BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik peta pemikiran didukung oleh guru sebagai fasilitator, motivator, evaluator, dan siswa sebagai pembelajar. Media dan metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, menjadi salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Adapun media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran, yaitu peta gambar, peta pemikiran, waking suggestion, talking stick, snowballing trowing, self talk suggestion, lagu (kasih ibu), dan teknik sapaan (hai-halo dan hai-hai halo-hai). Media dan metode tersebut merupakan bagian dari pembelajaran berbasis otak yang merupakan induk dari metode peta pemikiran. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan tiga hal sebagai berikut. 1. Perencanaan teknik peta pemikiran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek. Teknik peta pemikiran merupakan teknik yang dikembangkan dari metode peta pemikiran dan induknya, yaitu pembelajaran berbasis otak yang didesain secara ilmiah untuk belajar. Oleh karena itu, guru berharap penerapan teknik peta pemikiran yang telah direncanakan dalam perencanaan tindakan ini dapat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek. Perencanaan pembelajaran yang dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan aplikasi dari teknik peta pemikiran. Pelaksanaan siklus I direncanakan pada hari Rabu, 3 April 2013. Siklus I ini akan mengambil pokok bahasan materi menulis cerita pendek, berupa pengungkapan pengalaman diri sendiri atau orang lain ke dalam cerita pendek. Materi disampaikan melalui peta gambar, dalam kegiatan ini peneliti menerapkan tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu, peneliti menerapkan tahap inisiasi dan akuisisi, serta elaborasi. Tahap berikutnya peneliti melakukan induksi, Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
153
afirmasi, dan visualisasi pada peta gambar. Sumber yang digunakan peneliti didapatkan dari buku dan internet. Media yang digunakan berupa peta gambar dan sebuah lagu berjudul “Kasih Ibu”. Adapun alat evaluasi yang digunakan berupa lembar tes hasil belajar siswa. Sementara itu, pelaksanaan pembelajaran siklus II direncanakan pada hari Jumat, 26 April 2013. Perencanaan tindakan siklus II, dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan refleksi pada siklus I. Pada siklus II, pembelajaran akan lebih difokuskan pada aspek keterlibatan pengalaman siswa terhadap cerita pendek, pengembangan alur, tokoh, latar, serta penggunaan kata dan tanda baca. Kemudian pada proses pembelajaran, pengkondisian kelas dilaksanakan melalui
media pembelajaran yang lebih menarik.
Proses
pembelajaran siklus II masih menerapkan tahap prapemaparan dan persiapan. Setelah itu, peneliti memberikan muatan pembelajaran inti. Tahap berikutnya adalah tahap elaborasi yang merupakan tahap pemrosesan muatan pembelajaran. Dilanjutkan pada tahap inkubasi dan berakhir di tahap perayaan. Sumber pembelajaran pada siklus II masih sama seperti pembelajaran pada siklus I, yaitu buku dan internet. Media pembelajaran yang digunakan pun masih sama dengan pembelajaran siklus I, yaitu media visual dan sebuah lagu. Akan tetapi, pada pembelajaran siklus II media visual yang digunakan peta pemikiran dan lagu berjudul “Kenangan Terindah” dari Band
Samsons. Alat evaluasi yang
digunakan masih sama seperti pada siklus I, yaitu lembar tes hasil belajar siswa. 2. Proses pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran yang dilaksanakan pada dua siklus, terangkum dalam lembar observasi aktivitas guru dan catatan lapangan guru. Pada siklus I masih ditemukan kekurangan, yaitu guru masih kurang dalam menumbuhkan motivasi siswa sehingga terlihat masih ada siswa yang melamun dan mengobrol dengan teman di sampingnya. Sementara itu, pada siklus II kekurangan tersebut tidak ditemukan kembali. Dengan demikian, guru sudah mampu memberikan materi kepada siswa secara terstruktur. Hal tersebut karena adanya hasil refleksi pada pembelajaran sebelumnya, sehingga kekurangan yang dialami selama kegiatan pembelajaran dapat diperbaiki. Kegiatan awal pada siklus I, berupa relaksasi anggota tubuh melalui teknik sapaan “hai halo”. Dilanjutkan dengan memberi pengalaman Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
