BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, dapat
ditarik beberapa kesimpulan antara lain: UD. BJL merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi wajan alumunium dengan 16 ukuran, yaitu wajan ukuran 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30, 32, 34. Dalam perhitungan harga pokok produksi, perusahaan menggunakan metode tradisional. Perusahaan menerapkan metode tradisional dengan mengalokasikan biaya overhead hanya menggunakan satu penggerak biaya (cost driver), yaitu volume produksi. 1.
Dalam metode tradisional, harga pokok produksi yang dihasilkan untuk produk wajan ukuran 10 adalah sebesar Rp. 939.783.987 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 6.775. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 11 adalah sebesar Rp. 1.163.469.987 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 8.387. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 12 adalah sebesar Rp. 1.257.902.571 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 9.462. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 13 adalah sebesar Rp. 1.400.813.071 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 10.537. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 14 adalah sebesar Rp. 1.613.302.155 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 12.687. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 15 adalah sebesar Rp. 1.968.714.355 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 15.482. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 16 adalah sebesar Rp. 1.216.742.077 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 19.137. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 18 adalah sebesar Rp. 922.799.371 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 21.287. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 20 adalah sebesar Rp. 1.035.257.413 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 25.587. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 22 adalah sebesar Rp. 1.339.718.913 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 33.112. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 24 adalah sebesar 89
90 Rp. 1.174.414.581 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 40.637. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 26 adalah sebesar Rp. 1.126.551.706 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 55.687. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 28 adalah sebesar Rp. 1.226.582.748 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 70.737. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 30 adalah sebesar Rp. 1.397.761.520 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 87.937. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 32 adalah sebesar Rp. 1.519.232.290 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 105.137. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 34 adalah sebesar Rp. 1.892.042.290 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 130.937. 2.
Dalam metode Activity Based Costing (ABC), harga pokok produksi yang dihasilkan untuk produk wajan ukuran 10 adalah sebesar Rp. 927.948.327 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 6.689. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 11 adalah sebesar Rp. 1.151.634.327 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 8.302. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 12 adalah sebesar Rp. 1.247.814.918 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 9.386. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 13 adalah sebesar Rp. 1.389.678.717 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 10.453. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 14 adalah sebesar Rp. 1.603.913.549 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 12.613. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 15 adalah sebesar Rp. 1.959.325.749 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 15.408. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 16 adalah sebesar Rp. 1.217.201.125 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 19.144. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 18 adalah sebesar Rp. 927.291.884 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 21.391. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 20 adalah sebesar Rp. 1.039.582.435 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 25.694. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 22 adalah sebesar Rp. 1.344.043.935 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 33.219. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 24 adalah sebesar Rp. 1.181.197.070 dengan harga pokok
91 produksi per unit adalah sebesar Rp. 40.872. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 26 adalah sebesar Rp. 1.134.910.193 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 56.100. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 28 adalah sebesar Rp. 1.234.773.744 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 71.210. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 30 adalah sebesar Rp. 1.406.384.654 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 88.480. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 32 adalah sebesar Rp. 1.528.289.824 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 105.764. Harga pokok produksi untuk produk wajan ukuran 34 adalah sebesar Rp. 1.901.099.824 dengan harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp. 131.564. 3.
Dalam menerapkan metode Activity Based Costing (ABC), akan mempengaruhi harga pokok produksi per unit pada setiap produk. Untuk wajan ukuran 10 mengalami overstated sebesar Rp. 86, wajan ukuran 11 mengalami overstated sebesar Rp. 85, wajan ukuran 12 mengalami overstated sebesar Rp. 76, wajan ukuran 13 mengalami overstated sebesar Rp. 84, wajan ukuran 14 mengalami overstated sebesar Rp. 74, wajan ukuran 15 mengalami overstated sebesar Rp. 74, wajan ukuran 16 mengalami understated sebesar Rp. 7, wajan ukuran 18 mengalami understated sebesar Rp. 104, wajan ukuran 20 mengalami understated sebesar Rp. 107, wajan ukuran 22 mengalami understated sebesar Rp. 107, wajan ukuran 24 mengalami understated sebesar Rp. 235, wajan ukuran 26 mengalami understated sebesar Rp. 413, wajan ukuran 28 mengalami understated sebesar Rp. 473, wajan ukuran 30 mengalami understated sebesar 543, wajan ukuran 32 mengalami understated sebesar Rp. 627, wajan ukuran 34 mengalami understated sebesar Rp. 627. Perbedaan harga pokok produksi antara metode tradisional dan metode Activity Based Costing (ABC), disebabkan adanya perbedaan dalam perhitungan dan pengalokasian biaya overhead. Dalam metode tradisional, biaya overhead dialokasikan berdasarkan satu penggerak biaya (cost driver) yaitu volume produksi, sedangkan dalam metode Activity Based Costing (ABC) biaya overhead dialokasikan berdasarkan beberapa penggerak biaya (cost driver) yaitu jam tenaga kerja langsung, jam mesin, volume produksi, jumlah pengiriman, dan luas pabrik, sehingga biaya overhead dialokasikan dengan tepat dan sesuai dengan aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut timbul.
