BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan studi yang telah dilakukan terdapat kesimpulan yang dapat
ditarik guna memberikan gambaran besar proses yang telah berjalan. Sebuah perancangan rumah sakit dengan pendekatan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam arsitektur
Bentuk perubahan yang dominan dalam arsitektur rumah sakit
Bentuk perubahan yang dominan terjadi di dalam arsitektur rumah sakit adalah improvisation. Dalam pengamatan yang dilakukan pada dua kasus lapangan, perubahan dilakukan diseluruh instalasi. Hal yang menjadi permasalahan adalah perubahan tersebut tidak terencana dengan baik dalam rancangan eksisting, sehingga banyak terjadi keluhan berkenaan dengan dampak perubahan yang sifatnya tambal sulam.
Kecenderungan faktor pendorong perubahan tersebut adalah adanya peningkatan volume
yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat.
Peningkatan jumlah pengunjung yang dalam hal ini adalah jumlah pasien memicu timbulnya kebutuhan baru seperti halnya ruang perawatan dan ruang tunggu.
Kriteria perancangan rumah sakit dengan pendekatan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam arsitektur
Rumah sakit adalah sebuah karya arsitektur yang dinamis. Sedikitnya, terdapat tiga instalasi di dalam rumah sakit memiliki kecenderungan untuk selalu mengalami perubahan kebutuhan yaitu: Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, dan Instalasi Bedah. Ketiga instalasi tersebut harus memiliki skenario perubahan yang terencana dengan baik. Perancangan
173
Gedung Sayap Bedah RSUD dr. Soetomo Surabaya pada studi ini menempatkan prioritas pada ketiga instalasi tersebut.
Konsep yang diterapkan pada Gedung Sayap Bedah RSUD dr. Soetomo
Konsep merupakan turunan dari kriteria perancangan yang diterjemahkan
Kriteria pertama adalah Konfigurasi arsitektur rumah sakit harus direncanakan untuk memiliki 2 alternatif bentuk perubahan yang dapat diterapkan sebagai kemudahan dalam menyelenggarakan penyesuaian dalam bangunannya. Konsep yang diterapkan dalam kriteria ini adalah Penerapan ketiga bentuk perubahan sebagai persiapan dimasa yang akan datang. a. Building extention pada kemungkinan adanya expansi lahan ke Utara,
Gambar 5. 1 Sketsa Penerapan Konsep Building Extention
b. Building change pada peruntukan fungsi pada lantai 4,7,10 yang masih fleksibel guna mempersiapkan untuk kebutuhan dimasa yang akan datang.
Gambar 5. 2 Sketsa Penerapan Konsep Building Change
174
c. Improvisation pada masing-masing instalasi dengan memberikan rancangan denah yang memungkinkan adanya perombakan tatanan di dalamnya, sepertihalnya pada Instalasi Rawat Jalan
Gambar 5. 3 Sketsa Penerapan Konsep Improvisation
Kriteria Perancangan yang kedua adalah Tiga instalasi dalam rumah sakit yaitu instalasi rawat jalan, rawat inap dan bedah di dalam sebuah arsitektur rumah sakit harus memiliki skenario perubahan yang terencana terhadap peningkatan volume pasien. Konsep yang diterapkan dalam rancangan Gedung Sayap Bedah ini yaitu ketiga instalasi tersebut mendapat proporsi ruang yang lapang. Perpindahan ruang dan perubahan fungsi dapat terjadi di dalamnya sejauh hal tersebut tidak menyalahi prosedur dan aturan yang berlaku pada tiap ruangnya. Pembuatan skenario perubahan ini akan mempermudah teknis pelaksanaan sehingga akan mempercepat penyesuaian.
Gambar 5. 4 Sketsa Penerapan Konsep Skenario Perubahan pada Lantai Bedah
175
Kriteria perancangan yang ketiga adalah Pengaruh perubahan yang terjadi terhadap konfigurasi bangunan eksisting tidak boleh melebihi 40 % demi kenyamanan pengguna arsitektur. Prosentase ini merupakan tolak ukur bagi keberhasilan sebuah perancangan. Konsep penambahan massa bangunan di bagian Utara dan perubahan fungsi ruang yang terjadi pada tiga instalasi utama tidak melebihi dari prosentase tersebut. Hal ini merupakan satu upaya untuk memacu sebuah bangunan dapat terus menjaga
nilai
gunanya
terutama
pada
proses perancangan
dan
perencanaan.
