BAB 4 PENGEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER BERBASIS FRAME RELAY
4.1 Pengembangan Jaringan Komputer dengan Frame Relay Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, telah diputuskan untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh PT. NAV Bima Pratama.
4.1.1 Penggunaan Frame Relay Koneksi Frame Relay dapat dimanfaatkan oleh PT NAV Bima Pratama untuk membangun koneksi LAN ke LAN antara kantor pusat dengan geraigerainya di seluruh Indonesia. Koneksi LAN ke LAN tersebut akan digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: a.
Transfer file Dengan transfer file, dimungkinkan pertukaran data perusahaan dari kantor pusat ke gerai atau antargerai. Jenis file yang akan ditransfer dengan frekuensi yang tinggi adalah data transaksi keuangan dari setiap gerai ke kantor pusat dan berbagai file video lagu baru.
b.
E-mail Dengan e-mail, dimungkinkan komunikasi dari kantor pusat ke gerai atau sebaliknya dan antargerai untuk keperluan administrasi.
46
47 c.
Web intranet Dengan web intranet, tercipta sebuah jaringan intranet yang terhubung antara semua gerai dan kantor pusat dengan struktur yang hierarkikal.
d.
Data entry Dengan data entry, setiap informasi yang berhubungan dengan kegiatan administrasi dan operasional dapat dilaporkan oleh setiap gerai ke kantor pusat untuk supervisi jarak jauh.
e.
Pengendalian persediaan Persediaan barang-barang yang dijual tiap gerai seperti makanan, minuman, voucher karaoke, dan sebagainya dapat diamati oleh kantor pusat.
f.
Aplikasi transaksional online antargerai Koneksi Frame Relay dapat dimanfaatkan untuk mengirimkan setiap data transaksi keuangan secara online dari setiap gerai ke kantor pusat dengan membuat suatu aplikasi jaringan untuk transaksi. Berbagai keunggulan Frame Relay yang dapat dimanfaatkan PT NAV
Bima Pratama: a.
Committed Information Rate (CIR) CIR adalah jaminan minimum bandwidth yang pasti diperoleh oleh pelanggan dalam kondisi trafik terpadat sekalipun pada kondisi peak hour mulai dari 4 Kbps sampai dengan 1 Mbps. CIR ini dapat di-upgrade bila kecepatan akses yang lebih tinggi dperlukan.
b.
Excess Information Rate (EIR)
48 EIR adalah bandwidth tambahan di atas CIR yang akan didapat pelanggan. Besarnya EIR maksimum adalah sebesar kecepatan akses dikurangi dengan CIR. c.
Kecepatan transmisi yang tinggi Kecepatan transmisi yang mampu diberikan oleh koneksi Frame Relay adalah mulai dari 64 Kbps sampai dengan 2 Mbps dengan jaminan data yang tetap dapat ditransmisikan dalam keadaan jaringan padat. Dengan CIR, pengiriman data tetap dapat dilakukan dengan kecepatan akses sebesar 50% dari akses yang dijanjikan. CIR juga menjamin kebutuhan pengiriman data antarkota dan antarpulau juga tetap terpenuhi.
d.
Tersedia beragam media akses yang digunakan. Koneksi Frame Relay tidak terbatas pada suatu media akses. Media wireline dan wireless dapat diaplikasikan pada Frame Relay. Untuk media wireline terdapat dua alternatif media: •
Kabel telepon Dengan media ini, penarikan kabel tidak dibutuhkan dari pihak penyedia jasa Frame Relay ke gerai. Kabel telepon dari PT Telkom dapat digunakan sebagai media akses wireline tanpa menggangu aktivitas telekomunikasi telepon yang telah terpasang. Kelemahan dari media ini adalah realibiltas koneksi bergantung kepada koneksi telekomunikasi PT Telkom.
•
Kabel coaxial atau fiber optic Untuk sambungan langsung dari penyedia jasa Frame Relay ke setiap gerai yang membutuhkan dapat digunakan kabel coaxial atau fiber
49 optic. Keunggulan menggunakan media ini adalah ketidaktergantungan realibilitas koneksi terhadap koneksi PT Telkom melalui kabel telepon. Untuk media wireless, dibutuhkan suatu menara untuk menempatkan antena tranmisi data. Media wireless ini berguna untuk menjangkau lokasi yang terpencil, yang jauh dari pusat penyedia jasa Frame Relay sehingga penarikan kabel tidak memungkinkan. e.
