BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
4.1
PERANCANGAN SISTEM 4.1.1 PEMILIHAN STANDAR WIRELESS YANG AKAN DIGUNAKAN Standar wireless yang akan dipakai disini adalah wireless 802.11 yang menuruti standar Internasional IEEE. Wireless 802.11 dibagi 3 yaitu 802.11a, 802.11b, dan 802.11g. Dalam perancangan ini akan digunakan tipe wireless 802.11g karena tipe ini bisa juga mengenali tipe wireless 802.11b. Kedua tipe wireless tersebut bisa berhubungan karena mempunyai frekuensi yang sama yaitu 2,4 GHz. Perbedaan antara kedua sistem wireless 802.11g dan 802.11b adalah dari hal kecepatan transfer data. Kecepatan transfer data 802.11g adalah 54Mbps sedangkan 802.11b adalah 11 Mbps. Penggunaan tipe wireless 802.11a tidak disarankan karena menggunakan frekuensi 5 GHz yang tidak dapat berhubungan dengan tipe wireless lainnya.
4.1.2 PEMILIHAN TOPOLOGI Rancangan awal dari MM2100 menggunakan Topologi star, dimana setiap pelanggan langsung terhubung dengan Base Station. Base Station menjadi pusat dari semua jaringan. Topologi ini memiliki kelebihan dari mudahnya dalam instalasi.selain itu juga, jika satu jalur terputus, maka tidak akan mengganggu jaringan lainnya.
57
58 Namun topologi ini juga memiliki kelemahan, dimana jaringan yang terputus itu tidak akan bisa terhubung dengan jaringan lainnya. Topologi ini juga cocok dengan sistem wireless, karena cukup dengan 1(satu) acccess point, bisa mencakup seluruh wilayah, dan pelanggan hanya cukup memiliki sebuah antenna receiver untuk menangkap gelombang sinyal yang dipancarkan dari akses point. Namun, bila terjadi gangguan pada acccess point wireless, dampak nya bisa keseluruh pengguna akses point itu sendiri. Dan bila terjadi gangguan pada pengguna, efeknya hanya akan dirasakan oleh pengguna itu sendiri.
Gambar 4.1 Topologi Star MM 2100
Perancangan yang akan dibuat, akan menggunakan kombinasi topologi star dan topologi ring. Dimana itu berarti menjadi sebuah topologi Mesh. Namun, jaringan ini tidak sepenuhnya menggunakan
59 topologi mesh, karena kita dapat mencapai efisiensi dalam sebuah projek. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Rancangan Topologi M esh MM 2100 Dari perancangan topologi diatas, akan diletakkan 3 – 4 nodeyang berdekatan dalam 1(satu) sektor. Dimana sektor itu membentuk sebuah topologi mesh, dan tiap mesh tersebut membentuk topologi star dengan Base station.
4.1.3 PEMILIHAN IP (Internet Protocol) ADDRESS YANG AKAN DIGUN AKAN IP address yang akan digunakan pada kawasan industri MM2100 adalah, sebanyak 26 IP public yang sudah diberikan oleh PT.NTT Indonesia,lalu 36 ip private yang akan digunakan pada sambungan antar 3 atau 4 node. Diasumsikan disini, node adalah perusahaan.
60 IP public yang akan digunakan adalah :
BLOK
NODE
IP PUBLIK
NETWORK ID
IP VALID
BROADCAST ID
1
1
212.171.1.202/252
212.171.1.201
212.171.1.202 212.171.1.204 – 212.171.1.203
2
212.171.1.206/252
212.171.1.205
212.171.1.206
212.171.1.208
– 212.171.1.207
3
212.171.1.210/252 212.171.1.209
212.171.1.210
212.171.1.212
– 212.171.1.211
2
4
212.171.1.214/252
212.171.1.213
212.171.1.214 212.171.1.216 – 212.171.1.215
5
212.171.1.218/252
212.171.1.217
212.171.1.218 212.171.1.220 – 212.171.1.219
6
212.171.1.222/252
212.171.1.221
212.171.1.222
212.171.1.224
– 212.171.1.223 3
7
212.171.1.226/252
212.171.1.225
212.171.1.226 212.171.1.228 – 212.171.1.227
61 8
212.171.1.230/252
212.171.1.229
212.171.1.230
212.171.1.232
– 212.171.1.231
9
212.171.1.234/252
212.171.1.233
212.171.1.234
212.171.1.236
– 212.171.1.235 4
10
212.171.1.238/252
212.171.1.237
212.171.1.238 212.171.1.240 – 212.171.1.239
11
212.171.1.242/252
212.171.1.241
212.171.1.242 212.171.1.244 – 212.171.1.243
12
212.171.1.246/252
212.171.1.245
212.171.1.246
212.171.1.248
– 212.171.1.247 13
212.171.1.250/252
212.171.1.249
212.171.1.250 212.171.1.252 – 212.171.1.251
5
14
212.171.2.2/252
212.171.2.1
212.171.2.2
212.171.2.4
– 212.171.2.3 15
212.171.2.6/252
212.171.2.5
212.171.2.6
212.171.2.8
– 212.171.2.7 16
212.171.2.10/252
212.171.2.9
212.171.2.10 – 212.171.2.11
212.171.2.12
62 17
212.171.2.14/252
212.171.2.13
212.171.2.14
212.171.2.16
– 212.171.2.15 6
18
212.171.2.18/252
212.171.2.17
212.171.2.18
212.171.2.20
– 212.171.2.19 19
212.171.2.22/252
212.171.2.21
212.171.2.22
212.171.2.24
– 212.171.2.23 20
212.171.2.26/252
212.171.2.25
212.171.2.26
212.171.2.28
– 212.171.2.27 7
21
212.171.2.30/252
212.171.2.29
212.171.2.30
212.171.2.32
– 212.171.2.31 22
212.171.2.34/252
212.171.2.33
212.171.2.34
212.171.2.36
– 212.171.2.35 23
212.171.2.38/252
212.171.2.37
212.171.2.38
212.171.2.40
– 212.171.2.39 8
24
212.171.2.42/252
212.171.2.41
212.171.2.42
212.171.2.44
– 212.171.2.43 25
212.171.2.46/252
212.171.2.45
212.171.2.46
212.171.2.48
– 212.171.2.47 26
212.171.2.50/252
212.171.2.49
212.171.2.50 – 212.171.2.51
212.171.2.52
63
IP private pada jaringan LAN pelanggan BLOK
NODE
IP PRIVATE
NETWORK
IP VALID
BROADCAST ID
192.168.10.1–
192.168.10.255
ID 1
1
192.168.10.1/24
192.168.10.0
192.168.10.254 2
192.168.11.1/24
192.168.11.0
192.168.11.1–
192.168.11.255
192.168.11.254 3
192.168.12.1 /24
192.168.12.0
192.168.12.1–
192.168.12.255
192.168.12.254 2
4
192.168.13.1 /24
192.168.13.0
192.168.13.1–
192.168.13.255
192.168.13.254 5
192.168.14.1 /24
192.168.14.0
192.168.14.1–
192.168.14.255
192.168.14.254 6
192.168.15.1 /24
192.168.15.0
192.168.15.1–
192.168.15.255
192.168.15.254 3
7
192.168.16.1 /24
192.168.16.0
192.168.16.1–
192.168.16.255
192.168.16.254 8
192.168.17.1 /24
192.168.17.0
192.168.17.1–
192.168.17.255
192.168.17.254 9
192.168.18.1 /24
192.168.18.0
192.168.18.1–
192.168.18.255
192.168.18.254 4
10
192.168.19.1 /24
192.168.19.0
192.168.19.1–
192.168.19.255
192.168.19.254 11
192.168.20.1 /24
192.168.20.0
192.168.20.1–
192.168.20.255
192.168.20.254 12
192.168.21.1 /24
192.168.21.0
192.168.21.1–
192.168.21.255
192.168.21.254 13
192.168.22.1 /24
192.168.22.0
192.168.22.1– 192.168.22.254
192.168.22.255
64
5
14
192.168.23.1 /24
192.168.23.0
192.168.23.1–
192.168.23.255
192.168.23.254 15
192.168.24.1 /24
192.168.24.0
192.168.24.1–
192.168.24.255
192.168.24.254 16
192.168.25.1 /24
192.168.25.0
192.168.25.1–
192.168.25.255
192.168.25.254 17
192.168.26.1 /24
192.168.26.0
192.168.26.1–
192.168.26.255
192.168.26.254 6
18
192.168.27.1 /24
192.168.27.0
192.168.27.1–
192.168.27.255
192.168.27.254 19
192.168.28.1 /24
192.168.28.0
192.168.28.1–
192.168.28.255
192.168.28.254 20
192.168.29.1 /24
192.168.29.0
192.168.29.1–
192.168.29.255
192.168.29.254 7
21
192.168.30.1 /24
192.168.30.0
192.168.30.1–
192.168.30.255
192.168.30.254 22
192.168.31.1 /24
192.168.31.0
192.168.31.1–
192.168.31.255
192.168.31.254 23
192.168.32.1 /24
192.168.32.0
192.168.32.1–
192.168.32.255
192.168.32.254 8
24
192.168.33.1 /24
192.168.33.0
192.168.33.1–
192.168.33.255
192.168.33.254 25
192.168.34.1 /24
192.168.34.0
192.168.34.1–
192.168.34.255
192.168.34.254 26
192.168.35.1 /24
192.168.35.0
192.168.35.1– 192.168.35.254
Tabel 4.1 IP Public dan IP Private LAN
192.168.35.255
65 IP private pada sambungan antar node (Radio): BLOK
NODE
IP PRIVATE
1
1-2
192.168.40.2 – 192.168.40.3
2-3
192.168.41.2 – 192.168.41.3
4-5
192.168.42.2 – 192.168.42.3
5-6
192.168.43.2 – 192.168.43.3
7-8
192.168.44.2 – 192.168.44.3
8-9
192.168.45.2 – 192.168.45.3
10-11
192.168.46.2 – 192.168.46.3
11-12
192.168.47.2 – 192.168.47.3
12-13
192.168.48.2 – 192.168.48.3
14-15
192.168.49.2 – 192.168.49.3
15-16
192.168.50.2 – 192.168.50.3
16-17
192.168.51.2 – 192.168.51.3
18-19
192.168.52.2 – 192.168.52.3
19-20
192.168.53.2 – 192.168.53.3
21-22
192.168.54.2 – 192.168.54.3
22-23
192.168.55.2 – 192.168.55.3
24-25
192.168.56.2 – 192.168.56.3
25-26
192.168.57.2 – 192.168.57.3
2
3
4
5
6
7
8
Tabel 4.2 IP private pada radio
4.1.4
ALOKAS I BANDWIDTH Dalam tabel bandwidth, dapat lihat pembagian bandwidth sebelum dirancang dan setelah ada perancangan sistem. saat kondisi normal, bandwidth dalam jaringan akan berjalan sesuai dengan ukuran masing – masing, hanya saja, bandwidth itu telah didevider sehingga menjadi bandwidth yang telah dirancang untuk tiap jaringan yang ada.
66 ini berfungsi untuk mengurangi beban bandwidth yang terjadi apabila sistem interkoneksi nya mulai berjalan.
BANDWIDTH ALOCATION DES IGN Dedicated Bandwidth Allocation Bandwidth node bandwidth (kbps) node bandwidth (kbps) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
64 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 128 64 64 128 64 128 128 64 128 128 128 128 64
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
192 / 256 / 256 / 256 / 256 / 256 / 256 / 256 / 256 / 256 / 256 / 256 / 256 / 256 / 192 / 192 / 256 / 192 / 256 / 256 / 192 / 256 / 256 / 256 / 256 / 192 /
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Tabel 4.3 Alokasi Bandwidth 4.1.5 PEMILIHAN ANTENA Pada bagian base stasion (BTS), antenna yang digunakan adalah antenna sektoral dan antena omnidirectional yang digunakan sebagai antena transceiver (pengirim). Antena sektoral mempunyai polarisasi vertikal dan dirancang untuk digunakan pada base stasion (BTS). Antena sektoral digunakan karena dapat memberikan gain yang besar antara 10-19 dBi walaupun wilayah yang tercover terbatas antara 45 – 180 derajat saja. Penggunaan antenna sektoral diperlukan untuk menjangkau seluruh pelanggan yang terdiri dari 28 pelanggan
67 dan terbagi 2 blok, sehingga dengan antenna sektoral, seluruh pelanggan dapat dijangkau semua dengan 2 antena sektoral tersebut. Selain antena sektoral, antena lain yang digunakan adalah antena omnidirectional. Antena ini digunakan hanya sebagai jalur cadangan seandainya antena sektoral pelanggan terjadi gangguan. Antena ini dirancang untukmemberikan jangkauan dalam radius 360 serajat dari titik antenna dipasang. Sangat bagus untuk memberikan hubungan dengan pelanggan yang letaknya antara 1 – 4 km dari antenna ini. Antena ini mempunyai gain rendah antara 3 – 10 dBi. Pada bagian pelanggan, antena yang dipakai adalah antenna receiver ( penerima ) yang digunakan untuk menerima gelombang radio yang dikirimkan oleh antenna sektoral dan omnidirektional pada BTS. Jenis antena yang digunakan adalah antena directional atau bisa disebut antena point-to-point.
4.1.6 PEMILIHAN RADIO Radio yang akan dgunakan pada sisi BTS adalah radio yang dibuat khusus sebagai radio outdoor. M empunyai beberapa slot antenna dan mempunyai daya yang tinggi agar jangkauannya dapat sampai kesemua pelanggan. M empunyai WEP, WPA, atau WPA2 sebagai keamanan, mempunyai box yang tahan terhadap berbagai cuaca dan tahan air. Radio yang akan digunakan pada sisi client adalah radio yang mempunyai WEP, WPA, atau WPA2 sebagai keamanan, dapat mengontrol M AC address, sehingga dapat mengatur M AC address
68 hardware yang diperbolehkan terkoneksi dengan jaringan dan dapat sebagai DHCP server untuk memberikan ip address kepada client.
4.1.7 PEMILIHAN S WITCH Switch yang akan digunakan pada sisi BTS dan pelanggan adalah
switch
yang dapat dikonfigurasi,
atau
biasa disebut
manageable switch. Dengan switch manageable, walaupun switch adalah layer 2 dalam OSI layer, yang berarti hanya dapat membaca port dan M AC address, dapat dimasukkan ip address pada masingmasing portnya, tetapi tidak dapat digunakan seperti halnya router, ip address ini digunakan sebagai cara untuk mencoba koneksi jaringan, dengan cara ping, sehingga koneksi ke switch dapat dicoba menggunakan protokol ICMP. Selain itu, penggunaan ip address ini juga untuk menjalankan intervlan routing, yaitu menghubungkan antara jaringan VLAN yang berbeda. Switch yang diperlukan dalam perancangan jaringan ini, harus juga mempunyai fitur spanning tree protocol (STP), yaitu protokol yang digunakan untuk menghindari broadcast domain yang terjadi bila switch dipasang langsung tanpa dipisahkan router.
4.1.8 PEMILIHAN
JENIS
PROTOKOL
KEAMAN AN
YANG
DIGUN AKAN Keamanan yang terdapat pada sistem jaringan wireless terbagi menjadi 2 bagian, yaitu keamanan disisi pelanggan, bisa disebut hak akses dan keamanan transfer data atau informasi. M aksudnya hak
69 akses adalah, pembatasan user-user siapa saja yang boleh terkoneksi dengan jaringan, dengan begitu, hanya user-user yang diizinkan saja yang boleh terkoneksi dengan jaringan. Contoh system keamanan hak akses ini adalah kontrol M AC address, maksudnya hanya beberapa MAC address yang diizinkan terkoneksi dengan jaringan dan juga kontrol IP address yang maksudnya, hanya beberapa IP address saja yang boleh terkoneksi dengan jaringan. Keamanan transfer data dan informasi , dalam jaringan wireless
sifatnya terbuka lebar,
karena menggunakan
media
gelombang radio yang merambat udara. Seperti yang diketahui, udara memiliki sifat bebas dan siapa pun dapat memanfaatkan udara dengan bebas. Selama gelombangnya masih dapat dijangkau, tidak menutup kemungkinan siapa pun dapat terkoneksi. Berawal dari analogi diatas, muncullah beberapa metode keamanan pada jaringan wireless dengan menggunakan metode enkripsi seperti WEP, WPA, WPA-TKIP, dan WPA-PSK. Pada perancangan jaringan ini, akan digunakan WPA (Wifi Protected Access) dengan enkripsi TKIP (Temporal Key Integrity Protocol). Alasannya menggunakan protocol ini adalah, karena dibandingkan dengan WEP (Wired Equivalence Privacy), protokol ini jauh lebih aman karena dengan menggunakan TKIP (Temporal Key Integrity Protocol) yang mampu secara dinamis berubah setelah 10.000 paket data ditransmisikan. Protokol TKIP akan mengambil kunci utama sebagai starting point yang kemudian secara reguler berubah sehingga tidak ada kunci enkripsi yang digunakan dua kali
70
4.2
IMPLEMENTAS I 4.2.1
Perancangan Topologi Peta daerah kawasan industri MM 2100 beserta node-nodeyang menunjukkan perusahaan yang jaringannya terhubung dengan PT. NTT Indonesia. Perancangan topologi jaringan wireless berdasarkan letak lokasi, kondisi geografis, dan Line of Sight masing-masing pelanggan yang ada dikawasan industri MM 2100. Berikut adalah peta geografis kawasan industri MM 2100 dengan lokasi BTS serta pelanggan :
Gambar 4.3 Peta MM 2100 ( skala 1 : 1.500.000 )
71 Gambar diatas merupakan peta geografis dari kawasan industri MM 2100. dimana kawasan tersebut memiliki luas 1250 HA. Suatu wilayah yang cukup sulit dan menguras dana untuk membangun sebuah jaringan dengan kabel. Oleh karena itu, PT. NTT Indonesia membangun sebuah jaringan wireless untuk mengkoneksi jaringan internet kepada pelanggan nya. Berikut adalah gambar jaringan wireless yang sudah ada pada MM 2100 :
Gambar 4.4 Jaringan Wireless MM 2100 ( skala 1 : 1.500.000 )
Tiap pelanggan memiliki satu radio dan satu router yang disediakan oleh PT.NTT Indonesia untuk menjadi receiver dari radio
72 yang di transmit oleh Base station. Jadi, tiap pelanggan PT.NTT Indonesia hanya memiliki satu jalur backbone dalam proses transfer data dan internet. Semua Backbone tersebut terpusat pada Base station. Di Base station sendiri, Terdapat 3 buah radio aktif yang berfungsi sebagai transmitter. Terdiri dari dua buah radio sectoral, dan satu buah radio omni. Untuk perancangan topologi, menyesuaikan dengan jarak antara lokasi pelanggan dengan lokasi Base station.
