BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Setelah melakukan pengidentifikasian dan analisis mengenai tingkat resiko bencana kebakaran yang dapat terjadi di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, maka dapat diperoleh temuan studi, kesimpulan studi dan dapat diberikan rekomendasi.
4.1 Temuan Studi
Kelurahan Babakan Asih memiliki sumber bahaya kebakaran yang berasal dari : 1. Sistem pemasangan kawat listrik, yaitu kondisi instalasi listrik yang buruk dan banyaknya sambungan listrik dalam satu tiang yang lebih dari tujuh sambungan. 2. Keberadaan minyak tanah dan LPG, yaitu keberadaan pedagang dan pemakai minyak tanah, serta kondisi kompor yang tidak baik dan cara penyimpanan kompor yang tidak sesuai standar. 3. Keberadaan SPBU atau pedagang bensin eceran, yaitu keberadaan pedagang bensin eceran di dalam lingkungan dan SPBU terdekat yang tidak memiliki zona aman. 4. Keberadaan bahan kimia mudah terbakar. 5. Keberadaan industri rumah tangga dengan bahan mudah terbakar. 6. Keberadaan peralatan listrik rumah tangga, yaitu banyaknya jumlah pengguna peralatan listrik, kondisi yang buruk, serta intensitas pemakaian yang tinggi. 7. Penggunaan penerangan non-listrik. 8. Puntung rokok. 9. Penyalaan api secara langsung.
Kelurahan Jamika memiliki sumber bahaya kebakaran yang berasal dari : 1. Sistem pemasangan kawat listrik, yaitu kondisi instalasi listrik yang buruk, banyaknya sambungan listrik dalam satu tiang yang lebih dari tujuh sambungan, dan kondisi kabel listrik yang terbuka. 2. Keberadaan minyak tanah dan LPG, yaitu keberadaan pedagang dan pemakai minyak tanah, serta cara penyimpanan kompor yang tidak sesuai standar. 3. Keberadaan SPBU atau pedagang bensin eceran, yaitu keberadaan pedagang bensin eceran di dalam lingkungan dan SPBU terdekat yang tidak memiliki zona aman. 4. Keberadaan bahan kimia mudah terbakar, 5. Keberadaan industri rumah tangga dengan bahan mudah terbakar, 6. Keberadaan peralatan listrik rumah tangga, banyaknya jumlah pengguna peralatan listrik, kondisi yang buruk, serta intensitas pemakaian yang tinggi. 7. Penggunaan penerangan non-listrik. 8. Puntung rokok. 9. Penyalaan api secara langsung.
Variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika yang tidak sesuai dengan standar adalah : 1. Dari segi ekonomi yaitu keberadaan penduduk yang bekerja di tempat yang berdekatan dengan permukiman padat dan keberadaan rumah tangga miskin; 2. Dari segi sosial kependudukan yaitu keberadaan penduduk usia rentan dan penduduk yang berpenyakit permanen atau cacat, serta kepadatan penduduk; dan 3. Dari segi fisik yaitu keberadaan bangunan berbahan bangunan dan konstruksi tidak tahan api, kepadatan bangunan yang tinggi, tidak adanya jarak antar bangunan, jarak antar jalan besar yang terlalu jauh, serta sempitnya jalan lingkungan.
Variabel ketahanan terhadap kebakaran yang tidak sesuai standar di Kelurahan Babakan Asih adalah : 1. Dari segi ketersediaan prasarana yaitu luas dan lokasi ruang terbuka yang kurang memadai; 2. Dari segi sarana yaitu jumlah dan kondisi kendaraan pemadam kebakaran yang kurang baik, tidak adanya hydrant, kurangnya sumber air, dan kurangnya bahan pemadam bukan air. 3. Dari segi sumber daya manusia yaitu cakupan pelayanan serta jumlah pemadam kebakaran dan tenaga medis yang kurang. 4. Dari segi kelembagaan, yaitu kurangnya jumlah Tagana dan Satwankar Di Kelurahan Jamika, variabel ketahanan yang belum memenuhi standar hampir sama dengan yang ada di Kelurahan Babakan Asih hanya saja dari segi sarana di Kelurahan ini sudah terdapat hydrant.
