BAB 4 PEMBAHASAN
4.1
Sinopsis Film Elizabeth: The Golden Age Film ini menceritakan tentang kehidupan Ratu Elizabeth I dalam
mempertahankan tahta kerajaannya di Inggris pada abad ke-16. Diceritakan Ratu Elizabeth I mendapat perlawanan bahkan berusaha dibunuh oleh sepupunya Mary Stuart yang ternyata memiliki niat buruk untuk menggulingkan dan merebut singgasananya. Demi merealisasikan misi busuk ini, Mary Stuart berkonspirasi dengan penguasa Spanyol, Raja Philip II yang dikenal memiliki kekuatan armada laut yang besar dan juga berambisi untuk meng-katolik kan seluruh dunia, termasuk Inggris. Rencana pengalihan dan penyerangan oleh kaum katolik yang dipimpin
Raja
Philip
dilaksanakan
dengan
rapi,
sehingga
ratu
tidak
mengetahuinya. Sementara itu, Ratu Elizabeth yang mendapat julukan The Virgin Queen tengah dipusingkan dengan beberapa raja ataupun pangeran yang berniat melamarnya untuk menjadi Raja di Inggris sekaligus memperluas daerah kekuasaannya. Salah satu dari para pelamar itu adalah Sir Walter Raleigh, seorang bajak laut yang baru pulang dari Amerika dan habis membajak kapal kerajaan Spanyol. Ratu Elizabeth tertarik dengan Raleigh yang berbeda dengan pelamarpelamar lainnya sehingga ia mengutus dayang kepercayaannya, Bess, untuk mengenal dan mencari tahu tentang Raleigh. Ratu Elizabeth dan Raleigh semakin
48
dekat karena pria itu sering diminta untuk menceritakan pengalamannnya sebagai bajak laut. Sayangnya, hubungan Ratu dengannya dipandang tidak cocok karena Raleigh hanya seorang bajak laut, dan tidak setara dengan Ratu Elizabeth. Suatu hari saat Ratu Elizabeth sedang beribadah bersama para dayangnya, ada seorang pemberontak utusan Mary Stuart dan Raja Philip yang mau membunuh Ratu. Ia menerobos pengawal kerajaan dan menembak Ratu. Untungnya, ternyata pistol yang dibawa pemberonak itu kosong. Ia pun dibawa ke penjara dan disiksa untuk memberi kesaksian siapa yang telah mengutusnya. Akhirnya diketahui bahwa Mary Stuart yang mengutus orang itu melalui surat yang dititipkan kepada pelayannya. Surat itu pun menjadi barang bukti untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Mary Stuart. Awalnya Ratu Elizabeth tidak tega untuk menghukum sepupunya sendiri, namun desakan dari penasehat dan dewan kerajaan bahwa hukum harus ditegakkan, maka akhirnya Ratu menandatangani keputusan hukuman pancung untuk Mary Stuart. Esoknya, Mary Stuart menemui ajalnya di hukuman pancung. Mengetahui berita kematian Mary Stuart, Raja Philiph marah dan segera memulai perang yang telah lama ia siapkan untuk melawan Inggris. Penasehat kerajaan segera memberitahu Ratu Elizabeth bahwa Spanyol dalam waktu dekat akan datang membawa peperangan. Ditengah kebingungan dan ketidak siapan Ratu untuk mengadakan perlawanan, ia juga diberi kabar bahwa Bess hamil mengandung anak Raleigh. Ratu murka dan segera mencari Bess. Ratu sangat marah karena Bess telah berani menyimpan rahasia darinya. Apalagi seharusnya seorang dayang kerajaan tidak diperbolehkana menikah tanpa persetujuan 49
kerajaan. Ratu yang merasa sangat sakit hatinya karena dikhianati dayang kepercayaannya langsung mengusir Bess, bahkan memerintahkan penasehatnya untuk memenjarakan Bess dan Raleigh. Sementara Ratu Elizabeth harus mengesampingkan rasa sakit hatinya dan mempersiapkan strategi perang melawan Spanyol. Kedatangan armada perang Spanyol yang semakin dekat dan kurangnya orang dari pihak Inggris, akhirnya membuat Ratu memutuskan untuk membebaskan semua tahanan semua tahanan dari penjara termasuk Raleigh. Perang pun tak terelakkan, Ratu Elizabeth memberi keputusan dalam aksi perlawanan bahkan turun langsung ke medan perang menggunakan baju besi untuk mengajak rakyatnya membela negara Inggris hingga akhir. Di laut, Raleigh juga memberi strategi perang yang berhasil membuat armada Spanyol kewalahan. Setelah perang yang berlangsung lama, akhirnya Inggris dibawah pimpinan Ratu Elizabeth berhasil mengalahkan Spanyol. 10 tahun kemudian, Raja Philiph meninggal dunia, meninggalkan Spanyol yang bangkrut akibat perang. Dan Ratu Elizabeth terus mendapatkan kejayaan di kerajaannya.
4.2
Karakter Tokoh Utama 1.
Ratu Elizabeth I
: Cate Blanchett
2.
Sir Walter Raleigh
: Clive Owen
3.
Bess
4.
Mary stuart
: Abbie Cornish
: Samantha Morton
50
4.3
5.
Raja Philiph
: Jordi Molla
6.
Walsingham : Geoffrey Rush
Identitas Film Elizabeth: The Golden Age 1.
Title
: Elizabeth; The Golden Age
2.
Producer
: Tim Bevan
Eric Fellner Jonathan Cavendish 3.
Director
: Shekhar Kapur
4.
Editor : Jill Bilcock
5.
Writer : William Nicholson dan Michael Hirst
6.
Music Director
: A. R. Rahman dan Craig Armstrong.
7.
Cinematography
: Remi Adefarasin
8.
