103
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang
mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang berada di ruang terbuka (outdoor), sehingga pengunjung dapat menikmati koleksi sekaligus keindahan alam yang saat ini sudah jarang ditemui di Jakarta. Sedangkan keunikan museum adalah kawasan museum yang pada awalnya merupakan kompleks pemakaman masyarakat Belanda pada masa kolonial. Hal tersebut menjadi nilai penting yang menentukan bentuk pengelolaan Museum Taman Prasasti. Museum Taman Prasasti dikategorikan ke dalam jenis open air museum. Museum jenis ini jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia. Walaupun dewasa ini terdapat beberapa museum yang berada di ruang terbuka, namun yang benar-benar menerapkan prinsip open air museum sangat jarang ditemui. Open air museum harus berlokasi di suatu situs arkeologi, mengutamakan keotentikan situs tersebut beserta isinya, dan berupaya merekonstruksi cara-cara hidup di masa lampau melalui pameran dan program lainnya. Museum Taman Prasasti memiliki kemampuan untuk memenuhi kriteria tersebut. Museum sudah berlokasi di suatu situs arkeologi yang berasal dari periode kolonial. Hanya saja, museum masih perlu berupaya mengedepankan nilai keotentikan situs melalui penataan pameran yang sesuai dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Selain itu, museum juga harus mengadakan programprogram edukatif-rekreatif yang berkaitan dengan koleksi museum guna merekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia pada abad ke-18 hingga 20, terutama yang berkaitan dengan pemakaman dan kematian. Museum Taman Prasasti memiliki karakteristik tersendiri yang dibentuk oleh sejarah dan latar belakang pendiriannya. Hal tersebut berkaitan dengan jenisjenis koleksi yang dimilikinya. Konsep museum harus didasari oleh karakteristik museum itu sendiri. Konsep museum harus bersifat dinamis, mengacu pada
103
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia
104
kebutuhan pasar (masyarakat) dan sesuai dengan keadaan museum sebenarnya. Perumusan konsep tidak bisa hanya terpaku pada kebijakan internal tanpa melihat kondisi museum di lapangan. Konsep museum tidak lagi bersifat tradisional yang terfokus pada penanganan objek semata (object oriented), melainkan bersifat melayani masyarakat (public oriented) sebagaimana yang terdapat di dalam prinsip new museology. Sebagai museum yang berada di wilayah Jakarta, Museum Taman Prasasti berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai identitas dan sejarah perkembangan kota Jakarta. Diharapkan masyarakat Jakarta dapat mengetahui dan memahami bentuk perkembangan Kota Jakarta dari masa ke masa melalui informasi-informasi di balik koleksi museum. Selain itu, museum berperan sebagai media pengembangan masyarakat Jakarta melalui programprogram menarik yang berisi muatan edukasi dan rekreasi. Pembahasan yang telah dilakukan mengenai konsep Museum Taman Prasasti menghasilkan rumusan konsep baru yang sesuai dengan karakteristik museum tersebut, yaitu: Visi ”Terwujudnya
Museum
Taman
Prasasti
sebagai
lembaga
penyelamatan dan pelestarian situs pemakaman kolonial di Jakarta, yang dimanfaatkan untuk tujuan edukasi dan rekreasi bagi masyarakat”. Misi 7. Menyelamatkan dan melestarikan situs pemakaman kolonial di Jakarta (Kebon Jahe Kober), beserta kandungan informasi yang terdapat di dalamnya, baik berupa artefak dan fitur, maupun nilai-nilai budaya yang melekat di dalamnya. 8. Memperoleh, mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan koleksi-koleksi utama berupa nisan periode kolonial di Batavia, beserta koleksi penunjang lainnya.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia
105
9. Menyampaikan
pengetahuan
dan
informasi
mengenai
sejarah
