BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan pada sistem berjalan (lights-on) maupun rencana project WCS, maka simpulan yang didapat dari laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis lingkungan industri dilakukan untuk menghasilkan analisis perumusan strategi, yaitu dengan menggunakan tahap input (Matriks EFE dan Matriks IFE), tahap pencocokan (Matriks SWOT, Grand Matrix Strategy dan Matriks IE), dan tahap keputusan (Matriks QSPM) untuk memperoleh arahan strategi bisnis yang dapat digunakan oleh WCS. 2. Pada tahap input, analisis dilakukan dengan menggunakan analisis ekstemal (analisis PESTLE dan analisis Model Kekuatan Kompetitif PORTER) yang digunakan untuk menentukan peluang dan ancaman WCS serta mendapatkan nilai matriks EFE. Dan analisis internal (Value shop, Product Lifecycle dan Resource Based View) digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan WCS serta mendapatkan nilai matriks IFE. 3. Berdasarkan perhitungan bobot pada Matriks QSPM, maka diperoleh keputusan untuk melakukan pengembangan investasi dalam sistem dan teknologi informasi yang akan menjadi arahan strategi binis yang pada akhirnya arahan strategi tersebut akan mendorong tindakan sistem dan teknologi informasi dan menghasilkan dampak bottom-line sehingga memicu peningkatan kinerja dan pengurangan
biaya. Arahan strategi dari keputusan untuk melakukan
pengembangan investasi dalam sistem dan teknologi informasi yang diperoleh yaitu: 257
258 a. Memperbaiki strategi marketing sehingga memberi hasil maksimal (24.37%). b. Memfokuskan peningkatan kualitas pelayanan bagi client yang ada sekarang dan yang baru (40.33%). c. Melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan WCS (17.65%). d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja karyawan (17.65%) 4. Perencanaan kebutuban investasi sistem dan teknologi informasi di masa depan dapat dilihat dari arahan strategi yang ada berdasarkan demand/supply planning dan innovation. Dari basil analisis tersebut diperoleb 4 project yang dapat dilakukan
WCS untuk mencapai arahan strategi bisnisnya, diantaranya project
pengembangan produk klinik support, pengembangan situs, pengembangan aplikasi Team Us, dan aplikasi Fix It 5. Berdasarkan analisis prioritization menggunakan metode NIE terbadap masing masing project yang dibandingkan dengan arahan strategi perusahaan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Project yang dapat didahulukan pekerjaannya ialah projectpengembangan situs perusahaan dimana memiliki nilai dampak tertinggi diantara project lainnya, yaitu sebesar 473.72 dengan resiko sebesar 62.04. Nilai dampak yang besar berarti project ini akan memberikan dukungan yang lebih besar dan sejalan dengan arahan strategi bisnis perusahaan. Sedangkan nilai resiko yang terbesar menandakan peluang keberhasilan yang tinggi dibandingkan project lainnya. Selanjutnya dapat dilanjutkan dengan projectFix It dengan nilai dampak sebesar 437.39 dan nilai resiko sebesar 43.12, lalu diikuti dengan Team Us dengan nilai dampak 414.49 dan nilai resiko sebesar 43.12. Terakhir adalah pengembangan project yang memiliki nilai dampak terkecil yaitu sebesa`r 377.91 dan nilai resiko sebesar 53.56.
259 6. Biaya optimal (yang terbaik) yang dapat dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan investasi teknologi dan sistem informasi pada WCS, dapat dilihat berdasarkan analisis portfolio lights-on yang ada, dimana berdasarkan hasil analisis hubungan dependency dengan quality diperoleh: - Untuk kategori Memuaskan Terkendali terdiri dari 3 aplikasilights-on, yaitu Axapta, Remote System,dan knowledge management;3 infrastrukturlights-on, yaituhardware, software lisence,server, 2 manajemen lights-on, yaitu maintenance, domain, dan 3 layanan lights-on, yaitu operational budget, ujian sertifikasi, dan training. - Untuk kategori Tidak Kritis Stabilterdapat 1 aplikasi, yaitu aplikasi absensi. - Untuk kategori Pengembangan jika diperlukanterdapat 1 infrastruktur, yaitu infrastruktur Network. 1. WCS dapat mengambil keputusan atas sistem lights-on perusahaan sesuai pengimplementasian
kebutuhannya
berdasarkan
hasil
analisis
hubungan
dependency, alignment dan quality. Berikut adalah hasil yang analisis hubungan tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil: a. Portfolio lights-on yang memiliki nilai quality tertinggi hingga terendah yaitu software lisence (5), domain (5), training (5) dan ujian sertifikasi (5) dilanjutkan hardware(4.89), knowledge management (4.88), maintenance (4.8), remote system (4.8), server (4.7), operational budgeting (4.75), Axapta (4.5), absensi (4.42), network (4). b. Portfolio lights-on yang memiliki nilai dependency tertinggi hingga terendah yaituremote system (5), knowledge management (5), software lisence (5), domain (5), training (5), ujian sertifikasi (5), Network(4.75), Server (4.6),
260 Hardware (4.56), Operational Budgeting (4.4), Axapta (4), Maintenance (4), dan absensi (3.33). c. Portfolio lights-on yang memiliki nilai alignment tertinggi hingga terendah yaitu network (4.69), operational budget (4.55), hardware (4.53), maintenance(4.25),knowledge
management(4.13),
server(4.1),
ujian
sertifikasi (4.06), training(4), domain (4), remote system(3.6), software lisence(3.25) dan axapta (2.83), dan absensi (2.09). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung WCS telah memaksimalkan penggunaan biaya dan dapat mengurangi biaya yang seharusnya terjadi untuk menjalankan biaya operasional bisnisnya. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diberikan sebagai tindak lanjut analisis lingkungan industri dan metode New Information Economics (NIE) pada WCS sebagai berikut: 1. Pada alignment aplikasi, infrastruktur, layanan dan manajemen terdapat gap yang cukup signifikan pada arahan strategi, yaitu a. Pada alignment aplikasi, gap terletak pada: •
Arahan memperbaiki strategi marketing yang hanya sebesar 9.99% dari nilai presentasi 24.37%
•
Arahan strategi melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan hanya sebesar 14.02% dari nilai persentase 17.65%.
b. Pada alignment infrastruktur, gap terletak pada: •
Arahan peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja yang hanya sebesar 16.94% dari nilai presentasi 17.65%
261 •
Arahan strategi melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan hanya sebesar 12.69% dari nilai persentase 17.65%.
c. Pada alignment layanan, gap terletak pada: •
Arahan memfokuskan pada peningkatan kualitas pelayanan yang hanya sebesar 34.73% dari nilai presentasi 40.33%
•
Arahan strategi melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan hanya sebesar 14.02% dari nilai persentase 17.65%.
d. Pada alignment manajemen, gap terletak pada: •
Arahan memperbaiki strategi marketing yang hanya sebesar 20.81% dari nilai presentasi 24.37%
•
Arahan strategi melakukan penelitian dan pengembangan produk layanan hanya sebesar 14.02% dari nilai persentase 17.65%.
Perusahaan sebaiknya memanfaatkan aplikasi semaksimal mungkin untuk mrngurangi gap yang ada. 2. Manajemen disarankan untuk lebih menitik beratkan pada pencapaian arahan strategi yang memiliki bobot yang tinggi, yaitu peningkatan pelayanan bagi client yang telah ada maupun yang baru dan kemudian menyediakan lights-on yang dapat mendukung pencapaian arahan strategi tersebut. 3. Untuk lights-on yang termasuk kategori : • Pengembangan jika diperlukan disarankan kepada pihak manajemen untuk melakukan pengeluaran biaya saat darurat saja. • Tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize), disarankan kepada pihak manajemen agar mengeluarkan uang sekecil mungkin untuk perawatan dan peningkatan aplikasi tersebut.
262 • Memuaskan,
terkendali (excellent,
monitor), disarankan agar pihak
manajemen WCS perlu mengontrol aplikasi untuk menjaga kualitasnya. Pengeluaran biaya untuk mempertahankan tingkat kualitas diperlukan, namun investasi baru sepertinya masih belum dibutuhkan. 4. Meskipun perusahaan telah memiliki rencana untuk pengerjaan project, namun lebih disarankan agar perusahaan mendahulukan pengembangan project situs baru kemudian diikuti oleh pengembangan project Fix it, Team Us, dan terakhir adalah pengembangan Klinik Support. 5. Penelitian yang telah dilakukan baru mencakup empat dari lima praktek New Information Economics (NIE) yang ada, yaitu hanya membahas mengenai Demand/Supply Planning, Innovation, Prioritization dan Alignment. Oleh karena itu disarankan kepada perusahaan untuk melakukan analisis lanjutan mengenai Performance Measurement (pengukuran kinerja) untuk mengetahui lebih rinci dampak investasi teknologi informasi pada bottom-line perusahaan.