Ragam pilihan kecepatan Kecepatan akses dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Untuk kantor pusat dapat diberikan kecepatan akses yang minimum dua kali lebih besar daripada setiap gerai. Hal ini diperlukan karena kantor pusat berperan sebagai penyedia file video lagu bagi gerai-gerai.
f.
Dukungan koneksi point-to-point, point-to-multipoint, dan full-meshed Koneksi point-to-point dan point-to-multipoint akan digunakan PT NAV Bima Pratama untuk membangun hubungan antara dari setiap gerai ke kantor pusat dan sebaliknya. Pola jaringan dengan konfigurasi full-meshed juga dapat diterapkan bila diperlukan.
4.1.2 Usulan Topologi Jaringan Komputer Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, telah diajukan dua usulan topologi jaringan komputer untuk PT NAV Bima Pratama. Media yang digunakan pada kedua usulan tersebut adalah wireline menggunakan kabel telepon dengan alasan lebih ekonomis dibandingkan dengan media lainnya. Gambar dan penjelasan mengenai kedua usulan tersebut terdapat pada halaman-halaman berikut.
50 4.1.2.1 Usulan Topologi I
Gambar 4.1 Usulan topologi I
51 Pada Gambar 4.1, diajukan hierarchical topology sebagai usulan topologi pertama yang terstruktur secara regional. Struktur topologi pertama dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kantor pusat di Surabaya membawahi gerai-gerai yang ditunjuk sebagai gerai pusat distribusi video lagu pada tingkat kepulauan, kecuali untuk DKI Jakarta. b. Setiap gerai pusat tingkat kepulauan membawahi gerai-gerai pusat tingkat propinsi di pulau tersebut. c. Setiap gerai pusat tingkat propinsi membawahi gerai-gerai pusat tingkat kabupaten/kotamadya di propinsi tersebut. d. Setiap gerai pusat tingkat kabupaten/kotamadya membawahi geraigerai lainnya di kabupaten/kotamadya tersebut. e. Untuk Jakarta, gerai pusat tingkat kotamadya tidak berada di bawah gerai pusat tingkat propinsi tetapi langsung di bawah kantor pusat. Pengecualian ini dibuat mengingat Jakarta sebagai ibukota dan juga pusat hiburan negara. Oleh karena itu, Jakarta dipastikan memiliki jumlah gerai yang lebih banyak dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Aturan proses pendistribusian pada setiap titik pada usulan topologi I: a. Distribusi dilakukan secara otomatis dengan bantuan aplikasi yang akan diinstalasikan pada setiap titik sehingga setiap pengiriman tidak perlu didahului oleh konfirmasi manual. Hal ini akan mempersingkat waktu.
52 b. Setiap leaf (titik yang tidak memiliki anak) memiliki nilai flag 1. Setiap titik yang bukan leaf akan memiliki nilai flag sebesar jumlah total nilai flag yang dimiliki oleh anak-anaknya ditambah 1. c. Setiap titik pada suatu tingkat akan mengirimkan file video lagu ke titik pada tingkat selanjutnya berdasarkan urutan nilai flag mulai dari nilai yang paling besar (descending). Pseudocode untuk aturan di atas adalah sebagai berikut: Process_distribution Prompt operator for number_of_child Get number_of_child Set i to zero j = number_of_child DOWHILE j > 0 child[j].flag = numbef_of_its_child ENDDO j = number_of _child DOWHILE j > 0 DOWHILE i < j IF child[i].flag < child[i+1].flag then temp = child[i].flag child[i].flag = child[i+1].flag child[i+1].flag = temp ENDIF Add 1 to i
53 ENDDO Subtract 1 from j Set i to zero ENDDO Set i to zero DOWHILE i < number_of _child Send_file to child[i] ENDDO END
Pseudocode di atas dapat pula diterapkan pada usulan topologi II. Satu siklus distribusi adalah waktu yang diperlukan suatu titik untuk mengirimkan satu file video lagu dengan ukuran rata-rata 41.325 KB. Dari tabel terlihat bahwa semua gerai dapat memperoleh file yang dikirim oleh kantor pusat dalam lima siklus distribusi. Berdasarkan informasi di atas, diperoleh persamaan dengan mengabaikan waktu propogasi:
Keterangan: t = waktu yang diperlukan per distribusi satu video lagu (detik), s = ukuran rata-rata satu file video lagu (KB), B = kecepatan akses minimum/CIR (Kbps).