Release Date : 9 September 2007 (Premier, Kanada) 23 October 2007 (London) 12 Oktober 2007 (Indonesia)
51
4.4
Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Sign, Objek, dan Interpretant Nilai-Nilai Femeinisme dalam Film Elizabeth: The Golden Age
Tabel 1 : Pengenalan Ratu Elizabeth No. Scene: 1
Visual (sign) 00.00.45 – 00.01.25
Object
Interpretant
Gambar yang menggunakan teknik medium Adegan pada gambar ini ada pada awal film close up ini mempertegas profil orang yang yaitu ada pada gambar. Dalam
gambar
perempuan
ini
terlihat
memakai
pakaian
scene
pertama
mengenalkan
seorang
yang tokoh
langsung utama
seorang perempuan menjadi tanda masuknya film ini yang sebagai film feminis.
glamour dengan warna keemasan dan Perempuan
dalam
gambar
tersebut
kerah lebar menutupi lehernya. Serta merupakan seorang Ratu, dapat dilihat dari menggunakan aksesoris kalung emas dan pakaian dan atribut yang dikenakannya dan anting
berwarna
biru
yang
juga diperjelas dengan tulisan “DIPIMPIN OLEH
menekankan kemewahan pada wanita ini. SEORANG RATU PROTESTAN”. Ratu
52
Juga
ada
teks
“DIPIMPIN
OLEH adalah sebutan bagi seorang pemimpin suatu
SEORANG RATU PROTESTAN” yang kerajaan yang berjenis kelamin perempuan, menerangkan
siapa
gambar ini.
perempuan
dalam yang dalam gambar ini maksudnya adalah Ratu Elizabeth. Tanda yang dimaknai dalam gambar ini termasuk jenis Ikon, yaitu sosok seorang perempuan memakai gaun adalah tanda yang menyerupai sebuah ikon sosok seorang Ratu.
Analisa: Scene pertama ini dimulai dengan membicarakan latar belakang cerita dan mengenalkan sang tokoh protagonist dan antagonisnya, yaitu Ratu Elizabeth dan Raja Philip. Diceritakan bahwa pada masa itu Raja Philip dari kerajaan Spanyol adalah seorang pemeluk Katolik taat dan ingin meng-Katolikkan seluruh dunia termasuk Eropa. Ia adalah pemimpin dari kerajaan yang paling berkuasa pada masa itu. Hanya Inggris yang berani melawannya, dan Inggris dipimpin oleh seorang Ratu Protestan, yaitu Ratu Elizabeth. Penggambaran nilai feminisme terlihat dari sosok Ratu Elizabeth sebagai pemimpin perempuan yang berani melawan Raja Philip yang saat itu merupakan pemimpin dari kerajaan paling berkuasa. Hal ini sesuai dan menjadi bagian dari konsep feminisme bahwa ketika perempuan menjadi seorang pemimpin ia memiliki karakter percaya diri, dan bertindak tegas.
53
Tabel 2: Pertemuan Dewan Kerajaan No. Scene: 4
Visual (sign) 00.03.15 – 00.04.10
Object
Interpretant
Gambar ini menggunakan teknik grup shot, Adegan yang masih berada pada awal film yang
fungsinya
untuk
memperlihatkan ini yaitu scene keempat, memperlihatkan
adegan sekelompok orang dalam melakukan seorang suatu aktifitas.
perempuan
beberapa
orang
Dalam gambar ini terlihat seorang wanita mengadakan sedang
mengadakan
pertemuan
dengan bergaun
merah
berada
diantara
laki-laki
sedang
pertemuan. tersebut
Perempuan adalah
Ratu
beberapa orang laki-laki. Sang perempuan Elizabeth ditandai oleh gaun dan aksesoris menggunakan gaun berwarna merah dan yang dikenakannya. Posisi duduk Ratu yang hiasan dikepala yang terbuat dari bulu, berada di bagian ujung meja diantara para sedang berbicara dan para laki-laki terlihat laki-laki itu menjadi tanda bahwa ia sebagai serius memperhatikan. Serta adanya teks dari pemimpin dalam pertemuan tersebut. perkataan Ratu: “Aku yakin rakyat Inggris
Ucapan
“Aku
yakin
rakyat
Inggris
54
menyayangi
Ratu
mereka”.
Dalam mencintai Ratu mereka” menggambarkan
pertemuan ini sang Ratu terlihat sebagai kepercayaan diri yang dimiliki oleh Ratu. satu-satunya perempuan diantara para dewan Hal tersebut juga sesuai dengan pandangan kerajaan dan pengawal yang semuanya laki- feminisme bahwa dalam menjalankan peran laki.
sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik
percaya diri serta bekerja
untuk kepentingan orang lain, dalam hal ini yaitu rakyat yang dipimpinnya. Tanda pada gambar ini termasuk pada jenis Ikon, dimana ada seorang perempuan memakai gaun dan hiasan kepala sebagai sebuah tanda yang dapat dimaknai bahwa ia menyerupai seorang Ratu karena Ratu memiliki ciri-ciri demikian.
Analisa: Dalam scene ini, Ratu terlihat sebagai satu-satunya perempuan, bahkan ia yang memimpin para laki-laki dalam pertemuan tersebut. Sebagai perempuan disini Ratu diperlihatkan memiliki derajat yang lebih tinggi dari para laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki yaitu bisa menjadi seorang pemimpin. Selain itu, Ratu meyakini bahwa dirinya disayangi oleh rakyatnya hal ini menunjukkan kepercayaan diri yang
55
tinggi, sesuai dengan pandangan dalam feminisme bahwa dalam menjalankan peran sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik percaya diri serta bekerja untuk kepentingan orang lain, dalam hal ini yaitu rakyat yang dipimpinnya.
Tabel 3: Pengawalan terhadap Ratu Elizabeth No. Scene: 9
Visual (sign) 00.05.24 – 00.06.45
Object
Interpretant
Gambar yang diambil dengan teknik full Sang perempuan itu adalah Ratu ditandai shot ini memperjelas suatu objek dengan oleh gaun dan atribut yang dikenakannya, lingkungan disekelilingnya.
serta laki-laki dibelakangnya adalah dewan
Dalam gambar tersebut terlihat beberapa kerajaan yang ditandai oleh pakaiannya dan laki-laki menundukkan kepalanya saat cara berjalannya yang mengikuti Ratu dari seorang perempuan yang memakai gaun belakang. Kemudian para laki-laki yang merah dan seorang laki-laki berjubah hitam menundukkan kepala tersebut adalah rakyat dibelakangnya sedang melewati mereka. biasa dapat dilihat dari pakaian yang
56
Laki-laki yang memakai jubah hitam itu dikenakan, mereka menundukkan kepala terlihat berjalan mengikuti sang perempuan sebagai tanda penghormatan terhadap Ratu dibelakangnya. Dalam gambar ini mereka dan dewan kerajaan. terlihat memasuki sebuah gedung yang Menundukkan sedang direnovasi.
kepala
saat
ada
Ratu,
menandakan rasa hormat kepada sang Ratu. Ini berarti Ratu begitu dijunjung tinggi oleh rakyatnya, dan dewan kerajaan yang berjalan di
belakang
berarti
memberikan
perlindungan kepada Ratu. Hal-hal tersebut menunjukkan
Ratu
adalah
seorang
perempuan yang kedudukannya superior dibanding laki-laki. Hal ini juga sesuai dengan konsep feminisme bahwa sebagai pemimpin,
perempuan
mempunyai
karakteristik untuk memimpin orang lain bukan menguasai orang lain serta percaya diri. Tanda pada gambar ini adalah jenis symbol karena saat Ratu sedang berjalan digambarkan ada beberapa orang yang menundukkan
kepala dan
ada
seorang
penasehat yang mengikutinya dari belakang. Hal ini adalah symbol penghormatan dan kekuasaan Ratu.