Gambar 4.5 Jaringan dengan Section ( skala 1 : 1.500.000 )
73 4.2.2
Perangkat Keras / Hardware Berikut ini adalah perangkat keras / hardware yang akan digunakan dalam perancangan jaringan wireless pada kawasan industri MM 2100.
A. S pesifikasi Antena Tabel 4.4. Spesifikasi Antena Sektoral (BTS) Nama Produk
2.4GHz Sector Panel Antenna Series
M odel
Kenbotong TDJ-2400G18-A/TDJ2400I17-A/TDJ-2400J16-A
Jangkauan Frekuensi
2400-2483
(MHz( Bandwitdh (M Hz)
83
Gain-(dBi)
18/17/16
Horizontal Beamwidth
60/90/120
Vertical Beamwidth
7
Input Impedance (Ω)
50
Polarization
Vertical
Maximum Power (W)
100
Connector
N Female
Dimensions (mm)
1050×175×60
Weight (kg)
4.5
Mounting Mast Diameter- Ф50 75 mm
74 Tabel 4.5 Spesifikasi Antena Omnidirectional(BTS) Nama Produk
2.4GHz 10dBi Fiberglass Ante nna
M odel
Kenbotong TQJ-2400AT10
Jangkauan Frekuensi (M Hz(
2400-2483
Bandwitdh (M Hz)
83
Gain-(dBi)
10
Horizontal Beamwidth
360
Vertical Beamwidth
10.5
Input Impedance (Ω)
50
Polarization
Vertical
Maximum Power (W)
100
Connector
N Female
Dimensions (mm)
1.0
Weight (kg)
1.1
Mounting Mast Diameter-mm
Ф40 50
Tabel 4.6 Spesifikasi Antena Grid ( Pelanggan ) Nama Produk
2.4GHz Square Grid Parabolic Antenna
M odel
Kenbotong TDJ-2400A
Jangkauan Frekuensi (M Hz)
2400-2483
Bandwitdh (M Hz)
83
Gain (dBi)
24
75 Horizontal Beamwidth
10 “
Vertical Beamwidth
14 ”
Input Impedance (Ω)
50
Polarization
Vertical atau Horizontal
M aximun Power (W)
100
Connector
N Female or Customization
Dimensi (m)
0.6 x 0.9
Berat (Kg)
3.6
M ounting M ass Diameter
Ф40 50
(mm)
B. S pesifikasi Radio Tabel 4.7 spesifikasi radio ( BTS ) Nama Produk
JAHT WP-4001BR
CPU
Realtek RTL8186
Flash
2M B
RAM
8 M B SDRAM
Bandwitdh (M Hz)
83
Gain (dB)
24
Horizontal Beamwidth
10 “
RF
Realtek RTL8225
Interface
RJ-45 10/100 M bps Port x1
Antenna
RP-SM A Detachable Antenna
76 x1 Transmit Power
18 dBm
Power
12 v DC, 0.5 A
Dimensi
30 mm x 127 mm x 96 mm
Temperature
10-40 c
Certification
FCC,CE
Tabel 4.8 Spesifikasi Radio ( Pelanggan ) CPU
MPC8343E 266/400MHz network processor
Nama Produk
M ikrotik Wireless Outdoor RB600
M emory
64M B DDR SDRAM onboard memory
Boot loader
RouterBOOT, 1M bit Flash chip
Data storage
64M B onboard NAND memory chip
Ethernet
Three 10/100/1000 M bit/s Gigabit Ethernet
Serial port
One DB9 RS232C asynchronous serial port
Power jack
10..56V DC
Dimensions
14 cm x 20 cm (5.51 in x 7.87 in
Power consumption
~9W without extension cards, maximum – 35+ W
Operation System
M ikroTik RouterOS v3, Level4 license
Power
65 mWatt
77 Frekuensi
2.4/5GHz
Wireless
802.11a+b+g 54M bps
C. S pesifikasi S witch Tabel 4.9 Spesifikasi Switch (Pelanggan ) Model Type
Cisco Switch Catalyst WSC2950-12
Ports
12 Ports 10/100M Bps
Power Requirements
• Power consumption: 30W maximum, 102 BTUs per hour • AC input voltage: 100 to 127, 200 to 240
VAC
(autoranging) • AC input frequency: 47 to 63 Hz
Performance
3.9 Mpps wire-speed forwarding rate • 8 M B memory architecture shared by all ports • Up to 16 M B SDRAM and 8 M B Flash memory • Configurable up to 8000
78 MAC addresses
D. S pesifikasi Router Tabel 4.10 Spesifikasi Router ( pelanggan )
4.2.3
Model Type
Cisco Router 1841
DRAM
128
Max DRAM
384
Flash Memory
32
Max Flash Memory
128
Weight
6
Perangkat Lunak 1. Perangkat Lunak pada radio Perangkat lunak yang akan digunakan pada radio pelanggan adalah Winbox yang merupakan perangkat lunak bawaan dari perangkat M ikrotik. Winbox ( gambar 4.6) dapat mengkonfigurasi radio secara remote atau jarak jauh dan dapat juga sebagai perangkat lunak monitoring untuk melihat kondisi jaringan.
79
Gambar 4.6 Layar pada Winbox 2. Perangkat lunak pada router Perangkat lunak yang akan digunakan untuk mengkonfigurasikan router adalah perangkat lunak HyperTerminal (gambar 4.7 ), yang merupakan perangkat lunak yang biasanya digunakan untuk mengkonfigurasikan router.
gambar 4.7 Layar Konfigurasi Router
80
Sedangkan perangkat lunak untuk mengkonfigurasikan router dari jarak jauh/remote menggunakan perangkat lunak Putty (gambar 4.8)
Gambar 4.8 Layar Putty 3. Perangkat lunak pada Switch
Gambar 4.9 Layar Konfigurasi Switch Perangkat lunak untuk mengkonfigurasikan switch sama dengan perangkat lunak yang ada pada router , yaitu hyper terminal.