154
konkret yang dilakukan guru dengan menunjukkan sebuah buku kumpulan cerita pendek. Sebelum kegiatan menulis dimulai, guru terlebih dahulu memberikan apresiasi mengenai konteks pembelajaran dan mengaitkannya dengan materi sebelumnya. Pada kegiatan ini, guru memberikan ulasan pengetahuan yang dimiliki siswa agar otak dapat menghubungkan pengetahuan mereka dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Kegiatan tersebut merupakan penerapan dari tahap persiapan bagi pemaparan. Setelah itu, pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan induksi. Induksi dilakukan melalui sebuah lagu berjudul “kasih Ibu”, salah satu indikatornya adalah siswa mampu memproduksi kata imajinatif. Langkah berikutnya, berupa afirmasi dengan mengucapkan satu kata berdasarkan pengalaman pribadi mengenai ilustrasi pada peta gambar. Akhir dari proses pembelajaran siklus I, yaitu pengaplikasian gagasan ke dalam sebuah tulisan dan setelahnya evaluasi pengetahuan siswa mengenai unsur-unsur pembangun cerita pendek. Sementara itu, tahap awal pada pelaksanaan pembelajaran siklus II berupa relaksasi anggota tubuh melalui teknik sapaan “haihai halo-hai”. Kemudian dilanjutkan pada tahap persiapan dengan memberikan pengalaman konkret melalui dua buah cerita pendek yang disuguhkan. Setelah itu, guru memberikan apresiasi mengenai konteks pembelajaran, berupa ulasan unsurunsur pembangun cerita pendek dan mengaitkannya dengan peta pemikiran. Tahap berikutnya adalah tahap pemaparan, guru menyampaikan materi yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi agar siswa dapat berkonsentrasi pada pelaksanaan menulis cerita pendek. Setelah itu, siswa menuliskan satu kalimat atau satu kata pada kerangka peta pemikiran berdasarkan pengalaman pribadinya. Dilanjutkan dengan pengaplikasian gagasan yang telah diproduksi ke dalam bentuk tulisan. Usai kegiatan tersebut, guru menggali pemahaman siswa mengenai unsur intrinsik cerita pendek. Relaksasi dan peregangan anggota tubuh menjadi tahap akhir dalam kegiatan pembelajaran siklus II. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, secara tidak langsung mengalihkan dunia seluruh siswa. Artinya, guru berhasil mencuri perhatian siswa dan mengalihkan dunianya pada satu titik, yaitu titik konsentrasi.
Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
155
3. Berdasarkan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran, kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Melalui proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara bertahap, siswa mampu menulis cerita pendek berdasarkan kriteria penilaian cerita pendek yang telah ditentukan dan pengaitan terhadap pengalaman pribadi dengan baik. Tingkat kemampuan siswa pada setiap siklus mengalami perubahan. Tingkat kemampuan tertinggi siswa pada siklus I sebesar 75 dan pada siklus II sebesar 95. Sementara itu, untuk tingkat kemampuan terendah pada siklus I sebesar 45 dan terjadi pemingkatan pada siklus II sebesar 70. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan menulis cerita pendek dengan menerapkan teknik peta pemikiran telah berhasil dilakukan. Hal tersebut, terbukti dari kemampuan menulis cerita pendek siswa mengalami peningkatan yang ditunjang dengan jurnal siswa pada setiap siklus dan hasil observasi aktivitas siswa, serta peran guru dalam menerapkan teknik tersebut di dalam kelas semakin baik dari sebelumnya.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Dalam pembelajaran menulis cerita pendek, guru dapat menggunakan teknik peta pemikiran sebagai alternatif jika ditemukan masalah yang sama dengan penelitian ini. 2. Teknik peta pemikiran terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek. Dengan demikian, masih banyak kemampuan lainnya yang dapat diteliti dengan menerapkan teknik ini, seperti pada pembelajaran menulis puisi, menulis naskah drama, menulis teks berita, dan pembelajaran lainnya yang berkaitan dengan menulis. Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
156
3. Peneliti merekomendasikan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan
kemampuan
menulis
cerita
pendek
siswa
pada
aspek
pengembangan unsur instrinsik dan ketepatan ejaan.
Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu