BAB 5 PENUTUP
5.1
Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
return on equity (ROE) perusahaan. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan akhirnya didapat 29 perusahaan dengan periode penelitian sebanyak 3 (tiga) tahun dari tahun 2010 sampai tahun 2012, sehingga total observasi adalah 87 observasi. Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Faktor proporsi dewan komisaris independen (KI), komite audit (KA), kepemilikan manajemen (KM), kepemilikan institusional (KI), dan corporate social responsibility index (CSRI) mempunyai pengaruh secara signifikan sebagai variabel penjelas terhadap variabel return on equity (ROE). Hal ini di tunjukkan oleh hasil koefisien determinasi (R2) yang menyatakan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen (KI), komite audit (KA), kepemilikan manajemen (KM), kepemilikan institusional (KI), dan corporate social responsibility index (CSRI) mempengaruhi return on equity (ROE). 2. Variabel proporsi dewan komisaris independen (PDKI), komite audit (KA), kepemilikan manajemen (KM), kepemilikan institusional (KI), dan corporate social responsibility index (CSRI) pengaruhnya terhadap return on equity (ROE) menurut hasil penelitian adalah sebagai berikut:
81
a. Hipotesis 1 menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen (PDKI) berpengaruh positif terhadap Return On Equity (ROE), dan hasil penelitian ini adalah proporsi dewan komisaris independen (PDKI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Equity (ROE). Hal ini berarti bahwa semakin besar jumlah komisaris independen maka keputusan yang dibuat dewan komisaris lebih mengutamakan kepada kepentingan
perusahaan,
sehingga
berpengaruh
terhadap
perusahaan. Simpulan tersebut mengacu pada definisi
kinerja komisaris
independen yang merupakan anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham ataupun hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi ataupun pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Dengan keberadaan komisaris independen tersebut dimaksudkan dapat mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih obyektif serta menempatkan kewajaran dan kesetaraan di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya. Terciptanya kesetaraan dan kewajaran antara pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan karena dapat menyelesaikan sengketa yang terjadi antara pemegang saham minoritas yang dapat menghambat kinerja perusahaan.
82
b. Hipotesis 2 menyatakan bahwa komite audit (KA) berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE), dan hasil penelitian ini adalah komite audit (KA) berpegaruh positif dan tidak signifikan terhadap return on equity (ROE). Alasan tidak adanya pengaruh antara komite audit (KA) terhadap kinerja keuangan yang tercermin dalam return on equity (ROE) mengacu pada Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 yang menjelaskan bahwa tujuan Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris atau dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal. Berdasarkan definisi tersebut maka terdapat batasan-batasan kewenangan yang dimiliki oleh komite audit dalam memonitor perusahaan. Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu Dewan Komisaris sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun hanya sebatas rekomendasi kepada Dewan Komisaris. . Komite audit hanya memberikan rekomendasi atas hasil audit yang dilakukan akan tetapi dewan komisaris yang memutuskan untuk menjalankan atau tidak rekomendasi dari komiten audit tersebut.
Oleh karena itu, sebanyak apapun komite audit yang
dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi kinerja perusahaan yang tercermin dalam return on equity (ROE) karena keputusan akhir dalam pengambilan kebijakan untuk perusahaan terletak pada manajemen perusahaan.
83
c. Hipotesis 3 menyatakan bahwa kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh positif terhadap Return On Equity (ROE), dan hasil penelitian ini adalah kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return On Equity (ROE). Meskipun Meningkatnya kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada dalam perusahaan, karena di anggap dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja sehingga akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Akan tetapi rata–rata kepemilikan manajerial dalam perusahaan sampel hanya memiliki saham 7% atau kurang dari 50% yang tergolong sebagai pemegang saham minoritas. Pemegang saham minoritas adalah pemegang saham yang kepemilikan sahamnya kurang dari 50% dari saham perusahaan sedangkan pemegang saham mayoritas adalah pemegang saham yang kepemilikan sahamnya lebih dari 50% dari saham perusahaan. Karena saham manajerial rata-rata menunjukkan angka 7% atau kurang dari 50% maka kepemilikan manajerial tidak
memiliki
kekuasaan penuh
dalam pengambilan
keputusan. Sehingga adanya kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
84
terhadap kinerja keuangan perusahaan karena manajemen tidak memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan yang ada dalam perusahaan. d. Hipotesis 4 menyatakan bahwa kepemilikan institusional (KI) berpengaruh positif terhadap Return On Equity (ROE), dan hasil penelitian ini adalah kepemilikan institusional (KI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on equity (ROE). Hal ini berarti bahwa jumlah kepemilikan institusional dalam perusahaan akan mempengaruhi return on equity (ROE) perusahaan. Hal tersebut dikarenakan adanya kepemilikan institusional
di
suatu
perusahaan
akan
mendorong
peningkatan
pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Kepemilikan institusional pada perusahaan sampel rata-rata memiliki total saham lebih dari 5% yang berarti memiliki hak suara penuh dalam pengawasan dan pengambilan keputusan. Semakin besar kepemilikan institusi maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi tersebut untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. e. Hipotesis 5 menyatakan bahwa Pengungkapan Corporate Social Responsibility index (CSRI) berpengaruh positif terhadap Return On
85
Equity (ROE), dan hasil penelitian ini adalah Pengungkapan Corporate Social Responsibility
index (CSRI) berpengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap Return On Equity (ROE). Hal ini dimungkinkan karena corporate social responsibility (CSR) merupakan operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial jangka panjang, melainkan pula untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Selain itu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan sosial perusahaan tidak diungkapkan secara rinci oleh perusahaan, sehingga sulit untuk memonitor dampak dan manfaat kegiatan sosial yang diperoleh oleh perusahaan. Pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan hanya mengungkapkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam kegiatan sosialnya akan tetapi tidak mengungkapkan secara detail kinerja perusahaan yang dikorbankan oleh perusahaan melainkan hanya berupa estimasi atau perkiraan biaya yang setiap tahunnya sama nilainya. Hal ini tidak dapat dijadikan acuan oleh perusahaan untuk mengukur secara pasti dampak dan manfaat kegiatan sosial perusahaan dan pengungkapannya terhadap kinerja perusahaan. Sehingga tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan terutama return on equty (ROE).
5.2 Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang sekaligus dapat menjadi gambaran bagi penelitian yang akan datang. Berdasarkan simpulan-
86
simpulan diatas maka dapat dikemukanan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dimasa yang akan datang, antara lain: 1. Bagi investor yang bermaksud melakukan investasi dapat menggunakan return on equity (ROE) sebagai acuan dalam melakukan investasi, tetapi hendaknya investor juga melakukan analisis pada indikator-indikator lain untuk meminimalisasi resiko investasi. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan cara pengungkapan CSR yang berbeda, sehingga bisa terjadi keberagaman penelitian.
Hal
tersebut disarankan karena terdapat unsur subjektivitas dalam menentukan index pengungkapan CSR. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan sehingga penentuan index untuk indikator dalam katagori yang sama dapat berbeda untuk setiap peneliti. 3. Sampel yang digunakan pada penelitian hanya selama tiga tahun saja yaitu tahun 2010-2012, oleh karena itu pada penelitian selanjutnya peneliti diharapkan
menggunkan
sampel
yang
lebih
banyak
dapat
menambah
lagi
guna
variabel
bebas
menyempurnakan penelitian ini. 4. Penelitian
selanjutnya
diharapkan
(independen) yang terkait dengan return on equity (ROE). Mengingat hasil dari penelitian menunjukkan 82.4% dari nilai variabel dependen dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
87