. Bagi kita, isu ini mungkin lebih cocok dibahas oleh mereka yang sudah berkeluarga yang kesulitan mendapatkan rumah murah
3
Sumber: http://bebas-unik.blogspot.com/2014/07/blog-post.html diakses 04/12/2014 12:50 3
Isu rumah rakyat ini memang tampaknya belum menjadi berita utama di kalangan masyarakat luas meskipun sebenarnya merupakan sebuah isu yang sangat penting. Berikut ini adalah ilustrasinya untuk memudahkan pembaca memahami seberapa besar masalah ini. Sesuai data, Indonesia berpenduduk sekitar 250 juta. Jika kita anggap setiap keluarga dari Sabang sampai Merauke terdiri dari bapak, ibu dan 2 orang anak, maka kita akan mendapatkan 62,5 juta keluarga. Data lain, Real Estate Indonesia mengatakan bahwa Indonesia setidaknya kekurangan 15 juta rumah untuk warganya. Jika setiap keluarga harusnya memiliki sebuah rumah, maka bisa kita tarik kesimpulan 1 dari 4 keluarga tidak memiliki rumah. Sulit untuk dibayangkan, namun keadaan ini memang benar-benar terjadi. Tentu saja masalah ini tidak datang dari langit, selalu ada berbagai penyebab dibaliknya. Berbagai penyebab yang memengaruhi mengapa Indonesia bisa mengalami backlog4 yaitu daya beli masyarakatnya yang relative rendah, pertumbuhan penduduk yang relative masih tinggi serta sulitnya pengadaan rumah yang juga disebabkan oleh berbagai faktor. Pengadaan rumah sendiri, jika kita mengesampingkan penyebab-penyebab lain, sudah menjadi suatu masalah besar. Secara teknis, penyedia rumah masih mengeluhkan lamanya waktu pengerjaan rumah atau susahnya mendapat material bangunan. Hal ini terutama terjadi di daerah-daerah pelosok yang jauh dari kota atau jauh dari jawa. Sulitnya mendapat pembiayaan juga menjadi salah satu penyebab pasokan rumah tiap tahun di tiap daerah selalu mengalami kekurangan. Dengan kurangnya pasokan rumah, harga rumah akhirnya terus naik. Penyebab-penyebab ini kemudian berpadu sehingga menciptakan masalah kompleks yang kita alami saat ini. Dengan seluruh penyebab diatas, fenomena yang terjadi saat ini adalah percepatan pertumbuhan backlog, bukan percepatan pengurangan backlog. Dari catatan yang ada, saat ini percepatan yang terjadi adalah sekitar 350ribu unit per tahun. Pertumbuhan backlog ini bahkan meningkat sampai dua kali lipat setiap 5 tahun sehingga diprediksi pada tahun 2025 akan ada 30 juta rumah tangga tak memiliki hunian.
4
Backlog merupakan sebutan untuk suatu keadaan dimana jumlah ketersediaan kurang dari kebutuhan, dalam hal ini kekurangan yang dibahas adalah kekurangan rumah atau hunian. 4
Tabel I.1 backlog rumah di Indonesia sejak tahun 2000
4.7
8.2
15
30
UNIT
2000
2007
2014
2025
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/06/11/092584060/2025-120-Juta-RakyatIndonesia-Tak-Punya-Rumah diakses 30/11/2014 17.56.