57
Analisa: Dalam
scene
ini
diceritakan
Ratu
Elizabeth
dan
Walsingham,
penasehatnya, sedang berjalan di luar istana. Walsingham berjalan dibelakang Ratu menunjukkan bahwa ia melindungi sang Ratu. Kemudian saat Ratu Elizabeth dan Walsingham melewati beberapa orang penduduk, mereka langsung menundukkan badan, sebagai tanda penghormatan. Hal ini menggambarkan bahwa Ratu adalah seorang perempuan yang memiliki derajat yang tinggi sebagai seorang pemimpin sehingga ia harus dilindungi dan dihormati tanpa memandang gender. Hal ini juga sesuai dengan konsep feminisme bahwa sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik untuk memimpin orang lain bukan menguasai orang lain serta percaya diri. Tabel 4: Penghormatan terhadap Ratu Elizabeth No. Scene: 11
Visual (sign) 00.08.45 – 00.09.41
Object
Interpretant
Gambar yang diambil secara long shot ini Perempuan yang menggunakan gaun putih menunjukkan objek dengan lingkungan di tersebut adalah Ratu Elizabeth yang ditandai sekelilingnya secara lebih luas.
oleh gaun mewah yang ia pakai. Para laki-
58
Dalam gambar ini yang menjadi fokus objek laki
yang
adalah seorang perempuan memakai gaun menunjukkan
memegangi
tenda
tersebut
bahwa
mereka
adalah
putih mewah berjubah panjang yang sedang pengawal yang melindungi Ratu dari cuaca berjalan
diantara
disekelilingnya
yang
kerumunan
orang panas, sekaligus memperlihatkan betapa
memakai
pakaian istimewanya seorang Ratu hingga ia tidak
sederhana. Perempuan bergaun putih itu boleh kepanasan. Kemudian beberapa orang berjalan
dengan
4
orang
laki-laki yang memakai pakaian yang sederhana
memegang semacam tenda kecil untuk ditandai sebagai penduduk atau rakyat biasa. memayungi sang perempuan. Selain itu Tundukkan kepala yang mereka lakukan beberapa orang terlihat menunduk saat ketika Ratu dan rombongannya datang, rombongan tersebut melewati mereka.
menandakan suatu penghormatan bagi sang perempuan yang juga menandakan bahwa ia merupakan pemimpin bagi mereka. Tanda yang ada pada gambar ini adalah jenis symbol karena saat Ratu sedang berjalan digambarkan ada beberapa orang yang menundukkan kepala dan Ratu dipayungi oleh beberapa pengawal. Hal ini adalah symbol penghormatan dan kekuasaan Ratu.
Analisa: Scene ini menceritakan Ratu Elizabeth dan rombongan kerajaan sedang berjalan menuju gereja untuk sembahyang. Sambil menuju kesana Ratu dipayungi
59
oleh 4 orang pengawalnya menggunakan sebuah tenda kecil. Hal ini menandakan bahwa Ratu harus terlindung dari cuaca panas. Kemudian, saat rombongan kerajaan melintas terlihat beberapa orang rakyat biasa yang menundukkan kepalanya sebagai tanda penghormatan. Ini menandakan bahwa Ratu adalah seorang perempuan yang memiliki derajat tinggi sehingga tidak peduli ataupun perempuan, harus menunjukkan rasa hormat keika ada Ratu Elizabeth. Hal ini merupakan bagian dari konsep feminisme atau perempuan sebagai pemimpin bahwa perempuan dapat memiliki derajat yang lebih tinggi daripada laki-laki ketika ia menjadi seorang pemimpin.
Tabel 5: Melindungi Ratu Elizabeth No. Scene: 11
Visual (sign) 00.08.45-00.09.41
Object
Interpretant
Gambar ini diambil dengan teknik big close Jalanan yang dimaksud dalam gambar ini up yang tujuannya untuk memperjelas suatu adalah jalan yang hendak dilewati oleh Ratu. objek.
Jubah yang terhampar di tanah dan teks
Pada gambar tersebut terlihat sebuah jubah tersebut menandakan bahwa jubah hitam itu
60
berwarna hitam terhampar ditanah dan secara sengaja dihamparkan untuk menutupi beberapa
orang terlihat
di
sekitarnya. kubangan yang menghalangi jalan, dalam hal
Kemudian
ada
teks:
“kubangan ini maksudnya adalah jalan yang akan dilalui
menghalangi
jalan”
merupakan
ucapan Ratu. Hal ini menandakan bahwa seorang
seorang laki-laki pemilik jubah tersebut.
Ratu haruslah terjaga, bahkan tidak boleh kotor
karena
kubangan
di
jalan.
Ini
menunjukkan keistimewaan sebagai seorang Ratu, sehingga ia bisa begitu diperhatikan dan dijaga agar tidak terkena kotoran. Tanda yang ada pada gambar ini adalah jenis index yaitu adanya kain jubah ditanah sebagai akibat dari adanya kubangan pada jalan yang akan dilewati Ratu Elizabeth agar Ratu tidak kotor.
Analisa: Dalam scene ini diceritakan, ketika Ratu Elizabeth sedang berjalan ada seorang laki-laki yang tiba-tiba menghamparkan jubahnya ditanah untuk menutupi kubangan agar tidak menghalangi jalan Ratu Elizabeth. Hal ini menjadi tanda bahwa Ratu begitu diperhatikan dan dijaga bahkan tidak boleh terkena kotoran dari kubangan yang ada di jalan. Bahkan seorang laki-laki pun rela mengotori jubahnya untuk memberikan perlakuan istimewa kepada Ratu, ini dapat dimaknai
61
bahwa derajat perempuan terlihat lebih tinggi dari kaum laki-laki ketika sag perempuan adalah seorang pemimpin.
