BAB 4:PERSEDIAAN dan PENJUALAN
Marp up 1. Markup adalah peningkatan harga jual, atau menjual barang dengan harga lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksinya. Contoh: sebuah mesin cuci dengan harga jual Rp 4.500.000 dan harga produksi Rp 3.900.000,sehingga dapat diketahui markupnya = hrg jual- biaya prod =4.500.000-3.900.000 =Rp 600.000,-
Rumus: Markup= Harga jual – Biaya Produksi Harga jual= Markup + Biaya produksi Biaya Produksi= Harga jual - Markup
Persentase Markup Markup biasanya dinyatakan dalam persen. Persentase markup didasarkan pada: a. Biaya produksi %markup = markup x 100% by prod b.Harga jual % markup = markup x 100% hrg jual
Biaya produksi=
harga jual %markup +1
PERSEDIAAN PERSEDIAAN: Penggunaan Material: • Menghitung berapa nilai material yg habis digunakan dlm memproduksi barang dlm satu periode. • Total penggunaan material yg digunakan akan tergantung pada: 1. 2. a. b.
Anggaran By Pemb Material Nilai Persediaan Nilai persed. Awal material Nilai persed. Akhir (FIFO, LIFO, Average)
Rumus Anggaran by pemb. Material Nilai persed awal material Jumlah Nilai persed akhir material (tergantung metode penilaian ) Anggaran penggunaan material
xxxxx xxxxx+ xxxxx xxxxxxxxxx
Perhitungan nilai persed akhir dgn 3 metode • Material yg ada terdiri: persed awal 200 kg @ Rp. 950,pembelian th 2012: pemb 1 : 950 kg @ Rp.1.000,pemb 2 : 950 kg @ Rp. 1.050,pemb 3 : 950 kg @ Rp. 1.100,pemb 4 : 950 kg @ Rp. 1.150,-
• •
Persed akhir tahun 2012 sebesar 400 kg Nilai persed akhir dgn masing-masing metode: 1. FIFO Nilai persed akhir= 400 kg @Rp. 1.150,=Rp. 460.000,2. LIFO Nilai persed akhir: 200 kg @Rp. 950,=Rp. 190.000, 200 kg @Rp. 1.000,=Rp. 200.000,400 kg =Rp.390.000,3. Average Nilai persed akhir=400 (950+1000+1050+1100+1150) 5 5250 : 5 = Rp. 1.050,400 unit x Rp 1.050= Rp 420.000,-
Anggaran penggunaan material bila nilai persediaan akhir dihitung dgn metode: 1. FIFO Anggaran by pemb. Material Nilai persed awal material Jumlah Nilai persed akhir material (tergantung metode penilaian ) Anggaran penggunaan material
Rp.4.085.000,Rp. 190.000,-+ Rp.4.275.000,Rp. 460.000,-Rp.3.815.000,-
2. LIFO Anggaran by pemb. Material Nilai persed awal material Jumlah Nilai persed akhir material (tergantung metode penilaian ) Anggaran penggunaan material
Rp.4.085.000,Rp. 190.000,-+ Rp.4.275.000,Rp. 390.000,-Rp.3.885.000,-
3. AVERAGE Anggaran by pemb. Material Nilai persed awal material Jumlah Nilai persed akhir material (tergantung metode penilaian ) Anggaran penggunaan material
Rp.4.085.000,Rp. 190.000,-+ Rp.4.275.000,Rp. 420.000,-Rp.3.855.000,-
PERSEDIAAN (MATERIAL) • Dalam anggaran ini akan ditentukan satuan fisik persediaan material, yg akan tergantung pada; 1. Jumlah persediaan awal 2. Jumlah persediaan akhir 3. Anggaran pembelian material 1 th ke periode(bulanan, tri wulan ,dll) 4. Anggaran kebutuhan material.