54 Pada halaman berikut terdapat usulan kecepatan akses untuk kantor pusat dan setiap gerai beserta perhitungan waktu distribusi.
Tabel 4.1 Usulan kecepatan akses I Titik Kantor pusat Gerai
Kecepatan Akses (Kbps) CIR (Kbps) 128 64 64 32
Perhitungan: t = 41.325 * 8 / 32 = 10331,25 detik = 2 jam 52 menit ≈ 3 jam
Jadi dengan menggunakan Tabel 4.1 setiap gerai memerlukan waktu lebih kurang 3 jam untuk mengirimkan satu file video lagu ke gerai lainnya.
Perhitungan waktu total: ttotal = 5 * 3 jam = 15 jam
Jadi dengan menggunakan Tabel 4.1 waktu yang dibutuhkan seluruh jaringan usulan I untuk menyebarkan file video lagu ke setiap titik adalah 15 jam.
55 Tabel 4.2 Usulan kecepatan akses II Titik Kantor pusat Gerai
Kecepatan Akses (Kbps) CIR (Kbps) 256 128 128 64
Perhitungan: t = 41.325 * 8 / 64 = 5165,625 detik = 1 jam 26 menit ≈ 1,5 jam Jadi dengan menggunakan Tabel 4.2 setiap gerai memerlukan waktu lebih kurang 1,5 jam untuk mengirimkan satu file video lagu ke gerai lainnya.
Perhitungan waktu total: ttotal = 5 * 1,5 jam = 7,5 jam
Jadi dengan menggunakan Tabel 4.2 waktu yang dibutuhkan seluruh jaringan usulan I untuk menyebarkan file video lagu ke setiap titik adalah 7,5 jam.
56 Tabel 4.3 Siklus distribusi video lagu baru pada topologi I
Gerai
DKI Jakarta
P. Jawa
P. Sulawesi
Siklus distribusi II III IV
I V Kelapa Gading 1 12.00 Kelapa Gading 2 15.00 Kelapa Gading 3 18.00 Mega Mal 1 21.00 Mega Mal 2 00.00 Fatmawati 1 21.00 Fatmawati 2 00.00 Meruya 18.00 Surabaya 1 15.00 Surabaya 2 18.00 Surabaya 3 21.00 Surabaya 4 00.00 Jogjakarta 21.00 Ujung Pandang 18.00 Makasar 21.00
Tabel distribusi di atas menunjukkan waktu setiap gerai menerima file video lagu dari kantor pusat. Diasumsikan distribusi dimulai pada pukul 09.00 WIB dan menggunakan usulan kecepatan akses I. Dengan memperhatikan pola distribusi di atas, diperoleh persamaan untuk mengetahui pada siklus keberapa suatu gerai akan menerima file video lagu. n = np + c + 1
Keterangan: n = siklus gerai yang dicari. np = siklus gerai parent.
57 c = jumlah gerai sibling yang telah menerima file. Persamaan di atas dapat pula diterapkan pada usulan topologi II. Keunggulan yang dimiliki topologi pertama adalah: a. Memiliki struktur kewenangan yang jelas Dengan bentuk topologi yang terstruktur secara regional dapat diterapkan suatu struktur kewenangan yang jelas. Struktur kewenangan ini dapat mendefinisikan dengan jelas tanggung jawab masing-masing gerai dalam distribusi video lagu baru sehingga dapat dilakukan pengendalian aliran data. b. Mendukung pengembangan jaringan Bila ada penambahan gerai baru di masa yang akan datang, posisi gerai tersebut dapat dengan mudah ditentukan. Dengan demikian, tanggung jawab gerai tersebut dalam distribusi video lagu secara mudah dapat didefinisikan. Selain itu, penambahan gerai baru tidak akan menyebabkan perubahan topologi secara signifikan.
