Bab 5 Ringkasan
Dalam kehidupan, manusia yang adalah mahluk sosial selalu membutuhkan kehadiran orang lain di dalam hidupnya untuk bisa melengkapi. Hubungan diantara manusia tersebut kemudian menimbulkan hubungan timbal balik diantara keduanya. Oleh karena itulah, jika terjadi hubungan timbal balik yang baik maka kehidupan dalam masyarakat akan semakin harmonis. Salah satu hubungan timbal balik yang juga membantu terciptanya hubungan harmonis antara manusia adalah tentang pemberian. Dimana jika seseorang memberikan sebuah barang atau kebaikan, maka berikutnya orang tersebut harus membayarkan kembali apa yang sudah diterimanya. Itulah yang disebut dengan hubungan timbal balik yang baik. Hal semacam ini pun juga tidak luput dari masyarakat Jepang. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi kebudayaan, orang Jepang akan terus menaati budaya mereka sejak jaman nenek moyang. Salah satu konsep yang membudaya dan mengatur hubungan manusia di dalam masyarakat Jepang adalah mengenai konsep giri dan gimu. Kedua konsep ini pun bisa terlihat dalam drama Ichi Rittoru no Namida yang menggambarkan bahwa manusia memang saling membutuhkan keberadaan orang lain. Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang konsep giri dan gimu yang tercermin melalui hubungan antar tokoh dalam drama Ichi Rittoru no Namida ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami konsep giri dan gimu dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang. Sementara itu manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memahami bagaimana giri dan gimu yang sebenarnya dalam pengaruh sosial 74
kehidupan masyarakat Jepang, terutama dalam penerapannya dalam keluarga dan melalui pemberian barang ataupun bantuan sebagai balas jasa yang khususnya tercermin dalam drama Ichi Rittoru no Namida episode 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Disamping itu, manfaat yang ingin dicapai adalah supaya mahasiswa khususnya mahasiswa Universitas Bina Nusantara bisa memahami dengan baik makna dari konsep giri dan gimu ini. Penjelasan mengenai pengertian dari giri dan gimu pun terdapat dalam bab 2 yang berupa landasan teori. Pertama menjelaskan mengenai konsep giri. Dikatakan oleh De Mente (1997:5) bahwa secara keseluruhan faktor kontrol dalam hubungan setiap pribadi di Jepang disatukan ke dalam kata giri, yang diterjemahkan sebagai ‘kewajiban, tanggung jawab dan keadilan’. Berbeda dengan De Mente, menurut Davies dan Osamu (2002:97) diketahui bahwa giri dalam penggunaan umum memiliki arti yaitu sebuah aturan yang harus dilakukan dalam hubungan dengan manusia dan hubungan sosial. Sementara itu menurut Benedict (1996:134) bahwa giri bisa diartikan juga sebagai jalan yang baik, aturan yang harus diikuti oleh manusia, dan sesuatu yang dengan paksa dilakukan oleh seseorang untuk mencegah permintaan maaf terhadap dunia. Namun dikatakan juga oleh De Mente (1997:5) bahwa melakukan giri dengan sikap tidak sungguh-sungguh atau tidak serius maka akan disebut giri ippen, secara sungguhan dinamakan ‘giri yang tidak lengkap’, namun secara kiasan dikatakan sebagai ‘giri tanpa hati’. Kedua penjelasan mengenai gimu. Dijelaskan oleh Benedict (1996:116) tentang pembagian gimu yang memiliki tiga bagian. Pertama adalah chuu sebagai kewajiban terhadap Negara. Kedua adalah koo yang berarti kewajiban kepada orangtua atau leluhur. Ketiga adalah nimmu yang berarti kewajiban terhadap pekerjaan seseorang. Kemudian Benedict (1996:134) juga menjabarkan bahwa gimu setidaknya adalah sekelompok 75
kewajiban yang menjadi utang seseorang kepada lingkaran keluarga terdekatnya. Sehingga gimu ini dibayar seseorang karena ada ikatan-ikatan khusus yang kuat dan erat yang telah dimiliki saat ia lahir. Yang lebih ditekankan melalui teori ini adalah dimana gimu adalah terhadap keluarga kandung. Sedangkan menurut Yabuuchi (2004:268) disebutkan pula bahwa pembayaran atas kewajiban ini masih tidak lebih dari sebelah pihak dan tidak ada batasan waktunya. Pada bab 3 penulis melakukan analisis data dengan melihat korpus data drama Ichi Rittoru no Namida episode 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Analisis dilakukan dengan mengutip percakapan antar pelaku (verbal) dan juga melihat situasi yang ada (non verbal). Melihat dari konsep giri terdapat beberapa adegan yang menggambarkan kegiatan giri itu berlangsung, terutama melalui kutipan percakapan (verbal) meskipun terdapat