BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dijabarkan pada BAB IV, terdapat beberapa kesimpulan antara lain : •
Menurut Studi Empiris yang dilakukan, seluruh variabel dalam model penelitian ini memenuhi hipotesis yang diajukan dan memiliki pengaruh kausalitas yang positif dan hasil ini didukung oleh berbagai penelitian sebelumnya yang dapat dilihat pada sub bab 4.9 Implikasi Hasil Penelitian Teoritis, dan eWOM adalah indikator yang paling berpengaruh dari seluruh variabel dalam model penelitian ini dalam pembentukan Purchase Intention.
•
Dari keempat dimensi Argument Quality dilihat melalui loading factors variabel Argument Quality, faktor Comprehensive dan Timeliness menjadi faktor yang paling signifikan.
•
Model yang diajukan dalam penelitian ini belum 100% Perfect Fit, ada beberapa parameter yang masih Marginal Fit yaitu nilai parameter GFI, AGFI, RFI dan NFI.
•
Model Penelitian ini melalui modifikasi model sebanyak 31 kali untuk mencapai model dengan hasil Fit yang terbaik namun masih ada beberapa kendala seperti nilai Chi Square yang masih memiliki probabilitas yang kecil, sehingga hasil model SEM mengindikasikan bahwa model penelitian ini hanya cocok untuk studi kasus yang diteliti saat ini yaitu Kaskus tidak dapat diperlakukan secara umum untuk dapat meneliti permasalahan dalam kasus-
169
170
kasus lainnya. Dan juga terdapat masalah pada estimasi HOTLER yang menunjukan ketidakcukupan ukuran sampel dengan model fit. 5.2. Saran Penelitian ini tidak terlepas dari ketidaksempurnaan, keterbatasan dan kelemahan, namun hal ini dapat menjadi sebuah kesempatan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut. Berikut beberapa saran dari peneliti untuk melengkapi penelitian selanjutnya : Saran untuk Penelitian Selanjutnya •
Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menambahkan indikator dalam Argument Quality seperti yang ditemukan dalam studi lainnya yaitu Detail, Helpfullness dan Persuasiveness (Bhattacherjee & Sanford, 2006) Format (Wixom dan Todd, 2005), Reliability (Bailey dan Pearson, 1983) dan Understandability (Srinivasan, 1985). Atau juga faktor lainnya seperti Website Design atau Online Environment (layout) untuk melihat pengaruhnya pada Purchase Intention dari sebuah Informasi.
•
Penelitian selanjutnya untuk dapat menjelaskan model Brand Image yang lebih luas dapat memasukan dimensi Brand Image functional, experiental dan attitudinal (Keller, 1993)
•
Dengan nilai estimate yang masih kecil untuk beberapa variabel sehingga disimpulkan masih banyak faktor lain yang dapat menjelaskan model ini dengan lebih baik. Ini bisa dikarenakan bias dari responden itu sendiri dimana mayoritas masih pelajar yang memiliki pendapatan yang relatif kecil sehingga faktor seperti harga kemungkinan memiliki pengaruh yang lebih besar ketimbang proses adopsi informasi itu sendiri.
171
•
Studi ini hanya meneliti salah satu jenis komunitas virtual yaitu Kaskus, sehingga bisa saja terjadi hasil penelitian yang berbeda pada jenis komunitas virtual lainnya. Dan akan lebih baik lagi jika penelitian sleanjutnya juga dapat meneliti dalam ruang lingkup kategori produk tertentu.
•
Seperti yang dikatakan sebelumnya parameter HOELTER masih belum baik karena jumlah sampel yang relatif kecil (n=200) sehingga penelitian selanjutnya
sebaiknya
menggunakan
jumlah
sampel
yang
lebih
banyak.Ghozali & Fua (2008) ,menyartakan bahwa semakin kompleks suatu model maka sampel minimun yang harus dipenuhi juga semakin besar. Saran untuk para pelaku bisnis •
Dalam studi ini peneliti berharap hasil penelitian mampu memberikan arahan bagi para moderator komunitas online untuk membantu mereka memanage website mereka untuk memberikan informasi yang berguna. Sehingga ini dapat membantu mereka untuk menarik lebih banyak pengguna dan iklan. Kaskus sendiri telah menjadi sebuah website yang memiliki ekuitas merek bagi pengguna Internet di Indonesia, dan semoga ini sesuai dengan yang dikatakan Lee dan Johnson (2002) dimana konsumen akan lebih memercayai informasi pada website yang lebih terpecaya dan semoga kaskus saat ini dapat menjadi sumber input informasi yang baik bagi konsumen.