81
4.2.4
Pengujian Pengujian yang dilakukan terbagi dalam beberapa tahap, yaitu simulasi konsep yang telah dibuat, Instalasi jaringan, dan penggunaan protokol keamanan jalur wireless. Ini perlu dilakukan agar susunan sistemnya dapat teratur dan sesuai dengan konsep yang telah dibuat, serta dapat menganalisa dan memecahkan error atau permasalahan yang terjadi dengan mudah.
A. Simulasi konsep Sebelum pengujian,
dilakukan
simulasi jaringan
dengan perangkat lunak khusus simulasi. Dalam hal ini menggunakan packet tracer. Ini perlu dilakukan untuk mengetahui jalur mana saja yang akan dilewati data, routing protocol, dan konfigurasi jaringan sementara. Pengujian menggunakan perangkat lunak packet tracer 4.1, sebagai simulasi sebelum implementasi di lapangan. Berikut perancangan jaringan yang akan dibuat
82
Gambar 4.10 Jaringan Awal Disini, ditambahkan switch manageable diatas router masing-masing pelanggan, sehingga dapat dibuat suatu jalur cadangan yang menghubungkan antar jaringan pelanggan menggunakan radio tambahan. Diamsumsikan, switch diatas terhubung dengan 2 – 3 radio untuk menghubungkan jaringan antar pelanggan. Teknologi yang digunakan antar switch adalah spanning tree protocol untuk menghindari badai broadcast yang terjadi karena sambungan langsung antar switch. Dapat dilihat pada simulasi gambar 4.10 interface pada switch node 2 yang terhubung ke switch node 1 dan switch node 3 dalam keadaan tidak aktif disebabkan spanning tree protocol bekerja untuk menghindari badai broadcast
Pengujian pada pelanggan 1 Kondisi jaringan normal
83
Gambar 4.11 Pelanggan 1 Jaringan Normal Dapat
dilihat pada gambar simulasi 4.11 kondisi
jaringan normal, disaat node 1 masih terhubung ke jaringan melalui jalur utama. Hasil percobaan koneksi melalui ping dan traceroute dapat dilihat pada gambar 4.12 dan 4.13
Gambar 4.12 Ping Kondisi Normal
Gambar 4.13 Traceroute Kondisi Normal
84 Kondisi jalur utama putus
Gambar 4.14 Pelanggan 1 Jaringan Putus Dapat dilihat pada gambar simulasi 4.14, jaringan utama dari pelanggan 1 putus, sehingga, secara otomatis, interface yang ada pada switch node2 yang terhubung ke switch node1 akan aktif karena spanning tree protocol sudah mempelajari adanya jalur yang putus. Hasil percobaan koneksi dapat dilihat pada gambar 4.15 dan 4.16
Gambar 4.15 Ping Kondisi Jaringan Utama Putus
85
Gambar 4.16 Traceroute Kondisi Jaringan Utama Putus Kondisi jalur cadangan pertama putus
Gambar 4.17 Kondisi Jalur Cadangan Pertama Putus Dapat dilihat pada gambar simulasi 4.17, jalur cadangan yang berada pada switch node2 juga putus, sehingga secara otomatis, interface pada switch node2 yang terhubung ke switch node3 akan aktif karena spanning tree protocol sudah mempelajari adanya jalur yang putus. Hasil percobaan koneksi dapat dilihat pada gambar 4.18 dan 4.19
86
Gambar 4.18 Ping Kondisi Jalur Cadangan Pertama Putus
Gambar 4.19 Traceroute Kondisi Jalur Cadangan Pertama Putus Pengujian pada pelanggan 2 Kondisi jaringan normal
Gambar 4.20 Pelanggan 2 Jaringan Normal
87
Dapat
dilihat pada gambar simulasi 4.20 kondisi
jaringan normal, disaat node 2 masih terhubung ke jaringan melalui jalur utama. Hasil percobaan koneksi melalui ping dan tracerout dapat dilihat pada gambar 4.21 dan 4.22
Gambar 4.21 Ping Kondisi Normal
Gambar 4.22 Traceroute Kondisi Normal
88 Kondisi jalur utama putus
Gambar 4.23 Pelanggan 2 Jaringan Putus Dapat dilihat pada gambar simulasi 4.23, jaringan utama dari pelanggan 2 putus, sehingga, secara otomatis, interface yang ada pada switch node2 yang terhubung ke switch node3 akan aktif karena spanning tree protocol sudah mempelajari adanya jalur yang putus. Hasil percobaan koneksi dapat dilihat pada gambar 4.24 dan 4.25
Gambar 4.24 Ping Kondisi Jaringan Utama Putus
89
Gambar 4.25 Traceroute Kondisi Jaringan Utama Putus
Kondisi jalur cadangan pertama putus
Gambar 4.26 Kondisi Jalur Cadangan Pertama Putus Dapat dilihat pada gambar simulasi 4.26, jalur cadangan yang berada pada switch node3 juga putus, sehingga secara otomatis, interface pada switch node2 yang terhubung ke switch node1 akan aktif karena spanning tree protocol sudah mempelajari adanya jalur yang putus. Hasil percobaan koneksi dapat dilihat pada gambar 4.27 dan 4.28
90
Gambar 4.27 Ping Kondisi Jalur Cadangan Pertama Putus
Gambar 4.28 Traceroute Kondisi Jalur Cadangan Pertama Putus Pengujian pada pelanggan 3 Kondisi jaringan normal
Gambar 4.29 Pelanggan 3 Jaringan Normal
91 Dapat
dilihat pada gambar simulasi 4.29 kondisi
jaringan normal, disaat node 3 masih terhubung ke jaringan melalui jalur utama. Hasil percobaan koneksi melalui ping dan tracerout dapat dilihat pada gambar 4.30 dan 4.31
Gambar 4.30 Ping Kondisi Normal
Gambar 4.31 Traceroute Kondisi Normal
92 Kondisi jalur utama putus
Gambar 4.32 Pelanggan 2 Jaringan Putus Dapat dilihat pada gambar simulasi 4.32, jaringan utama dari pelanggan 3 putus, sehingga, secara otomatis, interface yang ada pada switch node2 yang terhubung ke switch node3 akan aktif karena spanning tree protocol sudah mempelajari adanya jalur yang putus. Hasil percobaan koneksi dapat dilihat pada gambar 4.33 dan 4.34.
