BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1
Penyajian Data Penelitian Dalam rangka memperkuat hasil penelitian yang telah dilakukan di Direktorat Perlindungan Sosial dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) Kementerian Sosial RI, peneliti telah melakukan beberapa
teknik
pengumpulan data melalui wawancara semistruktur, observasi partisipan, dan dokumentasi. 4.1.1 Wawancara Semistruktur (Semistructured interview) Peneliti melakukan wawancara semistruktur dengan dua orang publik internal dan tiga orang publik eksternal. Publik internal, yaitu Ibu Isni Nur Aini (Kepala bagian humas DPSKTK-PM), Ibu Ade Cholilah (Koordinator Pelaksana Program KTK-PM), Ibu Ria Saptawati (Jurnalis Radio Republik Indonesia), Ibu Sri Wahyuni (Korban Tindakan Kekerasan) dan Bapak Soleh Wahyudin (Pekerja Migran bermasalah). Tabel 4.1.1 Pola Wawancara Strategi Media Relations dalam Mensosialisasikan Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran Di DKI Jakarta (Studi Kasus Pada Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) Kementerian Sosial RI) Strategi HubunganMasyarakat Sosialisasi Program KTK-PM di DKI Hubungan Masyarakat Jakarta Hambatan yang dialami oleh humas Tujuan yang ingin dicapai oleh humas Strategi Media Relations Media Relations Kegiatan Media Relations Tujuan Media Relations Sosialisasi Sosialisasi Program KTK-PM di DKI Jakarta melalui Media Massa 69
70
Berikut ini adalah hasil wawancara yang telah diperoleh peneliti. a.
Publik Internal Key Informan : Ibu Isni Nur Aini, M.Psi, Kepala bagian Humas di DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Wawancara dilakukan di kantor Direktorat PSKTK-PM Kementerian Sosial RI, Jalan Salemba Raya No.28 Jakarta Pusat pada tanggal 12 November 2012 pada jam 11.30 WIB. 1. Menurut ibu, Sejauh mana hubungan humas DPSKTK-PM dengan media ? Sejauh ini cukup baik 2. Menurut
ibu,
mensosialisasikan
sejauh
mana
program
media
perlindungan
berperan
dalam
korban
tindak
kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta ? Peran media cukup baik sehingga masyarakat di DKI Jakarta mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang program yang dilakukan oleh DPSKTK-PM. 3. Menurut Ibu, apa saja yang sudah dilakukan dalam menjalin hubungan baik dengan media ? (mengelola relasi) Menurut saya institusi kami membutuhkan publikasi dari media dan begitupun sebaliknya media membutuhkan informasi dari kami, kami saling membutuhkan dalam menjalankan tugas. Untuk itu kami berusaha menjalin hubungan baik dengan pihak media dengan berusaha memberikan sarana yang memudahkan kedua belah pihak bisa berkomunikasi dengan baik seperti melalui majalah intern
71 perusahaan(newsletter) wartawan dapat mengetahui data terbaru dan aktivitas kehumasan untuk dijadikan acuan dalam menulis berita. 4. Bagaimana Persepsi ibu tentang Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran ? Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran merupakan salah satu program yang dibentuk oleh Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran (DPKTK-PM) Kementerian Sosial RI, Program tersebut dibuat pada tahun 2005, dan bertujuan sebagai upaya perlindungan terhadap para korban yang mengalami tindak kekerasaan dan para pekerja migran yang bermasalah untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dialaminya dan berusaha untuk memperluas jangkauan pelayanan serta menggali sumber dan potensi pembangunan kesejahteraan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan eks korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah dapat kembali pulih dalam menjalankan kehidupan sosialnya di masyarakat. 5. Apa Tujuan Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasaan dan Pekerja migran secara menyeluruh ? Program ini merupakan program pencegahan dan perlindungan terhadap korban yang mengalami tindakan kekerasan dan pekerja migran yang bermasalah. Melalui Program ini masyarakat diharapkan dapat memahami sekaligus menumbuhkan kesadaran terhadap masyarakat yang secara ekonomi, tingkat pendapatannya lebih tinggi, sehingga timbul rasa kesetiakawanan sosial untuk ikut berpartisipasi pada program ini. Meskipun data korban tindak kekerasan dan pekerja
72 migran bermasalah di DKI Jakarta tidak sebesar di daerah-daerah lainnya, namun kegiatan ini menjadi sangat penting untuk membangun kesadaran masyarakat dan tersebarnya informasi yang tepat, guna mencegah hal-hal tersebut muncul di kemudian hari. 6. Menurut ibu, apa program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran sudah tersosialisasikan dengan efektif ? Sejauh ini sosialisasi program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran di DKI Jakarta masih kurang efektif. 7. Menurut ibu, apa program tersebut sudah dikenal masyarakat di DKI Jakarta? Saya rasa belum semua lapisan masyarakat di DKI Jakarta tahu akan program KTK-PM. 8. Bagaimana strategi yang dilakukan humas DPSKTK-PM dalam mensosialisasikan
program
kekerasaan
pekerja
dan
perlindungan migran
di
korban DKI
tindak
Jakarta
?
(mengembangkan strategi) Strategi yang dilakukan humas yaitu dengan melakukan sosialisasi dengan melalui newsletter, banner, kami juga melakukan sosialisasi program melalui event seminar, talkshow dengan mengundang pihak terkait, membuat publikasi tentang program tersebut. 9. Menurut ibu, apa strategi media relations tersebut efektif dalam membantu mensosialisasikan program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta? Sejauh ini cukup efektif.
73 10. Apa saja tugas humas dalam menjalankan strategi media relations tersebut ? Dalam program sosialisasi ini, saya mengundang para wartawan untuk dapat meliput event yang dilakukan, biasanya humas menghubungkan pihak media melalui kontak pribadi wartawan yang bersangkutan, atau bisa melalui surat yang kami kirimkan ke pihak media. 11. Kegiatan media relations apa saja yang sudah dilakukan dalam mensosialisasikan
program
perlindungan
korban
tindak
dilakukan
dalam
kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta? Kegiatan
media
relations
yang
pernah
mensosialisasikan program perlindungan dan pekerja migran di DKI Jakarta selama ini yaitu press release , press conference, press interview, seminar dan talkshow. 12. Dari kegiatan media relations tersebut kira kira event apa yang paling berpengaruh dalam mensosialisasikan program tersebut ? Semua kegiatan media relations penting dan berpengaruh dalam mensosialisasikan program tersebut, tetapi mungkin seminar dan talkshow paling berpengaruh karena disitu kami menghadirkan narasumber yang ahli dalam bidangnya dan kami juga bertatap muka langsung dengan pihak terkait 13. Apakah media selalu diundang dalam event yang dibuat oleh DPSKTK-PM ? Kami selalu mengundang, namun tidak semua pihak media dapat hadir dalam setiap kegiatan yang kami laksanakan.
