BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat
beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan dalam perancangan, yaitu: 1.
Ruang Terapi Fisik Area latihan menaiki tangga dengan lebar 1m.
Area latihan menaiki area miring dengan lebar 1m.
Area istirahat sebelum pergantian perlengkapan terapi dengan lebar 2m.
Area cardio untuk merenggangkan otototot yang kaku.
Lebar sirkulasi disesuaikan dengan perputaran kursi roda dengan standar dari hasil analisa yaitu 2m. Area aerobik untuk melakukan aktivitas terapi ringan.
Perlengkapan terapi fisik dimulai dari proses berjalan dan lebar area disesuaikan dengan standar pergerakan 1 orang, yaitu sekitar 1m. Gambar 103. Ruang Terapi Fisik Sumber: Analisa Pribadi 2015
83
84 2.
Ruang Terapi Hidro Tempat meletakkan kruk.
Area kolam air Ramp sirkulasi naik turun yang panas untuk menggunakan material kasar merilekskan sehingga tidak licin. otot-otot.
Area kolam untuk melakukan aktivitas terapi air.
Area whirlpool untuk merilekskan badan setelah melakukan terapi.
Area sirkulasi dengan lebar sesuai hasil analisa yaitu 3m.
Area perbehentian kursi roda dan pertukaran dengan kruk.
Gambar 104. Ruang Terapi Hidro Sumber: Analisa Pribadi 2015
3.
Ruang Terapi Okupansi & Vokasional
Area ruang tunggu khusus karena setiap ruang terapi hanya bisa diakses oleh 1-2 orang saja dan lebar sirkulasi disesuaikan untuk perputaran kursi roda yaitu sekitar 2m.
Gambar 105. Ruang Terapi Okupansi & Vokasional Sumber: Analisa Pribadi 2015
85 4.
Ramp Perancangan ramp akan menggunakan standar yang telah didapatkan dari PERMENPU No. 30/PRT/M/2006 dimana ramp akan menggunakan standar minimal lebar 1.2m, dengan 2 railing setinggi 0.65m dan 0.8m, dan terletak pada entrance, exit, dan juga berfungsi sebagai penghubung antar lantai. Alasan penggunaan 2 railing adalah untuk membedakan railing yang digunakan oleh orang dewasa, anak-anak, dan pengguna kursi roda, dimana pengguna kursi roda dan anak-anak tidak dapat mencapai railing 0.8m, sehingga diperlukan railing yang lebih rendah.
Ramp Tipe A Sebagai jalur keluar masuk bangunan
Ramp Tipe B Sebagai penghubung antar lantai
Gambar 106. Perancangan Ramp Sumber: Analisa Pribadi 2015
5.
Tangga Perancangan ramp akan menggunakan standar yang telah didapatkan dari PERMENPU No. 30/PRT/M/2006 dimana ramp akan menggunakan standar minimal lebar 0.3m, panjang 1.2m, tinggi 0.2m, dan dengan 2 railing setinggi 0.65m dan 0.8m. Tangga ini akan berfungsi sebagai penghubung antar lantai dan juga sebagai tangga kebakaran, dimana saat lift tidak dapat digunakan, tangga akan menjadi sirkulasi vertical utama, sehingga tangga perlu dirancang agar tanggap terhadap kebakaran.
86
Gambar 107. Perancangan Tangga Sumber: Analisa Pribadi 2015
6.
Lift / Lobby Lift Perancangan lift akan menggunakan standar yang telah didapatkan dari PERMENPU No. 30/PRT/M/2006 dimana ramp akan menggunakan standar dimensi minimal 2.5m x 2.5m, dan lobby 1.85m x 1.4m, dan dapat diakses oleh pengguna kursi roda. Lift ini sendiri akan berfungsi sebagai salah satu sirkulasi vertical utama pada bangunan. Lift Tipe A Sebagai lift pengangkut tempat tidur
Lift Tipe B Sebagai lift orang
Gambar 108. Perancangan Lift Sumber: Analisa Pribadi 2015
87 7.
Koridor / Pedestrian Koridor merupakan sirkulasi horizontal yang utama dan juga merupakan sirkulasi yang selalu digunakan, maka dari itu perancangan koridor sangat perlu diperhatikan. Standar perancangan koridor juga akan menggunakan panduan PERMENPU No. 30/PRT/M/2006. Pada perancangan ini jenis koridor yang digunakan akan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu single-loaded (akan digunakan pada bagian publik) dan double-loaded (akan digunakan pada bagian privat dan dilengkapi dengan void).
Koridor Tipe A Single-Loaded samping taman
Koridor Tipe B Single-Loaded samping perkerasan
Koridor Tipe C Double-Loaded tanpa void
Koridor Tipe D Double-Loaded dengan void
Gambar 109. Perancangan Koridor Sumber: Analisa Pribadi 2015
88 8.
Kamar Tidur Pada perancangan ini, terdapat 3 jenis kamar tidur yang akan disediakan, yaitu kamar single, kamar double, dan kamar untuk 4 orang. Kamar-kamar tidur ini sendiri akan menggunakan panduan dari buku Dimensi Manusia & Ruang Interior. Pengguna kursi roda akan menjadi acuan utama dalam merancang kamar tidur ini.
Area sirkulasi pergerakan dan perputaran kursi roda dengan lebar 2m.
Area perpindahan dari kursi roda ke tempat tidur dengan lebar 1,6m.
Gambar 110. Perancangan Kamar Tidur Single Sumber: Analisa Pribadi 2015
Area perpindahan dari kursi roda ke tempat tidur dengan lebar 2,4,m.
Area sirkulasi pergerakan dan perputaran kursi roda dengan lebar 2m. Gambar 111. Perancangan Kamar Tidur Double Sumber: Analisa Pribadi 2015
Area perpindahan dari kursi roda ke tempat tidur dengan lebar 2,4,m.
Area sirkulasi pergerakan dan perputaran kursi roda dengan lebar 2m. Gambar 112. Perancangan Kamar Tidur 4 Orang Sumber: Analisa Pribadi 2015
89 5.2
Saran Setelah melakukan penelitian, didapatkan bahwa aksesibilitas yang baik
sangat penting bagi penyandang cacat khususnya para pengguna kursi roda. Dapat terlihat pada fasilitas-fasilitas yang ada sekarang ini tidak memperhatikan bagaimana para penyandang cacat dapat mengakses fasilitas-fasilitas tersebut sehingga menyebabkan para penyandang cacat tidak dapat melakukan kegiatan dengan baik. Maka dari itu, ketika merancang sangat perlu diperhatikan panduan dari pemerintah mengenai standar-standar dan dimensi yang dapat memaksimal aksesibilitas para penyandang cacat.