BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, terdapat
hubungan positif antara luas lahan sawah dengan produksi padi Provinsi Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa luas lahan sawah menjadi media tanam yang paling cocok yang mendukung produksi padi provinsi Jawa Barat. Sebagian besar produksi padi Jawa Barat ini dihasilkan dari lahan sawah. Selain variabel luas lahan sawah, faktor produksi lain yang sangat berpengaruh terhadap produksi padi di Jawa Barat adalah jumlah tenaga kerja. Dalam penelitian ini, jumlah tenaga kerja masih berpengaruh signifikan pada produksi padi karena terdapat dugaan bahwa masih sebagian besar usahatani di Jawa Barat bersifat tradisional. Namun, di sisi lain upah tenaga kerja sendiri tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi Jawa Barat. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam suatu rumah tangga yang bergerak dalam bidang pertanian, seluruh anggota keluarga akan saling membantu satu sama lain. Variabel yang merepresentasikan industrialisasi yang dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah adalah jumlah industri. Jumlah industri ini signifikan memengaruhi produksi padi Jawa Barat. Semakin berkembangnya jumlah industri di Provinsi Jawa Barat memerlukan pula penggunaan yang cukup luas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan alih fungsi lahan khususnya lahan sawah.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan untuk sektor industri memengaruhi produksi produksi padi Jawa Barat pada tahun 2010-2015.
34
5.2.
Saran Berdasarkan hasil temuan karyatulis ini terdapat beberapa hal yang hendak
disajikan penulis. Saran yang hendak disajikan adalah sebagai berikut:
Incentive and Charges. Pemberian subsidi kepada para petani yang dapat meningkatkan kualitas lahan yang mereka miliki, serta penerapan pajak yang menarik bagi yang mempertahankan keberadaan lahan pertanian (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).
Pemberlakuan undang-undang dan peraturan daerah yang menangani masalah pertanian oleh Pemerintah Daerah Jawa Barat dan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat secara tegas.
Pemberlakuan kebijakan zonasi atau penetapan RTRW yang tegas oleh Pemerintah Daerah Jawa Barat harus dilakukan secara tegas. Salah satunya dengan menegaskan wilayah lahan sawah abadi yang tidak bisa dialih fungsikan.
Dilakukan upaya untuk mencapai target pencetakan lahan sawah baru sehingga dapat menunjang produksi padi Jawa Barat. Dengan demikian dapat menopang persediaan beras dalam negeri.
35
DAFTAR PUSTAKA
Amir, S. (2002). Industrial design in Indonesia: education, industry, and policy. Design Issues, 18(1), 36-48. Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2011). Jawa Barat dalam angka 2011. Bandung: Badan Pusat Statistik Povinsi Jawa Barat . Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2012). Jawa Barat dalam angka 2012. Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2013). Jawa Barat dalam angka 2013. Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat . Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2014). Jawa Barat dalam angka 2014. Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2015). Jawa Barat dalam angka 2015. Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat . Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2016). Jawa Barat dalam angka 2016. Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Damayanti, L. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, pendapatan, dan kesempatan kerja pada usaha tani padi sawah di daerah irigasi parigi moutong. SEPA, 9(2), 249-259. Dasheng, L., Davis, J., & Wang, L. (1998). Industrialisastion and the sustainability of China's agriculture. Economic of Planning, 31(2-3), 213-230. Hakim, M. A. (n.d.). Industrialisasi di indonesia: menuju kemitraan yang islami. Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Diunduh dari https://media.neliti.com/media/publications/37047-ID-industrialisasi-diindonesia-menuju-kemitraan-yang-islami.pdf Hartono. (2014, Juli 18). Siaran Pers: Kemenperin dorong akselerasi pembangunan ekonomi dan industri jawa barat. Diunduh 20 Juni, 2017, dari Web Site Kementerian Perindustrian Republik Indonesia: http://www.kemenperin.go.id/artikel/9657/Kemenperin-Dorong-AkselerasiPembangunan-Ekonomi-dan-Industri-Jawa-Barat Ilham, N., Syaukat, Y., & Friyatno, S. (2004). Perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah serta dampak ekonominya. Jurnal Sosial-Ekonomi Pertanian dan Agribisnis SOCA, 2(3), 1-25. Iqbal, M., & Sumaryanto. (2007). Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian,bertumpu pada partisipasi masyarakat. Analisis Kebijakan Pertanian, 5(2), 167-182. Retrieved from pertanian.go.id. Irawan, B. (2005). Konversi lahan sawah: potensi dampak, pola pemanfaatannya, dan faktor determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 23(1), 1-18.