Backlog rumah sendiri, yang sudah merupakan masalah, menjadikan kita sendiri menambah berbagai masalah. Sebagaimana kita ketahui, rumah merupakan salah satu dari tiga kebutuhan dasar yang harusnya terpenuhi. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan merupakan dasar untuk semua orang agar dapat berkembang baik secara fisik. Jika salah satu saja dari tiga kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, hampir bisa dipastikan pertumbuhan manusia akan banyak terhambat baik fisik maupun psikis. Masalah masalah yang tercipta yang berkaitan erat dengan seretnya pengadaan rumah dapat kira jumpai sehari-hari. Masalah-masalah ini bahkan sudah menjadi masalah klasik yang seringkali menghambat implementasi dari suatu kebijakan pemerintah. Kita tentu telah sering melihat bagaimana waduk yang seharusnya merupakan tanah milik Negara yang berguna untuk mencegah banjir nyata-nyata digunakan masyarakat secara illegal untuk mendirikan bangunan. Masalah lain yang adalah bagaimana warga nekat mendirikan rumah mereka di area sempadan sungai ataupun rel kereta api. Tentu saja mereka tahu bahwa itu bahaya, namun jika dibandingkan dengan kebutuhan rumah, maka bahaya itupun menjadi tak seberapa. I.2.1. Faktor-Faktor Kekurangan Rumah Rakyat I.2.1.1.
Pertumbuhan Penduduk yang Masih Tinggi
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk yang banyak dengan catatan pertumbuhan penduduk yang tinggi. Dengan pertumbuhan penduduk masih diatas 1 persen, Indonesia masih berkutat sebagai Negara berkembang5, setidaknya hingga tahun 2020. Hal ini cukup menyulitkan kita memenuhi kebutuhan hunian untuk seluruh 5
Salah satu indikasi suatu negara maju adalah pertumbuhan penduduknya kurang dari 1% per tahunnya. Sumber: 5
rakyat. Sementara jumlah penduduk terus tumbuh, angka produksi rumah hampir selalu stagnan sehingga kebutuhan rumah terus mengalami percepatan. Tabel I.2 Table proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada 2035 serta presentase penduduk tinggal di kota
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Indonesia jumlah penduduk
pertumbuhan penduduk (%)
350
1.60% 1.40% 1.20% 1.00% 0.80% 0.60% 0.40% 0.20% 0.00%
300
250 200 150 100 50 0 2010
2015
2020
2025
2030
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)6.
I.2.1.2.
Tingginya Harga Rumah
Sesuai hukum ekonomi, harga suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh beberapa komponen. Komponen-komponen itu antara lain adalah ketersediaan barang di pasar, harga produksi, serta ongkos-ongkos lain seperti distribusi dan pemasaran. Jika ketiga komponen tersebut dapat teratasi-persediaan di pasar cukup memenuhi permintaan, harga produksi cukup murah untuk nilai tambah yang tinggi serta distribusi yang dekat dan/atau mudahmaka bisa dipastikan konsumen akan mendapatkan suatu produk sesuai dengan nilai produk tersebut. Kenaikan harga rumah juga disebabkan harga tanah yang selalu naik. Sebagai komoditas yang tidak mungkin memiliki 2 produk yang sama persis, harga rumah dipastikan akan naik. Dengan tingginya nilai tambah pada suatu rumah seperti lokasi yang strategis atau lokasi yang sudah atau akan dikelilingi berbagai fasilitas, maka dipastikan nilai suatu rumah akan semakin tinggi. Saat ini, pada 2013 menuju 2014, kenaikan harga rumah mencapai 5,93% secara year on year7. Permasalahan yang ada sekarang, masyarakat seringkali kesusahan mendapatkan rumah idaman mereka bukan karena permasalahan kemampuan SDM yang rendah, meskipun pada akhirnya REI sendiri mengakui juga mereka memiliki kesulitan teknis, namun 6 7
Badan Pusat Statistik; 2013; Proyeksi Penduduk Indonesia; Jakarta:BPS halaman 37. http://www.tempo.co/read/news/2014/08/13/090599329/BI-Harga-Rumah-di-Indonesia-Naik-Tipis 6
lebih karena harga property yang cenderung mahal untuk sebagian masyarakat kita. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya baik untuk mengadakan rumah maupun menyalurkan rumah tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, namun, hingga sekarang serapannya masih jauh dari target. I.2.1.2.1. Sebagai
suatu
Pasokan Rumah yang Kurang komoditas,
memproduksi
rumah
jelas
tidak
sama
seperti
memproduksi komoditas lain. Alasan ini cukup logis untuk menggambarkan bagaimana produksi rumah nasional yang memang masih kurang. Sesuai data, sebenarnya produksi rumah kita memang hanya berada di angka itu-itu saja selama 5 tahun terakhir. Sementara, angka orang yang membutuhkan selalu tumbuh tiap tahunnya. Hal ini juga yang menyebabkan harga rumah terus merangkak naik tiap tahunnya. Tabel I.3 jumlah rusunawa dan perumnas yang dibangun pada 2008-2012 Tahun
Jumlah Rusunawa
Jumlah Perumnas
2008
805
5216
2009
10
5870
2010
1402
10522
2011
316
9675
2012
-
10555 Sumber :
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=29¬ab=22 diakses 02/12/2014 05.10.