Tabel 6: Penghormatan untuk Ratu Elizabeth No. Scene: 13
Visual (sign) 00.09.56 – 00.11.27
Object
Interpretant
Pengambilan gambar long shot pada gambar Rombongan laki-laki dalam adegan ini ini
memperjelas
beberapa
orang
keberadaan laki-laki,
objek
– adalah utusan kerajaan Spanyol, namun tetap
diantara menundukkan setengah badannya sebagai
lingkungan atau orang-orang yang ada penghormatan disekitarnya.
ketika
menghadap
Ratu
Elizabeth. Hal ini menjadi tanda bahwa
Dalam gambar ini terlihat serombongan sebagai seorang Ratu, perempuan memiliki laki-laki yang menggunakan pakaian hitam derajat yang tinggi dan dominasi diatas kaum khas
kerajaan
sedang
menundukkan laki-laki sehingga ia harus dihormati, tidak
badannya dan menekuk sedikit kakinya di memandang gender. Hal ini sesuai juga dalam sebuah ruangan di dalam istana.
dengan konsep feminisme bahwa perempuan
62
bisa menjadi subjek, dan menjadi pemimpin tidak lagi menjadi monopoli kaum laki-laki. Bahkan derajat perempuan bisa menjadi lebih dari laki-laki ketika ia menjadi seorang pemimpin. Tanda yang ada pada gambar ini adalah jenis symbol karena saat mengahadap kepada Ratu,
para
laki-laki
membungkuk
dan
menundukkan kepalanya. Hal ini adalah symbol penghormatan dan kekuasaan Ratu.
Analisa: Pada scene ini diceritakan rombongan dari kedutaan Spanyol datang menemui Ratu Elizabeth di istana. Saat memasuki ruangan dan bertemu Ratu, sang duta besar beserta rombongannya menundukkan setengah badannya dan menekuk sedikit kakinya secara bersama-sama sebagai tanda penghormatan ketika bertemu seorang Ratu. Walaupun rombongan duta besar semuanya terdiri dari kaum laki-laki, namun tetap harus hormat kepada Ratu sebagai seorang perempuan. Berdasarkan hal ini dapat dimaknai bahwa gambaran feminisme terlihat jelas ketika derajat perempuan diangkat dan kedudukan kaum perempuan tidak selalu dibawah kaum laki-laki.
63
Tabel 7: Keperawanan Seorang Ratu No. Scene: 13
Visual (sign) 00.09.56 – 00.11.27
Object
Interpretant
Gambar ini menggunakan teknik two shot Sang perempuan yang tengah duduk di kursi yang menampilkan dua orang/objek dan singgasana berwarna emas itu ditandai kegiatan yang sedang dilakukan.
sebagai seorang Ratu, dan menunjukkan
Dalam gambar ini terlihat seorang wanita bahwa kedudukannya lebih tinggi daripada yang memakai gaun berwarna kuning dan si laki-laki yang berdiri mendampinginya. hiasan berbentuk bunga di kepalanya sedang Laki-laki tersebut dapat diartikan sebagai duduk di kursi singgasana mewah dengan orang kepercayaan Ratu. Adanya teks dari ornamen ukiran emas. Disebelahnya berdiri perkataan si laki-laki “Keperawanan itu seorang laki-laki memakai jubah hitam keuntungan yang sangat berharga” menjadi megah yang sedang menoleh kearah sang tanda bahwa bagi laki-laki keperawanan perempuan. Teks bertuliskan “Keperawanan seorang perempuan adalah harta berharga itu keuntungan yang sangat berharga” adalah dan perkataan si laki-laki.
perempuan
yang
masih
memiliki
keperawanan adalah suatu keuntungan.
64
Sikap tersebut menunjukkan bahwa si lakilaki menjunjung kehormatan perempuan dan
tidak
memandang
rendah
kaum
perempuan. Hal ini juga menjadi bagian dari
konsep
kesadaran
bahwa feminisme
akan
posisi
wanita
adalah yang
dipandang rendah dalam masyarakat, dan keinginan
untuk
memperbaiki
atau
mengubah keadaan tersebut. Tanda dalam gambar ini termasuk jenis Ikon, karena adanya seorang perempuan mamakai
gaun
megah
dan
hiasan
dikepalanya, kemudian ia duduk diatas singgasana emas dengan seorang yang menjaga disampingnya, merupakan Ikon dari seorang Ratu.
Analisa: Scene ini menceritakan bahwa Ratu Elizabeth sedang dilamar oleh beberapa orang Raja dan Kaisar dari kerajaan lain. sehingga kemudian Walsingham,
penasehat
Ratu,
mengatakan
bahwa
keperawanan
adalah
keuntungan yang sangat berharga. Maksudnya disini adalah dengan Ratu sebagai seorang perempuan perawan, sehingga ia bisa memilih dari para pelamar tersebut
65
untuk menjadi pendampingnya sekaligus memperluas wilayah kekuasaannya. Selain itu, perkataan sang penasehat Ratu dapat dimaknai bahwa bagi sang lakilaki, keperawanan seorang perempuan merupakan sesuatu keuntungan berharga sehingga pantas dijaga. Ini menunjukkan bahwa derajat perempuan diangkat dan kaum laki-laki tidak memandang rendah kaum perempuan bahkan dapat diartikan sebagai sikap menjunjung kehormatan kaum perempuan.
Tabel 8: Kepemimpinan Ratu No. Scene: 35
Visual (sign) 00.36.50 – 00.38.25
Object
Interpretant
Gambar ini diambil menggunakan teknik Perempuan tersebut adalah Ratu Elizabeth long
shot
sehingga
memperlihatkan ditandai oleh pakaian yang ia kenakan, dan
keseluruhan objek dalam gambar ini dan posisi aktifitas yang mereka lakukan. Pada
gambar
perempuan
ini
memakai
terlihat gaun
berjalannya
berada
paling
depan
kemudian diikuti oleh beberapa laki-laki seorang dibelakangnya
yang
juga
menggunakan
berwarna pakaian kerajaan. Dalam gambar ini, Ratu
66
kuning yang sedang berjalan didepan para terlihat
sebagai
satu-satunya
perempuan
laki-laki yang memakai pakaian mewah ala diantara banyaknya kaum laki-laki namun ia kerajaan dan mengikutinya di dalam justru adalah pemimpin mereka, dan para sebuah
lorong
juga laki-laki
tersebut
tengah
beberapa pengawal istana tengah berjaga di berjalan
sambil
mendengarkan
sisi-sisi lorong.
istana.
Terlihat
mengikutinya Ratu
berbicara. Tanda dalam gambar ini termasuk jenis Ikon, karena adanya seorang perempuan mamakai gaun
megah
dan
hiasan
dikepalanya,
kemudian ia dijaga beberapa orang pengawal istana
dan
orang-orang
lain
berjalan
dibelakangnya, merupakan Ikon dari seorang Ratu.