92 4.
Hasil evaluasi laba kotor sebelum dan sesudah menggunakan metode ABC terlihat pada tabel 4.34 dan tabel 4.35 dimana total laba kotor berdasarkan metode tradisional untuk seluruh produk adalah sebesar Rp. 505,775. Sedangkan total laba kotor berdasarkan metode ABC untuk seluruh produk adalah sebesar Rp. 503,011. Hasil tersebut menunjukan bahwa dengan menggunakan metode tradisional, laba yang dihasilkan perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode ABC.
5.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, UD. BJL dapat dikatakan kurang tepat dalam menerapkan metode Activity Based Costing (ABC) dalam perhitungan harga pokok produksi, hal ini disebabkan karena beberapa hal berikut ini: i. Perusahaan masih terbilang cenderung kecil karena masih berbentuk Usaha Dagang (UD) dan volume produksi yang dihasilkan perusahaan tidak terlalu besar. ii. Aktivitas
perusahaan
yang
tidak
terlalu
banyak
sehingga
dalam
mengalokasikan biaya overhead berdasarkan cost driver non unit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap cost driver yang bersifat unit. iii. Total biaya overhead tidak memiliki porsi yang cukup signifikan terhadap keseluruhan total biaya.
5.2
Saran Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, penulis akan
memberikan saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, yaitu sebagai berikut: 1.
Bagi Perusahaan Penulis menyarankan perusahaan tetap menggunakan metode tradisional dalam perhitungan harga pokok produksi, dikarenakan hasil yang dihasilkan antara metode tradisional dan metode Activity Based Costing (ABC) memiliki selisih yang tidak jauh berbeda, dan perhitungan dengan metode tradisional lebih mudah dan cepat dan tidak membutuhkan keahlian khusus dalam perhitungan serta dalam perpajakan tidak menerima perhitungan biaya dengan metode Activity Based Costing (ABC). Hasil penelitian perhitungan harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing (ABC) dapat dijadikan pengetahuan tambahan bagi pihak perusahaan dalam perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Tetapi apabila perusahaan ingin mengetahui harga pokok
93 produksi secara rinci dan tepat dalam mengalokasikan biaya overhead, dapat menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). 2.
Bagi Peneliti Selanjutnya Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis agar lebih mendalam dalam melakukan perhitungan metode tradisional dan metode Activity Based Costing (ABC). Serta dalam pemilihan perusahaan atau objek penelitian dengan kriteria perusahaan yang memiliki aktivitas yang cukup banyak agar metode Activity Based Costing (ABC) lebih efektif untuk diterapkan. Dapat menambahkan periode penelitian guna untuk membandingkan biaya yang dihasilkan setiap tahun, dapat juga dihubungkan dengan Break Even Point (BEP).
3.
Bagi Pembaca Penulis mengharapkan bagi pembaca agar dapat mengerti bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing (ABC) pada perusahaan manufaktur dan dapat mengimplementasikannya.
5.3
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya pada perhitungan harga pokok produksi dengan
metode tradisional dan metode Activity Based Costing (ABC) untuk tahun 2014 dan mengevaluasi laba kotor perusahaan. Selain itu penelitian ini hanya menghitung harga pokok produksi untuk 1 tahun yaitu tahun 2014 dan tidak menghitung barang rusak dikarenakan penulis tidak mendapat data terkait barang rusak atau cacat.
94