Gambar 5. 5 Sketsa Penerapan Konsep Penambahan Massa Bangunan
Sudut Pandang dalam Perancangan Rumah Sakit Pendekatan Fleksibilitas dan Adaptabilitas dalam arsitektur
Dalam sebuah perancangan rumah sakit dibutuhkan perhatian yang besar pada kemungkinan adanya perubahan konfigurasi bangunannya
Pada prinsipnya perubahan tidak bisa dihindari namun dapat diantisipasi dan diarahkan sesuai dengan kebutuhan.
Fleksbibilitas dan adaptabilitas dalam sebuah bangunan rumah sakit memiliki pengertian yang berbeda dengan pendekatan serupa yang terjadi pada tipologi bangunan lain. Hal ini dikarenakan rumah sakit memiliki keterkaitan sistem antar ruang dan instalasi yang sangat kompleks,
176
sehingga persiapan jumlah dan peruntukan ruang merupakan salah satu usaha yang aplikatif untuk mengatasi kebutuhan tersebut.
Keberhasilan sebuah penanganan perubahan dalam konfigurasi bangunan rumah sakit terletak pada kemudahan dalam mewujudkannya. Dalam hal dimulai dengan pendekatan yang digunakan dalam perancangannya.
5.2
Saran
Setelah melihat hasil penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang diperuntukan bagi beberapa elemen masyarakat pengguna fasilitas pelayanan rumah sakit. 1. Arsitek Hasil perancangan berbasis penelitian ini menunjukan adanya keterhubungan yang kuat antara proses perancangan dengan proses penelitian. Penggabungan kedua bidang ilmu tersebut akan melahirkan arsitektur yang kontekstual dengan masalah yang dihadapi seperti yang telah dilakukan pada penyelesaian perancangan Gedung Sayap Bedah RSUD dr. Soetomo. Pendekatan arsitektural yang tepat pada perancangan rumah sakit juga merupakan sebuah usaha yang dapat diterapkan pada obyek serupa ataupun berlainan, dengan catatan, hal itu dilakukan dalam konteks permasalahan yang sama. Dalam hal ini, pengkajian mendalam dari pendekatan yang dipilih telah melahirkan kriteria perancangan yang sesuai dengan apa yang dibubtuhkan oleh kasus perancangan tersebut. Diharapkan karya tulis ini memberikan masukan kepada para arsitek untuk dapat membenahi pola perancangan rumah sakit yang memiliki kecenderungan besar untuk mengalami perubahan di dalamnya. Dengan demikian akan mewujudkan suatu karya arsitektur yang berkualitas dan mampu mengikuti perkembangan zaman.
2. Investor Fasilitas Pelayanan Kesehatan Permasalahan kecenderungan perubahan pada arsitektur rumah sakit menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan oleh para investor
177
fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian pada perancangan Gedung Sayap Bedah RSUD dr. Soetomo ini cukup memberikan gambaran yang jelas berkenaan dengan permasalahan tersebut. Sebaiknya dalam sebuah perencanaan
dan
pengelolaan
fasilitas
kesehatan
tersebut
perlu
mengedepankan aspek penanganan terhadap perubahan. Arsitektur sebagai obyek perubahan perlu dipersiapkan untuk dapat menjawab tantangan tersebut. Dalam hal ini, perlu ada pemikiran maju untuk merencanakan langkah-langkah perubahan di dalam bangunan tersebut sedini mungkin. Dengan demikian, akan terbentuk dan terbina satu investasi yang berkelanjutan. 3. Peneliti Saran yang dapat disampaikan kepada para peneliti selanjutnya adalah perlunya pengembangan penelitian yang dilakukan di dalam proses perancangan. Dalam kaitannya dengan studi ini, penelitian dapat dikembangkan dengan mempersempit lingkup studi. Rumah sakit memiliki begitu banyak bagian yang saling terkait. Masing-masing bagian memiliki potensi untuk mengalami perubahan sehingga tidak menutup kemungkinan di dalam lingkup parsial tersebut masih banyak hal yang dapat digali sebagai masukan dalam perancangan arsitektur rumah sakit. Penelitian
yang
akan
dilakukan
dikemudian
hari,
perlu
mempersiapkan lebih banyak studi kasus lapangan rumah sakit sedini mungkin. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan perijinan rumah sakit yang cukup sulit. Kendala yang dihadapi adalah ketertutupan manajemen rumah sakit pada studi-studi sejenis sehingga data-data yang dibutuhkan sukar untuk diperoleh. Dengan memusatkan perhatian pada bagian-bagian yang lebih mikro akan semakin memperjelas permasalahan perubahan pada sebuah rumah sakit.
178