Analisa: Scene ini menceritakan tentang Ratu Elizabeth yang menanyakan rencana pengambilalihan tahta kerajaan Inggris oleh kerajaan Spanyol yang dipimpin oleh Raja Philip kepada duta besar kerajaan Spanyol. Saat Ratu menanyakan hal tersebut ia bersama beberapa orang dewan kerajaan yang mengikutinya dibelakang. Kemudian beberapa orang dari kedutaan Spanyol juga berjalan mengikutinya dibelakang sambil mendengarkan perkataan Ratu. Dalam percakapan ini Ratu terlihat sebagai satu-satunya perempuan dan ia adalah
67
pemimpinnya, ditandai dengan posisinya yang berjalan di depan dan para laki-laki tersebut mengikutinya dari belakang. Posisi kaum perempuan disini adalah sebagai kaum yang superior bahkan lebih tinggi dari para laki-laki. Hal ini menunjukkan bagian dari konsep feminisme bahwa ketika perempuan menjadi pemimpin ia akan memiliki karakter tegas dan percaya diri.
Tabel 9: Keberanian Ratu Elizabeth No. Scene: 35
Visual (sign) 00.36.50 – 00.38.25
Object
Interpretant
Gambar ini menggunakan grup shot untuk Mimik muka Ratu yang tegang dan sorot memperlihatkan beberpa orang sekaligus matanya yang tajam menjadi tanda bahwa dan kegiatan yang sedang dilakukan. Pada
gambar
ini
terlihat
Ratu tengah marah. Dua orang laki-laki yang
seorang berdiri dibelakang Ratu dengan salah satunya
perempuan memakai gaun kuning yang membawa mewah dan segala atributnya sebagai mereka
pedang sedang
menandakan mengawal
dan
bahwa siap
seorang Ratu, dengan sorot mata tajam dan melindungi sang Ratu. Disini diperlihatkan
68
raut
mukanya
tegang.
Dibelakang keistimewaan
Ratu
sebagai
seorang
perempuan tersebut berdiri 3 orang laki- perempuan yang harus dilindungi dan dijaga laki yang memakai pakaian khas kerajaan keselamatannya.
Namun
kemudian
teks
dengan jubah, dan salah satu dari mereka “Beritahu Philip, aku tidak takut padanya, membawa pedang. Teks “Beritahu Philip, pendeta, atau pasukannya” menjadi tanda aku tidak takut padanya, pendeta, atau bahwa sang Ratu bukanlah seorang penakut pasukannya”, perempuan.
adalah
ucapan
sang terhadap Philip yang maksudnya disini adalah seorang laki-laki. Ini juga dapat dimaknai bahwa sebagai seorang pemimpin perempuan, Ratu secara tegas menunjukkan bahwa ia tidak takut kepada kaum laki-laki. Hal ini mencerminkan bagian dari konsep feminisme bahwa ketika sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik percaya diri dan bersikap tegas. Tanda dalam gambar ini termasuk jenis Ikon, karena adanya seorang perempuan mamakai gaun megah dan hiasan dikepalanya, dengan beberapa orang yang menjaga disampingnya, merupakan Ikon dari seorang Ratu.
69
Analisa: Perbincangan antar Ratu dan duta besar kerajaan Spanyol berakhir dengan perselisihan, kemudian Ratu Elizabeth yang tahtanya akan direbut oleh kerajaan Spanyol dengan lantang menyerukan bahwa ia tidak takut kepada Raja Philip, pendetanya, maupun pasukannya. Hal ini menjadi tanda bahwa Ratu Elizabeth adalah pemimpin perempuan yang berani. Selain itu dapat dimakanai juga bahwa gender tidak menjadi batasan bagi sang Ratu untuk merasa takut kepada kaum laki-laki yaitu Raja Philip dan pasukannya.
Tabel 10: Upaya Pembunuhan Ratu Elizabeth No. Scene: 49
Visual (sign) 00.57.00 – 00.58.37
Object
Interpretant
Gambar yang diambil dengan cara over the Dari gambar ini dapat dilihat seorang pria shoulder ini menunjukkan reaksi yang yang menodongkan senjata kepada Ratu. lebih dekat antara objek yang satu dengan Dapat dimaknai bahwa Ratu hendak dibunuh yang lainnya, dalam gambar ini yaitu sang oleh pria tersebut. Namun sang Ratu terlihat
70
perempuan dan laki-lai dihadapannya .
berdiri menghadap pria itu dan kedua telapak
Dalam gambar ini tampak seorang pria dan tangannya terbuka. Sikap Ratu ini menjadi seorang perempuan dalam sebuah ruangan tanda yang dapat dimaknai sebagai bentuk seperti gereja dengan sang perempuan keberanian
Ratu
berdiri membelakangi altar sembahyang. kemungkinan
ketika
terbunuh
menghadapi
namun
tangan
Dan sang laki-laki sedang menodongkan terbukanya sekaligus menunjukkan bahwa senjata api ke arah seorang perempuan Ratu siap menerima resiko apapun yang akan yang menggunakan gaun putih. Namun terjadi setidaknya ia menghadapinya dan tidak perempuan itu terlihat menghadap laki-laki bersembunyi.
Hal
ini
menunjukkan
yang menodongkan senjata dengan kedua keberanian seorang perempuan yang saat tangan terbuka.
menjadi
seorang
pemimpin
harus
siap
menghadapi berbagai kondisi baik maupun buruk dan ia tetap kuat. Tanda dalam gambar ini termasuk jenis symbol yaitu ketika ada seseorang yang menodongkan pistol kearah Ratu, maka kita bias melihat itu sebagai tanda bahwa Ratu hendak dibunuh.
Analisa: Scene ini menceritakan Ratu Elizabeth yang ingin dibunuh oleh pria misterius yang memberontak dan masuk ke gereja saat Ratu sedang sembahyang.
71
Dalam gambar ini terlihat Ratu Elizabeth sebagai sosok perempuan yang berani bahkan ketika hampir dibunuh. Wajah Ratu menyiratkan ketegangan, namun ia tetap menghadapi laki-laki yang ingin membunuhnya dengan tangan terbuka. Ratu sebagai pemimpin memperlihatkan bahwa ia harus siap dengan segala kondisi dan resiko yang dapat membahayakan keselamatannya. Hal ini menunjukkan Ratu adalah perempuan yang tangguh, tidak kalah dengan kaum laki-laki dan tetap harus siap menghadapi berbagai resiko ketika ia menjadi seorang pemimpin.
