BAB 3 PEMASARAN 3.1
Riset Pasar Secara umum, pasar adalah sebagai tempat berlangsungnya pertukaran barang
atau jasa antara penjual dan pembeli. Dapat disimpulkan bahwa pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga, selain itu pasar juga merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi keinginannya, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Terdapat tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya serta tingkah laku pembelinya. Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang mampu dibeli oleh para konsumen selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu, sedangkan penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dijual oleh para produsen dalam jangka waktu tertentu dan berdasarkan sekelompok kondisi tertentu pula. Permintaan dan penawaran suatu barang atau jasa dapat menimbulkan peluang pasar. Adanya peluang pasar ini memungkinkan timbul produsen baru yang menjadi pesaing bisnis dari produsen yang sudah berjalan atau beroperasi. Akibatnya terjadi perebutan pangsa pasar yang masih ada antara produsen untuk menjual barang atau jasa yang dihasilkannya. Sucipto (2010) mengemukakan kajian yang dilakukan dalam aspek pasar pemasaran bertujuan untuk menguji sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan perusahaan dapat mendukung pengembangan usaha atau bisnis yang direncanakan. Agar kajian aspek pasar dan pemasaran sesuai dengan rencana dan tujuan bagi pelaku bisnis, maka perlu dikaji beberapa faktor yang berkaitan dengan aspek pasar antara lain potensi pasar,peluang pasar atas produk serta market share yang dapat diserap oleh bisnis tersebut dari keseluruhan pasar potensial. Sedangkan kajian aspek pemasaran meraih sebagian pasar potensial atau peluang pasar yang ada. Dengan kata lain beberapa besar market share (pangsa pasar) yang ditentukan dapat diraih sangat bergantung pada penerapan strategi pemasaran yang dipilih. Terdapat 4 hal pokok yang dapat ditelaah dalam aspek pasar,yaitu :
39
40 1. Potensi Pasar (Market Potential). Potensi pasar adalah peluang penjualan optimum yang dapat dicapai oleh seluruh penjualan baik saat ini maupun yang akan datang atau potensi pasar adalah seluruh permintaan/kebutuhan konsumen yang didasarkan pada dua faktor yaitu jumlah konsumen potensial dan daya beli. Konsumen potensial adalah konsumen yang memiliki keinginan / hasrat untuk membeli, sedangkan daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli barang/jasa. Dengan melihat potensi pasar maka dapat dilakukan evaluasi apakah ada atau tidak potensi untuk memasarkan barang/jasa di pasar. 2. Peramalan Permintaan Pasar (Market Demand Forecasting). Didalam menentukan suatu proyek investasi baik dalam bentuk financial assets maupun real assets, maka diperlukan peramalan untuk mengetahui prospek pada masa yang akan datang adalah dengan menelaah permintaan akan produk/jasa tersebut pada masa lalu hingga kini. Perkiraan jumlah permintaan produk/jasa dapat dilakukan dalam tiga tahap yakni melakukan riset pasar dan pemasaran,menyusun demand forecast produk/jasa dengan menggunakan metode demand forecast dan menyusun final demand forecast yang akan dipergunakan sebagai bahan masukan evaluasi aspek pemasaran dan kegunaan lainnya. 3. Analisis Pesaing (Competitive Analysis). Menurut Michael Porter (2009) menyatakan bahwa keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui 3 strategi generik antara lain : biaya rendah, diferensiasi dan fokus. Terdapat lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam industri yang nampak pada gambar berikut :
41
Gambar 3.1 Elemen Struktur Industri Sumber: Porter (2009)
Kekuatan kelima faktor persaingan ini berbeda pada masing-masing industri dan dapat berubah dengan berkembangnya industri bersangkutan. Lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri yaitu : 1. Ancaman pendatang baru (Threat of New Entrants) Pendatang baru bagi suatu industri membawa kapasitas baru karena memiliki hasrat untuk ikut meraih dan menikmati pangsa pasar. Keputusan untuk menjadi pendatang baru, dalam suatu industri memberikan komitmen baru terhadap sumber daya yang akan digunakan, sehingga harga ditekan serendah mungkin dan keuntungan dibuat kecil, akibatnya profitabilitas industri menurun. Beberapa faktor penghambat untuk masuk dalam industri (the barriers to entry) dapat sejauh mana ancaman pendatang baru dalam suatu industri. Faktor penghambat tersebut antar lain skala ekonomi, diferensiasi produk, kebutuhan akan modal, pengenaan biaya pada pembeli untuk perubahan pemasok dan produk, saluran distribusi, kebijakan pemerintah, keunggulan biaya yang tidak bergantung pada skala ekonomis dan reaksi pasar. 2. Ancaman dan Reaksi Pasar (Threats of Subtitute Products) Ketersediaan barang pengganti menjadi penghalang mengenai harga yang dapat ditentukan oleh pemimpin pasar dalam mata industri. Harga yang tinggi dapat memicu pembeli beralih pada produk pengganti.
42 3. Kekuatan tawar menawar pembeli (Bergaining Power of Buyers) Konsumen atau pelanggan suatu industri mengharapkan harga serendah mungkin untuk memperoleh produk atau jasa dari industri (perusahaan pemasok) dengan cara membeli dalam jumlah yang besar sehingga perusahaan pemasok bergantung kepada pembeli. Ketika produk perusahaan pemasok sebagai produk standar atau tidak terdeterminasi, pembeli dapat menekan, karena terdapat perusahaan yang menyediakan produk stadar tersebut, apalagi jika pembeli memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan integrasi ke hulu. 4. Kekuatan tawar-menawar pemasok (bargaining power of suppliers). Apabila pemasok mempunyai kekuatan yang cukup tinggi atas perusahaan industri, makan akan menaikan harga cukup signifikan untuk mempengaruhi kemampuan pelanggan dalam menghasilkan laba. Kemampuan pemasok untuk memperoleh kekuatan atas perusahaan industri ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu jumlah pemasok sedikit tapi besar, produk pemasok merupakan masukan yang penting bagi pembeli, produk pemasok tidak ada produk alternatifnya. 5. Rivalitas di antara pesaing (rivalry among existing firms). Rivalitas di antara perusahaan mengacu pada semua tindakan yang ditempuh oleh perusahaan dalam kelompok industri untuk memperbaiki posisi masingmasing dan memperoleh keunggulan atas pesaingnya. Persaingan akan bersifat positif apabila perusahaan menciptakan dan mendorong stabilitas industri
melalui
perbaikan-perbaikan
kemampuan
dalam
rangka
menghasilkan laba. Apabila terjadi sebaliknya, akan bersifat negative.
3.2
Peluang Pasar Dalam Industri MICE Setelah membahas mengenai bagaimana pasar dan beberapa analisis terkait di
atas, selanjutnya adalah gambaran mengenai peluang pasar dalam industri MICE di Indonesia.