•
Bagi para pelaku bisnis hendaknya lebih aktif terlibat dalam komunitas online konsumen
dan
menyediakan
informasi
yang
cepat
dan
lengkap
(comprehensive) sesuai dengan hasil perhitungan analisis penelitian. Misalnya sebuah produk elektronik dapat menciptakan fanbase tersendiri di Kaskus dan menyediakan berbagai informasi, gambar, harga, lokasi dan lainlain dan penyediaan informasi ini dilakukan secara realtime dan update
172
sehingga konsumen akan lebih cepat melakukan proses adopsi informasi yang mengarahkan mereka ke usaha pembelian.Usaha ini harus dilakukan oleh para e-marketer, dengan semakin banyaknya informasi yang akurat dan komprehensif pada tempat yang paling dicari banyak orang maka tingkat adopsi informasi juga akan semakin tinggi. •
Selain itu sebuah komunikasi WOM pasti dipicu pada pengalaman baik terhadap proses konsumsi produk dan merek, dan banyak studi yang menyimpulkan bahwa kualitas jasa sebagai prediktor dalam intensi perilaku konsumen seperti komunikasi WOM. Boulding (1993) mengatakan dengan kualitas jasa yang positif akan menimbulkan perilaku loyalitas dan WOM yang positif. Kenneth (2006) juga mengatakan dengan kualitas jasa yang baik sebuah pesan dari source credibility juga akan memiliki pengaruh yang lebih besar pada Purchase Intention. Zeithaml (1996) mengatakan bahwa Perceived Service Quality berhubungan positif pada intensi perilaku termasuk WOM, Purchase Intention, Complaining Behaviour dan Sensitifitas Harga. Alexandris (2002) mengatakan bahwa kualitas jasa menjelaskan 93% variance di WOM. Jadi para manager dapat meningkatkan Brand Image dengan meningkatkan variasi produk, meningkatkan kualitas produk, menawarkan harga produk yang sepadan dengan value produk tersebut, dan memberikan after sale services yang baik. Dan ini dapat secara langsung meningkatkan Purchase Intention terhadap produk tersebut.
•
Sedangkan bagi produk yang memiliki ekuitas merek yang tinggi sebaiknya tidak harus tergantung pada manfaat dari brand image yang tinggi seperti loyalitas yang biasa ada dalam literatur (Aaker, 1991; Agarwal and Rao, 1996; Keller dan Lehmann, 2006), namun lebih memerhatikan adanya resiko
173
komunikasi online WOM yang negatif karena ini dapat mengakibatkan efek yang merugikan. Jadi dengan kemajuan teknologi, tingkat aksesbilitas, jangkauan dan transparansi internet para marketers dan organisasi bisnis hendaknya terus secara berkelanjutan memerhatikan dan memonitor komunikasi WOM online mengenai merek mereka (Kozinets et al, 2010). Apalagi dalam konteks online WOM dimana konsumen tertarik untuk menulis pengalamannya baik yang positif ataupun negatif. Dengan mengembangkan alat komunikasi yang tepat untuk membuat konsumen lebih berpengetahuan mengenai merek tertentu dapat mengubah beberapa asosiasi negatif yang konsumen miliki mengenai merek atau produk dengan media online WOM. Pesan WOM dan eWOM positif memiliki peran yang penting dalam meningkatkan Purchase Intention dan menciptakan image yang sesuai dengan perusahaan dan merek dan juga dapat mengurangi beban biaya promosi. •
KASKUS sendiri sudah memiliki “tempat” tersendiri bagi para penggunanya, dengan adanya new kaskus yang baru rilis jelas menunjukan bagaimana komitmen KASKUS untuk terus memberikan pelayanan dan pengalaman yang terbaik untuk para penggunanya. Dan untuk menjaga kaskus sebagai web
based
opinion
platform
yang
baik,
sebaiknya
bagi
para
moderator/administrator web sebaiknya selalu sigap dalam menanggapi halhal atau gangguan yang dapat menggangu kenyamanan pengguna lainnya. Dan untuk pengadopsian informasi itu sendiri Kaskus dapat memberikan fitur baru yang independen dan khusus untuk membahas kinerja fitur produk tertentu dengan lebih lengkap dengan juga dilengkapi sistem rating atau rekomendasi.