74 14. Apakah sejauh ini pernah ada pemberitaan buruk dari pihak media mengenai DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI ? Setau saya tidak pernah 15. Adakah hambatan yang di rasakan dalam mensosialisasikan program tersebut ? jika ada hambatan seperti apa? Ada, media yang kami gunakan dalam mensosialisasikan pogram umumnya terbatas media online dan cetak sehingga program tersebut belum menyeluruh diketahui masyarakat. 16. Menurut ibu apakah ada hal yang belum terealisasikan dalam menjalankan kegiatan media relations ? Mungkin kita dapat melaksanakan sosialisasi lebih meluas melalui iklan layanan masyarakat dimedia televisi, sehingga masyarakat bukan hanya di DKI Jakarta yang mengetahui program yang kami laksanakan akan tetapi seluruh masyarakat di Indonesia. Informan 1 : Ibu Dra. Ade Cholilah, Koordinator Pelaksana Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran (PSKTK-PM). Wawancara dilakukan di Direktorat PSKTK-PM, Kementerian Sosial RI pada tanggal 10 Desember 2012 pada jam 11.30 WIB. 1. Menurut
Ibu
mensosialisasikan
sejauh
mana
program
media
berperan
dalam
korban
tindak
perlindungan
kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta? Media berperan sangat penting dalam mensosialisasikan program karena melalui media kami dapat menjangkau seluruh masyarakat bukan hanya di DKI Jakarta tetapi juga masyarakat yang ada di
75 daerah, melalui media kami sangat terbantu dalam berhubungan dengan masyarakat. 2. Menurut ibu, Sejauh mana hubungan humas DPSKTK-PM dengan media ? Menurut saya baik, tetapi belum maksimal 3. Bagaimana Persepsi ibu tentang Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran ? Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran ini adalah salah satu program dari Kementerian Sosial RI yang bertujuan mensejahterakan masyarakat indonesia terutama dalam membantu para korban tindak kekerasan (human trafficking, pelecehan seksual, kekerasaan dalam rumah tangga) dan juga membantu para pekerja migran Indonesia yang bermasalah umumnya mereka para pekerja indonesia yang bekerja diluar negeri dengan menggunakan paspor illegal (tidak resmi) untuk bekerja. 4. Menurut ibu, apa program tersebut sudah tersosialisasikan dengan baik di DKI Jakarta ? Di DKI jakarta sudah kami sosialisasikan melalui beberapa media seperti pernah di Liputan 6, dan yang belum lama ini kami sosialisasikan melalui radio RRI akan tetapi masih kurang efektif dikarenakan masih banyak masyarakat di DKI Jakarta maupun didaerah yang belum mengetahui akan program tersebut, para korban masih belum tahu kemana harus datang jika mengalami masalah tersebut, bahkan keberadaan Rumah Perlindungan Trauma Center di DKI Jakarta sebagai salah satu fasilitas untuk menampung para
76 korban minim diketahui oleh masyarakat luas, sehingga umumnya kami mendapatkan para korban tersebut dari rujukan rumah sakit, kantor kepolisian ataupun pihak terkait lain yang bekerjasama dengan kami. 5. Menurut ibu, apa program tersebut sudah dikenal masyarakat di DKI Jakarta? Hanya sebagian besar, sebagian belum 6. Bagaimana strategi yang dilakukan humas DPSKTK-PM dalam mensosialisasikan
program
perlindungan
korban
tindak
kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta ?(mengelola relasi) Dari pengetahuan saya humas biasanya mensosialisasikan program PSKTK-PM dengan mengundang media setiap kali kami mengadakan event ataupun kegiatan baik itu seminar ataupun talkshow, humas mengundang seluruh instansi terkait seperti Kementerian agama, Kementerian Kesehatan, BNP2TKI, Departemen tenaga kerja, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Pihak Kepolisian bahkan biasanya kami mengundang mantan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran bermasalah untuk dijadikan narasumber. 7. Menurut ibu, apa strategi media relations tersebut sudah efektif dalam mensosialisasikan program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta? Masih belum efektif, dan mungkin akan lebih efektif jika kami mengadakan sosialisasi langsung ke masyarakat di setiap kelurahan di DKI Jakarta, dengan mengundang rt ataupun rw terkait untuk dapat
77 mengetahui program tersebut, akan tetapi mungkin hal tersebut butuh banyak koordinasi dengan banyak pihak sehingga untuk saat ini masih belum bisa dilaksanakan. 8. Strategi apa saja yang sudah dilakukan dalam mensosialisasikan program tersebut di DKI Jakarta? (mengelola relasi) Strategi yang sudah kami lakukan di DKI Jakarta sampai dengan saat ini yaitu mengundang media dalam setiap event yang dilaksanakan DPSKTK-PM, membuat banner, membuat pamlet, leaflet dan membagikan kepada para tamu yang diundang dalam setiap event yang kami lakukan, kami juga membuat pertemuan dengan media, dan juga humas membuat press release. 9. Dari kegiatan media relations tersebut kira kira event apa yang paling penting dan berpengaruh dalam mensosialisasikan program PSKTK-PM tersebut ? Saya rasa semua event yang dilaksanakan DPSKTK-PM penting dan berpengaruh, tetapi mungkin event yang disorot melalui media seperti press release akan lebih efektif diketahui oleh masyarakat secara luas. 10. Apakah media selalu diundang dalam event yang dibuat oleh DPSKTK-PM ?. Biasanya selalu diundang 11. Apakah sejauh ini pernah ada pemberitaan buruk dari pihak media mengenai DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI ? Setau saya belum pernah. 12. Menurut ibu apakah ada hal yang belum terealisasikan dalam menjalankan kegiatan media relations ?
78 Saya rasa tidak ada. 13. Bagaimana persepsi Ibu mengenai program korban tindak kekerasaan dan pekerja migran secara keseluruhan? Program seperti ini sangat bagus sekali, dan menurut saya harus dilaksanakan secara berkelanjutan diseluruh wilayah di Indonesia. 14. Apa tujuan dari program korban tindak kekerasaan dan pekerja migran? Program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran bertujuan untuk pencegahan korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah, program ini berusaha untuk memperluas jangkauan
pelayanan
serta
menggali
sumber
dan
potensi
pembangunan kesejahteraan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan eks korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah dapat kembali pulih dalam menjalankan kehidupan sosialnya 15. Apa keuntungan untuk perusahaan dari program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran? Berbicara mengenai keuntungan tentu saja sepertinya tidak ada keuntungan yang kami dapatkan secara profit dari program ini karena kami adalah instansi pemerintah yang tidak berfokus kepada keuntungan semata, akan tetapi kami mengedepankan pelayanan yang kami berikan agar dapat maksimal diterima dihati masyarakat, kalo dengan pelayanan yang kami berikan dalam hal perlindungan terhadap korban tindak kekerasan dan pekerja migran ini dapat memberikan image positif untuk institusi kami itu adalah bonus.
79 16. Adakah hambatan yang di rasakan dalam mensosialisasikan program tersebut ? jika ada hambatan seperti apa ? Hambatan pasti ada, namun sejauh ini tidak menjadi kendala besar bagi kami. Rendahnya pengetahuan masyarakat sehingga menjadi salah satu hambatan kami dalam mensosialisasikan program tersebut. 17. Apakah ada saran dan kritik Ibu terhadap humas DPSKTK-PM dalam mensosialisasikan program? Mungkin bukan kritik tetapi masukan saja, kalo kritik sepertinya saya terlalu mencampuri wewenang pekerjaan orang lain, saran saya mungkin humas bisa melakukan sosialisasi program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran melalui iklan layanan masyarakat di media televisi. b.
Publik Eksternal Informan 2 : Ibu Ria Saptawati, jurnalis Radio Republik Indonesia (RRI). Wawancara dilakukan via email mengingat keterbatasan waktu beliau sebagai jurnalis. 1. Menurut Anda, bagaimana hubungan antara DPSKTK-PM dengan media Anda? Hubungan yang terjalin sejauh ini sudah cukup baik 2. Bagaimana persepsi anda secara umum tentang Kegiatan Media Relations DPSKTK-PM? Kegiatan media relations DPSKTK-PM berjalan dengan cukup baik dan rutin diadakan.
80 3. Apakah menurut anda humas sudah efektif dalam menjalin hubungan dengan media ? Belum efektif. 4. Apakah anda sering dilibatkan dalam event yang diselenggarakan dalam media relations DPSKTK-PM ? Dalam setiap event Humas DPSKTK-PM biasanya mengundang kami, tetapi kami selaku media belum tentu dapat meliput kegiatan yang diadakan oleh DPSKTK-PM hal itu biasanya disebabkan karena kami mempunyai jadwal peliputan lain yang bersamaan dengan waktu yang ditentukan DPSKTK-PM dalam mengundang kami. 5. Bagaimana persepsi anda mengenai program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran? Menurut saya program tersebut merupakan upaya pemerintah untuk memperkecil angka tindak kekerasan dengan memberikan informasi dan juga pelayanan yang ditujukan bagi para korban tindak kekerasan dan pekerja migran. 6. Menurut anda apakah sudah semua lapisan masyarakat khususnya di DKI Jakarta sudah mengenal program tersebut? Program tersebut pastinya sudah sampai ke lingkup masyarakat namun belum secara keseluruhan. 7. Mengenai event yang diadakan DPSKTK-PM, apakah media Anda selalu diundang? Dan apakah media Anda selalu hadir? (seminar, talkshow, dll) Sebisa mungkin saya hadir dalam seminar, bedah kampung, talkshow, dll
81 8. Apa saja kegiatan media relations yang dilakukan dalam mensosialisasikan
program
perlindungan
korban
tindak
kekerasan pekerja migran di DKI Jakarta? Salah satu diantaranya ialah press conference yang beberapa waktu lalu saya liput di hotel sahid pada bulan oktober 2012. 9. Menurut Anda, apakah event-event tersebut efektif dalam mensosialisasikan program ? Ya, event tersebut sangat efektif 10. Kegiatan media relations apa lagi yang perlu dilakukan DPSKTKPM selain event-event tersebut? Kegiatan media relations yang perlu di lakukan selain event tersebut yaitu media gathering, agar relations ke para awak media dapat berjalan dengan baik. 11. Apa hambatan yang anda rasakan selama menjalin hubungan dengan humas DPSKTK-PM ? Saya rasa tidak ada. 12. Sebagai mediator antara DPSKTK-PM dengan masyarakat, sebaiknya
apa
yang
perlu
dilakukan
Humas
dalam
memaksimalkan perannya dalam mensosialisasikan program tersebut di DKI Jakarta? Mungkin DPSKTK-PM, sebaiknya lebih gencar melakukan sosialisasi di media untuk pencapaian hasil yang maksimal. 13. Apakah menurut anda jika program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran tersebut disosialisasikan melalui media akan lebih efektif ?
82 Pasti akan lebih efektif karna media menjangkau keseluruhan masyarakat secara luas.
Informan 3 : Sri Wahyuni (32 thn) salah satu korban tindak kekerasan yan saat ini masih berada di Rumah Perlindungan. . Wawancara dilakukan di Rumah Perlindungan Trauma Center, milik DPSKTK-PM Jakarta. Peneliti memilih Narasumber sebagai informan dikarenakan asal beliau dari DKI Jakarta, untuk mengetahui sejauh mana masyarakat di DKI Jakarta mengetahui program tersebut. 1. Darimana anda berasal ? Asal saya dari Cilincing, Jakarta Utara. 2. Apakah anda mengetahui Program Korban Tindak Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta ? Tidak tahu, tidak pernah dengar. 3. Bagaimana anda mengetahui keberadaan Rumah Perlindungan bagi Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta ? Saya hanya taunya setelah sampai di sini, pertama datang ke sini langsung dikasih pengarahan sama petugas, diberitahu kalo sekarang saya berada di rumah aman milik pemerintah Kementerian Sosial RI. 4. Bagaimana menurut anda mengenai Program Perlindungan terhadap para korban tindak kekerasan dan pekerja migran seperti yang anda alami saat ini ? Bagus, sangat menolong untuk para korban tindak kekerasan khususnya orang awam seperti saya yang pengetahuannya kurang.
83 5. Bagaimana proses anda bisa berada dalam Rumah Perlindungan Trauma Center Jakarta? Awalnya saya melaporkan suami saya yang suka mukulin saya ke Pak RT, terus Pak RT nganter saya ke Polres Jakarta Utara untuk ngelapor, karna saya bilang ke Ibu Polisi kalo saya balik kerumah sama aja saya nganter nyawa. Saya nggak brani pulang, nah dari situ Ibu Polisi bilang kalo ibu ngerasa nggak aman dan butuh perlindungan, ibu bisa saya antar ke rumah perlindungan untuk sementara. Karna saya setuju sama arahan Ibu Polisi akhirnya saya dijemput sama petugas Kemensos untuk ke rumah perlindungan. 6. Apa
masalah
yang
anda
alami
sehingga
mendapatkan
perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran? Yaitu neng, saya suka dipukulin sama suami. 7. Bagaimana menurut anda mengenai
penanganan dari pihak
DPSKTK-PM Kementerian Sosial mengenai kasus yang anda alami? Ya alhamdulillah saya merasa tertolong, selama disini saya dikasih penguatan untuk bisa menghadapi cobaan yang sedang saya hadapi, terus sama petugasnya juga sama-sama untuk memecahkan dan mengambil jalan yang terbaik untuk saya kedepannya. Saya ngerasa dirangkul selama menghadapai masalah ini. 8. Apa harapan anda saat ini dalam kasus yang anda alami? Saya berharap bisa cepet selesai, semoga suami saya sadar dan pas waktunya nanti untuk mediasi antara saya dengan suami, kita bisa baik lagi.
84 9. Menurut anda apakah banyak korban yang belum mengetahui program dari Direktorat PSKTK-PM, Kementerian Sosial RI tentang perlindungan bagi para korban tindak kekerasaan dan pekerja migran? Kalo menurut saya sih banyak orang-orang diluar sana yang nggak tau kalo misalkan kita khususnya perempuan mengalami tindak kekerasan oleh siapapun, ternyata ada tempat untuk ngadu dan minta perlindungan. 10. Apakah anda pernah mendengar dari media ataupun sumber lain mengenai Program tersebut di sosialisasikan di DKI Jakarta ? Belum pernah dengar, saya tidak tahu. Informan 4 : Bapak Soleh Wahyudin (29 tahun) Salah satu korban pekerja migran bermasalah di DKI Jakarta. Wawancara dilakukan di Rumah Perlindungan Trauma Center, milik Direktorat PSKTK-PM, Kementerian Sosial RI Jakarta. Peneliti memilih Narasumber sebagai informan dikarenakan asal beliau dari DKI Jakarta, sehingga peneliti mengetahui sejauh mana masyarakat di DKI Jakarta mengetahui program KTK-PM tersebut. 1. Darimana anda berasal ? Asal saya dari Pasar Rebo, Jakarta Timur. 2. Apakah anda mengetahui Program Korban Tindak Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta ? Nggak tau.
85 3. Bagaimana anda mengetahui keberadaan Rumah Perlindungan bagi Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta ? Saya mah nggak ngerti ini tempat apa, saya cuma ngikutin arahan dari petugas Satgas Tj.Priok untuk ikut naik mobil Damri terus nyampe sini deh. 4. Bagaimana menurut anda mengenai Program Perlindungan terhadap para korban tindak kekerasan dan pekerja migran seperti yang anda alami saat ini ? Ya bagus Pemerintah Indonesia bisa bantu orang kaya kita yang gagal kaya gini. Dari berangkat udan kena tipu sama agent, pas di Malaysia juga selama kerja nggak digaji, passport ditahan sama toke (majikan). Pokoknya saya mah bersyukurlah pemerintah punya program yang bisa bantu kita. 5. Bagaimana proses anda bisa berada dalam Rumah Perlindungan Trauma Center Jakarta? Awalnya kan saya kena tangkap sama polisi imigrasi di Malaysia, karna passport saya kosong, saya kena penjara 5 bulan. Keluar dari penjara, saya di buang ke Tanjung Pinang setelah itu ke Jakarta (Pelabuhan Tj.Priok) terus sama orang Damri diantar kesini. 6. Apa
masalah
yang
anda
alami
sehingga
mendapatkan
perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran? Saya kena tangkap di Malaysia. Awalnya saya kerja di kelapa sawit selama 1 tahun 2 bulan tapi nggak digaji sama toke. Karena passport
86 saya ditahan sama toke, jadi pas saya pergi ke pasar saya kena razia oleh polisi imigrasi terus ditangkap dan dipenjara. 7. Bagaimana menurut anda mengenai
penanganan dari pihak
DPSKTK-PM Kementerian Sosial mengenai katsus yang anda alami? Bagus bu, petugasnya juga sabar nanganin TKI-TKI. Selama disini kita dapet bekal ilmu bagaimana cara untuk menjadi TKI yang Legal. Kalo ada TKI yang sakit juga ditolong, nggak cuma sakit badannya (fisik) aja tapi juga yang sakit jiwa di obatin sampai sembuh. 8. Apa harapan anda saat ini dalam kasus yang anda alami? Saya sih pengen cepet pulang, kangen sama keluarga. Semoga nggak ada temen, keluarga atau siapapun yang berangkat kerja di Malaysia mengalami apa yang saya alami. Saya berharap ada bantuan modal dari pemerintah untuk saya buka usaha di rumah biar saya nggak usah balik lagi kerja di Malaysia. 9. Menurut anda apakah banyak korban yang belum mengetahui program dari Direktorat PSKTK-PM, Kementerian Sosial tentang perlindungan bagi para korban tindak kekerasaan dan pekerja migran? Ya kayanya sih banyak yang belum tau bu. Temen-temen saya juga kan masih banyak yang di penjara di Malaysia, mereka juga kayanya ngak tau kalo nanti prosesnya akan seperti saya yang sebelum pulang ke daerah asal singgah dulu di Rumah Perlindungan. 10. Apakah anda pernah mendengar dari media ataupun sumber lain mengenai Program tersebut di sosialisasikan di DKI Jakarta ?
87 Belum pernah. 4.1.2
Observasi Partisipan Penelitian ini menggunakan metode observasi partisipan dalam
pengumpulan data dengan cara penulis ikut terlibat di Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) Kementerian Sosial RI pada sub bagian humas. Dalam hal ini penulis bisa disebut juga sebagai peneliti dengan cara terjun langsung ke lapangan dalam DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Dalam hal ini peneliti menjadi partisipan sebagai periset (observer), yang artinya adalah orang dalam disebut juga sebagai peneliti dengan cara terjun langsung ke lapangan dalam DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Dalam hal ini peneliti menjadi periset (observer), yang artinya adalah orang dalam (insider) dari kelompok yang diamati dan melakukan pengamatan terhadap kelompok tersebut. Penulis dalam hal ini mengamati dan ikut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan yang dilakukan oleh DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Penulis mendapatkan hasil dari pengamatan yang dilakukan dan dirangkum menjadi tahapan dalam observasi partisipan, yaitu sebagai berikut 1.
Seminar mengenai “TKI Over Stay” yang merupakan salah satu event yang dilakukan oleh Humas DPSKTK-PM. Pada kegiatan Seminar ini, penulis hanya sebagai pengamat dan tidak mengikuti kegiatan tersebut karena penulis hanya melakukan internship selama beberapa bulan, sedangkan seminar ini ditujukan secara berkelanjutan dan dilaksanakan di BNP2TKI,Jakarta pada oktober 2012.
2.
Mengamati kegiatan press conference dan press release program sosialisasi perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran
88 di DKI Jakarta yang diadakan di Hotel Sahid Jakarta pada Oktober 2012. 3.
Penulis mengamati media yang digunakan dalam menyampaikan sosialisasi mengenai Program Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta. Media tersebut kebanyakan dari media cetak dan media online. Media Televisi masih sangat jarang meliput.
4.1.3
Dokumentasi Selama melakukan penelitian, peneliti telah mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan untuk memperkuat hasil penelitian. Data-data tersebut meliputi struktur organisasi, logo, visi, misi, data-data internal yang berhubungan dengan korban tindak kekerasan dan pekerja migran di DKI Jakarta, contoh banner, dan dokumen-dokumen lain yang dapat dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai obyek penelitian. Peneliti juga menggunakan beberapa foto terkait proses penelitian sebagai bukti dari hasil penelitian sehingga data yang disajikan menjadi lebih credible atau terpercaya. Dibawah ini merupakan contoh banner yang penulis dapatkan dalam pelaksanaan sosialisasi program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran di DKI Jakarta.
89
Gambar 4.1 Banner STOP Trafficking Sumber database Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran, Kementerian Sosial RI tahun 2012.
90
4.2
Pengolahan Terhadap Data Yang Terkumpul 4.2.1 Tema Hubungan Masyarakat Tabel 4.2.1 Tema Hubungan Masyarakat Strategi Media Relations Dalam Mensosialisasikan Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran Di DKI Jakarta (Studi Kasus Pada Direktorat PSKTK-PMl) Strategi Hubungan Masyarakat Tema Hubungan Masyarakat (Humas)
Aktivitas Hubungan Masyarakat Hambatan yang dialami oleh Humas Tujuan Yang Ingin Dicapai Oleh Hubungan Masyarakat
Tabel di atas adalah hasil dari pengolahan data dengan pembahasan mengenai Hubungan Masyarakat dalam konteks strategi yang digunakan oleh Humas DPSKTK-PM, media yang digunakan dalam mensosialisasikan program, hambatan yang dialami dalam sosialisasi program di DKI Jakarta dan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Hubungan Masyarakat. Semua data peneliti dapatkan dari hasil wawancara dan hasil observasi selama peneliti melakukan kerja praktek di DPSKTK-PM Kementerian Sosial Republik Indonesia. Pertama membahas mengenai strategi dan aktivitas yang dilakukan oleh humas, hasil wawancara dengan Key informan yaitu Ibu Isni Nur Aini, M.Psi, Kepala bagian Humas di Direktorat PSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Beliau menyebutkan strategi yang diprogramkan dan dilaksanakan oleh Humas DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI dalam mensosialisasikan program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran Di DKI Jakarta adalah dengan selalu membangun dan menjaga hubungan yang
91 harmonis antara pihak Humas dengan seluruh awak media(mengelola relasi), hal ini dilakukan untuk memberikan sarana dan mempermudah kedua belah pihak untuk saling berkomunikasi karena pada dasarnya institusi kami membutuhkan publikasi dari media dan begitupun sebaliknya media membutuhkan informasi dari kami. Oleh karena itu, agar terjaganya hubungan antara pihak kami dengan media adalah dengan memberikan newsletter (majalah intern perusahaan) kepada pihak media sebagai data dan acuan dalam penulisan berita mengenai publikasi (publications) kegiatan yang kami laksanakan, saling bertukar kontak pribadi seperti nomer telpon dan saling memberikan kabar terbaru melalui email. Selanjutnya adalah membahas hasil wawancara dengan Informan pertama yaitu Ibu Dra. Ade Cholilah, Koordinator Pelaksana Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran (PSKTK-PM). Dari hasil wawancara yang telah dilakukan didapat bahwa strategi humas dalam mensosialisasikan program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran ini adalah dengan mengundang media setiap kali mengadakan event seperti talkshow dan seminar. Hal ini dikarenakan event tersebut sebagai kunci utama dari strategi humas dalam mensosialisasikan programnya. Strategi lain yang dijalankan Humas dalam mensosialisasikan program KTK-PM di DKI Jakarta juga dengan mengundang pihak terkait (mengelola relasi) seperti Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, BNP2TKI,
Departemen
Tenaga
Kerja,
Departemen
Pemberdayaan
Perempuan dan Anak-Anak, Kepolisian dan mantan korban tindak kekerasan. Hal ini juga dilakukan untuk lebih menyentuh pihak terkait sehingga
92 memperluas jaringan DPSKTK-PM dalam program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran di DKI Jakarta. Informasi selanjutnya disampaikan oleh pihak eksternal yaitu Ibu Ria saptawati, jurnalis Radio Republik Indonesia (RRI), beliau menyampaikan bahwa pihak media telah lama menjalin hubungan dengan pihak DPSKTKPM Kementerian Sosial RI. Beliau mengatakan, para awak media selalu diundang untuk mengikuti setiap event yang dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM). Menurut beliau event yang terakhir diliput oleh RRI di Hotel Sahid pada bulan Oktober 2012 lalu. Lebih lanjut lagi beliau mengatakan strategi yang dilakukan oleh Humas DPSKTK-PM Kementerian Sosial belum maksimal karena banyak masyarakat di DKI Jakarta belum mengetahui program tersebut. Selanjutnya membahas hasil wawancara mengenai sosialisasi yang dilakukan dan hambatan yang dialami Ibu Isni Nur Aini menyampaikan tentang Humas DPSKTK-PM juga melakukan sosialisasi langsung seperti pemerintah
pusat,
provinsi,
kabupaten,
kecamatan,
dan
kelurahan
(memperluas jaringan). Hal ini dilakukan agar menumbuhkan kesadaran masyarakat, membangun rasa peduli satu sama lain, terlebih kepada korban tindak kekerasan dan pekerja migran yang bermasalah di DKI Jakarta. Lebih lanjut lagi beliau menyampaikan bahwa program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran ini sudah dilaksanakan dari tahun 2005 oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia sehingga program ini telah berjalan 7 tahun sampai tahun 2012. Namun sejauh penerapan program ini dilaksanakan belum mencapai maksimal .
93 Selanjutnya hasil wawancara dengan informan Ibu Ade Cholilah beliau mengatakan bahwa sosialisasi program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran di DKI Jakarta juga masih belum efektif dikarenakan masih banyak para korban tindak kekerasan dan pekerja migran yang bermasalah datang melalui rujukan kantor polisi, rumah sakit, ataupun lembaga lain. Ibu Ria Saptawati, Jurnalis RRI menyatakan bahwa program tersebut sudah diketahui di lingkungan masyarakat di DKI Jakarta namun belum secara keseluruhan. Dari hasil wawancara, key informan dan informan di atas menyebutkan sosialisasi dan hambatan yang terjadi selama penerapan strategi Humas dalam mensosialisasikan program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran di DKI yaitu media yang digunakan dalam mensosialisasikan program umumnya terbatas media online dan cetak, media elektronik (televisi) jarang meliput, sehingga program tersebut belum menyeluruh diketahui masyarakat di DKI Jakarta khususnya. Rendahnya pengetahuan masyarakat dalam mendapatkan informasi juga menjadi hambatan dalam mensosialisasikan program, karena adanya hambatan tersebut sosialisasi yang dilakukan belum dapat berjalan dengan maksimal. Tujuan yang ingin dicapai oleh Humas berdasarkan hasil wawancara dengan key informan yaitu Isni Nur Aini, M.Psi sebagai berikut; melalui program ini masyarakat diharapakan dapat memahami program PSKTK-PM sekaligus menumbuhkan kesadaran terhadap masyarakat sehingga timbul rasa kesetiakawanan sosial untuk berpartisipasi dalam program ini. Kegiatan ini menjadi sangat penting untuk membangun kesadaran masyarakat dan
94 tersebarnya informasi yang tepat guna mencegah hal-hal tersebut yang akan muncul dikemudian hari. Menurut informan yaitu Dra.Ade Cholilah tujuan program PSKTK-PM yaitu berusaha untuk memperluas jangkauan pelayanan serta menggali sumber dan potensi pembangunan kesejahteraan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan eks korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah dapat pulih kembali dalam menjalankan kehidupan sosialnya. Maka penulis menyimpulkan dengan demikian strategi yang dilakukan humas dalam sosialisasi program KTK-PM di DKI Jakarta adalah mengelola relasi, mengembangkan strategi, serta memperluas jaringan dengan melakukan publikasi dalam kegiatan yang dilakukan, mengundang wartawan dalam setiap event yang dilaksanakan, juga menciptakan berita melalui newsletter (majalah intern perusahaan). Sedangkan bentuk kegiatan media relations yang dilakukan oleh humas DPSKTK-PM adalah press release, press conference, special events (seminar, talkshow), hambatan yang dialami dalam mensosialisasikan program tersebut yaitu media yang digunakan dalam sosialisasi masih terbatas media cetak dan media online, media televisi masih sangat jarang meliput, sehingga bisa dikatakan program tersebut kurang tersentuh oleh media, serta masih rendahnya pengetahuan masyarakat membuat sosialisasi belum maksimal, tujuan dibentuknya program PSKTK-PM oleh Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran, adalah untuk melakukan pencegahan dan perlindungan terhadap para korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah.
95
4.2.2 Tema Media Relations Tabel 4.2.2 Tema Media Relations
Strategi Media Relations Dalam Mensosialisasikan Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran Di DKI Jakarta (Studi Kasus Pada DPSKTK-PM) Strategi Media Relations Media Relations
Kegiatan Media Relations Tujuan Dari Media Relations
Dari hasil wawancara dengan key informan yaitu Ibu Isni Nur Aini, M.Psi, Kepala bagian Humas di DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI. Didapatkan hasil mengenai strategi media relations yang dilakukan oleh Humas Kementerian Sosial Republik Indonesia yaitu selalu mengundang media dalam setiap sosialisasi program diantaranya yaitu melalui event seminar dan talkshow dan memperluas jaringan dengan mengundang pihakpihak terkait dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan DPSKTK-PM. Menurut beliau, event seminar dan talkshow sangat membantu dalam penyampaian informasi tentang program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran yang sedang dilaksanakan di DKI Jakarta terlebih dengan bantuan media untuk lebih menyebarluaskan informasi sehingga target sasaran dari program ini lebih tercapai luas. Selain itu menurut informan pertama yaitu Ibu Dra. Ade Cholilah, selaku Koordinator Pelaksana Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran (PSKTK-PM), Menurut beliau kegiatan media relations yang sudah dilaksanakan dalam mensosialisasikan program tersebut selain melakukan seminar dan talkshow, juga melakukan kegiatan press conference, press interview dan press release. Event yang terakhir
96 dilaksanakan tentang sosialisasi program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran untuk wilayah DKI Jakarta dilaksanakan di Hotel Sahid pada 2012 . Dari informan eksternal yaitu Ibu Ria saptawati, jurnalis Radio Republik Indonesia (RRI), beliau juga membenarkan bahwa kegiatan media relations yang selama ini gencar dilaksanakan oleh Humas DPSKTK-PM Kementerian Sosial Republik Indonesia adalah dengan menjalin Hubungan baik dengan awak media dengan selalu mengundang dalam setiap event yang diadakan. Lebih lanjut lagi beliau mengatakan bahwa sejauh ini kegiatan media relations yang dilaksanakan berjalan cukup efektif tetapi hasil yang didapat belum maksimal dan menyeluruh karena menurut beliau banyak masyarakat DKI Jakarta yang tidak mengetahui akan program tersebut. Kegiatan media relations yang bertujuan untuk menjalin hubungan baik dengan media. Berbagai macam kegiatan dilakukan dalam media relations ini yaitu mengundang media dalam setiap event seminar, talkshow tentang program yang sedang dilaksanakan dan mengundang para awak media untuk menghadiri press conference mengenai sosialisasi program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran di DKI Jakarta. Kegiatan media relations yang dilakukan ini juga ditujukan untuk mempermudah Pihak Humas DPSKTK-PM untuk menyampaikan informasi mengenai program-programnya kepada masyarakat secara menyeluruh.
97
4.2.2 Tema
Sosialisasi
Program
Perlindungan
Korban
Tindak
Kekerasan Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta Hasil yang didapat dari wawancara key informan ,yaitu sejauh ini sosialisasi program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran di DKI Jakarta kurang efektif. Hal tersebut dipertegas oleh Ibu Ade Cholilah yang mengatakan bahwa Di DKI jakarta sudah kami sosialisasikan melalui beberapa media seperti pernah di Liputan 6, dan yang belum lama ini kami sosialisasikan melalui radio RRI akan tetapi masih kurang efektif dikarenakan masih banyak masyarakat di DKI Jakarta maupun didaerah
yang belum
mengetahui akan program tersebut, para korban masih belum tahu kemana harus datang jika mengalami masalah tersebut, bahkan keberadaan Rumah Perlindungan Trauma Center di DKI Jakarta sebagai salah satu fasilitas untuk menampung para korban minim diketahui oleh masyarakat luas, sehingga umumnya kami mendapatkan para korban tersebut dari rujukan rumah sakit, kantor kepolisian ataupun pihak terkait lain yang bekerjasama dengan kami. Jadi kesimpulan yang bisa ditarik oleh penulis dari tiga tema hasil wawancara diatas adalah dari strategi yang dilakukan oleh Humas DPSKTKPM Kementerian Sosial RI dalam mensosialisasikan program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran Di DKI Jakarta dihubungkan dengan strategi public relations (bauran PR) adalah menjalankan kegiatan publikasi event, serta membuat newsletter sebagai bahan acuan bagi media dalam membuat berita mengenai DPSKTK-PM. Sedangkan bentuk kegiatan media relations yang dilakukan adalah press release, press conference, special events , seminar dan talkshow dan juga sosialisasi Program
98 Perlindungan Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta masih belum efektif, karena belum banyak diketahui oleh masyarakat di DKI Jakarta seperti yang ada dalam hasil wawancara terlampir diatas.
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian Dari data data yang dimasukan dalam pengolahan data, serta berdasarkan
keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber. Sumber yang di dapat akan digunakan sebagai perbandingan pandangan yang diberikan oleh key informan serta para informan dan di cross check berdasarkan observasi langsung dilapangan. Berikut ini hasil yang telah didapatkan dari semua metode pengumpulan data yang dikaitkan dengan tujuan dari penelitian skripsi ini, adalah sebagai berikut :
4.3.1 Teknik Validasi Data a.
Tema Hubungan Masyarakat (Public Relations) Dari semua data yang sudah disajikan sebelumnya dengan metode-
metode yang telah dipilih dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber. Sumber yang didapat akan digunakan sebagai perbandingan pandangan yang diberikan oleh key informan dan di cross-check berdasarkan observasi langsung dilapangan. Berikut ini hasil yang telah didapatkan dari semua metode pengumpulan data yang dikaitkan dengan tujuan dari penelitian skripsi ini. Dari hasil wawancara narasumber internal dan eksternal yang telah diwawancara dan menguji hasil wawancara dari semua informan tersebut dengan metode observasi yaitu langsung melakukan penelitian ke lapangan dan melakukan penelusuran dokumen. Hasil yang didapat dari wawancara
99 dan mengujinya dengan observasi dan penelusuran dokumen diketahui bahwa adanya kecocokan informasi mengenai bentuk bauran PR atau strategi humas yang sudah dilakukan humas dalam mensosialisasikan Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasaan Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta sesuai dengan Teori Strategi PR yang dikemukakan oleh Rosady Ruslan. Menurut pernyataan yang diberikan key informan, “ Strategi yang dilakukan humas yaitu dengan melakukan sosialisasi dengan melalui newsletter(News), banner, kami juga melakukan sosialisasi program melalui event seminar, talkshow dengan mengundang pihk media untuk dapat membuat publikasi tentang program tersebut”, tutur Ibu Isni Kepala Bagian Humas DPSKTK-PM Keemnterian Sosial RI. Memperkuat informasi di atas Ibu Ade Cholilah sebagai Koordinator Pelaksana Program Perlindungan KTK-PM Menyatakan,” Dari pengetahuan saya humas biasanya mensosialisasikan program PSKTK-PM dengan mengundang media (publikasi) setiap kali kami mengadakan event ataupun kegiatan baik itu seminar ataupun talkshow, humas mengundang seluruh instansi terkait seperti Kementerian agama, Kementerian Kesehatan, BNP2TKI, Departemen tenaga kerja, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Pihak Kepolisian bahkan biasanya kami mengundang mantan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran bermasalah untuk dijadikan narasumber” Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua narasumber tersebut , penulis menemukan kecocokan informasi yang diberikan oleh kedua Narasumber internal (valid) mengenai strategi humas yang dilaksanakan oleh DPSKTK-PM dalam mensosialisasikan program KTK-PM di DKI Jakarta yaitu mengundang media dalam setiap event, melakukan publikasi, menciptakan berita melalui Newsletter ( majalah intern Kementerian Sosial RI). b.
Tema Media Relations
Hubungan yang sudah terjalin antara humas DPSKTK-PM dengan pihak media selama ini menurut key informan Ibu Isni Nur Aini ,” sudah cukup baik, menurut saya institusi kami membutuhkan publikasi dari media dan begitupun sebaliknya media membutuhkan informasi dari kami, kami saling membutuhkan dalam menjalankan tugas. Untuk itu kami berusaha menjalin hubungan baik dengan pihak media dengan berusaha memberikan sarana yang memudahkan kedua belah pihak bisa berkomunikasi dengan baik seperti melalui majalah intern perusahaan(societa) wartawan dapat
100 mengetahui data terbaru dan aktivitas kehumasan untuk dijadikan acuan dalam menulis berita.” Memperkuat Pernyataan tersebut narasumber eksternal Ibu Ria Saptawati (Jurnalis RRI) menuturkan,” Hubungan yang terjalin cukup baik, dalam setiap event Humas DPSKTK-PM biasanya mengundang kami, tetapi kami selaku media belum tentu dapat meliput kegiatan yang diadakan oleh DPSKTK-PM hal itu biasanya disebabkan karena kami mempunyai jadwal peliputan lain yang bersamaan dengan waktu yang ditentukan DPSKTK-PM dalam mengundang kami”. Dari pernyataan narasumber internal dan eksternal di atas, penulis menemukan kecocokan informasi (valid) mengenai hubungan yang terjalin antara humas DPSKTK-PM dengan pihak media sudah cukup baik, hal tersebut dapat terlihat dari humas DPSKTK-PM yang selalu mengundang media dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan bentuk kegiatan Media Relations yang digunakan dalam mensosialisasikan program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran di DKI Jakarta apabila dikaitkan dengan strategi yang disesuaikan dengan upaya Humas dalam melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan media menurut Ardianto (2011: 167-168), beberapa hal yang telah dilakukan menurut key informan yaitu Ibu Isni Nur Aini, Kepala bagian Humas DPSKTK-PM adalah sebagai berikut:,” Kegiatan media relations yang pernah dilakukan dalam mensosialisasikan program perlindungan dan pekerja migran di DKI Jakarta selama ini yaitu Press release , press conference, press interview, seminar dan talkshow,”. Ibu Ade Cholilah sebagai Kordinator Pelaksana Program KTK-PM juga menuturkan ,” Strategi yang sudah kami lakukan di DKI Jakarta sampai dengan saat ini yaitu mengundang media dalam setiap event yang dilaksanakan DPSKTK-PM, membuat banner, membuat pamlet dan membagikan kepada para tamu yang diundang dalam setiap event yang kami lakukan, kami juga membuat pertemuan dengan media (press conference) humas membuat press release setiap selesai mengadakan kegiatan”. Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari kedua narasumber di atas mengenai kegiatan media relations yang sudah dijalankan humas sebagai langkah humas dalam mensosialisasikan program KTK-PM di DKI Jakarta, penulis menemukan kecocokan informasi yang didapat (valid). Hal tersebut terlihat dari kegiatan yang sudah dilakukan oleh Humas DPSKTKPM yaitu press release, press conference,special events (seminar, talkshow). c.
Tema Sosialisasi Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta.
101 Hasil yang didapat dari wawancara dengan key informan, yaitu ”Sejauh ini sosialisasi program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran di DKI Jakarta kurang efektif”. Hal tersebut dipertegas oleh Informan eksteral Ibu Sri Wahyuni (Korban yang mengalami tindakan kekerasan) yang menuturkan,”Kalo menurut saya sih banyak orang-orang diluar sana yang nggak tau kalo misalkan kita khususnya perempuan mengalami tindak kekerasan oleh siapapun, ternyata ada tempat untuk ngadu dan minta perlindungan” Memperkuat pernyataan narasumber sebelumnya Bapak Soleh Wahyudin (salah satu Pekerja Migran Bermasalah asal Tegal) menuturkan,” Ya kayanya sih banyak yang belum tau bu. Temen-temen saya juga kan masih banyak yang di penjara di Malaysia, mereka juga kayanya ngak tau kalo nanti prosesnya akan seperti saya yang sebelum pulang ke daerah asal singgah dulu di RPTC”. Dari hasil wawancara dengan tiga narasumber tersebut di atas penulis menemukan kecocokan informasi yang disampaikan. Penulis berasumsi bahwa pelaksanaan sosialisasi program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran di DKI Jakarta belum efektif, hal tersebut terlihat dari masih rendahnya pengetahuan dan informasi yang didapat para korban tentang program tersebut sehingga korban yang ditangani oleh DPSKTK-PM umumnya berasal dari rujukan lembaga lain.
102
4.3.2 Teknik Analisis Data Penulis menganalisis data berdasarkan hasil wawancara dengan semua narasumber dikaitkan dengan teori-teori yang sudah dikutip pada bab sebelumnya. Berikut hasil yang telah didapatkan dari semua metode pengumpulan data dikaitkan dengan tujuan dari penelitian skripsi ini.
4.3.2.1 Strategi Public Relations (Hubungan Masyarakat) Apabila dikaitkan dengan strategi Public Relations (humas) atau yang lebih dikenal dengan Bauran Public Relations yang dikemukakan oleh Ruslan (2008: 13-15), Humas DPSKTK-PM telah melakukan peran-perannya sebagai berikut: 1.
Publications Dalam hal ini, tugas PR dalah menciptakan berita untuk mencari publisitas melalui kerjasama dengan pihak pers/wartawan dengan tujuan
menguntungkan
citra
lembaga
atau
organisasi
yang
diwakilinya. Peran humas DPSKTK-PM sejauh ini sudah cukup baik dalam melakukan publikasi program KTK-PM. Diantaranya humas kerap kali mengirim artikel-artikel tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan untuk dimuat di beberapa media cetak dan online. Humas juga rutin memperbaharui kegiatan atau program yang sudah dilakukan di website milik Kementerian Sosial RI www.kemsos.go.id. Selain itu, dalam setiap event yang diselenggarakan , humas selalu mengundang pihak media, perwakilan beberapa instansi terkait untuk turut hadir.
103 2.
Event Merancang sebuah event yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri ke publik dan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi opini publik. Berikut beberapa jenis event yang dilakukan: a. Calendar Event Calender event meliputi kegiatan rutin selalu diselenggarakan pada waktu tertentu. Berdasakan informasi yang didapatkan peneliti, Humas rutin membuat rencana event yang disesuaikan dengan tanggal-tanggal perayaan hari besar. Misalnya Hari Anti Tindakan Kekerasan dan Hari Perempuan sedunia. b.
Special Event Event yang sifatnya khusus dan dilaksanakan pada momen tertentu di luar acara rutin dari program kerja humas. Sebagai sebuah instansi pemerintah special event yang pernah dilakukan oleh Humas DPSKTK-PM, Kementerian Sosial RI dalam mensosialisasikan Program KTK-PM yaitu acara seminar dan talkshow yang dihadiri oleh beberapa rekan media, dan tamu undangan penting lainnya.
c.
Moment Event Event atau acara yang bersifat momentum atau lebih khusus lagi, misalnya menyambut pesta perak, pesta emas, pesta berlian, hingga menghadapi milenium. Sampai saat ini, momentum event ini yang dilakukan oleh Direktorat PSKTK-PM Kementerian Sosial belum ada.
104 3.
News (menciptakan berita) Berupaya menciptakan berita melalui press release, news letter, bulletin, dan lain-lain. Untuk itulah seorang humas harus mempunyai kemampuan menulis untuk menciptakan publisitas. Sejauh ini, kegiatan yang paling rutin dilakukan humas dalam mensosialisasikan program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta melalui newsletter (majalah intern perusahaan) membuat press release, yang dijadikan sebagai acuan pihak media dalam membuat berita mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh humas DPSKTK-PM Kementerian Sosial RI, namun untuk bulletin tidak pernah dibuat dikarenakan pihak Humas Kementerian Sosial sudah mempunyai majalah intern yaitu majalah “SOCIETA”.
4.
Community Involvement (kepedulian pada komunitas) Keterlibatan tugas sehari-hari seorang Public Relations adalah mengadakan kontak sosial dengan kelompok masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik (community relations and humanity relations) dengan pihak organisasi atau lembaga yang diwakilinya. Dalam melaksanakan event yang berkaitan tersebut, salah satu yang sudah dilakukan DPSKTK-PM mengadakan Komunitas Peduli Korban Trafficking.
5.
Inform or Image (memberitahukan atau meraih citra) Ada dua fungsi utama dari Public Relations, yaitu memberikan informasi kepada publik atau menarik perhatian, sehingga diharapkan dapat memperoleh tanggapan berupa citra positif. Untuk publik internal, Humas memberikan informasi melalui email internal
105 mengenai segala kegiatan event maupun mengirimkan hasil news monitoring-nya, sedangkan untuk publik eksternal, humas rutin mengirimkan press release kepada pihak media, dan melakukan publikasi di media cetak dan media online, dan tidak jarang Kementerian Sosial RI berperan sebagai sponsorship di acara lain yang berhubungan dengan tema sosial. Selain itu, Kementerian Sosial RI juga memiliki situs resmi berisi informasi yang dibutuhkan dan dapat diakses oleh semua orang www.kemsos.go.id. 6.
Lobbying and Negotiating Keterampilan
untuk melobi melalui pendekatan pribadi dan
kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang PR. Tujuan lobi adalah untuk mencapai kesepakatan (deal) atau memperoleh dukungan dari individu dan lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Kegiatan yang dilakukan humas DPSKTK-PM dapat dikatakan belum optimal. Hal ini didasari oleh basic pendidikan yang dimiliki humas Direktorat PSKTK-PM memang bukan lulusan sarjana komunikasi sehingga kegiatan lobbying and negotiating dilakukan langsung oleh Biro Humas Pusat Kementerian Sosial RI. 7.
Social Responsibility (tanggung jawab sosial) Memiliki tanggung jawab sosial dalam aktivitas Public Relations menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap masyarakat. Hal ini akan meningkatkan image positif perusahaan di mata publik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan juga pencarian informasi, sampai saat ini Direktorat Perlindungan
106 Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran (DPSKTK-PM) Kementerian Sosial RI Dalam Mensosialisasikan Program KTK-PM belum
pernah
melakukan
kegiatan
CSR
(Corporate
Social
Responsibility) kepada masyarakat di sekitarnya.
4.3.2.2 Strategi Media Relations Media memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia terutama dalam menyebarkan informasi. Media relations atau hubungan yang baik dengan media dapat dikatakan sebagai kunci dalam meningkatkan popularitas. Seperti yang diungkapkan oleh Ardianto (2011: 5), salah satu kegiatan PR dalam memberikan informasi kepada publik/masyarakat untuk memperoleh dukungan dan kepercayaan publik adalah melalui kegiatan media relations (hubungan media), yakni membina hubungan baik dengan kalangan pers yang mengelola media cetak (surat kabar dan majalah), media elektronik (radio dan televisi), dan media massa online (newspaper online, magazine online, radio digital, televisi digital). Menurut Iriantara (2011:80-97) memaparkan bahwa strategi Media Relations terdiri dari : 1.
Mengelola Relasi Mengelola relasi yang baik dengan media menjadi sangat penting untuk menunjang kegiatan PR, hal ini tentunya dimaksudkan agar organisasi bisa berkomunikasi dengan baik oleh publiknya. Dalam mengelola relasi media, PR bukan hanya menjalin hubungan baik dengan institusi media massa, melainkan juga dengan pers wartawan. Dalam menjalin relasi yang baik antara PR dengan institusi media massa dan wartawan hal yang terpenting yang harus diingat adalah
107 hubungan antara dan profesi yang saling membutuhkan. Agar hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik. Maka harus ada komunikasi yang cukup intens diantara kedua belah pihak yang berkenaan dengan tugas-tugas pokok masing-masing. Melalui kegiatan media relations ini, media mampu meng-exsposed segala kegiatan yang sedang terjadi dalam suatu perusahaan untuk diketahui oleh khalayak luas. Sebaliknya, pihak media juga dapat menambah informasi mereka dan memperbanyak sumber berita bagi medianya masing-masing. Salah satu upaya untuk selalu untuk selalu berhubungan baik yaitu dengan cara melayani wartawan dengan sebaik-baiknya. Humas mengundang wartawan dalam kegiatankegiatan yang dilakukan oleh DPSKTK-PM, dari cara penyambutan wartawan pada kegiatan tersebut, menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mempermudah wartawan untuk mengirimkan berita ke redaksi seperti penyediaan computer dan internet. Suma upaya tersebut bertujuan agar para wartawan merasa nyaman ketika mereka berada di DPSKTK-PM, Kementerian Sosial RI. 2.
Mengembangkan Strategi Strategi dengan media massa terjalin dan terpelihara dengan baik, maka PR harus terus mengembangkan strategi yang sudah ada. Mengembangkan strategi dilakukan untuk lebih memaksimalkan strategi-strategi yang sudah ada. Beberapa upaya pengembangan strategi dengan cara mengembangkan materi-materi PR untuk media massa. Menambah jumlah media untuk menyampaikan pesan kepada publik, membangun dan memelihara kontak dengan relasi baru,
108 mempromosikan organisasi sebagai sumber informasi handal untuk media massa, serta mempromosikan pimpinan organisasi sebagai juru bicara diberbagai kegiatan. Dalam hal ini humas menggunakan strategi media relations untuk mendukung melaksanakan program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta. Upaya membangun dan memelihara kontak yang dilakukan oleh Humas DPSKTK-PM seperti : mengundang media dalam event yang dilaksanakan DPSKTK-PM, memberitahukan kepada media ketika ada informasi-informasi yang perlu diketahui oleh masyarakat, dan menjalin komunikasi lainnya. Penyampaian informasi-informasi yang dapat berupa kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan dari DPSKTK-PM haruslah disampaikan oleh narasumber yang handal. Humas DPSKTK-PM selalu mengupayakan untuk menghadirkan narasumber yang merupakan direktur dari DPSKTK-PM. 3.
Mengembangkan Jaringan Pengembangan jaringan merupakan aspek pokok dalam Media Relations. Beberapa cara untuk mengembangkan jaringan adalah memasuki organisasi-organisasi profesi, memiliki kontak dengan organisasi profesi lain, dan mengembangkan jaringan media baik yang bersifat lokal, nasional, sampai internasional. Memasuki organisasi akan memperluas jaringan seseorang dalam bidang kehumasan. Sedangkan memiliki kontak dengan organisasi profesi lain seperti wartawan, menjadi penting guna memperluas jaringan humas dengan dunia media massa. Bukan hanya itu, mengembangkan jaringan
109 dengan media lokal , nasional, bahkan internasional akan dapat memperluas publikasi atau organisasi. Dalam upaya mengembangkan jaringan Media Relations DPSKTKPM Kementerian Sosial RI terus meningkatkan keharmonisan hubungan dengan media. Dalam hal ini, humas menyambut kedatangan wartawanwartawan baru yang ditugaskan oleh organisasinya untuk meliput dan mencari informasi di DPSKTK-PM. Setelah itu, humas akan memasukan data wartawan tersebut ke dalam daftar relasi media. Hal ini memudahkan humas untuk menghubungi wartawan tersebut pada saat akan diadakannya kegiatankegiatan yang berhubungan dengan penyampaian informasi. Strategi Media Relations menjadi bagian penting dalam menjalankan program dan kegiatan humas di mana pun.
Apabila disesuaikan dengan
upaya Humas dalam melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan media menurut Ardianto (2011: 167-168), beberapa hal yang telah dilakukan oleh Humas DPSKTK-PM adalah sebagai berikut: 1.
Press Conference (konferensi pers, temu media atau jumpa media) Biasanya pihak humas berinisiatif untuk melakukan pertemuan dengan media untuk menginformasikan berita yang dianggap penting secara berbarengan oleh seseorang pejabat pemerintah atau swasta kepada wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Humas DPSKTK-PM telah melakukan konferensi pers terkait dalam event sosialisasi program KTK-PM di DKI Jakarta dengan mengundang ratusan media dan pihak-pihak penting lainnya dalam konferensi pers .
110 2.
Press Briefing (Perbincangan dengan Media) Press Briefing diadakan regular oleh seorang pejabat humas. Dalam kegiatan ini, humas menyampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan yang baru terjadi kepada media. Bila media belum puas dan menginginkan keterangan lebih terperinci, diadakan tanggapan atau pertanyaan. Humas DPSKTK-PM belum pernah melakukan kegiatan tersebut .
3.
Press Tour (wisata media) Wisata Media diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk mengunjungi daerah tertentu untuk memperkenalkan mengenai produk / program perusahaan.
4.
News (press release, Newsletter ,broadcast release) Siaran pers sebagai kegiatan publisitas adalah kegiatan yang paling rutin dilakukan Humas DPSKTK-PM. Setiap mengadakan event seperti seminar, dan talkshow, Humas sudah mempersiapkan press release bagi rekan-rekan wartawan sebagai acuan dalam membuat berita di media masing-masing. Selain itu, Humas juga sering kali mengirimkan artikel-artikel mengenai kegiatan dan program yang telah dilaksanakan untuk dimuat dalam rubrik info di media cetak milik Kementerian Sosial RI yaitu Societa(Newsletter).
5.
Special Events Humas melakukan special events, yaitu mengundang media untuk hadir dalam setiap event seminar dan talkshow dalam setiap kegiatan yang diadakan, humas juga membuat banner, poster dalam setiap
111 program yang dilaksanakan DPSKTK-PM agar maksud dan tujuan program tersebut dapat tersampaikan ke masyarakat dengan baik. 6.
Press Interview (wawancara media) Dalam beberapa event penting yang telah dijadwalkan setiap tahunnya, biasanya setelah melaksanakan event, biasanya pihak media akan melakukan wawancara dengan pihak DPSKTK-PM Kementerian Sosial, baik dari humas, maupun pejabat lain yang dapat memberikan informasi yang diperlukan. Kegiatan press interview yang pernah dilaksanakan oleh DPSKTK-PM adalah mengundang media RRI sebagai salah satu media yang meliput mengenai kondisi para korban tindakan
kekerasan
dan
pekerja
migran
yang
mendapatkan
perlindungan di DPSKTK-PM pada tahun 2012 lalu. Namun press interview jarang dilakukan di DPSKTK-PM. 7.
Press Luncheon Press Lucheon yaitu pejabat humas mengadakan jamuan makan siang bagi para wakil media massa (wartawan atau reporter) sehingga pada kesempatan ini pihak pers bisa bertemu dengan top management perusahaan/lembaga guna mendengarkan perkembangan perusahaan atau lembaga tersebut. Penulis mengambil kesimpulan dari beberapa kegiatan media
relations tersebut, kegiatan berhubungan dengan media yang telah dilakukan humas dalam mensosialisasikan program perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta diantaranya, yaitu press conference.,
press
release,
press
interview
dan
special
events
(Seminar,talkshow) Sedangkan kegiatan lain, yaitu, press briefing, press tour,
112 dan press luncheon belum maksimal dan ada yang belum terlaksana dalam mensosialisasikan program perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran di DKI Jakarta. Kegiatan media relations yang paling rutin dilakukan oleh humas DPSKTK-PM adalah press release, special events, yaitu seperti seminar, talkshow.
4.3.2.3 Sosialisasi Program Perlindungan Korban Tindak Kekerasan Dan Pekerja Migran di DKI Jakarta melalui Media Massa Kementerian Sosial sejauh ini memang sudah dikenal oleh masyarakat namun terlepas dari itu Humas DPSKTK-PM membutuhkan sosilisasi melalui media keseluruh lapisan masyarakat. Media memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia terutama dalam menyebarkan informasi. Media relations atau hubungan yang baik dengan media dapat dikatakan sebagai kuncian dalam meningkatkan popularitas. Selama ini masyarakat hanya mengetahui keberadaan Kementerian Sosial, akan tetapi program kerja yang berjalan tidak diketahui oleh masyarakat. Menurut Charles H. Cooley dalam buku social process (2008:33). Agen sosialisasi terbagi 4 (empat) yaitu : 1. Keluarga 2. Teman pergaulan 3. Lembaga pendidikan formal (sekolah) 4. Media massa Agen sosialisasi memegang peranan penting dalam keberhasilan DPSKTK-PM untuk mensosialisasikan program di DKI Jakarta khusunya. Dalam pengertiannya, agen sosilisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan
113 atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Berikut ini adalah media massa yang digunakan oleh DPSKTK-PM dalam
menyebarkan/menyampaikan
informasi
mengenai
program
perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migran ke masyarakat khususnya di DKI Jakarta selama penulis melakukan penelitian : 1.
Media Cetak Majalah Societa (Newsletter) yang menjadi acuan para wartawan dalam menuliskan berita dan pemberitaan mengenai kegiatan yang dilaksanakan DPSKTK-PM. (setiap bulan)
2.
Media Elektronik (Radio dan Media Online) Wawancara on air oleh Direktur DPSKTK-PM mengenai pelayanan yang diberikan terhadap korban tindak kekerasan dan pekerja migran pada stasiun radio RRI. Serta Kegiatan Press Conference yang ditampilkan di RRI online. Sosialisasi melalui media TV masih sangat jarang dilakukan oleh Humas DPSKTK-PM.
114
4.3.2.4 Hambatan yang Dialami Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan publik internal dan eksternal, peneliti menyimpulkan terdapat beberapa hambatan yang dialami oleh Humas dalam sosialisasi program perlindungan korban dan pekerja migran di DKI Jakarta yaitu: 1.
Minimnya pengetahuan masyarakat serta belum meratanya sosialisasi yang dilakukan, sehingga informasi yang disampaikan kurang efektif dan kurang mendapatkan feed-back.
2.
Media
yang
digunakan
dalam
mensosialisasikan
program
perlindungan korban tindak kekerasaan dan pekerja migran di DKI Jakarta masih terbatas, media cetak dan media online yang sangat sulit dijangkau oleh masyarakat awam, sehingga sosialisasi program tersebut masih belum maksimal.