perkembangan Kota Jakarta secara umum, bentuk pemakaman kolonial secara khusus, dan informasi lainnya, seperti perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. 10. Menyediakan program-program edukatif yang berkaitan dengan koleksi utama museum, yaitu nisan-nisan periode kolonial, kepada masyarakat. 11. Menjadikan kawasan museum sebagai sarana rekreasi di alam terbuka, melalui penataan lansekap dan penyajian pameran yang menarik, serta program-program interaktif yang menghibur masyarakat. 12. Menyediakan ruang terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru Kota Jakarta. Pernyataan Misi ”Museum Taman Prasasti adalah museum milik Pemerintah DKI Jakarta yang memperoleh, mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan koleksi-koleksi berupa artefak, fitur, dan lansekap yang berkenaan dengan situs pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober pada umumnya. Museum bertujuan untuk menyelamatkan dan melestarikan situs yang berasal dari abad ke-18 di Batavia, serta menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai sejarah perkembangan Kota Jakarta pada umumnya dan bentuk pemakaman kolonial pada khususnya melalui pameran dan program edukatif-rekreatif. Museum berperan sebagai kawasan cagar budaya dan paru-paru kota yang melayani masyarakat Jakarta pada khususnya, serta masyarakat Indonesia dan manca negara pada umumnya”. Konsep tersebut merupakan pedoman bagi setiap aktivitas yang dilakukan Museum Taman Prasasti, baik yang berkaitan dengan penanganan koleksi ataupun program publik. Adapun pengelolaan Museum Taman Prasasti harus didukung oleh struktur organisasi yang tepat dan lengkap, meliputi bagian administrasi,
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia
106
bagian kuratorial, dan bagian operasional. Pekerjaan tidak bisa dilakukan secara rangkap, melainkan dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dengan demikian, kinerja museum dapat berjalan secara terarah dan tepat sasaran, sehingga tujuan (goal) museum dapat tercapai. Konsep yang telah dirumuskan kemudian dikomunikasikan kepada masyarakat melalui bentuk penyajian yang tepat. Bentuk penyajian museum terdiri dari berbagai cara, namun yang paling utama adalah pameran tetap. Penataan pameran tetap di Museum Taman Prasasti harus sesuai dengan prinsip tata pamer museum dan open air museum. Dengan menggabungkan kedua prinsip tersebut, maka dapat dihasilkan bentuk pameran ideal yang menarik dan informatif. Selain bermaksud untuk menyampaikan informasi, pameran juga bertujuan untuk memberikan kesan dan pengalaman kepada pengunjung. Apabila museum menyajikan bentuk pameran yang kaku, membosankan dan tidak informatif, maka pengunjung akan memiliki kesan yang buruk terhadap museum tersebut. Sedangkan, apabila pameran disajikan menarik dan informatif, maka pengunjung akan memperoleh pengalaman positif yang dapat membuatnya berkunjung kembali ke museum tersebut di lain waktu. Museum Taman Prasasti pada awalnya merupakan kawasan pemakaman yang berasal dari periode kolonial di Batavia. Oleh karena itu, Museum Taman Prasasti bukanlah merupakan suatu bangunan atau kawasan yang dirancang khusus untuk dijadikan museum. Bentuk penataan pameran harus disesuaikan dengan denah dan kondisi museum yang sudah ada. Secara umum, prinsip penataan pameran di Museum Taman Prasasti sama dengan museum lainnya, namun terdapat beberapa hal yang berbeda, mengingat jenis museum yang merupakan open air museum. Museum Taman Prasasti harus mempunyai gagasan yang melatarbelakangi penataan
pameran
tetapnya.
Gagasan tersebut
merupakan
arahan
bagi
penyelenggaraan dan pengembangan bentuk pameran. Berdasarkan konsep museum yang telah dirumuskan, maka dihasilkan suatu gagasan yang merupakan tema besar (ide) di balik pameran, yaitu ”situs pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober sebagai data arkeologi yang mengungkapkan berbagai informasi di masa lampau”.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia
107
Melalui gagasan tersebut, diharapkan pameran dapat berkembang secara dinamis. Pameran tidak hanya menyajikan satu jenis informasi, melainkan berbagai jenis informasi yang unik dan menarik. Informasi tersebut meliputi pengetahuan mengenai sejarah perkembangan Kota Jakarta secara umum, bentuk pemakaman kolonial secara khusus, perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. Penataan pameran dilakukan secara sistematis agar dapat memudahkan penyampaian informasi. Gagasan pameran diuraikan melalui alur cerita (storyline) yang disampaikan kepada pengunjung. Alur cerita utama yang dijadikan pengantar perkenalan museum adalah sejarah dan latar belakang pendirian Kebon Jahe
Kober.