43
Gambar 3.2 Quantity of Event Indonesia Sumber : Venue Magazine (2013) www. venuemagz.com
Berdasarkan
diagram
diatas
digambarkan
bahwa
kuantitas
dari
penyelenggaraan kegiatan atau event di Indonesia sangat besar, sehingga peluang industri yang ada sangatlah terbuka luas. Untuk itu kami PT. Diploma Arthakama berusaha memanfaatkan peluang industri yang ada. Dari presentase diagram diatas, fokus utama produk kami adalah pada kegiatan meeting,incentive,dan exhibition, sehingga dapat gambarkan sebesar 88% yang dapat kami pilih sebagai target utama perusahaan kami. Dalam setiap bisnis atau usaha pasti memiliki target pasarnya tersendiri, begitu juga dengan PT.Diploma Arthakama pun memiliki target pasar yang ingin kami tuju, diantaranya : 1. Demografi Jika melihat pangsa pasar menurut demografinya, PT.Diploma Arthakama melirik konsumen perusahaan swasta, organisasi pemerintahan seperti instansi dan lembaga pemerintahan, dan asosiasi-asosiasi. Dengan kalangan sosial kalangan menengah dan menengah atas. 2. Geografi Jika dilihat dari segi geografinya, PT.Diploma Arthakama akan memasarkan produk dan jasa di wilayah DKI Jakarta khususnya wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Alasan kami lebih fokus pada wilayah tersebut
44 dikarenakan wilayah tersebut terkenal dengan business district yang ada di Jakarta, serta banyaknya pusat-pusat perkantoran dan gedung pemerintahan. Tetapi kami tidak menutup kemungkinan kepada perusahaan atau instansi yang berada di luar DKI Jakarta dikarenakan kami juga sering menyelenggarakan event atau konferensi yang berada di luar kota (Bali, Surabaya, Medan, Manado,Yogyakarta dan lain-lain). 3. Behavior Dilihat dari segi behavior, hampir 3 tahun ini semua sektor industri, pemerintahan, perusahaan swasta banyak melakukan kegiatan MICE (meeting, incentive, conference, exhibition) sebagai media promosi mereka dan juga sebagai bentuk apresiasi mereka terhadap karyawan. Saat ini telah banyak bermunculan fasilitas dan infrastruktur pendukung kegiatan MICE di Indonesia. 4. Psikografis Dari segi psikografis, client kami dalam bisnis ini adalah mereka yang memiliki kepentingan dalam menyelenggarakan kegiatan MICE dan membutuhkan jasa yang mengelola penyelenggaraan kegiatan MICE secara profesional dengan standar nasional dan Internasional.
3.3
Pemasaran Konferensi dan Event Filosofi umum yang selalu dipegang oleh para pemasar adalah : “if we can
make it, we can sell it!”. Namun, pada kenyataannya banyak orang yang berhasil membuat sesuatu, tetapi tanpa memiliki kemampuan untuk menjualnya. Dalam konteks konferensi dan event sebagai sebuah produk dan jasa, maka akan berhadapan dengan kenyataan bahwa konferensi dan event yang brilian, tema-tema yang menarik serta pembicara yang populer, tidak cukup untuk mendatangkan peserta dan penonton. Dalam bisnis penyelenggaraan konferensi dan event, client tidak akan datang dengan sendirinya. Pemasaran dalam konteks konferensi dan event adalah fungsi penyelenggara konferensi dan event dalam rangka meningkatkan produk dan pelayanan, membangun komunikasi dan penetapan harga dalam rangka tercapainya tujuan usaha dan kepuasan konsumen. Lima hal yang akan mempengaruhi pemasaran konferensi dan event : 1. Memformulasikan tujuan 2. Memahami perilaku pembelian produk dan jasa PCO oleh client.
45 3. Memahami implikasi perilaku terhadap bauran pemasaran (marketing mix), pengembangan produk, promosi, distribusi dan penetapan harga. 4. Strategi promosi dan pemilihan media. 5. Evaluasi dan pengendalian.
Formulasikan Tujuan
•
Pahami Perilaku Pasar
•
4-P (Product, Price, Place, Promotion)
•
Bauran Promosi
•
Evaluasi
•
Untung atau Pulang Pokok (BEP) Event
Reguler (continue), Berotasi atau hanya sekali??
Apa strategi produk, promosi, distribusi dan penetapan harga untung atau balik modal?
Media apa, bagaimana pendekatan harus dilakukan?
Bagaimana mengantisipasi estimasi yang meleset, bagaimana penanganan resiko?
Gambar 3.3 Perencanaan Pemasaran Konferensi dan Event Sumber : Hoyle (2010) Event Marketing
Dengan pengertian ini, pemasaran bukanlah semata-mata penjualan (sales) dan iklan (advertising), tetapi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan usaha dan kepuasan konsumen secara menyeluruh. Demikian pula, perlu dibedakan antara pemasaran perusahaan PCO dengan pemasaran dalam konteks penyelenggaraan konferensi dan event itu sendiri, dalam arti mencari dukungan sebesar-besarnya bagi suksesnya konferensi dan event. Pemasaran perusahaan PCO ditujukan untuk mendapatkan project dari client (baik dengan bidding atau non-bidding), sedangkan pemasaran konferensi dan event antara lain adalah bagaimana mendapatkan sponsor, peserta, dukungan media, opini publik yang mendukung, atau hal-hal lain yang bisa memberikan keuntungan bagi penyelenggaran sebuah konferensi dan event. Namun, banyak hal keduanya memerlukan proses pemasaran yang satu sama lainnya saling terkait.
46
Gambar 3.4 Pemasaran dalam Konferensi dan Event Sumber : Any Noor (2009) Manajemen Event
Pertanyaan pertama dan yang merupakan bagian penting pada proses awal sebuah pemasaran konferensi dan event adalah apakah tujuan dari pemasaran itu sendiri,
sudah
jelaskah
segmentasi
pasarnya,
targetnya,
dan
bagaimana
positioningnya. Fungsi pemasaran dilihat dari tujuan sebuah konferensi dan event adalah apakah konferensi dan event ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan finansial bagi panitia, apakah tujuannya untuk mendapatkan sponsor, peserta sebanyak-banyaknya, peningkatan kualitas penyelenggaraan dan terbangunnya opini publik yang baik.
3.3.1
Segmentasi dan Perilaku Pasar Ada empat pasar konferensi dan event, yakni asosiasi, pemerintah,
perusahaan dan independen. Perlu disampaikan bahwa masing-masing segmen
memiliki
pendekatan
yang
memiliki
keunikan
tersendiri
dibandingkan dengan yang lain, misalnya menyangkut hal pendanaan, perlu tidaknya keterlibatan sponsor atau tidak, program dan lainnya. Pada umumnya konsumen konferensi dan event adalah konsumen organisasional (kelompok) meskipun ada juga yang masuk dalam jenis individual. Konsumen
organisasional
itu
adalah
perusahaan,
asosiasi
maupun
pemerintahan. Dalam kasus individual, misalnya event yang berkaitan dengan pesta pribadi.
47
Gambar 3.5 Segmentasi Pasar Konferensi dan Event Sumber : Hoyle (Event Marketing, 2010)
Keputusan konsumen organisasional yang dilakukan hanya sekali (tentative meetings) merupakan kegiatan konferensi dan event yang diputuskan oleh suatu organisasi yang sifatnya hanya sekali waktu saja sesuai dengan kebutuhan pada saat itu dan atau di luar kegiatan yang sudah menjadi agenda rutin sebuah organisasi. Sifat pertemuan atau kegiatan semacam ini biasanya terkait dengan “kegentingan terkini” atau tingkat kedaruratan. Sebagai contoh adalah Tsunami Summit yang digelar di Jakarta tahun 2005, yang diadakan sebagai respon (inisiatif) cepat dan mendadak atas peristiwa bencana alam tsunami Asia Selatan 24 Desember 2004. Berbagai variasi kegiatan atau konsumen untuk kategori ini demikian luasnya, dan menuntut kreativitas para penyelenggara untuk menciptakan event dengan tema-tema yang berbeda-beda.
3.3.2
Posisi Produk (Product Positioning) Langkah penting lainya untuk melakukan pemasaran konferensi dan
event adalah memahami bagaimana posisi produk pada saat ini, serta bagaimana upaya membangun citra untuk meningkatkan posisinya. Kemudian adalah apakah konferensi dan event tersebut merupakan kegiatan rutin atau merupakan kegiatan baru. Positioning dapat ditemukan dengan mencoba menemukan cara untuk membuat sebuah konferensi dan event
48 tersebut menjadi lebih unggul dibandingkan dengan konferensi dan event lain. Dalam dunia konferensi dan event sering kali terjadi ada beberapa produk yang sama , yang disajikan oleh planner/organizer yang berbeda, sehingga mendorong upaya peningkatan posisi produk yang ditawarkan menjadi sangat esensial. Suatu planner dan organizer bahkan tidak jarang menawarkan produk yang sejenis atau setidaknya mirip, dalam waktu yang tidak terlalu jauh, padahal dengan pasar yang sama.
3.3.3
Branding (Merek) Strategi merek dapat dibagi kedalam beberap jenis berdasarkan posisi
produk, yaitu dengan melakukan pengembangan merek (brand development), penguatan merek (brand reinforement), reposisi merek (brand repositioning), dan modifikasi merek (brand modification). Untuk menetapkan merek, maka perlu menemukan letak titik perbedaan konferensi dan event terlebih dahulu untuk membedakan dengan yang lain, bagaimana letak kompetitifnya dan kekuatan-kekuatan lain. Penguatan merek dan atau reposisi merek terjadi ketika kondisi terkini sudah dianggap tidak lagi cukup kuat untuk mempertahankan merek lama.
3.3.4
Distribusi Distribusi dalam konteks konferensi dan event adalah persoalan “ di
mana” atau jarak yang mempengaruhi pemasaran dalam mencapai targetnya. Distribusi ini penting untuk pengalokasian sumber daya manusia maupun teknologi yang semuanya akan bermuara pada biaya. Biaya selanjutnya akan berdampak pada kebijakan harga (pricing). Beberapa hal yang berkaitan erat dengan penentuan distribusi adalah faktor lingkungan dan saluran distribusi. Yang berkaitan dengan kondisi lingkungan seperti konsumen (peserta konferensi dan event), pesaing dan bagaimana kebijakan pemerintah negara/ daerah pasar dan destinasi, sedangkan saluran distribusi antara lain : 1. Penjualan langsung (Direct Selling ). Penjualan langsung selalu erat kaitannya dengan database. Sedangkan alat (tools) yang digunakan untuk penjualan jenis ini umumnya ada dua yaitu
49 melalui mail (surat/menulis) dan telepon (telemarketing)/faksimili. Dua hal ini memiliki tekniknya sendiri-sendiri. Namun, keduanya sama-sama terikat pada database. Semakin lengkap database yang dimiliki, maka akan semakin memudahkan bagi PCO untuk melakukan penjualan.
2. Pemasaran Internet (Internet Marketing). Dewasa ini dengan meningkatnya penggunaan internet dan banyaknya kelompok-kelompok masyarakat yang menggunakan milis (mailing list) sebagai sarana untuk berkomunikasi dan tukar-menukar informasi, milis menjadi pilihan bagus untuk memasarkan produk konferensi dan event. Keunggulan milis adalah diikuti banyak orang dalam sebuah komunitas tertentu, sehingga tersegmen dan menjangkau banyak pihak dalam waktu yang relatif singkat.
3.4
Targeting Target dari usaha yang kami jalankan ini adalah perusahaan swasta,
organisasi pemerintahan seperti instansi dan lembaga pemerintahan, dan asosiasiasosiasi, di wilayah DKI Jakarta khususnya wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat serta wilayah Indonesia lainnya seperti, Bali, Surabaya, Medan, Manado, Yogyakarta dan lain-lain. Yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan client untuk menyelenggarakan kegiatan MICE yang berkualitas.
3.5
Positioning 1. Produk : Penyelenggaraan kegiatan MICE. 2. Sasaran Pelanggan
: Perusahaan swasta, organisasi pemerintahan seperti
instansi dan lembaga pemerintahan, dan asosiasi-asosiasi, di wilayah DKI Jakarta khususnya wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat serta wilayah Indonesia lainnya seperti, Bali, Surabaya, Medan, Manado, Yogyakarta dan lain-lain. 3. Manfaat : untuk membantu dalam menyelenggarakan kegiatan MICE yang baik dan berkualitas. 4. Harga : bervariasi tergantung dengan besarnya kegiatan MICE yang diselenggarakan dan banyaknya kebutuhan dalam pelaksanaan
50
Gambar 3.6 Perkiraan Permintaan Per/bulan Sumber : Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah
Penjelasan : Pada
awal
tahun
hingga
awal
bulan
juni
tingkat
permintaan
terhadap
penyelenggaraan kegiatan MICE tidak sebanyak pertengahan bulan juni hingga akhir tahun, hal tersebut di karenakan ketika awal tahun banyak dari instansi pemerintah belum mendistribusikan anggaran belanja dari pemerintah pusat kepada rencana program kerja mereka, selain itu pada awal tahun dapat dikatakan sebagai bulannya tender, karena pada awal tahun hingga pertengahan juni banyak terjadi lelang pekerjaan untuk pelaksanaan awal juli hingga bulan desember. Sehingga dinamika permintaan atau pelaksanaan project lebih tinggi dan lebih banyak pada pertengahan bulan juni hingga akhir tahun.
51 3.6
Pangsa Pasar
Gambar 3.7 Market MICE di Indonesia Berdasarkan Level Penyelenggaraan Sumber : ICCA ( International Congress and Convention Association) www.iccaworld.com
Menurut Kotler (2004), pangsa pasar adalah besarnya bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan. Dengan kata lain penguasa suatu produk terhadap pasar atau besarnya jumlah produk yang diminta dan dihasilkan oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan jumlah permintaan di pasar. Pangsa pasar dapat dipecah-pecah menurut wilayah politis, kawasan geografis yang lebih besar, ukuran, pelanggan, tipe pelanggan dan teknologinya. Pangsa pasar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk percentase. Berdasarkan gambar (3.7), di jelaskan bahwa dalam market (pasar) MICE di Indonesia, terdapat beberapa level penyelenggaraan, diantaranya adalah level internasional, nasional, dan lokal. Dari beberapa level tersebut level nasional yang mendominasi market MICE di Indonesia. Dalam distribusi penyebaranya, dari 330 perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan terkait jasa penyelenggaraan MICE 45% diantaranya berada di level lokal,26.3% berada pada level nasional dan sisanya sebesar 28.7% berada pada level internasional. Berdasarkan data tersebut maka PT.Diploma Arthakama memilih target market pada level penyelenggaraan MICE yang berfokus pada penyelenggaraan tingkat nasional dan internasional, alasanya
52 adalah pada level nasional dan internasional dikarenakan peluang pasar yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan level lokal. Semakin banyaknya perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan MICE pada level lokal, maka akan semakin mempersulit untuk masuk ke dalam pasar dan tingkat persaingan usaha semakin besar dibandingkan pada level nasional dan internasional, selain itu peluang permintaan dan profit yang diperoleh pada level nasional dan internasional akan lebih besar dibandingkan pada level lokal. Faktanya dari 45% perusahaan yang berada pada level lokal, mereka masih harus berbagi peluang dengan perusahaan-perusahaan jasa event organizer, sehingga tingkat persaingan di dalamnya semakin sulit dan tingkat permintaan dapat dikatakan lebih kecil peluangnya dibandingkan pada level nasional dan internasional.
3.7
Segmenting Terdapat empat pasar konferensi dan event, yaitu asosiasi, pemerintah,
perusahaan dan independen. Perlu disampaikan bahwa masing-masing segmen memiliki pendekatan yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan yang lain, misalnya menyangkut pendanaan, perlu tidaknya keterlibatan sponsor atau tidak, program dan lainnya. Pada umumnya konsumen konferensi dan event adalah konsumen organisasional (kelompok) meskipun ada juga yang masuk dalam jenis individual. Konsumen organisasional itu adalah perusahaan, asosiasi maupun pemerintahan. Dalam kasus individual, misalnya event yang berkaitan dengan pesta pribadi. Seperti yang telah digambarkan pada gambar (3.5)di atas, segmentasi pasar dari PT.Diploma Arthakama sendiri adalah perusahaan swasta, organisasi pemerintahan seperti instansi dan lembaga pemerintahan, dan asosiasi. Kemudian target utama kami adalah masyarakat Indonesia secara luas, Laki-laki dan Perempuan, dengan kisaran umur 20-65 tahun, wiraswasta, pegawai negeri dan berbagai profesi lainnya yang membutuhkan jasa penyelenggaraan kegiatan MICE yang profesional dengan standar nasional dan internasional.
53 3.8
Faktor Penghalang Dalam Industri 3.8.1
Kendala yang Biasa Dihadapi dalam Industri MICE adalah:
1. Krisis ekonomi yang berdampak kepada banyak negara di dunia (USA, Europe, ASIA, Tiongkok). Saat terjadi krisis di USA dan Europe sebagai negara-negara maju, tentunya akan membawa dampak sistemik terhadap negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dengan terjadinya krisis ekonomi, tentu akan menghambat penyelenggaraan atau pembatalan beberapa kegiatan MICE dikarenakan anggaran yang sebelumnya sudah di anggarkan untuk kegiatan tertentu kemudian dihapuskan dan di alokasikan kebeberapa bagian yang lebih membutuhkan. 2. Krisis Politik yang banyak terjadi negara-negara timur tengah dan Thailand Maraknya isu politik, pemberontakan, baik konflik internal suatu negara maupun konflik eksternal antar negara membawa dampak buruk bagi industri MICE. Contoh, ketika Thailand mengalami konflik internal di negaranya, maka banyak pemerintah negara yang memberikan travel warning ke Thailand. Saat Indonesia mengalami isu terorisme, banyak juga beberapa konferensi dan event MICE yang dibatalkan akibat alasan keamanan dan kenyamanan. Selain kendala-kendala eksternal diatas, perubahan trend dalam target market sering menjadi kendala yang sangat berpengaruh dalam industri ini. Persaingan antar perusahaan sejenis dapat dikatakan sangat kuat. Selain itu perubahan kebutuhan pada setiap penyelenggaraan kegiatan juga merupakan masalah penting lainnya. Semakin tingginya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap jasa penyelenggaraan kegiatan MICE dan event, serta semakin banyaknya perusahaan baru yang turut memanfaatkan peluang industri, menjadikan customer memiliki banyak pilihan jasa penyelenggara. Biasanya customer atau users akan memilih perusahaan yang memiliki harga termurah dan bisa tetap memenuhi spesifikasi kebutuhan yang pihak users inginkan dan tentunya dengan nilai anggaran yang tidak berubah. Kemudian, kebutuhan
masing-masing
kegiatan
penyelenggaraan kegiatan bertaraf
tentunya
berbeda-beda.
Contoh,
internasional tentunya memiliki
kebutuhan yang lebih detail dan kompleks dibandingkan menyelenggarakan kegiatan bertaraf nasional ataupun lokal. Seringkali anggaran dalam project
54 yang akan dilaksanakan lebih kecil daripada actual spend yang terjadi disaat pelaksanaan selanjutnya, banyaknya tenaga kerja atau sumber daya manusia yang belum profesional bahkan hanya memiliki pengetahuan minim mengenai industri MICE sendiri sehingga membuat perusahaan harus bekerja keras serta mengeluarkan sedikit lebih banyak dari anggaran perusahaan untuk memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada pegawainya agar bisa menjadi tenaga kerja yang memiliki kapabilitas dan keahlian dalam mengelola kegiatan MICE. Dalam menyikapi beberapa kendala di atas, sejauh ini PT.Diploma Arthakama tetap bisa memanfaatkan peluang bisnis yang ada, dikarenakan hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan mulai memahami kegiatan MICE, dan hampir dari setiap kementerian dan lembaga pemerintah lainnya memiliki agenda mengenai kegiatan MICE, baik berupa meeting perdepartemen, incentive, rapat kerja hingga konferensi internasional. Kemudian hampir seluruh industri dan private sector membutuhkan organizer, khususnya professional organizer seperti PCO dalam mempersiapkan event yang akan mereka selenggarakan. Beberapa penyelenggara jasa MICE internasional dan institusi internasional telah membuka hubungan bisnis dan networking kepada penyelenggara jasa lokal (home country) sehingga memudahkan proses kerja sama dan koordinasi, dengan hal tersebut maka tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama menyelenggarakan sebuah inisiatif event atau kegiatan lainya secara bersama-sama dengan beberapa penyelenggara jasa MICE internasional. Hal-hal yang PT.Diploma Arthakama persiapkan dalam menghadapi persoalan-persoalan diatas adalah : 1. Memberikan pelatihan berupa uji kompetensi dalam proses sertifikasi serta memberikan motivasi kepada setiap pegawainya agar menjadi tenaga kerja yang profesional, tentunya agar sesuai dengan visi dan misi perusahaan. 2. Melakukan update terhadap bentuk informasi terbaru, baik dari dalam negeri dan luar negeri yang terkait dengan industri MICE 3. Melakukan sosialisasi terhadap perubahan teknologi yang terjadi dalam bentuk apapun, agar dapat menyesuaikan dengan kondisi kemajuan teknologi yang ada. Sehingga tidak ada istilah gagap teknologi.
55 4. Dalam menghadapi perubahan peraturan pemerintah, biasanya hal yang kami lakukan adalah mensosialisasikan terlebih dahulu kepada seluruh karyawan PT.Diploma Arthakama, untuk kemudian bersama-sama mendiskusikan langkah dan opsi-opsi yang ada untuk perusahaan agar tetap bisa mempertahankan eksistensi di industri. 5. Perubahan ekonomi, biasanya yang terjadi adalah perubahan nilai tukar mata uang,dan naik turunya harga. Kami akan menyesuaikan setiap pengeluaran baik operasional perusahaan ataupun biaya produksi saat pengerjaan project. Dalam hal ini sangat dibutuhkan hubungan yang baik terhadap supplier (vendor) yang biasa bekerja sama dengan perusahaan, sehingga pola pembayaran dapat disesuaikan. 6. Untuk
menghadapi
perubahan
dalam
industri
sendiri,
kami
mempersiapkan diri dengan penambahan wawasan dengan menambah referensi, brain storming terhadap ide-ide atau konsep-konsep baru dalam penyelenggaraan kegiatan MICE, sehingga client tidak merasa jenuh dengan konsep yang kami tawarkan.
3.9
Analisis Pesaing Dalam dunia bisnis salah satu faktor keberhasilan ditentukan oleh
kemampuan dalam memahami pesaing. Output dari kemampuan tersebut, dapat menopang manajemen dalam memutuskan dimana akan bersaing dan bagaimana posisi diantara pesaing. Demikian karena, analisis pesaing dilakukan dengan cara mengidentifikasi industri dan karakteristiknya, indentifikasi bisnis di dalam industri, kemudian masing-masing akan di evaluasi, prediksi aktifitas pesaing termasuk mengidentifikasi pesaing baru yang mungkin menerobos pasar maupun segmen pasar. Analisa persaingan merupakan sebuah usaha untuk mengidentifikasi ancaman, kesempatan atau permasalahan strategis yang terjadi sebagai akibat dari perubahan persaingan potensial, serta kekuatan dan kelemahan pesaing. Analisis persaingan bersifat dinamis. Pesaing di deskripsikan dan di analisis, pesaing di evaluasi, serta kemudian tindakan pesaing dapat diprediksi secara tepat. Yang dimaksud pesaing termasuk didalamnya pesaing baru yang berpeluang mengacungkan jari telunjuk sebagai tanda kehadiran dalam industri. Analisis persaingan merupakan aktifitas yang terus menerus dan memerlukan koordinasi
56 informasi. Bisnis dan unit bisnis menganalisis pesaing bisa dengan cara menggunakan sistem intelejen pesaing. Untuk kepentingan tersebut, beberapa teknik dapat dilakukan seperti pencarian database, survey konsumen, wawancara dengan pemasok serta partisipan lainnya yang sesuai, perekrutan karyawan pesaing termasuk juga mempelajari produk yang pesaing tawarkan. Setiap teknik yang telah dikemukakan, tampak didalamnya mengandung unsur titik kedinamisan. Seperti yang telah digambarkan pada gambar (3.1) dalam analisis kekuatan persaingan Porter, PT. Diploma Arthakama menggunakan metode ini untuk mengevaluasi persaingan yang terjadi pada perusahaan. Untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan di lingkungan eksternal PT.Diploma Arthakama yang dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.8 Analisis Porter Pada PT. Diploma Arthakama Sumber : Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah
Berdasarkan lima kekuatan persaingan Porter diatas,maka dilakukan evaluasi terhadap persaingan eksternal PT.Diploma Arthakama dari sisi masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pelanggan, serta persaingan antara para pesaing.
57 Dalam proses analisis pesaing, PT.Diploma Arthakama menerapkan beberapa strategi yang akan digunakan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis faktor internal dan eksternal berupa peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. 2. Membandingkan beberapa faktor keberhasilan dengan potensial kompetitor yang ada. 3. Membuat SWOT analysis perusahaan agar mendapatkan strategi alternatif dan bagaimana bisa mengelola peluang dan kekuatan yang dimiliki dengan kelemahan dan ancaman yang ada dalam industri. 4. IE matrix (Internal-External). Matriks ini memposisikan berbagai divisi suatu perusahaan dalam 9 kuadran.
Pada analisis faktor eksternal yang teridentifikasi sebagai ancaman bagi industri adalah sebagai berikut :
3.9.1
Evaluasi Ancaman (Threats)
1. Krisis ekonomi yang berdampak kepada banyak negara di dunia (USA, Europe, ASIA, Tiongkok). Saat terjadi krisis di USA dan Europe sebagai negara-negara maju, tentunya akan membawa dampak sistemik terhadap negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dengan terjadinya krisis ekonomi, tentu akan menghambat penyelenggaraan atau pembatalan beberapa kegiatan MICE dikarenakan anggaran yang sebelumnya sudah di anggarkan untuk kegiatan tertentu kemudian dihapuskan dan di alokasikan kebeberapa bagian yang lebih membutuhkan. 2. Krisis Politik yang banyak terjadi negara-negara timur tengah dan Thailand Maraknya isu politik, pemberontakan, baik konflik internal suatu negara maupun konflik eksternal antar negara membawa dampak buruk bagi industri MICE. Contoh, ketika Thailand mengalami konflik internal di negaranya,maka banyak pemerintah negara yang memberikan travel warning ke Thailand. Saat Indonesia mengalami isu terorisme, banyak juga beberapa konferensi dan event MICE yang dibatalkan akibat alasan keamanan dan kenyamanan.
58 3. Perubahan iklim secara signifikan di beberapa negara. Perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun terakhir ini dapat dikatakan cukup ekstrem apabila dibandingkan dengan sepuluh tahun kebelakang. Alasan perubahan iklim dijadikan kendala adalah dengan perubahan iklim yang ekstrem maka akan mengurangi daya tarik beberapa lokasi potensial MICE. Contoh, banyak wisatawan asing yang memiliki hobi travelling dan melakukan aktivitas outdoor yang berkunjung ke indonesia untuk melihat puncak jaya wijaya yang tadinya bersalju dan merupakan satusatunya wilayah di Indonesia yang memiliki salju,kini sudah habis saljunya. Akibat hal tersebut salah satu kegiatan dari MICE yaitu incentive mengalami hambatan.
3.9.2
Evaluasi Peluang (Opportunity)
1. Indonesia terletak di Asia Tenggara yang merupakan salah satu tempat yang paling padat dalam perdagangan dunia dan perdagangan dan menunjukan pertumbuhan yang sangat tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Letak geografis merupakan salah satu determinan yang menentukan masa depan dari suatu negara dalam melakukan hubungan internasional. Di masa yang akan datang, eksistensi Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan letak geografis Indonesia itu sendiri. Dampak positif dari letak geografis Indonesia ini tentu sangat menguntungkan
dalam
pertumbuhan
ekonomi
terutama
jika
di
manfaatkan sebagai lalu lintas perdagangan. Namun karena letak geografis Indonesia yang strategis pula, sejak dulu Indonesia menjadi arena perebutan pengaruh. Indonesia sendiri, telah mengikuti organisasi ekonomi internasional diantaranya adalah ASEAN, AFTA, APEC, OPEC, WTO, IMF, CGI, IGGI dan lain-lain. 2. Peningkatan pengetahuan mengenai industri MICE. Hampir di seluruh target market, seperti pada kalangan masyarakat, instansi pemerintah (kementrian dan lembaga lainnya), dan perusahaan swasta mulai mengenal apa itu MICE dan kegunaan serta fungsi PCO, sehingga banyak diantara mereka yang melakukan lelang pekerjaan yang bekaitan dengan PCO dan penyelenggaraan kegiatan MICE itu sendiri.
59 3. Tingginya tingkat kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Secara umum kedatangan wisatawan ke Indonesia menunjukan tendensi peningkatan dari tahun ke tahun, dan tujuan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia beragam dari yang hanya bertujuan untuk berlibur hingga mengadakan perjalanan bisnis. Pasar pariwisata semakin bersaing tidak hanya di kawasan Asia Tenggara tetapi juga di seluruh kawasan dunia, semakin ketatnya persaingan wisatawan dan pemakai jasa menuntut kualitas pelayanan yang semakin baik. 4. Kegiatan MICE di Indonesia masih akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya sektor pariwisata Indonesia. Hal tersebut di dukung dengan tingkat penyelenggaraan kegiatan MICE pada tahun 2013 yang telah digambarkan pada bab sebelumnya yaitu pada gambar 1.2 dan 1.5, serta kebutuhan masyarakat akan penyelenggaraan jasa MICE pun mengalami peningkatan, karena kegiatan MICE dapat dijadikan sebuah media promosi dan investasi pada perusahaan. MICE sebagai media promosi terjadi ketika sebuah perusahaan atau kementrian mengadakan sebuah expo atau pameran untuk memperkenalkan produk mereka kepada masyarakat,atau memperkenalkan kekayaan budaya bangsa Indonesia kepada masyarakat Indonesia sendiri atau kepada wisatawan asing. MICE menjadi sebuah investasi bagi suatu perusahaan jika kegiatan MICE dilaksanakan oleh perusahaan tersebut dalam rangka pendidikan dan pelatihan, termasuk di dalamnya pemberian insentif. Melalui program ini dapat mendorong peningkatan skill individu maupun kelompok dalam perusahaan serta meningkatkan apresiasi terhadap perusahaan dari karyawanya. Adapun faktor-faktor internal yang teridentifikasi sebagai kekuatan bagi industri adalah sebagai berikut :
3.9.3
Evaluasi Kekuatan (Strength)
1. Pemerintah yang sangat mendukung bisnis MICE. Hal tersebut diperkuat dengan adanya undang-undang yang mengatur yaitu UUD No.9 Tahun 1990 Pasal 7, yang mengatur mengenai pelaksanaan kegiatan MICE harus dilaksanakan oleh penyelenggara jasa kegiatan MICE profesional.
60 2. Banyaknya Perusahaan multinasional dan asosiasi di Indonesia. Banyaknya perusahaan dan asosiasi di indonesia, yang telah disebutkan pada bab sebelumnya menjadi sebuah kekuatan bagi industri MICE itu sendiri, karena beberapa pekerjaan MICE diperoleh melalui perusahaan multinasional dan asosiasi. 3. Daerah Penunjang Kegiatan MICE dengan Variasi Panorama Indonesia terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budaya yang dimiliki. Hal tersebut sangat mendukung kegiatan MICE di Indonesia 4. Adanya Lembaga Formal dalam Bidang MICE. Lembaga formal dalam bidang MICE menjadi kekuatan dasar bagi industri MICE untuk terus memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus dalam bidang MICE, sehingga dapat memberikan service dan hospitality yang baik untuk tercapainya kepuasan customer.
3.9.4
Evaluasi Kelemahan (Weakness)
1. Pertumbuhan Fasilitas dan Infrastruktur MICE yang belum merata Pertumbuhan fasilitas dan Infrastruktur yang terkonsentrasi hanya pada wilayah destinasi utama kegiatan MICE, membuat pertumbuhan infrastruktur tersebut tidak merata, sehingga dapat menghambat dalam proses
penyelenggaraan
kegiatan
MICE.
Contoh,
untuk
menyelenggarakan kegiatan yang bertaraf internasional maka dibutuhkan fasilitas yang sesuai dengan standart internasional pada wilayah atau lokasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Apabila lokasi yang dipilih tidak memiliki infrastruktur yang mendukung maka, lokasi tersebut harus digantikan dengan lokasi yang memiliki fasilitas yang lebih mendukung untuk keberlangsungan kegiatan. 2
Intangible (tidak berwujud), jasa berbeda dengan barang. Apabila barang merupakan suatu
objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu
perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para customernya, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat di evaluasi pembeli
61 sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas apa dan bagaimana yang akan diterima konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa bersangkutan di konsumsi. 3
Tingginya Biaya Produksi Meskipun tidak ada kelemahan mendasar tetapi biaya tinggi dapat dianggap sebagai kelemahan terutama dibandingkan dengan negara berkembang tujuan MICE seperti Vietnam, China dan India yang jauh lebih hemat biaya.
3.10
SWOT Analisis PT.Diploma Arthakama Pada analisis faktor eksternal yang teridentifikasi sebagai ancaman bagi
perusahaan adalah sebagai berikut :
3.10.1 Evaluasi Ancaman (Threats) 1. Perkembangan Perdangangan Bebas Perkembangan perdangangan bebas dalam arti arus masuk barang dan jasa akan menimbulkan ancaman bagi PT.Diploma Arthakama. Ancaman tersebut memicu terjadinya persaingan yang semakin tajam baik dengan sesama perusahaan domestik dan juga anacaman hadirnya perusahaanperusahaan asing atau anak perusahaanya di dalam negeri. 2. Meningkatnya Country Risk Meningkatnya country risk dapat berdampak pada menurunya kunjungan wisatawan. Karena wisatawan ingin merasa aman dalam perjalananya, sehingga menjadi salah satu hal yang penting dalam kunjungan wisatawan.
3.10.2 Evaluasi Peluang (Opportunity) 1. Indonesia terletak di Asia Tenggara yang merupakan salah satu tempat yang paling padat dalam perdagangan dunia dan perdagangan dan menunjukan pertumbuhan yang sangat tinggi dalam beberapa tahun terakhir 2. Peningkatan pengetahuan mengenai industri MICE. Hampir di seluruh target market,seperti pada kalangan masyarakat, instansi pemerintah (kementrian dan lembaga lainnya), dan perusahaan
62 swasta mulai mengenal apa itu MICE dan kegunaan serta fungsi PCO, sehingga banyak diantara mereka yang melakukan lelang pekerjaan yang bekaitan dengan PCO dan penyelenggaraan kegiatan MICE itu sendiri. 3. Tingginya tingkat kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Secara umum kedatangan wisatawan ke Indonesia menunjukan tendensi peningkatan dari tahun ke tahun, dan tujuan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia beragam dari yang hanya bertujuan untuk berlibur hingga mengadakan perjalanan bisnis. Pasar pariwisata semakin bersaing tidak hanya di kawasan Asia Tenggara tetapi juga di seluruh kawasan dunia, semakin ketatnya persaingan wisatawan dan pemakai jada menuntut kualitas pelayanan yang semakin baik. 4. Kegiatan MICE di Indonesia masih akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya sektor pariwisata Indonesia. Hal tersebut di dukung dengan tingkat penyelenggaraan kegiatan MICE pada tahun 2013 yang telah digambarkan pada bab sebelumnya yaitu pada gambar 1.2 dan 1.5, serta kebutuhan masyarakat akan penyelenggaraan jasa MICE pun mengalami peningkatan, karena kegiatan MICE dapat dijadikan sebuah media promosi dan investasi pada perusahaan. MICE sebagai media promosi terjadi ketika sebuah perusahaan atau kementrian mengadakan sebuah expo atau pameran untuk memperkenalkan produk mereka kepada masyarakat,atau memperkenalkan kekayaan budaya bangsa Indonesia kepada masyarakat Indonesia sendiri atau kepada wisatawan asing. MICE menjadi sebuah investasi bagi suatu perusahaan jika kegiatan MICE dilaksanakan oleh perusahaan tersebut dalam rangka pendidikan dan pelatihan, termasuk di dalamnya pemberian insentif. Melalui program ini dapat mendorong peningkatan skill individu maupun kelompok dalam perusahaan serta meningkatkan apresiasi terhadap perusahaan dari karyawanya. Adapun faktor-faktor internal yang teridentifikasi sebagai kekuatan bagi industri adalah sebagai berikut:
63 3.10.3 Evaluasi Kekuatan (Strength) 1. Outlook perusahaan adalah customer oriented. Sebagai perusahaan jasa, tentunya yang menjadi fokus utama kami adalah customer satisfying (kepuasan pelanggan). Dalam mengelola suatu event atau konferensi, keputusan terakhir di ambil oleh users sendiri, tetapi kami memberikan masukan-masukan lain yang mendukung kelancaran dan keberlangsungan acara sehingga users memiliki option sebelum mengambil keputusan akhir. 2. Seluruh SDM (Sumber Daya Manusia) bersertifikasi dalam bidang MICE. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan kualitas perusahaan, maka kami mengutamakan peningkatan skill masing-masing individu dalam perusahaan serta memberikan tambahan pengetahuan mengenai product ( product knowladge) dalam bidang MICE, dengan mengikut sertakan karyawan dalam uji kompetensi di bidang MICE. 3. Standard pelayanan bertaraf internasional. Demi meningkatkan hubungan baik dengan pelanggan, kami selalu memberikan pelayanan berstandarisasi internasional dalam pelaksanaan event baik skala nasional ataupun lokal, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk atau cara kami memberikan value lebih kepada customer. 4. Memiliki aliansi usaha yang baik dengan jenis industri pariwisata lainnya. PT.Diploma Arthakama memiliki aliansi usaha dan hubungan yang baik dengan beberapa jenis industri pariwisata terkait, seperti dengan jaringan hotel-hotel di Indonesia, Convention Center di Indonesia dan penyedia jasa transportasi seperti ground handling dan lain-lain.
3.10.4 Evaluasi Kelemahan (Weakness) 1. Terbatasnya jumlah SDM (Sumber Daya Manusia). Terbatasnya jumlah tenaga kerja pada PT.Diploma Arthakama tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu kelemahan kami, dan menjadi hambatan atau membatasi peningkatan volume pekerjaan, sehingga distribusi pekerjaan belum berjalan dengan baik.
64 2. Terbatasnya modal usaha. Terbatasnya modal kerja yang mencukupi untuk membiayai project yang waktu pelaksanaannya hampir bersamaan. 3. Belum menjadi first choice customer. PT.Diploma Arthakama merupakan perusahaan baru yang sedang berusaha untuk mempromosikan dirinya kepada target marketnya. Kendala sebagai perusahaan baru diantaranya adalah belum banyak yang mengetahui perusahaan itu sendiri, dan berusaha masuk ke dalam pasar yang sudah memiliki banyak pemain di dalamnya. Akibat dari kendalakendala tersebut adalah customer belum dapat menjadikan PT.Diploma Arthakama sebagai first choice mereka dalam menyelenggarakan kegiatan MICE.
3.11
Matriks EFE & IFE Berikut adalah matriks EFE dan IFE dari PT.Diploma Arthakama
berdasarkan faktor eksternal dan internalnya.
Tabel 3.1 IFE Matriks PT.Diploma Arthakama Faktor Internal
Bobot
Ranking
Score
Outlook perusahaan adalah customer oriented
0.1
3
0.3
Seluruh SDM (Sumber Daya Manusia) bersertifikasi
0.2
2
0.4
Standard pelayanan bertaraf Internasional.
0.2
3
0.6
Memiliki aliansi usaha yang baik dengan jenis
0.1
4
0.4
Terbatasnya jumlah SDM
0.2
2
0.4
Terbatasnya modal usaha
0.1
3
0.3
Belum menjadi first choice customer
0.1
2
0.2
Strength
di bidang MICE
industri pariwisata Weakness
∑1.00
Sumber : Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah
∑2.6
65 Kesimpulan : Total nilai IFE yang diperoleh perusahaan adalah 2.6, hal tersebut mencerminkan bahwa perusahaan mempunyai posisi internal yang kuat karena berada di atas ratarata, yaitu 2.5. selain itu, PT.Diploma Arthakama sudah mampu dalam memanfaatkan kekuatan yang di miliki untuk menutupi kekurangannya.
Tabel 3.2 EFE Matriks PT. Diploma Arthakama Faktor Eksternal
Bobot
Rangking
Score
Peningkatan pengetahuan mengenai MICE
0.1
3
0.3
Kebutuhan akan organizer pada seluruh sektor
0.2
3
0.6
0.2
3
0.6
0.1
4
0.4
0.1
4
0.4
Perkembangan perdagangan bebas
0.2
3
0.6
Meningkatnya country risk
0.1
2
0.2
Opportunity
industri. Tingginya tingkat kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Kegiatan MICE di Indonesia masih akan terus tumbuh Indonesiaa terletak di Asia Tenggara Threats
∑1.00
∑3.2
Sumber : Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah Kesimpulan : Total nilai EFE yang diperoleh perusahaan adalah 3.2, mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan sangat baik terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman di pasar industri, karena berada diatas nilai ratarata,yaitu 2.5. Dalam kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal.
3.12
Competitive Profile Matrix Menurut Stephanie K. Marrus (2006) CPM (Competitive Profile Matrix)
adalah sebuah alat manajemen strategis yang penting untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing utama dalam hubungannya dengan posisi strategis
66 perusahaan. Berikut analisis Matriks CPM ynag dilakukan oleh PT.Diploma Arthakama :
Tabel 3.3 Competitive Profile Matrix PT.Diploma Arthakama Faktor
Bobot
Peringkat
0.2
4
0.2
Skor
PT. Surya Cipta Utama
PT. Generasi Cipta Kreasi
Bobot
Peringkat
Skor
Bobot
Peringkat
Skors
0.8
0.1
2
0.2
0.2
2
0.4
3
0.6
0.2
2
0.4
0.2
3
0.6
0.1
4
0.4
0.05
1
0.05
0.1
2
0.2
0.2
4
0.8
0.05
1
0.05
0.1
2
0.2
0.2
4
0.8
0.2
2
0.4
0.1
2
0.2
0.05
3
0.15
0.2
1
0.2
0.1
2
0.2
0.05
4
0.2
0.2
1
0.2
0.2
1
0.2
∑3.75
∑1.00
∑1.5
∑1.00
Keberhasilan
Kualitas Pelayanan Daya saing harga Loyalitas Konsumen Kualitas manajemen Networking dengan supplier Kualitas tenaga kerja Struktur organisasi
∑1.00
∑2.00
Sumber : Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah
Kesimpulan : Perusahaan Diploma Arthakama merupakan perusahaan yang paling unggul dalam kualitas pelayanan, loyalitas konsumen, kualitas manajemen, networking dengan supplier dan struktur organisasi dengan total skor sebesar 3.75. Peringkat kedua diperoleh oleh PT.Generasi Cipta Kreasi dengan total skor sebesar 2.00.
3.13
Matriks Internal Eksternal Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal pada tabel 1.2 dan
1.3, maka dapat diproyeksikan hasil yang bersangkutan ke dalam Matriks Internal
67 Eksternal sebagai tahap pencocokan strategi perusahaan, dimana nilai IFE adalah 2.6 dan EFE adalah (3.2).
Gambar 3.9 Matriks Internal Eksternal Sumber: Penulis (2014) berdasarkan data yang diolah
Daerah yang berwarna kuning merupakan tindakan strategis yang perlu dilakukan oleh PT. Diploma Arthakama, yaitu menumbuhkan dan membangun jenis usaha yang telah dilakukan dengan melaksanakan strategi intensif seperti melakukan: 1. Penetrasi pasar (Market Penetration) Penetrasi pasar dapat dilakukan dengan mempromosikan produk-produk yang telah ada secara gencar dan berkala sehingga mampu meningkatkan penjualan dan pangsa pasar. 2. Pengembangan pasar (Market Development)
68 Strategi pengembangan pasar dirasa kurang cocok untuk diterapkan oleh PT. Diploma Arthakama. Hal tersebut dikarenakan fokus utama dari market yang dituju oleh PT.Diploma Arthakama masih sesuai dengan target market yang disebutkan sebelumnya. 3. Pengembangan Produk (Product Development) Strategi pengembangan produk yang dapat dilakukan adalah dengan terus mengembangkan konsep event dan kegiatan MICE lainnya,sesuai dengan trend yang ada di pasar, dan membuat inisiatif event dengan konsep-konsep yang menarik, reatif, informatif dan tentunya edukatif.
3.14
Rencana Pemasaran 3.14.1 Strategi Pemasaran Menurut Kotler & Amstrong (2008: 5) Strategi Pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Strategi Pemasaran yang dilakukan oleh PT.Diploma Arthakama : a. PT.Diploma Arthakama melakukan promosi dari mulut ke mulut secara perorangan antara mereka yang sudah pernah menggunakan jasa PT.Diploma Arthakama untuk kemudian di rekomendasikan ke rekan mereka. b. Mengikuti kegiatan asosiasi terkait dalam hal ini adalah INCCA dan KADIN agar terbentuk jaringan atau koneksi dengan beberapa perusahaan terkait dan perusahaan-perusahaan potensial. c. Tetap menjalin hubungan baik dengan klien yang pernah menggunakan jasa kami, dengan tetap berkomunikasi agar tetap menjalin hubungan yang berkelanjutan. PT.Diploma Arthakama akan memberikan virtual card yang berupa kartu ucapan selamat hari besar maupun hari-hari penting pada client, dan tentunya kami akan menghubungi mereka secara personal.
69 3.14.2 Promosi Promosi menurut Buchari Alma (2006 : 179) Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan dan meyakinkan calon konsumen mengenai barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen. Agar dikenal oleh target market kami, PT.Diploma Arthakama melakukan promosi dengan menggunakan company profile untuk saat ini. Kedepannya kami menargetkan untuk segara membuat official website dari PT.Diploma Arthakama untuk membantu dalam proses promosi.
3.14.3 Anggaran Promosi Anggaran promosi adalah sejumlah dana yang telah disisihkan untuk membayar semua metode promosi dalam periode tertentu. PT.Diploma Arthakama membuat anggaran promosi dengan anggaran biaya yang tidak terlalu besar. Akan tetapi diharapkan memberikan dampak besar pada penjualan jasa yang ditawarkan.
Tabel 3.4 Anggaran Promosi PT.Diploma Arthakama
Sumber : Penulis (2014)
3.15
Evaluasi Pemasaran Evaluasi merupakan bagian yang penting dari perjalanan bisnis apa pun
karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik terhadap pelaksanaan bisnis. Tanpa adanya evaluasi, sulit mengetahui sejauh mana tujuan bisnis yang direncanakan itu akan di capai dan telah dicapai. Merujuk dari proyeksi keuangan diatas, untuk evaluasi pemasaran yang akan dilakukan, maka disimpulkan bahwa strategi pemasaran yang direncanakan dapat di implementasikan dengan faktor-faktor berikut :
70 1. Aspek Minat Pasar dan pertimbangan konsumen dalam memilih jasa penyelenggara MICE yang utama adalah kualitas pelayanan dan ide-ide kreatif yang di tawarkan. 2. Biaya produksi lebih disarankan untuk lebih ditekan, agar profit untuk perusahaan lebih besar. 3. Lebih banyak mengerjakan project, sebagai bahan tambahan untuk portofolio dan pengalaman pelaksanaan dilapangan. 4. Kegiatan direct selling harus lebih gencar dilakukan dengan mengumpulkan lebih banyak database perusahaan-perusahaan potensial serta direct selling kepada users langsung secara personal untuk meningkatkan penjualan. 5. Menjalin hubungan baik dengan client pasca penggunaan jasa, akan meningkatkan loyalitas client terhadap perusahaan. Customer relationship yang digunakan PT.Diploma Arthakama adalah dengan memberikan virtual card pada hari-hari besar atau hari spesial client. Namun ada kalanya sasaran dari strategi pemasaran ini belum tercapai, untuk itu PT.Diploma Arthakama akan terus melakukan revisi strategi ini dan menganalisa kembali untuk segera mengambil tindakan yang tepat. PT.Diploma Arthakama pun menyadari beberapa perubahan kondisi lain dapat sangat mempengaruhi proses berjalannya strategi atau tidak. Misalnya, kondisi perekonomian yang buruk, becana alam, kondisi keamanan negara dan lain-lain sebagainya. Sehingga pendapatan PT.Diploma Arthakama tidak akan mencapai meskipun strategi pemasaran sudah dilakukan dengan efektif.