Indonesia setidaknya membutuhkan 680.000 unit hunian per tahunnya, baik itu tapak maupun vertical, untuk memenuhi kebutuhan pasar. Saat ini kita hanya mampu memproduksi sekitar 200.000 saja. Dengan produksi yang tak mampu memenuhi pasar, tentu saja tiap biji rumah dihargai sangat tinggi. Setiap tahun, harga rumah dipastikan naik, bahkan, rata-rata kenaikannya hingga 7 persen8. I.2.1.2.2.
Harga Produksi yang Tinggi
Salah satu faktor naiknya harga rumah tentu selain karena pasokannya yang kurang adalah harga produksinya yang tinggi. Sebagaimana kita alami, saat ini harga tanah terutama di kota-kota besar memang naik dengan tajam. Hal ini diperparah dengan naiknya harga berbagai kebutuhan pokok yang mendorong pengembang menaikkan upah serta naiknya harga material bangunan itu sendiri. 8
Sumber: http://m.news.viva.co.id/news/read/462652-mengapa-harga-rumah-menggila
7
I.2.1.2.3.
Distribusi yang Sulit
Faktor ini bukan lagi menjadi rahasia di Indonesia. Kita semua tahu bahwa harga berbagai kebutuhan yang ada di jawa berbeda dengan pulau-pulau lain. Jika kita ambil contoh ekstrim, harga semen di papua bisa jadi 2x atau bahkan 3x lipat harga semen di jawa. Dengan besarnya ketimpangan harga ini, tentu memiliki rumah di papua menjadi salah satu hal yang sangat sulit untuk dibayangkan. I.2.2. Masalah Turunan Akibat Kekurangan Rumah I.2.2.1.
Mendorong Urbanisasi
Tabel I.4 proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada 2035 serta presentase penduduk tinggal di kota
Proyeksi Penduduk Indonesia jumlah penduduk
presentase penduduk tinggal di kota
350
70.00%
300
60.00%
250
50.00%
200
40.00%
150
30.00%
100
20.00%
50
10.00%
0
0.00% 2010
2015
2020
2025
2030
2035
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)9.
Rumah atau berbagai material lain sangat erat kebutuhannya dengan kesejahteraan social. Sulitnya masyarakat menaikkan tingkat kesejahteraannya, terutama bagi mereka yang berada di daerah atau yang tidak berada di perkotaan, mendorong mereka untuk mencari cara untuk menaikkan kesejahteraannya. Salah satu cara yang lazim ditempuh adalah dengan berpindah dari tempat tinggalnya untuk mencari peruntungan di kota besar. Tujuan utama perpindahan ini adalah untuk memperbaiki kesejahteraannya terutama dari sisi finansial. Dengan begitu, berbagai materi dapat mereka peroleh, termasuk rumah. I.2.2.2.
Berdirinya Permukiman Illegal
Semakin banyaknya populasi di kota menjadikan tuntutan akan hunian naik secara tajam. Dengan keadaan saat ini dimana kemampuan penyedia menyediakan rumah yang 9
Badan Pusat Statistik; 2013; Proyeksi Penduduk Indonesia; Jakarta:BPS halaman 48. 8
kurang, tentu saja akan sangat sulit bagi masyarakat perkotaan untuk memiliki hunian. U kalangan menengah ke bawah, lebih sulit lagi bagi mereka memiliki hunian.