Nilai resiko bencana kebakaran di Kelurahan Babakan Asih adalah 25 dan Kelurahan Jamika adalah 22. Dengan skala -29 hingga 62, maka tingkat resiko terjadinya bencana kebakaran karena ulah manusia di di Kelurahan Babakan Asih termasuk dalam kelas cukup tinggi, sedangkan Kelurahan Jamika termasuk dalam kelas sedang.
4.2
Kesimpulan Berdasarkan klasifikasi kelas tingkat resiko bencana kebakaran, Kelurahan
Babakan Asih termasuk dalam kelas resiko cukup tinggi, sedangkan Kelurahan Jamika termasuk dalam kelas resiko sedang. Selain itu terdapat beberapa tolok ukur variabel sumber bahaya, kerentanan, dan ketahanan terhadap bahaya kebakaran yang tidak sesuai dengan standar. Oleh karena itu, dalam rangka mengurangi tingkat resiko bencana kebakaran di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika, diperlukan beberapa tindakan mitigasi bencana kebakaran. Bentuk mitigasi bencana yang diusulkan akan dikelompokkan berdasarkan tiga faktor penentu tingkat resiko yaitu sumber bahaya, kerentanan, dan ketahanan. Berikut merupakan bentuk mitigasi yang diusulkan :
Berdasarkan variabel sumber bahaya kebakaran yang tidak sesuai dengan standar 1. Perbaikkan kabel listrik khususnya di Kelurahan Jamika yang masih terdapat kabel tidak tertutup bahan isolasi. 2. Karena SPBU yang ada tidak memiliki zona aman maka diperlukan pembuatan zona aman atau buffer disekitar SPBU terdekat. 3. Mengurangi atau bahkan menghilangkan potensi munculnya bahaya kebakaran melalui peningkatan kewaspadaan masyarakat dan pengurangan tingkat kecerobohan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 4. Pemberian ketegasan kepada masyarakat dalam melakukan penyimpanan atau
penggunaan
barang-barang
yang
mudah
terbakar,
seperti
penyimpanan tabung LPG yang ditempatkan oleh pedagang di pinggir jalan.
Berdasarkan variabel kerentanan terhadap bahaya kebakaran yang tidak sesuai standar 1. Diperlukan perbaikan kondisi bangunan rumah di kedua kelurahan terutama Kelurahan Jamika yang jumlah bangunan non-permanen dan semi permanennya masih banyak. Tindakkan perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah Kota Bandung. Perbaikan tersebut berupa : a. Penggantian dinding bangunan rumah yang masih terbuat dari triplek/bilik/kayu menjadi berbahan batu bata atau batako yang telah diplester. b. Penggunaan kerangka beton bertulang sebagai struktur penyangga bangunan untuk rumah yang akan direnovasi. c. Penggunaan dinding rangkap sebagai pembatas antar rumah. Untuk bangunan rumah yang belum memiliki dinding sendiri atau masih menempel pada rumah tetangga dibangun dinding pembatas, dengan demikian kecepatan api menjalar ke rumah lain akan semakin kecil. 2. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui pembatasan pendirian bangunan di wilayah Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Jamika.
3. Pengetatan penerapan standar Koefisian Dasar Bangunan (KDB) yang benar khususnya di Kelurahan Babakan Asih dan Jamika. 4. Melakukan land consolidation, yaitu menata kembali bangunan yang ada di kawasan permukiman padat sehingga dapat terbentuk akses jalan yang lebih baik. Hal ini perlu dilakukan karena kondisi lebar jalan saat ini tidak memadai dan akan mempersulit warga jika melakukan pelarian/evakuasi.