58 4.1.2.2 Usulan Topologi II
Gambar 4.2 Usulan topologi II
59 Pada Gambar 4.2, diajukan partial-hierarchical-partial-meshed topology sebagai usulan topologi kedua yang terstruktur secara regional sampai tingkat kepulauan saja. Struktur topologi kedua dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kantor pusat di Surabaya membawahi gerai-gerai yang ditunjuk sebagai gerai pusat distribusi video lagu pada tingkat kepulauan, kecuali untuk DKI Jakarta. b. Gerai pusat tingkat kepulauan langsung membawahi semua gerai yang berada di pulau tersebut. c. Semua gerai di pulau tersebut membentuk struktur mesh yang menghubungkan setiap gerai dengan gerai-gerai lainnya. d. Untuk Jakarta diberlakukan pengecualian dengan pertimbangan yang sama seperti pada penjelasan topologi pertama di atas. Untuk gerai-gerai yang berada di Jakarta dibentuk struktur mesh yang terpisah dari gerai-gerai lainnya di Pulau Jawa. Struktur mesh Jakarta berada langsung di bawah kantor pusat.
Tabel 4.4 Usulan kecepatan akses I Titik Kantor pusat Gerai
Kecepatan Akses (Kbps) CIR (Kbps) 128 64 64 32
Perhitungan: t = 41.325 * 8 / 32 = 10331,25 detik
60 = 2 jam 52 menit ≈ 3 jam
Jadi dengan menggunakan Tabel 4.4 setiap gerai memerlukan waktu lebih kurang 3 jam untuk mengirimkan satu file video lagu ke gerai lainnya.
Perhitungan waktu total: ttotal = 5 * 3 jam = 15 jam
Jadi dengan menggunakan Tabel 4.4 waktu yang dibutuhkan seluruh jaringan usulan I untuk menyebarkan file video lagu ke setiap titik adalah 15 jam.
Tabel 4.5 Usulan kecepatan akses II Titik Kantor pusat Gerai
Kecepatan Akses (Kbps) CIR (Kbps) 256 128 128 64
Perhitungan: t = 41.325 * 8 / 64 = 5165,625 detik = 1 jam 26 menit ≈ 1,5 jam
61
Jadi dengan menggunakan Tabel 4.5 setiap gerai memerlukan waktu lebih kurang 1,5 jam untuk mengirimkan satu file video lagu ke gerai lainnya.
Perhitungan waktu total: ttotal = 5 * 1,5 jam = 7,5 jam
Jadi dengan menggunakan Tabel 4.5 waktu yang dibutuhkan seluruh jaringan usulan I untuk menyebarkan file video lagu ke setiap titik adalah 7,5 jam. Tabel siklus distribusi video lagu baru pada topologi II dapat dilihat pada halaman berikut. Diasumsikan distribusi dimulai pada pukul 09.00 WIB dan menggunakan usulan kecepatan akses I.
62 Tabel 4.6 Siklus distribusi video lagu baru pada topologi II Siklus distribusi II III IV
Gerai
DKI Jakarta
P. Jawa
P. Sulawesi
I V Kelapa Gading 1 12.00 Kelapa Gading 2 15.00 Kelapa Gading 3 21.00 Mega Mal 1 18.00 21.00 Mega Mal 2 Fatmawati 1 18.00 21.00 Fatmawati 2 21.00 Meruya Surabaya 1 15.00 Surabaya 2 18.00 21.00 Surabaya 3 Surabaya 4 00.00 21.00 Jogjakarta Ujung Pandang 18.00 21.00 Makasar
Keunggulan yang dimiliki topologi kedua adalah efisiensi waktu. Dengan topologi kedua, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan satu file video lagu baru lebih singkat. Tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan jumlah gerai yang telah menerima video lagu selama lima siklus distrbusi.