Tabel 11: Penyusunan Strategi oleh Ratu Elizabeth No. Scene: 64
Visual (sign) 01.16.20-01.17.40
Object
Interpretant
Gambar ini diambil dari sisi atas dengan Adegan teknik long shot untuk menunjukkan Elizabeth keberadaan
sebuah
objek
dalam yang
scene
ini
sedang
adalah
Ratu
mengadakan
dengan pertemuan dengan beberapa orang dewan
lingkungan yang ada disekelilingnya.
kerajaan, yang semuanya laki-laki dan Ratu
Pada gambar ini terlihat seorang wanita menjadi
satu-satunya
perempuan.
Sang
72
bergaun ungu berada di tengah dan perempuan berdiri ditengah dan berbicara dikelilingi
beberapa
orang
laki-laki menandakan bahwa Ratu yang memimpin
berpakaian
kerajaan
lengkap
sedang pertemuan ini. Adanya teks ”Jadi kita harus
mengadakan pertemuan atau rapat di serang mereka dilautan, sebelum mereka ruangan
yang
memiliki
lantai
yang bergabung” berdasarkan ucapan Ratu dan
bergambar peta negara Inggris yang sangat mereka yang berdiri diatas peta negara Inggris besar. Adanya teks ”Jadi kita harus serang berukuran besar dapat dimaknai bahwa yang mereka
dilautan,
bergabung”
adalah
perempuan.
sebelum ucapan
mereka sedang mereka bahas dalam pertemuan ini sang adalah strategi perang di lautan. Dan Ratu sebagai
seorang pemimpin
menunjukkan
sosok perempuan yang harus bisa mengerti dan
memimpin
memperlihatkan
sebuah Ratu
peperangan. sebagai
Ini
seorang
perempuan yang tidak kalah dengan kaum laki-laki, serta menunjukkan dirinya sebagai perempuan
yang
cerdas
dan
memiliki
kompetensi sebagai pemimpin.
Analisa: Scene ini menceritakan Ratu sedang membahas strategi perang yang akan digunakan oleh armada kerajaan Inggris saat menghadapi serangan dari kerajaan Spanyol di lautan dengan para dewan kerajaan yang semuanya laki-laki sedangkan Ratu sebagai satu-satunya perempuan sekaligus pemimpin mereka.
73
Adegan ini menandakan bahwa Ratu sebagai pemimpin tidak boleh terbatas oleh gender melainkan ia harus cerdas dan mengerti tentang strategi perang demi menyelamatkan negerinya. Hal ini juga merupakan bagian dari konsep feminisme atau perempuan sebagai pemimpin yaitu ketika perempuan menjalankan peran sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik percaya diri dan berkompetensi diri, serta bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, dalam hal ini maksudnya membela kerajaan dan rakyat yang dipimpinnya.
Tabel 12: Ratu Elizabeth Memimpin Perang No. Scene: 75
Visual (sign) 01.26.30-01.28.05
Object
Interpretant
Gambar ini diambil dengan high angle Pakaian besi berjubah perak dan kuda putih untuk menunjukkan tingkat derajat objek yang telah dihias menjadi tanda bahwa –yaitu sang perempuan menjadi lebih perempuan
itu
tinggi atau agung.
perempuan
Pada
gambar
melainkan ini
terlihat
bukan
perempuan yang
biasa,
memiliki
seorang kedudukan tinggi yaitu sebagai pemimpin.
74
perempuan memakai baju besi (pakaian Kemudian
para
laki-laki
yang
memakai
perang) dengan jubah berwarna perak pakaian perang dan berdiri mengelilinginya sedang menunggang kuda putih yang menandakan kedudukan mereka yang lebih dihias dan berada diantara banyak laki- rendah atau dapat dimaknai sebagai prajurit laki yang memakai pakaian perang dan biasa. Disamping itu, seorang Ratu yang berdiri
sambil
memegang
semacam tombak panjang.
senjata menunggang kuda dengan pakaian perang juga dapat dimaknai bahwa ia akan ikut pergi berperang bersama para prajurit. Ini berarti bahwa Ratu sebagai seorang pemimpin tidak hanya tinggal diam di istana namun berani untuk turun ke medan perang. Hal ini sesuai dengan yang ada pada konsep feminisme bahwa dalam menjalankan peran sebagai pemimpin,
perempuan
mempunyai
karakteristik percaya diri, bersikap tegas, bekerja untuk kepentingan orang lain, kerja keras,
dan
bertanggung
jawab
terhadap
pekerjaan. Tanda dalam gambar ini termasuk symbol yaitu adanya seorang yang menunggang kuda dengan memakai baju besi dan beberapa orang yang memegang tombak merupakan tanda jelas bahwa mereka sedang hendak berperang.
75
Analisa: Scene ini menceritakan bahwa Ratu Elizabeth sedang menemui para prajurit yang dibentuk dari rakyat biasa untuk memberi semangat dan memberitahu bahwa armada kerajaan Spanyol telah mendekat dan mereka harus bersiap-siap. Berdasarkan hal ini dapat ditandai bahwa seorang wanita sedang memimpin para prajurit, yang digambarkan terdiri dari kaum laki-laki untuk menghadapi perang. Ini menunjukkan bahwa Ratu siap berperang melawan Spanyol bahkan mau turun ke medan peperangan, bukan sebagai perempuan lemah dan hanya bersembunyi dibalik benteng istana. Ini menandakan seorang perempuan yang superior sekaligus pemimpin yang tegas dan berani. Sikap yang dilakukan Ratu mencerminkan bagian dari konsep perempuan sebagai pemimpin bahwa ketika ia memegang peran sebagai pemimpin, perempuan memiliki karakter tegas dan bertanggungjawab terhadap pekerjaannya, dalam hal ini membela dan mempertahankan negerinya.
Tabel 13: The Virgin Queen No. Scene: 81
Visual (sign) 01.38.41 – 01.40.50
76
Object
Interpretant
Gambar ini menggunakan teknik medium Ratu Elizabeth sedang menggendong anak close up untuk memperlihatkan secara lebih dari seorang dayangnya. Teks “..aku tak dekat dan memperjelas profil orang yang bertuan” yang berdasarkan ucapan sang ada pada gmabar.