Berdasarkan ketahanan terhadap bahaya kebakaran yang tidak sesuai standar 1. Di wilayah Kelurahan Babakan Asih perlu disediakan hydrant yang diletakkan di dalam lingkungan sehingga mempermudah petugas melakukan pemadaman api. Sedangkan hydrant yang sudah ada di Kelurahan Jamika perlu diperbaiki kualitasnya. Pihak PDAM Kota Bandung sebaiknya meningkatkan tekanan dan debit air di wilayah selatan Kota Bandung, khususnya di Kelurahan babakan Asih dan Jamika. Dengan demikian pihak pemadam kebakaran tidak sulit mencari sumber air dari wilayah lain. 2. Pembuatan penampungan air di dalam lingkungan kedua kelurahan yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat baik sebagai kebutuhan seharihari maupun sebagai sumber air pemadam kebakaran. 3. Karena mobil pemadam kebakaran tidak dapat masuk ke dalam lingkungan maka diperlukan penyediaan alat pemadam api berat (APAB) di setiap RT dan alat pemadam api ringan (APAR) pada bangunanbangunan non-tempat tinggal seperti pertokoan, gudang, industri, dan lainnya. Selain itu keberadaaan APAR/APAB pada SPBU terdekat diperlengkap sesuai dengan standar. 4. Pengendalian keberadaan ruang terbuka yang ada saat ini supaya tidak dibangun serta penambahan jumlah dan luas ruang terbuka sebagai tempat evakuasi jika terjadi bencana. Serta pembuatan ruang terbuka yang lokasinya dapat dijangkau mobil pemadam kebakaran, terutama di Kelurahan Babakan Asih yang lokasi ruang terbukanya tidak ada yang dapat dijangkau kendaraan pemadam kebakaran.
5. Menambah jumlah anggota dan pos pemadam kebakaran di Kota Bandung sesuai dengan standar yang ada. 6. Menambah jumlah Satwankar dan Tagana di masing-masing kelurahan. 7. Menambah jumlah tenaga medis dan paramedis di Kecamatan Bojongloa Kaler, khususnya Kelurahan Babakan Asih dan Jamika sesuai dengan standar yang ada. 8. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pelatihan mengenai pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran di kawasan permukiman padat, sehingga untuk mengatasi kebakaran pada saat terjadi kebakaran tidak hanya mengandalkan keahlian petugas pemadam kebakaran atau petugas keamanan yang ada. Hal ini perlu dilakukan karena hingga saat ini, pelatihan simulasi kebakaran yang dilakukan hanya melibatkan linmas setempat dan tidak melibatkan masyarakat.
4.3
Kelemahan Studi Kelemahan studi yang terdapat pada studi mitigasi bencana kebakaran di
permukiman padat ini adalah : 1. Pada studi ini, karakteristik penduduk dan wilayah diketahui melalui wawancara dengan ketua RT di seluruh Kelurahan Babakan Asih dan Jamika sehingga terdapat beberapa data yang sifatnya subjektif. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa ketua RT mengenal wilayahnya dengan baik. 2. Studi ini tidak mempertimbangkan nilai kerugian yang akan ditimbulkan jika terjadi kebakaran di masing-masing kelurahan. 3. Terdapat beberapa tolok ukur yang tidak memilki standar baku.
4.4
Rekomendasi Studi Lanjutan Rekomendasai studi lanjutan yang diberikan adalah :
1. Untuk menjawab kelemahan studi berupa tidak diikutsertakannya masyarakat dalam mengidentifikasi karakteristik penduduk dan wilayah studi ini, maka rekomendasi studi yang diusulkan adalah melakukan studi sejenis dengan menggunakan masyarakat sebagai sampel responden.
2. Karena studi ini tidak mempertimbangkan nilai kerugian yang akan ditimbulkan
jika
terjadi
kebakaran,
maka
studi
lanjutan
yang
direkomendasikan adalah studi identifikasi tingkat resiko bencana kebakaran di permukiman padat berdasarkan skenario kerugian yang akan ditimbulkan. 3. Karena terdapat beberapa tolok ukur yang tidak memiliki standar baku, maka direkomendasikan untuk melakukan penyusunan standar baku dan peraturan mengenai kebencanaan khususnya bencana kebakaran yang disebabkan oleh ulah manusia.