Tabel 4.7 Perbandingan jumlah gerai penerima video lagu Siklus distribusi I II III IV V
Topologi I II 1 1 3 3 7 7 12 14 15 15
63 4.1.2.3 Alasan Pemilihan Kecepatan Akses Tabel 4.8 Perbandingan waktu distribusi dengan usulan kecepatan akses Kecepatan akses (Kbps) 64 128
Waktu yang diperlukan pada topologi I II 15 jam 15 jam 7,5 jam 7,5 jam
Bagi perusahaan, bila pendistribusian video lagu tidak melebihi waktu 24 jam maka tidak menjadi masalah. Sehingga kecepatan akses yang dipilih adalah 128 Kbps untuk kantor pusat dan 64 Kbps untuk gerai.
4.1.2.4 Alasan Pemilihan Topologi Jaringan Komputer Berdasarkan informasi di atas, dapat dilakukan perbandingan keunggulan dan kelemahan usulan topologi pertama dan kedua yang menyangkut beberapa aspek: a. Strukturisasi Pada
usulan
topologi
pertama,
terbentuk
suatu
struktur
pendistribusian yang jelas. Sehingga tanggung jawab setiap gerai dalam menerima dan menyebarkan file video lagu pun jelas. Sedangkan
pada topologi kedua, bentuk struktur distribusi di
tingkat kepulauan tidak memungkinkan hal tersebut. Topolodi mesh membuat setiap gerai dapat menerima maupun menyebarkan file video lagu pada gerai yang berlainan pada setiap kali distribusi.
64 Strukturisasi
yang
baik
memudahkan
kantor
pusat
untuk
mengontrol distribusi dan melacak kesalahan dengan lebih mudah. a. Efisiensi waktu. Sesuai dengan Tabel 4.5 terlihat bahwa dengan usulan topologi kedua, jumlah gerai yang telah menerima file video lagu baru di siklus
distribusi
keempat
lebih
banyak
daripada
dengan
menggunakan usulan topologi pertama. Untuk mendapatkan perbandingan di masa yang akan datang, dilakukan permisalan telah dibuka beberapa gerai baru yaitu: 1 di Jakarta Barat, 1 di Jakarta Pusat, 1 di Jakarta Utara, 1 di Tanggerang, 1 di Bandung dan 1 di Pontianak. Di halaman berikut terdapat tabel contoh siklus distribusi video lagu baru pada topologi I di masa mendatang. Tabel contoh siklus distribusi video lagu baru pada topologi I di masa mendatang dapat dilihat pada halaman berikut.
65 Tabel 4.9 Contoh siklus distribusi video lagu baru pada topologi I di masa mendatang
Gerai Kelapa Gading 1 Kelapa Gading 2 Kelapa Gading 3 Mega Mal 1 Mega Mal 2 Jakarta Utara DKI Jakarta Jakarta Pusat Fatmawati 1 Fatmawati 2 Meruya Jakarta Barat Tanggerang Surabaya 1 Surabaya 2 Surabaya 3 P. Jawa Surabaya 4 Jogjakarta Bandung P. Sulawesi Ujung Pandang Makasar Pontianak P. Kalimantan
I x
Siklus distribusi II III IV V
VI
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
Tabel contoh siklus distribusi video lagu baru pada topologi II di masa mendatang dapat dilihat pada halaman berikut.
66 Tabel 4.10 Contoh siklus distribusi video lagu baru pada topologi II di masa mendatang
Gerai Kelapa Gading 1 Kelapa Gading 2 Kelapa Gading 3 Mega Mal 1 Mega Mal 2 Jakarta Utara DKI Jakarta Jakarta Pusat Fatmawati 1 Fatmawati 2 Meruya Jakarta Barat Tanggerang Surabaya 1 Surabaya 2 Surabaya 3 P. Jawa Surabaya 4 Jogjakarta Bandung Ujung Pandang P. Sulawesi Makasar Pontianak P. Kalimantan
I x
Siklus distribusi II III IV
V
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
Tabel 4.11 Perbandingan jumlah gerai penerima video lagu Siklus distribusi I II III IV V VI
Topologi I II 1 1 3 3 7 7 14 15 19 21 21 21
67 Perhitungan waktu total: ttotal I = 6 * 3 jam = 18 jam
ttotal II = 5 * 3 jam = 15 jam
Jadi waktu yang dibutuhkan seluruh jaringan usulan I untuk menyebarkan file video lagu ke setiap titik adalah 17 jam 12 menit dan 14 jam 20 menit untuk usulan II. Sehingga dapat disimpulkan untuk masa mendatang, penerapan usulan topologi II akan lebih mengefisiensi waktu. b. Pengembangan jaringan Pada usulan topologi pertama, posisi gerai baru di masa yang akan datang dapat dengan mudah ditentukan dikarenakan penempatan titik yang berdasarkan regional. Dengan demikian, tanggung jawab gerai tersebut dalam distribusi video lagu secara mudah dapat didefinisikan. Tetapi pada topologi kedua, hal tersebut akan membuat perubahan besar pada jaringan dan menambah kerumitan topologi. Dengan pertimbangan di atas, PT NAV Bima Pratama memilih untuk menggunakan topologi pertama untuk jaringan komputer perusahaan mereka. Alasan pemilihan tersebut karena mereka lebih mengutamakan strukturisasi yang jelas untuk
68 pengontrolan dan pengendalian perusahaan yang lebih baik. Dan perbedaan efisiensi waktu antara kedua usulan topologi dianggap tidak terlalu signifikan sehingga dapat diabaikan. LAN di setiap gerai tetap digunakan tetapi dilengkapi dengan router dan modem yang menghubungkan jaringan LAN dengan layanan Frame Relay. Modem tersebut dipinjamkan oleh pihak penyedia layanan Frame Relay. Di bawah ini adalah gambar usulan topologi jaringan komputer pada setiap gerai yang dilengkapi dengan router dan modem. Jumlah PC client bervariasi tergantung pada masing-masing outlet. Gambar usulan topologi jaringan komputer dengan sistem baru pada setiap gerai dapat dilihat pada halaman berikut.
69
Gambar 4.3 Usulan topologi jaringan komputer dengan sistem baru pada setiap gerai
70 4.2 Simulasi Untuk
memperkuat
hasil
analisis,
telah
dilakukan
simulasi
dengan
menggunakan software OPNET 9.1. Software ini dipilih karena telah banyak digunakan oleh beberapa universitas terkemuka di seluruh dunia untuk menganalisis hasil rancangan sebuah jaringan komputer. Kelebihan OPNET dibandingkan dengan software simulasi jaringan komputer lainnya adalah lebih mudah digunakan dan dapat berjalan pada operating system Windows. OPNET yang digunakan untuk mensimulasikan rancangan jaringan komputer ini adalah OPNET 9.1.A yang diluncurkan pada tahun 1995. OPNET memungkinkan pemodelan topologi jaringan dengan pendekatan nested sub-networking (terdapat sub-network di dalam suatu network).
Dengan
menggunakan OPNET, pengguna dapat memodifikasi parameter jaringan dan melihat secara langsung efek yang terjadi dari perubahan ini. Simulasi adalah model dari realitas, tujuan dibuatnya simulasi ini adalah untuk mengetahui apakah jaringan yang dirancang dapat berjalan dengan baik. Berikut akan dijelaskan mengenai simulasi usulan perancangan jaringan Frame Relay dari PT. NAV Bima Pratama dengan menggunakan software OPNET versi 9.1.A.
71
Gambar 4.4 Gambaran umum usulan perancangan jaringan
Gambar 4.5 Usulan perancangan jaringan komputer di DKI Jakarta
72
Gambar 4.6 Usulan perancangan jaringan komputer di Surabaya dan Jogjakarta
Gambar 4.7 Usulan perancangan jaringan komputer pusat di Surabaya
73
Gambar 4.8 Usulan perancangan jaringan komputer di Ujung Pandang dan Makassar
Konfigurasi aplikasi adalah konfigurasi yang berisi aplikasi yang digunakan dalam jaringan yang disimulasikan. Aplikasi ini dapat didefinisikan dalam bentuk tugas-tugas, fase, permintaan, dan respon. Dalam konfigurasi aplikasi dibuat beberapa jenis traffic yang sesuai dengan aktivitas yang dilakukan oleh tiap-tiap workstation menggunakan jaringan. Beberapa jenis traffic tersebut antara lain: Transfer File Video Lagu (High Load), Data Kasir (Low Load).