Narasi
tersebut
akan
berkesinambungan
dengan
sejarah
perkembangan Kota Jakarta secara umum. Kemudian, secara garis besar alur cerita di bagi ke dalam dua bentuk informasi. Bentuk yang pertama adalah informasi mengenai keadaan pemakaman kolonial di masa lampau. Informasi itu dapat disampaikan melalui penyajian lansekap dan penataan nisan yang disesuaikan dengan bentuk pemakaman kolonial di masa lampau. Sedangkan bentuk informasi kedua adalah pengetahuanpengetahuan yang bersifat khusus mengenai pemakaman kolonial. Misalnya saja, pengetahuan mengenai komposisi penduduk Batavia dari masa ke masa, tokohtokoh bersejarah yang dimakamkan di Kebon Jahe Kober, perkembangan aksara kolonial, perkembangan gaya seni dan patung kolonial, serta lambang heraldik. Alur cerita yang telah disusun, kemudian dituangkan ke dalam pameran museum. Area utama pameran disesuaikan dengan kavling-kavling yang telah terbentuk. Makam insitu, makam tokoh terkenal, dan makam masif bergaya seni tinggi merupakan masterpiece yang harus ditonjolkan pada tiap-tiap ruang tersebut. Sedangkan makam eksitu akan diatur kembali dan dikelompokkan berdasarkan tema-tema tertentu berkenaan dengan informasi yang ingin disampaikan museum. Dalam hal ini, tema-tema tersebut adalah periode, status sosial, agama, dan suku bangsa. Penaatan makam eksitu secara tematis bertujuan untuk memudahkan penyampaian informasi sehingga dapat dengan mudah dipahami pengunjung.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia
108
Hal yang perlu dicatat adalah tidak semua koleksi yang dimiliki museum harus disajikan di ruang pameran. Koleksi-koleksi yang dipamerkan adalah koleksi yang memiliki muatan informasi tertentu, sedangkan koleksi yang bersifat umum disimpan di gudang. Hal tersebut bertujuan untuk membatasi jumlah informasi agar pengunjung dapat fokus dan memahami informasi yang disajikan. Selain itu, penyajian koleksi secara tidak berlebihan juga berkaitan dengan penyesuaian bentuk museum dengan kondisinya di masa lampau, serta memberikan kenyamanan bagi pengunjung dalam menikmati alam terbuka yang lapang dan indah. Penyelenggaraan Museum Taman Prasasti harus berbasis kepada aspek pelestarian, mengingat kawasan museum tersebut merupakan data arkeologi yang berasal dari periode kolonial. Adapun data-data arkeologi itu meliputi artefak, fitur, dan lansekap. Museum Taman Prasasti adalah suatu usaha penyelamatan yang dilakukan untuk melindungi dan melestarikan situs pemakaman kolonial di Jakarta yang masih bertahan hingga saat ini.
5.2.
Saran Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, pembahasan, dan juga
kesimpulan dari penelitian mengenai konsep pengelolaan dan bentuk penyajian pada Museum Taman Prasasti, penulis memiliki beberapa saran untuk diajukan. Saran-saran tersebut dibagi ke dalam dua kelompok. Saran yang pertama berkenaan dengan konsep pengelolaan museum. Museum Taman Prasasti sebaiknya mengganti konsep museum saat ini dengan konsep baru yang telah dirumuskan. Konsep museum saat ini dirasakan kurang tepat karena tidak sesuai dengan karakteristik museum yang bersangkutan. Selain itu, konsep Museum Taman Prasasti tidak dapat disatukan dengan Museum Sejarah Jakarta karena karakteristik kedua museum tersebut berlainan. Museum Taman Prasasti harus mempunyai konsep pengelolaan yang lengkap meliputi visi, misi, dan pernyataan misi. Guna mendukung konsep museum, Museum Taman Prasasti sebaiknya mengganti nama museum menjadi ”Museum Kerkhof Kebon Jahe” (Kebon Jahe
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia
109
Memorial Museum), mengingat sebenarnya situs yang digunakan sebagai museum adalah sebuah makam (kerkhof) Belanda yang didirikan pada akhir abad ke-18. Nama tersebut dirasakan lebih tepat karena memberikan gambaran langsung mengenai isi museum. Saran yang kedua berkaitan dengan bentuk penyajian Museum Taman Prasasti. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penataan Museum Taman Prasasti harus mengacu pada prinsip open air museum, yaitu mengutamakan keotentikan situs beserta pelestariannya, dan mengupayakan rekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia di masa lampau, khususnya yang berkenaan dengan pemakaman dan kematian. 