Gambar 1.1 Permukiman liar di tepi rel KA di sekitar Stasiun Pasar Senen, DKI Jakarta. Sumber: http://jurnalasia.com/wp-content/uploads/2014/04/foto-utama4.jpg diakses pada 01/12/2014 06.10.
Selain masalah pasokan yang kurang, masalah yang dihadapi kota-kota besar saat ini adalah sering kali pendatang yang masuk ke kota adalah mereka yang hanya bermodalkan nekat. Mereka kadang datang tanpa persiapan seperti ketrampilan, kepastian kerja dan tempat tinggal. Akibatnya, mereka menjadi beban kota. Dalam hal hunian, karena mereka memang berasal dari golongan tidak mampu, akhirnya mereka tetap tidak mampu memiliki hunian meski telah tinggal di kota. Jalan keluar yang biasanya di tempuh adalah dengan mendirikan bangunan tak permanen di lahan-lahan illegal. Hal ini telah berlangsung bertahun-tahun di kota-kota besar macam Jakarta dan Surabaya. Tentu saja hal ini berdampak pada pembangunan kota tersebut. Salah satu penyebab banjir di Jakarta adalah karena waduk-waduk yang berfungsi sebagai daerah pengatur level air justru digunakan warga untuk bertempat tinggal. Hal ini merugikan daerah itu sendiri yang berdampak pada warga yang tinggal di dalamnya. Celakanya, masalah tersebut seringkali diperparah oleh pemerintah sendiri yang jarang menindak tegas para pelanggar hukum yang akhrinya pelanggaran ini menjadi kebiasaan dan masalah menjadi semakin besar. I.2.3. RISHA dan RIKA Pemerintah sebagai pemilik kewenangan utama mengenai isu pengadaan rumah ini telah berupaya menghadirkan rumah yang murah secara cepat dan mudah. Melalui kementrian Pekerjaan Umum, pemerintah telah menghasilkan suatu fisik rumah yang dinamai Rumah Instan Sehat Sederhana (RISHA) serta Rumah Instan Kayu (RIKA). Kedua jenis rumah instan ini diharap mampu membendung laju backlog rumah yang semakin bertambah banyak tiap tahunnya. 9
RISHA adalah rumah permanen murah yang menggunakan beton prefabrikasi sebagai struktur utamanya untuk menekan harga. Rumah ini adalah tipe rumah permanen dengan ukuran standar 36 meter persegi. Harga konstruksi rumah ini kurang dari 50 juta rupiah. Sesuai dengan namanya yaitu rumah instan, rumah ini dapat dibangun hanya dalam 7 hari. RISHA ini diklaim oleh pemerintah mampu mengurangi beberapa masalah teknis pengadaan rumah seperti waktu pembangunannya yang lebih pendek, personil pembangun yang diperlukan hanya 3 orang, harga rumahnya yang dapat ditekan karena materialnya banyak diolah di pabrik, proses pengerjaannya relative lebih mudah jika dibandingkan rumah-rumah biasa serta secara bentuk rumah ini mirip seperti kebanyakan rumah yang telah ada. Hanya saja, rumah ini baru bisa menemui harga keekonomiannya ketika dibuat diatas 500 unit. Sementara RIKA adalah rumah semi permanen atau huntara yang berbahan kayu kelas rendah olahan sehingga harganya dapat ditekan namun tetap berkualitas baik. RIKA ini ditargetkan mampu menyediakan hunian sementara yang layak untuk korban bencana alam, mengingat rumah ini memang tipe rumah sementara. Kedua jenis rumah ini tentu telah melewati masa studi yang panjang serta berbagai masa percobaan. RISHA telah dicoba pada pembangunan