BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
KESIMPULAN Dari analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan angkutan lingkungan di 4
(empat) lokasi pemukiman, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1.
Kantong-kantong penumpang di 4 (empat) lokasi studi, yaitu pemukiman Kelapa Gading, Cempaka Putih, Grogol dan Green Garden mempunyai pola hampir sama yaitu menyebar. a. Perumahan Green Garden dan Kelapa Gading dengan tipikal pemukiman yang terencana, mempunyai pola kantong penumpang bersifat terstruktur yaitu pada lokasi fasilitas-fasilitas kantong-kantong penumpang yang telah disediakan oleh pengembang sebelumnya. b. Pemukiman Cempaka Putih dan Grogol dengan tipikal pemukiman tradisional, lokasi kantong-kantong penumpang lebih terfokus pada jalan akses masuk dan keluar pemukiman;
2.
Demand potensial angkutan lingkungan di 4 (empat) lokasi, adalah sebagai berikut:
3.
a. Pemukiman Kelapa Gading
: 4199 orang/hari
b. Pemukiman Green Garden
: 764 orang/hari
c. Pemukiman Cempaka Putih
: 4527 orang/hari
d. Pemukiman Grogol
: 1544 orang/hari
Pola jaringan trayek yang diusulkan di 4 (empat) lokasi pemukiman adalah pola teritorial atau looping dimana lintasannya memutar melalui lokasi potensi
131
demand angkutan di kawasan pemukiman yang letaknya menyebar. Dengan pola ini diharapkan semua permintaan angkutan dapat terlayani; faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan pola jaringan trayek adalah jenis moda dan tipe ataupun kelas jalan; 4.
Strategi integrasi antara pelayanan angkutan di pemukiman dengan feeder dan trunk line busway pada pelayanan angkutan di pemukiman ini disesuaikan dengan lokasi akses pemukiman ke jalur feeder/trunk line. Strategi integrasi pada masing-masing pemukiman, sebagai berikut : a. Pemukiman Kelapa Gading digunakan strategi integrasi terpisah, b. Pemukiman Green Garden digunakan strategi integrasi terpisah, c. Pemukiman Cempaka Putih digunakan integrasi terbatas, d. Pemukiman Grogol digunakan strategi integrasi terpisah.
5.
Berdasarkan pertimbangan pola jaringan trayek yang akan ditetapkan, jumlah demand angkutan, tipe dan kelas jalan serta preferensi masyarakat pemukiman, moda yang dipilih adalah angkutan kancil (seat 3) dan angkutan kota (seat 12).
6.
Hasil analisis pemilihan pelayanan angkutan lingkungan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), skenario pelayanan di 4 (empat) lokasi adalah sebagai berikut : a. Pemukiman Kelapa Gading i. Moda yang digunakan
: Angkot (seat 12)
ii. Jumlah armada
: 30 kendaraan (pesimis) 77 kendaraan (optimis)
iii. Rute
: Tetap
132
b. Pemukiman Green Garden i. Moda yang digunakan
: Kancil (seat 3)
ii. Jumlah armada
: 8 kendaraan
iii. Rute
: Tetap
c. Pemukiman Cempaka Putih i. Moda yang digunakan
: Angkot (seat 12)
ii. Jumlah armada
: 28 kendaraan (pesimis) 43 kendaraan (optimis)
iii. Rute
: Tetap
d. Pemukiman Grogol
6.2
i. Moda yang digunakan
: Angkot (seat 12)
ii. Jumlah armada
: 5 kendaraan
iii. Rute
: Tetap
SARAN Beberapa saran berkaitan dengan pelayanan angkutan lingkungan di
pemukiman adalah sebagai berikut : 1.
Dari 4 (empat) lokasi perumahan yang dikaji, mengindikasikan trayek baru yang diusulkan dengan menggunakan skema Competitive Tendering berbasis kualitas pelayanan. a. Route Tendering (QSB, Quality of Service Based) Pelayanan yang akan disediakan adalah pelayanan baru tanpa melihat pelayanan yang ada sekarang. Pemerintah menyediakan prasarana dan fasilitas angkutan umum lainnya. Swasta diberikan kesempatan yang sama
133
untuk mengajukan tender pelayanan dengan memberikan kontribusi yang memadai kepada pemerintah. Syarat-sayarat yang diberikan di dalam terder tersebut lebih mengarah kepada kualitas pelayanan dan besaran tarif yang ditetapkan pemerintah. b. Buy the Sevice (SLB, Service Level Based) Konsep ini ialah operator menyewa atau membeli pelayanan dari pemilik kendaraan dengan basis kilometer operasi. Jadi di samping operator angkutan terdapat juga pemilik kendaraan yang menggabung dalam bentuk konsorsium operator sebagaimana pengoperasian busway sekarang. 2.
Perlu dikaji lebih lanjut, jenis bahan bakar kendaraan angkutan lingkungan yang ramah lingkungan. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah kebisingan.
3.
Skenario pelayanan angkutan lingkungan yang diusulkan untuk seluruh pemukiman yang ada di sekitar koridor 2 dan 3 busway (hasil survai inventarisasi) dapat dilihat pada lampiran 7.3.
4.
Pihak-pihak yang terlibat (stakeholders) di dalam pengelolaan sistem pelayanan angkutan lingkungan yang diusulkan, antara lain : a. Dinas Perbubungan DKI Jakarta, terkait pembinaan fasilitas angkutan umum b. Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, terkait pembinaan jalan koridor busway c. Pengelola Kawasan, terkait pembinaan jalan kawasan pemukiman d. Kepolisian, terkait pembinaaan awak kendaraan dan pengendalian angkutan
134
e. Operator Angkutan, terkait manajemen angkutan dan operasi, pembinaan awak kendaraan. f. Penyedia Jasa Angkutan, terkait manajemen pengusahaan
135