2. Makam-makam insitu tidak dapat dipindahkan dan diubah bentuknya. makam-makam tersebut menjadi perhatian utama museum (masterpiece) dan harus dapat bercerita banyak kepada pengunjung. Masterpiece lainnya adalah makam tokoh-tokoh terkenal dan makam masif bergaya seni tinggi. Kedua jenis makam tersebut diperlakukan selayaknya makam insitu. 3. Tidak semua makam eksitu disajikan di dalam ruang pameran. Hanya makam-makam yang memiliki informasi tertentu yang dipamerkan, sedangkan makam yang bersifat umum disimpan di gudang. Dalam penataannya, makam eksitu diklasifikasikan ke dalam tema-tema tertentu antara lain, periode, status sosial, agama, dan suku bangsa. Selain itu, koleksi
yang
dipamerkan
juga
memuat
informasi
mengenai
perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. 4. Penataan lansekap harus sedapat mungkin disesuaikan dengan bentuk kondisi Kebon Jahe Kober di masa lampau. Melalui foto, gambar, dan dokumen lainnya, dapat diketahui bentuk penataan lansekap dan jenisjenis vegetasi yang ditanam. Mengenai hal ini, diperlukan penelitian yang mendalam mengenai bentuk pemakaman Belanda pada masa kolonial dan jenis tumbuh-tumbuhan yang ditanam. Tujuannya adalah agar pengunjung
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia
110
dapat merasakan secara langsung bentuk pemakaman kolonial di masa lampau sehingga memudahkan proses penerimaan informasi. 5. Alur pengunjung dibuat secara teratur dan sistematis melewati tiap-tiap kavling tersebut. Dengan demikian, pengunjung dapat menikmati koleksikoleksi yang dipamerkan secara berurutan dan tidak ada yang terlewatkan. Pada perbatasan antara kavling satu dengan kavling lainnya dibuat batasan ruang yang jelas sebagai penanda adanya pergantian ruang. Batas tersebut dapat berbentuk pagar taman yang indah ataupun vegetasi yang masif. Pembuatan batas-batas kavling harus diperhatikan keserasian dan keindahannya. 6. Museum Taman Prasasti harus mempunyai introduction room yang berfungsi untuk memberikan persiapan dan menyatukan pemikiran (mind set) pengunjung terhadap informasi yang akan mereka peroleh di dalam pameran. Dengan demikian, pengunjung dapat lebih fokus dan memahami bentuk-bentuk informasi yang disampaikan museum. Berdasarkan kondisi yang telah ada, introduction room sebaiknya ditempatkan di sebelah barat ruang serba guna (kavling J). Penempatan tersebut dirasakan tepat karena lokasinya yang berada di dekat pintu masuk sehingga sesuai dengan alur pengunjung. Selain itu, pada kavling J tidak terdapat makam insitu. Koleksi-koleksi yang terdapat pada kavling J dapat dipindahkan dan ditempatkan di lokasi yang sesuai. 7. Museum Taman Prasasti harus mempunyai gudang yang memadai untuk menyimpan koleksi-koleksi yang tidak dipamerkan. Gudang tetap berlokasi pada tempat yang sama, yaitu di sebelah timur museum (dekat toilet), namun bahan material gudang harus diganti dengan bahan yang masif dan kuat. Tujuannya adalah untuk menjaga dan melindungi koleksi. Gudang harus mempunyai ruangan yang cukup luas sehingga koleksi dapat diatur secara rapi dan aman. Nisan-nisan dijajarkan secara teratur dengan memberi lapisan pengaman yang membatasi satu nisan dengan nisan lainnya. Kemudian, nisan-nisan itu diberi nomor urut dan didaftarkan ke dalam katalog yang mencatat koleksi-koleksi yang disimpan digudang.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia
111
8. Selain pameran, Museum Taman Prasasti harus meningkatkan bentuk penyajian lainnya, baik itu berupa acara audio visual, ceramah dan diskusi, program interaktif, serta publikasi dan penerbitan. 9. Sebagai open air museum, Museum Taman Prasasti harus menyediakan berbagai program interaktif yang kreatif dan inovatif yang berkaitan dengan rekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia di masa lampau, khususnya yang berkenaan dengan pemakaman dan kematian. 10. Museum Taman Prasasti harus meningkatkan sarana penunjang lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan pengunjung, antara lain toilet yang memadai, pusat informasi dan perpustakaan yang lengkap, bangkubangku taman, toko souvenir, dan kafe.
Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008
Universitas Indonesia