BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan Terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis dalam perencanaan sebuah bangunan, yaitu analisis lingkungan, manusia, dan bangunan itu sendiri. Perancangan bangunan pasar tradisional ini menerapkan Konsep Pasar Pintar, salah satu alasannya karena berhubungan dengan barang dagangan yang akan dijual yaitu pasar primer, skunder, tersier, yang mutunya harus selalu terjaga dengan baik. Perbandingan kondisi Pasar Muara karang yang sebelumnya dengan melihat persamaan dan perbedaan, kesenjangan bangunan yang diketahui dari pemenuhan Kriteria – Kriteria Konsep Pasar Pintar, agar pasar memiliki prinsip dari standar dalam mendesain suatu pasar.
Tabel 26. Perbandingan Kondisi Pasar Muara Karang. DATA DI DAPAT TEORI YANG DITERAPKAN Kondisi Pasar Muara Karang Kriteria Konsep Pasar Pintar Bangunan pasar tidak terpelihara Kondisi bangunan pasar Adanya pengelola pasar tetapi tidak bekerja Keamanan pasar Space tiap kios yang kecil Kondisi kios / los Perabotan yang digunakan tidak mendukung Kondisi tempat berjualan makanan dan penjualan bahan pangan bahan pangan Memiliki TPS tetapi keadaan tidak dibersihkan Kondisi tempat pembuangan atau ditutup Saluran yang macet dan tidak ditutup Kondisi saluran drainase dan limbah Memiliki toilet umum tetapi dijadikan toilet Kondisi fisik toilet pribadi Akses jalan kaki tidak ada dan parkiran macet Kondisi tempat parkir dan sirkulasi jalan Kebersihan tidak dijaga dan tidak mengatur Perilaku pedagang barang dagangan yang berantakan Petunjuk arah dan akses yang mudah Kondisi untuk pengunjung pasar Sumber : Hasil Olahan Peneliti.
Dari tabel diatas bahwa pasar tradisional Muara Karang ini tidak termasuk kedalam standar pasar atau dengan Kriteria Pasar Pintar, dimana hampir keseluruhan aspek Pasar Muara Karang tidak termasuk ke dalam prinsip teori kriteria pasar pintar.
Penerapan Konsep Pasar Pintar berdasarkan standarisasi pasar ,aktifitas dan kegiatan akan menghasilkan kondisi pasar yang lebih baik untuk pengguna pasar. Bentuk bangunan yang dihasilkan berasal dari analisis lingkungan, manusia, dan
81
82 bangunan. Dengan analisis manusia dihasilkan kebutuhan ruang, luasan ruang, dan hubungan ruang yang pada akhirnya akan menghasilkan zoning horisontal maupun vertikal. Kemudian dengan analisis lingkungan, bentuk massa bangunan yang dihasilkan sesuai dengan orientasi dan keadaan lingkungan sekitarnya.
5.1.1. Sirkulasi Pencapaian Dan Entrance. Berdasarkan analisa, pola jalan yang sesuai untuk kawasan ini adalah pola triplet (pemisahan jalur masuk antara jalur servis, jalur kendaraaan pribadi, kenderaan umum dan jalur pejalan kaki), dimana agar menghindari terjadinya crossing yang mengganggu pengguna jalan.
Gambar 69. Konsep Entrance dan Sirkulasi Jalan.
Mendesain sebuah pasar dimana tidak banyak pembatas pada bangunan. Penataan ruang dan sistem pasar dibuat dengan terbuka dengan memberikan pencahayaan dan penghawaan alami masuk kedalam bangunan dengan maksimal, berikut dapat dilihat dari gambar diatas yang menunjukkan efektifitas pencapaian ke dalam tapak dan penempatan yang strategis pada kawasan tapak.
5.1.2. Sirkulasi Zoning Horizontal pada Tapak. Dari hasil analisis lingkungan dan aktivitas manusia, maka dihasilkan zoning horisontal yang secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
83
Gambar 70. Analisa Zoning Ruang Horisontal.
Berdasarkan analisa diatas zoning ruang secara horizontal pada lantai dasar bangunan, sepintas susunan zona dalam tapak mempunyai urutan dari publik hingga servis. Zoning tersebut merupakan hasil analisis terbaik dari mengenai panas yang ditimbulkan dari arah matahari barat dan mengenai aktivitas, kebutuhan pengguna pasar. Pada entrance pasar dibuat 2 main entrance utama ke dalam bangunan dimana dibuat area entrance yang terbuka agar mudah dijangkau untuk pengguna pasar, entrance masuk yang pertama bisa terdapat area promosi berupa kebutuhan dari pengguna pasar dan petunjuk arah ke lokasi pasar. Pada area kebutuhan primer basah dibuat dengan entrance masuk kedua, dimana area tersebut bisa langsung menuju kelantai atas bangunan melalui ramp dan dibuat dengan area terbuka dimana area tersebut termasuk area pasar basah dan berbau maka dibuat desain berupa partisi pada railing ramp, agar hawa yang berbau bisa keluar pada tapak bangunan. Area
84 parkir pada kawasan pasar dibuat pada depan jalan dimana tidak ada kendaraan yang masuk kedalam kawasan pasar.
5.1.3. Sirkulasi Zoning Vertikal pada Tapak. Pengelompokan area secara vertikal diperlukan agar hubungan antar kegiatan berdasarkan sifat tidak hanya berlangsung secara horizontal, namun dengan menentukan zoning ruang vertikal, ruangan akan menjadi lebih dinamis dalam peletakannya yang sesuai dengan kegiatan pengguna pasar. Berikut adalah analisis zoning vertikalnya :
Gambar 71. Analisa Zoning Ruang Vertikal 1.
Gambar 72. Analisa Zoning Ruang Vertikal 2.
Pengelompokan zoning berdasarkan hubungan kegiatan oleh pengguna pasar dimana pasar muara karang ini lebih banyak yang dibeli, yaitu kebutuhan primer dari produk yang dijual. Maka dari hal itu peletakan kebutuhan pasar berdasarkan kebutuhan yang paling banyak dibeli oleh pembeli pasar tradisional.
85 5.2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran untuk penelitian berikutnya, antara lain adalah: -
Merancang bangunan pasar tradisional sesuai dengan syarat yang diberlakukan sehingga kondisi fisik dan mutu produk yang dijual dapat bertahan lama di pasaran.
-
Menambahkan temuan baru berupa penambahan kuliner pada pasar muara karang dimana di sekitar pasar di kelilingin dengan wisata kuliner makanan daerah yang terkenal. Maka dari hal itu dibuat fungsi identitas baru berupa foodcourt untuk menambah peningkatan ekonomi pasar dan budaya, dimana dengan memindahkan kuliner masuk ke dalam pasar muara karang.
-
Memanfaatkan waktu untuk melakukan penelitian dan penyusunan data sehingga menghasilkan hasil yang optimal.
-
Fokus terhadap rumusan masalah serta penyelesaiannya dalam segi desain. Pada kesimpulannya peraturan yang diterapkan pemerintah belum memenuhi
standar dalam kenyamanan bangunan secara keseluruhan. Sebaiknya pemerintah dapat mengatur peraturan terkait atas standarisasi dari pasar tradisional, terutama menyangkut masalah keamanan, kenyamanan, kesehatan perlu diutamakan mengingat bahwa pasar tradisional sangat dibutuhkan untuk seluruh masyarakat untuk mencakupi kebutuhan sehari – hari.