Ratu
maksudnya
adalah
karena
Ratu
Pada gambar ini terlihat seorang perempuan Elizabeth disebut sebagai ‘The Virgin memakai gaun putih dengan kerah besar dan Queen’ karena tidak menikah, berarti Ratu hiasan dikepalanya sedang menggendong adalah perempuan bebas yang tak ber-tuan. bayi. Teks “..aku tak bertuan.” adalah Hal itu juga dapat dimaknai bahwa Ratu ucapan sang perempuan.
menjadi sosok perempuan mandiri yang tidak dimiliki siapapun sehingga tidak perlu bergantung kepada kaum laki-laki atas dirinya sendiri. Hal ini merupakan bagian dari konsep feminisme bahwa perempuan bukanlah gender nomor dua setelah lakilaki dan bahwa perempuan juga berhak atas kebebasan dan kebahagiannya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Tanda dalam gambar ini termasuk pada jenis Ikon yaitu adanya seseorang yang memakai gaun mewah dengan kerah lebar yang menutupi lehernya dan menggendong seorang bayi merupakan dari Ikon seorang perempuan.
77
Analisa: Pada scene ini diceritakan Ratu Elizabeth mengatakan bahwa dirinya tidak menikah maka tidak bertuan, tidak memiliki anak maka ia menjadi ibu bagi rakyatnya, dan baginya ini adalah kebebasan besar yang diberikan Tuhan padanya. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa Ratu menjadi seorang pribadi yang bebas. Ia menunjukkan bahwa kaum perempuan bisa menjadi pribadi bebas yang kuat sehingga tidak perlu bergantung kepada siapa pun termasuk kaum laki-laki. Kepercayaan diri membuatnya tangguh, sosok Ratu Elizabeth mempertegas gambaran bahwa seorang wanita bisa memiliki derajat yang sama dengan lakilaki, bahkan wanita juga bisa menjadi pemimpin suatu negara, yang dicintai rakyatnya. Hal ini juga merupakan bagian dari konsep feminisme atau perempuan sebagai pemimpin bahwa ketika perempuan menjadi pemimpin ia memiliki karakter percaya diri, tegas, dan bertanggungjawab terhadap pekerjaannya.
4.5
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis sesuai dengan metode analisis
semiotika Charles Sanders Peirce, penelitian penggambaran nilai-nilai feminisme dalam film Elizabeth: The Golden Age mendapatkan beberapa macam hasil keterkaitan nilai-nilai feminisme ada dalam film ini yang dibahas sebagai berikut; Tabel 1, pada gambar ini memperlihatkan seorang perempuan yang merupakan Ratu Elizabeth dan menceritakan bahwa Ratu Elizabeth adalah pemimpin dari negara Inggris, sebagai negara yang berani melawan Raja Philip
78
dari kerajaan Spanyol yang saat itu berkuasa. Menggambarkan seorang Ratu tentu berbeda dengan perempuan biasa. Ia bisa dikenali dari pakaian benuansa mewah yang dipakainya, dan segala atribut yang menunjukkan identitasnya. Feminisme langsung terlihat dari scene ini, yaitu saat memperkenalkan sang Ratu yang menjadi tokoh utama dalam film Elizabeth: The Golden Age ini karena disini sosok perempuan diperlihatkan sebagai tokoh yang superior, bahkan bisa memimpin suatu kerajaan, dalam film ini maksudnya kerajaan negara Inggris. Selain itu, ia diceritakan sebagai seorang pemimpin yang berani. Hal ini menjadi bagian dari konsep feminisme bahwa seorang wanita bisa mendapatkan hak yang sama dan derajat yang tinggi layaknya kaum laki-laki. Serta ketika perempuan menjadi pemimpin, ia memiliki karakter tegas dan percaya diri, yang disini dicerminkan oleh tokoh Ratu Elizabeth. Tabel 2, pada gambar ini, Ratu terlihat sebagai satu-satunya perempuan. Posisinya sebagai pemimpin ditandai dengan adanya laki-laki yang berjalan mengawal dibelakangnya, serta beberapa orang rakyatnya yang menundukkan kepala saat Ratu lewat. Dalam scene ini, rakyat yang menundukkan kepala dan dewan kerajaan yang berjalan mengawalnya semuanya adalah kaum laki-laki. Ini juga menjadi tanda penggambaran feminisme bahwa Ratu adalah seorang perempuan yang superior dan harus dihormati. Hal ini seperti dijelaskan dalam konsep bahwa sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik untuk memimpin orang lain bukan menguasai orang lain serta percaya diri. Tabel 3, Penggambaran feminisme dalam scene ini terlihat dari perlindungan yang diberikan kepada perempuan yang merupakan seorang
79
pemimpin bagi orang-orang yang ada disana. Ratu menjadi seorang pemimpin yang berkharisma, sehingga rakyat menghormatinya, ditandai dengan tundukkan kepala saat Ratu melewati mereka. Hal ini juga menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin tanpa dipandang rendah oleh kaum laki-laki ditunjukkan dengan adanya rakyat yang juga terdiri dari beberapa orang laki-laki ikut menghormati Ratu. Ini sesuai dengan konsep dalam feminisme bahwa ketika seorang perempuan menjadi pemimpin, ia memimpin orang lain, bukan menguasai orang lain. Tabel 4, pada gambar ini terlihat Ratu Elizabeth berjalan sambil dipayungi oleh 4 orang pengawal yang semuanya laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa Ratu sebagai pemimpin tidak memandang gender dan Ratu adalah seorang perempuan yang memiliki derajat tinggi sampai harus selalu dilindungi. Film ini membawa feminisme dengan sudut pandang bahwa perempuan bisa mendapatkan hak dan derajat yang sama dengan laki-laki, bukan merupakan second gender yang kerap menjadi korban penindasan atau perlakuan tidak adil. Hal ini juga merupakan bagian dari konsep feminisme atau perempuan sebagai pemimpin bahwa kedudukan kaum perempuan seharusnya sederajat atau bisa menjadi lebih tinggi dari kaum laki-laki ketika ia menjadi seorang pemimpin. Tabel 5, dalam scene ini diperlihatkan bahwa Ratu adalah seorang perempuan yang derajatnya begitu dijunjung tinggi, sehingga ia diperlakukan sangat istimewa. Hingga ia harus dijaga, bahkan tidak boleh terkena kotoran dari kubangan yang ada di jalan. Hal ini menunjukkan derajat perempuan tidak selalu dipandang rendah oleh orang lain, dan ketika ia menjadi pemimpin ia mendapat
80