kembali permukiman pascabencana di NAD dan Nias. RISHA juga telah dilirik developer di berbagai daerah untuk dikembangkan karena harganya yang murah serta prosesnya yang cepat. I.3. Rumusan Permasalahan Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah dimana para penduduknya mengalami kesulitan dalam mendapatkan hunian. Masalah ini terutama dapat banyak ditemui pada kalangan-kalangan menengah ke bawah yang kemampuan finansialnya lebih rendah. Dengan semakin tidak terjangkaunya harga hunian, semakin sulit pula bagi kaum ini untuk memilikinya. Permasalahan hunian memang bukan hanya menjadi masalah pada sector infrastruktur, namun lintas sector. Masalah mengadakan rumah rakyat yang sudah lama menjadi isu nasional ini berkaitan erat dengan berbagai sector. Sector-sektor yang berkaitan erat dengan pengadaan ini antara lain sector industry, keuangan, agraria serta infrastruktur. Permasalahan ini terpengaruh pada pertumbuhan penduduk, inflasi, daya beli masyarakat, tata kelola agraria, teknologi terutama pada sector infrastruktur serta infrastruktur itu sendiri. Secara umum, penyelesaian masalah ini pun tidak bisa jika hanya mengandalkan penyelesaian dari perspektif rekayasa infrastruktur, namun secara simultan menyelesaikan
10
melalui persperktif masing-masing sector. Permasalahan-permasalahan ini akan dijabarkan pada permasalahan secara makro maupun mikro sebagai berikut. I.3.1. Permasalahan Makro -
Pertumbuhan penduduk yang cenderung masih tinggi belum diimbangi dengan pengadaan hunian yang memadai. Hal ini menjadikan permukiman liar berkembang di area-area illegal. Pada akhirnya, keadaan ini justru menambah masalah baik untuk kota, provinsi maupun nasional.
-
Rumah sederhana sehat yang diposisikan pemerintah sebagai hunian untuk kalangan menengah ke bawah dinilai masih terlalu mahal. Dengan alasan ini, serapan rumah sederhana sehat selalu dibawah target pemerintah.
-
Perencanaan kota yang masih belum jelas serta fasilitas yang belum merata menyebabkan perbedaan harga tanah yang tinggi. Hal ini pula yang menyebabkan harga tanah semakin tak terjangkau yang berimbas pada harga jual properti.
-
Pusat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia yang masih terpusat di Pulau Jawa terutama di Jakarta menyebabkan masyarakat dari daerah lain berbondong-bondong mengisi ibukota sementara jumlah hunian dan tanah yang tersedia sangat terbatas. Hal ini menyebabkan harga lokasi yang sangat tinggi di Jakarta, kota-kota besar lain serta daerah-daerah penyangganya.
Dengan cukup krusialnya masalah ini, penulis memandang bahwa berbagai ide untuk penyelesaiannya harus lebih banyak diproduksi. Untuk itu, skripsi ini ditulis dengan harapan mampu memberikan ide untuk penyelesaian masalah ini terutama mengenai teknis pengadaan infrastruktur hunian. I.3.2. Permasalahan Mikro -
Harga rumah yang tinggi dipicu juga dengan berbagai komponen penyusunnya yang juga berharga mahal terutama pada harga materialnya dan lama pengerjaannya.
-
Belum banyaknya studi tingkat lanjut untuk rumah murah. Saat ini, rumah tapak murah yang dikembangkan baru RISHA dan RIKA.
Dengan produksi hunian di dalam negeri yang selalu meleset dari target, kemudahan dalam hal membangun infrastruktur itu sendiri mestinya harus ditambah. Dalam skripsi ini penulis lebih menyoroti bagaimana desain suatu hunian lebih mudah dan murah untuk dibangun sehingga kita bisa bergerak ke masalah yang lebih besar. Harapan penulis, dengan adanya rumah yang lebih mudah dibuat secara teknis serta lebih murah secara ekonomi, beberapa faktor penghambat dapat dikurangi dan pihak 11
berwenang dapat berkonsentrasi pada faktor-faktor lain. Ujungnya, percepatan penyerapan rumah oleh masyarakat dapat meningkat dan kesejahteraan masyarakat juga meningkat. I.4. Tujuan I.4.1. Tujuan Umum Memberikan ide pemecahan masalah pengadaan rumah rakyat berupa saran fisik infrastruktur yang murah namun sesuai standar. Dengan salah satu komponen permasalahan dapat dijinakkan maka pemegang kewenangan dapat berkonsentrasi pada masalah lain. I.4.2. Tujuan Khusus Saat ini desain hunian murah dengan cara fabrikasi dengan studi tingkat lanjut masih cukup sedikit di Indonesia. Dengan skripsi ini, diharapkan studi tentang rumah murah menjadi lebih berkembang. I.5. Sasaran Menangkap isu yang berkembang sebagai dasar perumusan masalah. Menganalisis, memecahkan masalah-masalah yang ada dan merumuskan konsep dasar perancangan arsitektur untuk digunakan sebagai landasan perancangan rumah modular prefabrikasi di DIY. Konsep dasar perancangan tersebut menggunakan pendekatan kemudahan struktur dan teknis konstruksi sebagai alternative solusi dari permasalahan perkembangan ekonomi dan social. I.6. Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan mengenai rumah modular prefabrikasi ini dibatasi pada perannya sebagai infrastruktur atau bentuk fisik (arsitektur) pada isu kekurangan hunian nasional. Bentuk upaya pemecahan masalah lebih difokuskan pada kemudahan struktur dan kemudahan konstruksi bangunannya. Variabel-variabel yang dibahas pada khususnya adalah perancangan komponen rumah prefabrikasi, kemungkinan pertumbuhan bangunan serta pemetaan berbagai alternative material yang dapat digunakan. I.7. Metoda Penelitian Dalam menangkap isu, merumuskan, menganalisa permasalahan dan menentukan konsep dasar perancangan, digunakan beberapa metoda penelitian sebagai berikut. a. Studi literature
12
Studi Literatur bertujuan untuk mendapatkan kajian teori dan studi preseden yang tidak dapat dilakukan secara langsung. Kegiatan studi literature dilakukan pada pembahasan-pembahasan utama antara lain sebagai berikut. -
Rumah tinggal meliputi pada pengertian, perkembangan, tipologi bangunan, budaya, karakteristik khusus pada tipologinya, juga pada prinsip-prinsip, syarat, pola dan preseden-preseden yang ada.
-
Bangunan modular meliputi pada pengertian, perkembangan, syarat-syarat, pedoman dan upaya implementasi bangunan modular di Indonesia.
-
Bangunan prefabrikasi meliputi pada pengertian, perkembangan, syarat-syarat, pedoman dan upaya implementasi bangunan modular di Indonesia.
-
Kemudahan struktur dan konstruksi meliputi pada pendekatan yang digunakan dan contoh bentuk-bentuk metoda yang digunakan dalam konstruksi bangunan untuk menjadikannya lebih mudah.
-
Sasaran daerah jangkauan bangunan meliputi seberapa luas bangunan ini direkomendasikan dapat beredar. Hal ini berkaitan erat dengan budaya serta tradisi bangunan setempat yang mesti tetap dihormati sehingga budaya serta tradisi yang berbeda tidak akan cocok dengan bangunan yang dirancang.
b. Observasi data Observasi data bertujuan untuk menemukan keadaan asli dalam bentuk informasi tulis. Data-data ini kemudian akan diolah dan dianalisis lalu disimpulkan pada analisi dan pendekatan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya yang harus ditempuh dalam tahapan perumusan konsep. Data-data yang ada sebisa mungkin merupakan data yang berbasis pada perspektif yang berbeda-beda. c. Analisis dan Pendekatan Konsep Analisis dan pendekatan konsep berisi berbagai analisis dari berbagai informasi yang diperoleh sebelumnya. Sementara pendekatan konsep adalah hubungan antara data dengan konsep yang akan diusung sehingga tidak ada missing link antara konsep dan keadaan lapangan. d. Perumusan Konsep Perumusan konsep merupakan perumusan pemecahan masalah yang berdasarkan pada kesimpulan yang didapat setelah membandingkan berbagai data. Perumusan konsep ini merupakan suatu jawaban atas berbagai isu-isu yang ada dengan perspektif yang berbeda-beda yang dikemas dalam suatu kemasan rancangan. I.8. Sistematika Penulisan Penulisan terbagi dalam lima pokok pembahasan yang berkaitan dan tersusun berurutan sebagai berikut: 13
a. Bab I Pendahuluan Bab Pendahuluan merupakan kumpulan dasar-dasar, latar berlakang mengapa penelitian ini perlu dilakukan serta teknis yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini.
isi dari bab ini adalah latar belakang, penjelasan mengenai topic yang diangkat,
permasalahan yang ada, tujuan, sasaran, ruang lingkup penelitian, metoda yang digunakan, sistematika penulisan penelitian, kerangka pemikiran, keaslian penulisan serta urut-urutan penulisan penelitian. b. Bab II Tinjauan Pustaka Bab II kajian pustaka merupakan kumpulan dasar-dasar teori, preseden lingkungan binaan yang telah ada ataupun akan ada dan pendekatan yang digunakan. Tinjauan pustaka ini digunakan dalam penelitian untuk menjadi landasan analisis dan rumusan konsep. Secara umum terdiri dari 3 pokok kajian yaitu teori rumah tinggal, teori modular, teori prefabrikasi serta teori struktur dan konstruksi bangunan bertingkat rendah. Dalam pokok kajian tersebut disusun dalam pendekatan pembahasan berupa principles, templates, dan best practices/precedents sebagai berikut. -
Principles adalah teori yang menjadi prinsip dasar berupa dasar-dasar pengertian, perkembangan dan pedoman-pedoman (guideline) yang digunakan.
-
Templates adalah hasil bentuk fisik dari teori secara umum sehingga dapat digunakan dalam setiap kasus yang sama. Templates dapat berupa pola-pola (patterns), standar ukuran dan hubungan/kaitan antar ruang dan fungsi.
-
Precedents adalah studi kasus mengenai fungsi bangunan yang sama yang dipandang melalui pendekatan yang sama dan telah atau dirancang untuk menyelesaikan permasalahan yang sama secara spesifik. Karya-karya ini kemudian dikomparasikan untuk menemukan benang merah keberhasilan karya.
c. Bab III Tapak dan Data Bab ini berisikan mengenai berbagai data yang berhasil dihimpun di lapangan. Datadata ini terdiri dari data makro (Indonesia) meso, maupun mikro (DI Yogyakarta). Data-data berasal dari luar tulisan ini dan berada dalam lingkup nasional menghasilkan informasi mengenai kebijakan pemerintah pusat terkait isu yang diangkat, potensi yang ada secara makro dan mikro, isu-isu terkait yang akhirnya menjadi dasar menentukan ruang lingkup seberapa luas hasil rancangan dapat digunakan. d. Bab IV Analisis dan Landasan Konsep Analisis pendekatan konsep adalah bab yang berisi tentang kumpulan berbagai analisis sebagai dasar perumusan konsep pertancangan. Teori-teori pendekatan konsep 14
pada bab tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan analisa dan perumusan konsep perancangan. e. Bab V Konsep Perancangan Bab konsep perancangan berisi tentang rumusan konsep perancangan dan implementasinya pada skala meso dan mikro. Rumusan konsep ini akan dibahas secara mendetail sebagai pedoman dalam tahapan transformasi desain. I.9. Keaslian Penulisan Penulisan tugas akhir dengan judul Rumah Fabrikasi untuk Pulau Jawa dengan Penekanan pada Optimalisasi Sumber Daya Alam Lokal, penulis nyatakan belum pernah dibuat. Dalam beberapa hal tertentu terdapat beberapa persamaan dengan beberapa judul tugas akhir berikut, namun permasalahan, penekanan, perencanaan, dan perancangan yang diuraikan berbeda. Nama Indah
Judul
Penekanan
Sulistyana Rancang bangun rumah Aplikasi
Kuncoro
susun
Stevan Effendi
Rumah
sistem
precast
arsitektur
tropis
di
Yogyakarta susun
Palembang (Redesain)
di Aplikasi
dan
material fabrikasi
15