Yg termasuk by pemesanan: -by persiapan pemesanan -by admin -by pengiriman -by mencocokan pesanan yg masuk -by mempersiapkan order pembyr Yg termasuk by penyimpanan: -pemeliharaan -asuransi -perbaikan kerusakan
EOQ= √ 2R.S P.I R= jml BM dlm jangka waktu 1 th S= biaya pesan P= hrg per unit BM I= by penyimpanan yg dinyatakan dlm % atau
Contoh: PT X memperkirakan kebutuhan BM 1 th 2012 = 1000 kg. setiap pesan, by yg dikeluarkan Rp.50 sbg by perangko. Hrg BM Rp 20,-/kg. By penyimpanan setiap kg BM Rp 10,-. Jml pembelian paling ekonomis adl EOQ = √
2 x 1000x 50 = 100 kg 10
Waktu pembelian BM: Hrs ditentukan, kapan pemesanan BM hrs dilakukan, agar BM datang tepat waktu. BM yg datang terlambat akan mengakibatkan terganggunya proses prod. Terkadang perlu dicari BM pengganti, agar prod tdk terhenti. Biaya yg terpaksa dikeluarkan krn keterlambatan datangnya disebut STOCK OUT COST. (SOC)
Sebaliknya BM yg datangnya terlalu awal/ cepat akan menimbulkan biaya pula, yaitu by penyimpanan dan pemeliharaan. Biaya inilah yg disebut EXTRA CARRYING COST (ECC) Oleh sb itu perlu menentukan waktu pemesanan dgn memperhatikan faktor LEAD TIME, yaitu jangka waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai BM tsb datang dan siap untuk di produksi.
Reorder point adl saat dimana hrs dilakukan pemesanan kembali BM yg diperlukan. Contoh: Mnrt perkiran, selama th depan, PT X membutuhkan BM 10.000 kg. Untuk itu diamati 20 buah data pemesanan th sebelumnya, untuk menentukan pemesanan kembali dgn tepat.
Lead time 3 hari = 5 buah (=0,25) Lead time 4 hari = 10 buah (=0,5) Lead Time 5 hari = 5 buah (= 0,25) 20 buah (=100%) Diketahui Kebutuhan BM (R)= 10.000 kg By penyimpanan Rp 2/kg/th By pemesanan Rp 100/ pesan By pengganti Rp 0,50/unit BM pengganti EOQ= 2x10.000x100 = 1000 kg 2 Frekuensi pemesanan= 10.000: 1000=10 x
Biaya penyimpanan/hari, jika 1 th= 300 hr (1000 xRp 2) : 300 hr = Rp 6,67 Bila Lead time 3 hari ECC = 0 Bila lead time 4 hari, maka ECC= 1hr (0,25) (Rp 6,67) = Rp 1,6675 Bila lead time 5 hari,maka ECC= 2 hr (0,25) (Rp 6,67) = Rp 3,335 =1 hr (0,5) (Rp 6,67) = Rp 3,335 Rp 6,670
STOCK OUT COST= SOC SOC per kg = 0,50 Kebutuhan BM/ hr = 10.000kg: 300 = 33,3 kg/ hari Bila lead time 5 hari, maka SOC = 0 (5 hr waktu paling lama, tdk ada yg lebih lama lagi) Bila lead time 4 hari, maka SOC= 1 hr (0,25) (33,3) (Rp 0,50)= Rp 4,1625
Bila lead time 3 hari, maka SOC= 2 hr (0,25) (33,3) (Rp 0,50)= Rp 8,325 SOC= 1 hr (0,5) (33,3) (Rp 0,50)= Rp 8,325 Rp 16,650 Persediaan besi= persediaan untuk jangka waktu tertentu, sesuai keinginan perusahaan.misal untuk 10 hr. Lead time ECC
3 hr 4 hr 5 hr
SOC
Total per th
Per order
Per th
Per order
Per th
0 1,6675 6,67
0 16,675 66,70
16,65 4,1625 0
166,50 41,625 0
166,50 58,30 66,70
Kesimplan: Lead time 4 hr mendatangkan biaya total yg minimum. Stlh lead time diket, tinggal dihubungkan dgn kebijakan besarnya persed besi. Pemesanan dilakukan lagi saat: Persed besi (mis,ditetapkan 10 hr)=333 kg Kebut selama lead time 4x33,3 =133,2 Saat pemesanan kembali = 466,2 kg