ekspresi yang mendukung berjalannya konsep giri ini. Giri pertama bisa dilihat melalui sikap Shioka terhadap Asou. Melalui percakapan diantara keduanya yang terjalin, Shioka mengundang Asou untuk makan malam (Episode 7, menit 25:33). Percakapan singkat itu mengandung giri karena Asou telah banyak membantu Aya yang adalah anak Shioka dan secara tidak langsung membuat Shioka memiliki hutang budi atas semua kebaikan Asou tersebut. Oleh karena itulah Shioka membayarkan hutangnya tersebut demi mengurangi rasa bersalah karena tidak membayar hutang, yaitu dengan makan malam. Kemudian yang menunjukkan giri terdapat dalam adegan lain, yaitu ketika terjadinya percakapan antara Aya dengan keluarganya. Tindakan giri di sini merupakan giri Aya yang ditujukan untuk Mari, sahabatnya. Aya mengatakan : Tidak bisa ditunda. Belakangan sudah banyak merepotkan Mari (Episode 6, menit 6:37). Hanya dengan 76
ucapan seperti itu bisa diketahui adanya hutang budi yang terpendam dalam diri Aya. Ia ingin membayarkan hutang-hutangnya tersebut dan Aya cukup sadar bahwa ia memang harus membayarkan hutang itu walaupun keadaan tubuhnya sulit dikendalikan. Namun, perasaan ingin membalas budi sudah membuat sebuah kesadaran dalam diri Aya. Berikutnya, konsep giri juga terdapat pada hubungan antara tokoh Kawamoto dengan Aya. Dikarenakan Aya sudah mau menerima ajakan-ajakan Kawamoto hingga hubungan mereka semakin akrab, Kawamoto pun akhirnya memiliki hutang budi yang harus dibayarkan. Kawamoto mengatakan : Bagaimana keadaan tubuhmu? (Episode 4, menit 30:16) Dan juga ia sempat mengatakan : Cepatlah sembuh (Episode 5, menit 20:20). Namun semua perkataan tersebut tidaklah tulus. Perkataan itu pun didukung oleh ekspresi Kawamoto yang terang-terangan tampak begitu terbebani ketika harus menjenguk Aya. Selanjutnya adalah bagian gimu. Salah satu gimu yang tampak adalah melalui hubungan Aya dan Mizuo. Melalui kalimat yang dikatakan Aya : Bagaimana kalau aku saja yang menjaga toko? (Episode 6, menit 8:40) dan juga melalui sikap Aya yang selalu membantu Mizuo di kedai tahu keluarganya (Episode 1, menit 6:25). Berdasar kata-kata dan sikap Aya, sebagai seorang anak Aya telah menjalankan gimunya terhadap Mizuo. Sehingga pantaslah dikatakan bahwa Aya telah memenuhi kewajibannya sebagai seorang anak yang berbakti pada orangtua. Gimu berikutnya tampak melalui teori Benedict (1996:123) yang mengatakan bahwa adalah gimu untuk menjaga dan mendidik anak sendiri, yaitu tampak pada gimu Shioka terhadap Aya. Shioka mengatakan bahwa ia ingin berhenti dari pekerjaan dan menyibukkan diri dengan urusan keluarga dan juga membantu Aya di sekolah (Episode
77
8, menit 8:9). Secara non verbal juga dapat dilihat melalui sikap Shioka yang tidak protes ketika harus membersihkan kotoran Aya (Episode 10, menit 21:00). Terakhir, gimu tampak dalam hubungan Ako dan Aya. Dimana sesuai dengan teori bahwa kepatuhan atau koo ini memiliki lima unsur yaitu : hubungan antara bapak-anak, majikan-bawahan, suami-istri, kakak-adik, dan teman dengan teman (Bellah, 1992:249). Hal ini tercermin melalui perkataan Ako : Kalau aku bisa masuk Higashikou, maka Kak Aya kelas tiga dan aku kelas satu, kan? Aku akan bantu Kak Aya. Jadi Ibu tidak perlu berhenti bekerja kan? (Episode 8, menit 18:47) dan juga perkataan : Aku ingin menggantikan Kak Aya untuk lulus dari sekolah, karena aku ingin memenuhi impian Kak Aya. Buatku, cuma ini yang bisa kulakukan demi Kak Aya untuk sekarangsekarang ini. (Episode 9, menit 34:44). Sementara itu, melalui sikap Ako, tampak ketika Ako berusaha sekuat tenaga untuk bisa masuk Higashikou untuk bisa mewujudkan impian Aya lulus dari Higashikou (Episode 9, menit 16:12). Berdasar semua itu, melalui Bab 4 telah ditarik kesimpulan bahwa giri dan gimu juga tampak melalui drama Ichi Rittoru no Namida. Giri yang ditujukan untuk teman atau orang di luar keluarga inti, memiliki batas waktu dalam pembayarannya. Sementara gimu yang dilakukan lebih karena hubungan atau ikatan-ikatan yang kuat seperti saudara, tidak memiliki batas waktu dalam pembayarannya namun tidak akan pernah bisa melunasi semua hutang hingga timbullah bentuk kepatuhan tersebut. Giri dibedakan menjadi giri untuk dunia dan giri untuk nama baik seseorang sementara gimu dibedakan menjadi tiga, chuu untuk kewajiban terhadap Negara, koo kewajiban terhadap keluarga atau orangtua, dan nimmu yang merupakan kewajiban diantara sesama rekan kerja.
78