Gambar 4.33 Ping Kondisi Jaringan Utama Putus
93
Gambar 4.34 Traceroute Kondisi Jaringan Utama Putus Kondisi jalur cadangan pertama putus
Gambar 4.35 Kondisi Jalur Cadangan Pertama Putus Dapat dilihat pada gambar simulasi 4.35 jalur cadangan yang berada pada switch node2 juga putus, sehingga secara otomatis, interface pada switch node2 yang terhubung ke switch node1 akan aktif karena spanning tree protocol sudah mempelajari adanya jalur yang putus. Hasil percobaan koneksi dapat dilihat pada gambar 4.36 dan 4.37
94
Gambar 4.36 Ping Kondisi Jalur Cadangan Pertama Putus
Gambar 4.37 Traceroute Kondisi Jalur Cadangan Pertama Putus
Dari
hasil
perancangan
jaringan
menggunakan
perangkat lunak packet tracer, dapat disimpulkan jaringan yang telah dirancang ini dapat diimplementasikan karena jalur cadangan yang telah dirancang dapat bekerja dengan baik.
B. Instalasi jaringan Setelah melakukan simulasi konsep, dilakukan instalasi langsung di M M 2100. proses ini terdiri dari 2 tahap, yaitu instalasi perangkat keras dan instalasi perangkat lunak. Berikut penjelasan proses instalasi :
95 1. Instalasi perangkat keras Instalasi perangkat awal dimulai dari Base station, di sisi Base station hanya menambahkan manageable switch dalam sistem susunan hardware yang sudah ada. Susunan hardware yang ada sebelum terpasang manageable switch bias dilihat di gambar 4.38
Gambar 4.38 Susunan Hardware POP Tanpa Manageable Switch Gambar diatas menjelaskan susunan hardware yang ada di Base station. Dimulai dari jaringan backbone dari kantor pusat PT.NTT Indonesia, jaringan FO ini masuk ke converter dan langsung dilanjutkan ke router dengan kabel RJ-45. Router ini merupakan pintu masuk utama bagi seluruh jaringan PT.NTT Indonesia yang ada di kawasan industri MM2100.
96 Router
kemudian
tersambung
dengan
Manageable switch, dimana didalam switch tersebut, telah terintegrasi VPN untuk semua pelanggan NTT yang ada di MM 2100. Pelanggan tidak saling terhubung dengan pelanggan yang lain walaupun mereka di dalam 1 jaringan, ini semua karena fungsi VPN yang ada di dalam switch tersebut. Diatas switch, ada Subscriber unit untuk konversi dari data digital ke data analog. Ini dilakukan agar data dapat dikirim melalui transmisi radio wireless. Dari subscriber unit ini, tersambung 3 radio, 2 sectoral dan 1 omnidirectional, serta beberapa radio backup yang standby bila terjadi kerusakan pada radio utama. Pada sisi pelanggan, sesuai dengan konsep jaringan yang telah dirancang, penambahan beberapa perangkat keras. Selain manageable switch, juga diinstall
beberapa
radio
baru
untuk
jaringan
interkoneksi antar pengguna. Jaringan ini nantinya akan berfungsi sebagai jalur backup untuk jalur backbone yang dimiliki pelanggan. Untuk lebih jelas nya dapat di lihat di gambar Susunan Hardware pada customer sebelum di tambahkan manageable switch dan radio sebagai jalur cadangan :
97
Gambar 4.39 Susunan Hardware User Tanpa Manageable Switch
Susunan Hardware pada Pelanggan setelah ditambahkan manageable switch dan radio sebagai jalur cadangan:
98
Gambar 4.40 Susunan Hardware User dengan Manageable Switch
Susunan diatas juga disesuaikan dengan posisi pelanggan dalam sector mesh mereka. Ada beberapa yang menggunakan 3 radio, dan sisa nya hanya menggunakan 2 radio saja. Manageable switch disini berfungsi untuk menambah masukan radio lebih dari satu sehingga dapat dibuat suatu jalur cadangan bila jalur utama terjadi gangguan.
2. Instalasi Perangkat Lunak Instalasi perangkat lunak akan dilakukan pada radio pelanggan yang dikhususkan sebagai jalur cadangan, pada router pelanggan untuk mengkonfigurasikan routing protocol dan lainnya.
99 3. Instalasi pada Radio transmitter Pada radio yang mikrotik, sebagai transmitter, beberapa yang harus dikonfigurasi antara lain ( konfigurasi ini berlaku untuk 26 pelanggan, yang membedakan konfigurasi antar pelanggan adalah IP addressnya, nama SSID nya ): •
Pengalamatan IP address IP
address
yang
akan
diberikan
adalah
192.168.40.2 •
Nama SSID Nama SSID nya adalah Node 1 ke 2
•
Frekuensi dan Band Frekuensinya menggunakan 2412 dan bandnya 2,4 Ghz B/G
•
Mode Wireless Mode wireless yang digunakan sebagai transmitter adalah Ap Bridge.
•
Range Scan List Dikonfigurasikan pada frekuensi 2400-2500
Ringkasan kofigurasi pada radio dapat dilihat pada Tabel 4.11
100 IP Address
192.168.40.2
SSID
Node1ke2
Frekuensi
2412
Band
2,4 Ghz B/G
Mode Wireless
AP Bridge (transmitter)
Range Scan List
2400-2500
Tabel 4.11 Konfigurasi Radio
4. Instalasi pada Radio receiver Pada radio yang mikrotik, sebagai receiver, beberapa yang harus dikonfigurasi antara lain ( konfigurasi ini berlaku untuk 26 pelanggan, yang membedakan konfigurasi antar pelanggan adalah IP addressnya, nama SSID nya ): •
Pengalamatan IP address IP
address
yang
akan
diberikan
adalah
192.168.40.3 •
Nama SSID Nama SSID nya adalah Node1ke2
•
Frekuensi dan Band Frekuensinya menggunakan 2412 dan bandnya 2,4 Ghz B/G
•
Mode Wireless Mode wireless yang digunakan sebagai receiver adalah Station WDS.