74 Konfigurasi profil adalah konfigurasi yang berisi profil-profil yang diterapkan pada tiap-tiap workstation, server, atau LAN. Setiap profil mendefinisikan pola aplikasi yang digunakan oleh sekumpulan user tertentu dalam suatu rentang waktu. Dalam konfigurasi profil dibuat beberapa macam profil yang sesuai dengan kegunaan dari masing-masing workstation. Simulasi dibuat dalam beberapa kondisi sebagai berikut : 1. Pusat yang terletak di Surabaya terhubung secara logikal kepada child dibawahnya yakni Kelapa Gading 1, Surabaya 1, dan Ujung Pandang dengan PVC. Sedangkan secara fisik keempat node tersebut terhubung kepada frame relay cloud dengan menggunakan kabel T1. 2. Setiap router child terhubung secara logikal kepada router node diatasnya dengan kecepatan akses 64 Kbps dan CIR 32 Kbps menggunakan PVC. 3. Setiap LAN yang terdapat pada setiap gerai dan server yang terdapat di pusat terhubung ke router menggunakan kabel UTP 100 base T. Setelah disimulasikan selama 172 menit waktu simulasi, dapat terlihat jumlah transaksi data yang sudah terjadi melalui grafik dibawah ini :
75
Gambar 4.9 Jumlah data pada periode transfer file video lagu pada siklus I
Setelah disimulasikan selama 3 jam waktu simulasi, dapat terlihat transaksi data yang sudah terjadi dengan melihat grafik dibawah ini.
76
Gambar 4.10 Jumlah data pada periode transfer file video lagu pada siklus II
4.3 Evaluasi Setelah mengimplementasikan usulan rancangan jaringan komputer dengan OPNET 9.1.A, didapat hasil evaluasi seperti pada gambar 4.9 dan 4.10. Dapat terlihat bahwa hasil perhitungan pada subbab 4.1.2.3 tidak jauh berbeda dengan hasil simulasinya. Hal ini menunjukkan bahwa usulan jaringan komputer sudah sesuai dengan yang diharapkan.
77 4.4 Rekomendasi 4.4.1 Strategi Penerapan Sistem Baru Penerapan sistem yang baru dibagi menjadi dua tahap besar yaitu tahap uji coba dan migrasi. Uji coba akan dilakukan pada kantor pusat dan gerai Kelapa Gading 1. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Dibawah ini dapat dilihat usulan tahapan dan jadwal uji coba.
Gambar 4.11 Penjadwalan tahap uji coba Pada gambar di atas, diasumsikan uji coba dan error checking dilakukan sebanyak empat kali. Setelah uji coba selesai dilakukan, perusahaan akan memutuskan apakah akan dilakukan migrasi dari sistem lama ke baru.
78 Berikut adalah tiga teknik migrasi sistem lama ke sistem baru: a. Paralel Teknik ini menjalankan sistem yang baru tanpa menghentikan sistem yang lama. Jadi pada saat yang bersamaan, terdapat dua sistem berbeda yang berjalan secara pararel. Keunggulan : •
Bisa dibandingkan secara langsung kinerja antara kedua sistem pada perusahaan secara keseluruhan.
•
Mengurangi resiko waktu karena bila sistem yang baru tidak berjalan dengan baik, sistem yang lama masih ada untuk menopang kegiatan bisnis.
Kelemahan: •
Dibutuhkan biaya lebih untuk menjalankan dua sistem secara bersamaan.
Gambar 4.12 Penjadwalan migrasi paralel
79 Untuk teknik ini, disarankan evaluasi yang mendalam terhadap pertimbangan penerapan sistem yang baru karena harus dikeluarkan biaya untuk instalasi dan pemakaian Frame Relay serta pembelian peralatan jaringan, seperti router, untuk setiap gerai. Untuk waktu uji coba sistem yang baru disarankan satu bulan karena waktu tersebut dianggap cukup untuk membuat perbandingan secara langsung antar kinerja sistem lama dan baru. b. Cut-over Teknik ini menghentikan operasi sistem yang lama secara total dan menggunakan sistem yang baru sebagai penggantinya. Keunggulan: •
Biaya operasi perusahaan hanya untuk sistem yang baru
•
Apabila sistem baru berjalan dengan baik, maka semua gerai akan merasakan keuntungan.