perlakuan khusus. Kemudian perlakuan khusus ini juga menjadi tanda bahwa sang Ratu adalah pemimpin perempuan yang begitu dicintai. Hal ini merupakan bagian dari konsep bahwa kedudukan atau derajat perempuan bisa melebihi kaum lakilaki ketika ia menjadi pemimpin. Tabel 6, Saat menghadap seorang pemimpin, tidak memandang ia dari kaum perempuan, para laki-laki juga harus menunjukkan sikap penghormatan, yang dalam scene ini diperlihatkan dengan menundukkan setengah badannya. Hal ini menjadi tanda bahwa perempuan juga berhak dihormati sesuai dengan kedudukan yang ia miliki tanpa adanya batas gender ataupun dianggap sebagai second gender dari kaum laki-laki. Sikap hormat yang ditunjukkan oleh para lakilaki dalam scene ini dimaknai sebagai wujud penerimaan untuk sang perempuan menjadi pemimpin bagi mereka. Hal ini menjadi cerminan dari konsep bahwa perempuan bisa mendapat derajat yang lebih tinggi dari laki-laki ketika ia menjadi pemimpin. Tabel 7, Dalam scene tersebut, terlihat sang perempuan yang duduk di singgasana emas adalah seorang Ratu yang sedang berinteraksi dengan seorang laki-laki yang mendampinginya. Teks “Keperawanan itu keuntungan yang sangat berharga” adalah perkataan sang laki-laki, merupakan tanda bahwa keperawanan seorang perempuan begitu berharga hingga dianggap sebagai suatu keuntungan, dan menunjukkan bahwa kaum laki-laki dalam film ini tidak memandang rendah kaum perempuan bahkan dapat diartikan sebagai sikap menjunjung kehormatan kaum perempuan, yang disini diwakili oleh sang Ratu. Hal ini sesuai dengan konsep pengertian feminisme sebagai kesadaran akan posisi wanita yang
81
dipandang rendah dalam masyarakat, dan keinginan untuk memperbaiki atau mengubah keadaan tersebut. Pandangan tersebut telah terbantah dalam film ini. Tabel 8, Pada adegan ini terlihat Ratu sebagai satu-satunya perempuan diantara beberapa orang pria yang sedang mengikutinya berjalan dan beberapa pengawal kerajaan. Ia sebagai seorang pemimpin, perkataannya harus disimak dengan baik oleh para dewan kerajaan dan para perwakilan kedutaan Spanyol yang sedang diajak bicara oleh Ratu. Dari adegan ini, ketegasan Ratu Elizabeth sebagai seorang pemimpin perempuan terlihat dari posisinya yang berjalan di depan para laki-laki tersebut. Hal ini mencerminkan bagian dari konsep feminisme atau perempuan sebagai pemimpin yaitu ketika perempuan menjadi pemimpin ia akan memiliki karakter tegas dan percaya diri. Tabel 9, Pada gambar ini Ratu yang terlihat marah dapat ditandai dari ketegangan diwajahnya dan matanya yang melihat tajam kepada lawan bicaranya. Ia sebagai seorang pemimpin, dijaga dan dilindungi oleh para laki-laki yang berdiri dibelakangnya. Namun sang Ratu menunjukkan bahwa ia bukanlah perempuan yang lemah, bahkan dengan tegas ia mengatakan bahwa ia tidak takut terhadap Philip, maupuan pasukannya, yang dapat dimaknai sebagai kaum lakilaki. Dalam scene ini feminisme digambarkan oleh sosok perempuan sebagai pemimpin yang berani dan tegas menyerukan keberaniannya. Bahwa feminisme adalah gerakan yang menginginkan perempuan tidak lagi ditindas dan dianggap sebagai gender nomor dua setelah laki-laki, selain itu hal ini juga mencerminkan bahwa sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik percaya diri dan bersikap tegas.
82
Tabel 10, Dalam gambar ini terlihat Ratu Elizabeth hendak ditembak oleh seorang laki-laki. Namun ia tetap berdiri menghadapi laki-laki itu kemudian membuaka kedua telapak tangannya. Hal ini dapat dimaknai bahwa kaum perempuan tidak selalu diperlihatkan sebagai kaum yang lemah. Bahkan kepada kaum laki-laki ataupun dalam menghadapi kondisi pelik seperti hampir dibunuh, disini Ratu digambarkan sebagai perempuan yang siap dengan segala resiko sebagai seorang pemimpin. Hal ini mencerminkan sikap feminisme yang tidak ingin kaum perempuan dipandang sebagai kaum yang lemah. Tabel 11, pada gambar ini, sekali lagi Ratu diperlihatkan sebagai seorang perempuan yang superior ditengah kaum laki-laki yang menjadi “bawahan”nya. Ratu tengah memimpin strategi perang yang akan digunakan Inggris untuk melawan armada Spanyol. Hal ini menunjukkan Ratu sebagai perempuan yang berwawasan luas dan mengerti apa yang harus ia lakukan untuk kerajaan dan rakyatnya. Sikap yang digambarkan oleh Ratu ini mencerminkan bagian dari konsep feminisme dan perempuan sebagai pemimpin bahwa ketika ia menjalankan peran sebagai pemimpin, perempuan memiliki karakteristik bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan memiliki kompetensi diri. Tabel 12, Dalam scene ini, feminisme digambarkan oleh sikap seorang perempuan yang menjadi pemimpin diantara para laki-laki dan ia bersikap berani untuk ikut berperang bersama para prajuritnya. Sikap Ratu ini menjadi tanda bahwa perempuan bukanlah gender yang lemah, bahkan bisa memimpin kaum laki-laki dan menunggan kudanya sendiri untuk berperang. Hal ini sesuai dengan yang ada pada konsep feminisme bahwa perempuan bisa mendapatkan derajat
83
yang lebih tinggi ketika ia menjadi pemimpin dan dalam menjalankan peran sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik percaya diri, bersikap tegas, bekerja untuk kepentingan orang lain, kerja keras, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Tabel
13, pada scene ini penggambaran nilai feminisme terlihat dari
sosok Ratu Elizabeth sebagai perempuan yang menganggap dirinya tidak dimiliki siapa-siapa karena ia tidak menikah sehingga ia menjadi pribadi yang bebas, namun tetap menjadi ibu bagi rakyatnya. Ini memperlihatkan kehebatan perempuan dimana biasanya perempuan dalam film diperlihatkan sebagai kaum yang lemah atau ditindas. Hal ini juga merupakan bagian dari konsep feminisme bahwa perempuan juga bisa menjadi subjek dalam segala bidang dengan menggunakan pengalamannya sebagai perempuan dan menggunakan perspektif perempuan yang lepas dari mainstream kultur patriarki yang selalu beranjak dari sudut pandang laki-laki.
84