36
Irawan, B., & Friyatno, S. (2002). Dampak konversi lahan sawah di jawa terhadap produksi beras dan kebijakan pengendaliannya. Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, 1(2), 1-33. Jamil, A. (2016, Maret 22). Konsep dan implementasi jarwo super: teknologi, tantangan dan kendala. Diunduh 1 Juli, 2017, dari litbang.pertanian.go.id: http://jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/jarwosuper.pdf Kementerian Perindustrian. (2016, Juni 22). Berita industri: Jabar jantung industri nasional. Retrieved from Web Site Kementerian Perindustrian Republik Indonesia: http://www.kemenperin.go.id/artikel/9664/Jabar-Jantung-IndustriNasional Mubyarto. (1997). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES. Muslim, C. (2014). Pengembangan luas lahan sawah (sawah bukaan baru) dan kendala pengelolaannya dalam pencapaian target surplus 10 juta ton beras tahun 2014. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 10(2), 257-267. Nicholson, W. (2002). Mikroekonomi intermediate dan aplikasinya (8 ed.). (W. C. Kristiaji, Y. Sumiharti, N. Mahanani, Eds., I. B. Mahendra, & A. Azis, Trans.) Jakarta: Erlangga. Nugraheni, S. (2014, November 24). Sumber daya tanah/lahan. Diunduh 10 Mei, 2017, dari groups.yahoo Kelas_Esdal_2016: https://groups.yahoo.com/neo/groups/Kelas_ESDAL_2016/files/MATERI%20 KULIAH/ Nur, D. M. (2007). Dampak pembangunan kawasan industri di kabupaten bekasi. Jurnal Geografi GEA, 7(2), 1-11. Pasaribu, R. (2016, November 6). Industri dan industrialisasi. Diunduh 17 April, 2017 dari Universitas Gadjah Mada: http://www.coursehero.com/file/17510794/industri-dan-industrialisasipdf/ Priyambodo. (2013, Januari 03). Ini 10 provinsi penghasil beras tertinggi di Indonesia. Diunduh 17 April, 2017 dari Kompas.com: http://www.google.co.id/amp/s/app.kompas.com/amp/bisniskeuangan/read/2 013/01/03/16462125/ini.10.Provinsi.Penghasil.Beras.Tertinggi.di.Indonesia Pusakasari, A. S. (2014). Regresi panel dengan metode weighted cross-section sur pada data pengamatan gross domestic product dengan heteroskedastisitas dan korelasi antar individu (cross-section correlation). Jurnal Mahasiswa Statistk, 2, 1-36. Shetty, P. &. (2015). A study on impact of industrialization on agriculture reference to mangalore taluk. SUMEDHA Journal of Management, 4(4), 101-113. Sudarman. (1992). Teori ekonomi mikro. Yogyakarta: BPFE. Tika, I. V. (2016, Desember 8). 20 Perusahaan ubah sawah jadi bangunan tanpa penggantian. Retrieved Juni 19, 2017, from Pikiran Rakyat.com: http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/12/08/20-perusahaan-ubahsawah-jadi-bangunan-tanpa-penggantian-387229
37
Widyo, W. (2005). Pembangunan berkelanjutan pada permukiman di kawasan industry studi kasus:daerah perbatasan surabaya-mojokerto. Jurnal Institut Adhi Tama Surabaya, 1(1), 1-8.
38