Kelemahan: •
Apabila sistem yang baru tidak berjalan dengan baik maka kinerja perusahaan akan sangat terganggu.
Gambar 4.13 Penjadwalan migrasi cut-over
80 Untuk teknik ini, disarankan evaluasi yang mendalam terhadap pertimbangan penerapan sistem yang baru karena harus dikeluarkan biaya untuk instalasi dan pemakaian Frame Relay serta pembelian peralatan jaringan, seperti router, untuk setiap gerai. c. Pilot Project Teknik ini pada awalnya menerapkan sistem baru hanya pada salah satu gerai sebelum diimplementasikan ke semua gerai. Keunggulan: •
Biaya yang dikeluarkan hanya untuk implementasi sistem yang baru untuk cabang yang terpilih
•
Mengurangi resiko waktu karena bila sistem yang baru tidak berjalan dengan baik, tidak mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Kelemahan •
Apabila sistem yang baru tidak berjalan dengan baik maka kinerja gerai yang memakai sistem tersebut akan sangat terganggu.
Gambar 4.14 Penjadwalan migrasi pilot project
81 Untuk teknik ini, disarankan satu bulan masa uji coba penerapan sistem
baru.
Waktu
tersebut
dianggap
cukup
untuk
membuat
perbandingan secara langsung antar kinerja sistem lama dan baru. Migrasi pilot project diaplikasikan kepada kedua gerai yang telah diuji coba.
4.4.2 Peralatan Jaringan Sistem Baru Untuk pengembangan jaringan komputer PT NAV Bima Pratama menggunakan Frame Relay, pihak provider akan meminjamkan modem Frame Relay kepada setiap gerai. Sedangkan persiapan perusahaan adalah sebagai berikut: Persiapan PT NAV Bima Pratama: a. Local Area Network (LAN). b. Satu router untuk setiap gerai. c. Uninterruptible Power Supply (UPS). d. Nomor telepon yang akan digunakan untuk koneksi Frame Relay.
82 4.4.3 Biaya Instalasi Frame Relay Tabel 4.12 Rincian biaya penggunaan Frame Relay dari salah satu provider
Lokasi Surabaya (pusat) Surabaya Jakarta Jogjakarta Ujung Pandang Makassar Total
Biaya Pasang (Rp) 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 27.000.000
Akses (Kbps) 128 64 64 64 64 64
Biaya bulanan CIR Rp (Kbps) 5.000.000 4.075.000 32 4.075.000 32 4.075.000 32 4.075.000 32 4.075.000 32 16.300.000
Rp 800.000 800.000 800.000 1.000.000 1.000.000 4.400.000
Tabel 4.13 Perhitungan biaya pasang semua gerai Lokasi
Jumlah titik
Surabaya (pusat) Surabaya Jakarta Jogjakarta Ujung Pandang Makassar Total
1 4 8 1 1 1 16
Biaya pasang (Rp) 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 27.000.000
Total (Rp) 4.500.000 18.000.000 36.000.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 72.000.000
Berdasarkan tabel di atas, jumlah biaya pasang Frame Relay untuk semua gerai adalah Rp72.000.000.
83 Tabel 4.14 Perhitungan jumlah biaya bulanan semua gerai Jumlah titik
Lokasi Surabaya (pusat) Surabaya Jakarta Jogjakarta Ujung Pandang Makassar Total
1 4 8 1 1 1 16
Biaya bulanan (Rp) 5.000.000 4.075.000 4.075.000 4.075.000 4.075.000 4.075.000
CIR (Rp) 800.000 800.000 800.000 1.000.000 1.000.000
Total (Rp) 5.000.000 19.500.000 39.000.000 4.875.000 5.075.000 5.075.000 78.525.000
Berdasarkan tabel di atas, jumlah biaya bulanan Frame Relay untuk semua gerai adalah Rp78.525.000. Perhitungan biaya di atas tidak termasuk biaya untuk hardware, software, dan brainware untuk mendukung implementasi jaringan komputer yang baru.