101 •
Range Scan List Dikonfigurasikan pada frekuensi 2400-2500
Ringkasan konfigurasi pada radio dapat dilihat pada table 4.12
IP Address
192.168.40.3
SSID
Node1ke2
Frekuensi
2412
Band
2,4 Ghz B/G
Mode Wireless
Station WDS (receiver)
Range Scan List
2400-2500
Tabel 4.12 Ringkasan konfigurasi pada radio
5. Instalasi pada Router Blok 1 Pada blok 1 terdiri dari 3 perusahaan yang masing – masing mempunyai 1 router. Pada 3 router tersebut,
akan
dikonfigurasikan
(konfigurasi
ini
berlaku untuk 8 blok yang masing – masing bloknya terdiri dari 3 – 4 router ) : 1. Router 1 (node 1) Pada router node 1, dikonfigurasi antara lain:
beberapa yang harus
102 • Pengalamatan ip address Ip address yang akan diberikan pada interfaces yang terhubung ke jaringan LAN pelanggan adalah ip private 192.168.10.1, sedangkan pada interfaces yang terhubung ke jaringan luar adalah ip public 212.171.1.202. • Konfigurasi password Konfigurasi password untuk masuk ke mode console dan juga untuk telnet. • Konfigurasi NAT ( Network Address Translation ) Konfigurasi NAT pada router, merubah banyak ip private pelanggan kedalam ip public agar dapat mengakses internet. • Konfigurasi access list Konfigurasi access list pada router untuk membatasi hak akses. • Konfigurasi routing protocol Konfigurasi routing protocol dengan menggunakan OSPF (Open Shortest Path First) multi area, tiap blok menggunakan area yang berbeda. • Konfigurasi enkripsi Konfigurasi enkripsi menggunakan M D5.
Ringkasan konfigurasi pada router node 1 dapat dilihat pada table 4.13
103
IP address pada jaringan
192.168.10.1
LAN pelanggan (IP Private) IP address pada jaringan
212.171.1.202
Luar (IP Publik) Password Telnet
Password
Password Console
Password
Network Address
192.168.10.1 –
Translation (NAT)
192.168.10.254 diubah ke 212.171.1.201
Access List
Diperbolehkan untuk mengakses jaringan sendiri dan ip public sendiri, tidak diperbolehkan mengakses jaringan pelanggan lain.
Routing Protocol
OSPF (Open Shortest Path First) area 0
Enkripsi
MD5
Tabel 4.13 Ringkasan konfigurasi pada router node 1
104 2. Router 2 (node 2) Pada router node 2, beberapa yang harus dikonfigurasi antara lain:
• Pengalamatan ip address Ip address yang akan diberikan pada interfaces yang terhubung ke jaringan LAN pelanggan adalah ip private 192.168.11.1, sedangkan pada interfaces yang terhubung ke jaringan luar adalah ip public 212.171.1.206. • Konfigurasi password Konfigurasi password untuk masuk ke mode console dan juga untuk telnet. • Konfigurasi NAT ( Network Address Translation ) Konfigurasi NAT pada router, merubah banyak ip private pelanggan kedalam ip public agar dapat mengakses internet. • Konfigurasi access list Konfigurasi access list pada router untuk membatasi hak akses. • Konfigurasi routing protocol Konfigurasi routing protocol dengan menggunakan OSPF (Open Shortest Path First) multi area, tiap blok menggunakan area yang berbeda.
105 • Konfigurasi enkripsi Konfigurasi enkripsi menggunakan M D5.
Ringkasan konfigurasi pada router node 2 dapat dilihat pada table 4.14 IP address pada jaringan
192.168.11.1
LAN pelanggan (IP Private) IP address pada jaringan
212.171.1.206
Luar (IP Publik) Password Telnet
Password
Password Console
Password
Network Address
192.168.11.1 –
Translation (NAT)
192.168.11.254 diubah ke 212.171.1.206
Access List
Diperbolehkan untuk mengakses jaringan sendiri dan ip public sendiri, tidak diperbolehkan mengakses jaringan pelanggan lain.
Routing Protocol
OSPF (Open Shortest Path First) area 0
Enkripsi
MD5
Tabel 4.14 Ringkasan konfigurasi pada router node 2
106 3. Router 3 (node 3) Pada router node 3, beberapa yang harus dikonfigurasi antara lain: • Pengalamatan ip address Ip address yang akan diberikan pada interfaces yang terhubung ke jaringan LAN pelanggan adalah ip private 192.168.12.1, sedangkan pada interfaces yang terhubung ke jaringan luar adalah ip public 212.171.1.210. • Konfigurasi password Konfigurasi password untuk masuk ke mode console dan juga untuk telnet. • Konfigurasi NAT ( Network Address Translation ) Konfigurasi NAT pada router, merubah banyak ip private pelanggan kedalam ip public agar dapat mengakses internet. • Konfigurasi access list Konfigurasi access list pada router untuk membatasi hak akses. • Konfigurasi routing protocol Konfigurasi routing protocol dengan menggunakan OSPF (Open Shortest Path First) multi area, tiap blok menggunakan area yang berbeda. • Konfigurasi enkripsi Konfigurasi enkripsi menggunakan M D5.
107
Ringkasan konfigurasi pada router node 3 dapat dilihat pada Tabel 4.15 IP address pada jaringan
192.168.12.1
LAN pelanggan (IP Private) IP address pada jaringan
212.171.1.210
Luar (IP Publik) Password Telnet
Password
Password Console
Password
Network Address
192.168.12.1 –
Translation (NAT)
192.168.12.254 diubah ke 212.171.1.210
Access List
Diperbolehkan untuk mengakses jaringan sendiri dan ip public sendiri, tidak diperbolehkan mengakses jaringan pelanggan lain.
Routing Protocol
OSPF (Open Shortest Path First) area 0
Enkripsi
MD5
Tabel 4.14 Ringkasan konfigurasi pada router node 3
108 6. Instalasi pada switch blok 1 dan BTS Pada BTS terdapat 1 manageable switch sedangkan pada blok 1 terdiri dari 3 perusahaan yang masing – masing mempunyai 1 manageable swiitch. Pada 3 switch tersebut, akan dikonfigurasikan ( konfigurasi ini berlaku untuk 8 blok yang masing – masing bloknya terdiri dari 3 – 4 switch ) :
1. Switch 1 ( Node 1 ) Pada switch node 1, beberapa yang harus dikonfigurasi antara lain: • Konfigurasi password Konfigurasi password untuk masuk ke mode console dan juga untuk telnet. • Konfigurasi Priority Konfigurasi besar priority untuk menjalankan spanning tree protocol • Konfigurasi interface Konfigurasi interface mana yang terhubung sebagai jalur utama atau jalur cadangan
Ringkasan konfigurasi pada switch node 1 dapat dilihat pada Tabel 4.16
109 Password Telnet
Password
Password Console
Password
Priority
32768
Interface fast ethernet 0/1
Jalur utama
Interface fast ethernet 0/3
Jalur cadangan
VLAN
1
Tabel 4.16 Ringkasan konfigurasi pada switch node 1
2. Switch 2 ( Node 2 ) Pada switch node 2, beberapa yang harus dikonfigurasi antara lain:
• Konfigurasi password Konfigurasi password untuk masuk ke mode console dan juga untuk telnet. • Konfigurasi Priority Konfigurasi besar priority untuk menjalankan spanning tree protocol • Konfigurasi interface Konfigurasi interface mana yang terhubung sebagai jalur utama atau jalur cadangan
Ringkasan konfigurasi pada switch node 2 dapat dilihat pada table 4.17
110 Password Telnet
Password
Password Console
Password
Priority
40960
Interface fast thernet 0/1
Jalur utama
Interface fast thernet 0/3
Jalur cadangan
Interface fast thernet 0/4
Jalur cadangan
VLAN
2
Tabel 4.17 Ringkasan konfigurasi pada switch node 2
3. Switch 3( Node 3 ) Pada switch node 3, beberapa yang harus dikonfigurasi antara lain: • Konfigurasi password Konfigurasi password untuk masuk ke mode console dan juga untuk telnet. • Konfigurasi Priority Konfigurasi besar priority untuk menjalankan spanning tree protocol • Konfigurasi interface Konfigurasi interface mana yang terhubung sebagai jalur utama atau jalur cadangan
Ringkasan konfigurasi pada switch node 3 dapat dilihat pada table 4.18
111 Password Telnet
Password
Password Console
Password
Priority
32768
Interface fast thernet 0/1
Jalur utama
Interface fast thernet 0/3
Jalur cadangan
VLAN
3
Tabel 4.18 Ringkasan konfigurasi pada switch node 3
4.2.5
PENGUJIAN KONEKS I Disini akan diuji koneksi jaringan pada pelanggan 1 atau node 1, apakah jalur cadangan yang dirancang dapat bekerja dengan semestinya, begitu juga dengan konfigurasi hardwarenya apakah sudah benar sehingga koneksi dapat berjalan. M etode yang dipakai menggunakan pengiriman protocol ICM P menggunakan ping. Bila disaat koneksi jalur utama pada pelanggan 1 putus, apakah masih ada reply dari ip yang dituju, bila masih ada, maka jalur cadangan yang dirancang dapat bekerja dengan semestinya, bila tidak terdapat reply maka jalur cadangan yang dirancang tidak bekerja. Selain ping, dilakukan juga pengujian menggunakan trace route untuk melihat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
A. HAS IL PENGUJIAN Dari metode yang sudah dituliskan diatas, saat dilakukan ping pada router NTT pada saat jaringan pelanggan 1 masih menggunakan jaringan normal, dapat diterima reply
112 yang menandakan bahwa koneksi sudah berjalan dengan baik, begitu juga pada saat dilakukan trace route dapat dilihat bahwa paket yang dikirimkan sampai ketujuannya. Hasil dari ping dan trace route dapat dilihat pada gambar 4.41
Gambar 4.41 ping pada router NTT pada saat jaringan pelanggan 1 masih menggunakan jaringan normal Saat dilakukan ping pada router NTT pada saat jaringan pelanggan 1 mengalami putus jaringan pada jalur utamanya, masih dapat diterima reply yang menandakan bahwa koneksi sudah berjalan dengan baik, begitu juga pada saat dilakukan trace route dapat dilihat bahwa paket yang dikirimkan sampai ketujuannya, disebabkan jalur cadangan yang berjalan dengan baik, sehingga koneksi pelanggan satu masih dapat terus berjalan walaupun jalur utamanya putus, dengan menggunakan jalur cadangan pada pelanggan 2.Hasil dari ping dan trace route dapat dilihat pada gambar 4.42
113
Gambar 4.42 Ping dan Traceroute M elalui Jalur Cadangan
Saat dilakukan ping pada router NTT pada saat jaringan pelanggan 1 mengalami putus jaringan pada jalur utamanya dan juga putus nya jalur cadangan pada jalu tetangga
pertama,
masih
dapat
diterima
reply
yang
menandakan bahwa koneksi sudah berjalan dengan baik, begitu juga pada saat dilakukan trace route dapat dilihat bahwa paket yang dikirimkan sampai ketujuannya, disebabkan jalur cadangan yang berjalan dengan baik, sehingga koneksi pelanggan satu masih dapat terus berjalan walaupun jalur utamanya putus, dan juga jalur cadangan pada jalur cadangan pertama putus, dengan menggunakan jalur cadangan yang ada pada pelanggan 3.Hasil dari ping dan trace route dapat dilihat pada gambar 4.43
114
Gambar 4.43 Hasil dari ping dan trace route
4.2.6
Biaya Yang Dibutuhkan Biaya yang dibutuhkan pada perancangan ini adalah sebagai berikut : 1. Radio sebanyak 36 buah 1 unit seharga Rp.4.320.000 X 36 = Rp.155.520.000 2. Switch Manageable 1 unit seharga Rp.8.280.000 X 26 = Rp.215.280.000 3. Antena Grid 1 unit seharga Rp.736.000 X 36 = Rp. 26.496.000 Totalnya adalah Rp. 397.296.000