Bab 3 Analisis Data
3.1 Analisis Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen Pada subbab ini, penulis akan menganalisis data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan, yakni pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2011. Analisis ini ditujukan guna mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan responden dalam menjawab ragam soal evaluasi objektif setelah diberikan stimulus berupa strategi-strategi menjawab soal. Untuk mendukung akurasi hasil penelitian ini, penulis melakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon, guna menguji hipotesis dari dua variabel yang berhubungan dengan nilai tingkat signifikansi standar α = 0.05. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua buah hipotesis, yaitu: 1. Hipotesis nol (H0), yang berarti tidak ada perbedaan hasil pre test dan post test para responden eksperimen setelah diberi perlakuan, yakni penyampaian stimulus berupa strategi menjawab ragam soal evaluasi objektif. Dengan kata lain, stimulus ini dirasakan tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan menjawab responden. 29
2. Hipotesis alternatif (H1), yang berarti hasil post test para responden eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan hasil pre test setelah diberi perlakuan, yakni penyampaian stimulus berupa strategi menjawab ragam soal evaluasi objektif. Dengan kata lain, stimulus ini dirasakan efektif dalam meningkatkan kemampuan menjawab responden. Karena penulis menggunakan tingkat signifikansi 0.05, maka H0 akan diterima jika α > 0.05. Sebaliknya, jika α ≤ 0.05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini. Gambar 3.1.1 Grafik Pengambilan Hipotesis
Terima H0
Tolak H0
0
0.05
0.1
Sumber : Santoso (2009:358) Menurut hasil penelitian yang dilakukan terhadap kesepuluh responden pada kelas eksperimen yang telah diberikan materi pembelajaran bahasa Jepang verba ーて dengan metode ceramah menggunakan media power point beserta penekanan pada pemberian stimulus berupa strategi menjawab ragam soal evaluasi objektif ini, secara lebih terperinci, rata-rata nilai untuk pre test dan post test dari masing-masing responden akan dijabarkan melalui grafik batang dibawah ini.
30
Gamba ar 3.1.2 Graafik Nilai Prre Test dan Post P Test Keelas Eksperiimen
Sum mber : Data Penelitian Maret-April M 22011 Berdasarkkan survei yang diadakkan, kemudian akan diilakukan anaalisis statisttik d deskriptif unntuk mengettahui nilai raata-rata darii kesepuluh responden tersebut. Hassil a analisis dapaat dilihat padda tabel berikkut ini. T Tabel 3.1.1 Statistik Deeskriptif Nillai Pre Test dan Post Teest Keelas Eksperiimen
Des scriptive Statiistics N
Minimu um
Maximum
Mean
Nilai Pre Test
10
28
82
67.8 80
Nilai Post Testt
10
56
94
82.8 80
3 31
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Nilai Pre Test
10
28
82
67.80
Nilai Post Test
10
56
94
82.80
Valid N (listwise)
10
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Melalui tabel di atas, dapat terlihat bahwa perbandingan rata-rata nilai pre test dan post test responden setelah diberikan stimulus berupa strategi menjawab soal, mengalami kenaikan sebesar 15 poin. Dengan bantuan program SPSS, dilakukan analisis non-parametric tests dengan two related samples dan tes bertipe uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.1.2 Ranking Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen Ranks N Nilai Post Test - Nilai Pre Test
Mean Rank
Sum of Ranks
a
.00
.00
b
5.50
55.00
Negative Ranks
0
Positive Ranks
10
c
Ties
0
Total
10
a. Nilai Post Test < Nilai Pre Test b. Nilai Post Test > Nilai Pre Test c. Nilai Post Test = Nilai Pre Test
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Dari hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu responden pun yang mengalami penurunan untuk nilai post test-nya. Keseluruhan responden yang
32
berjumlah sepuluh orang dalam kelas eksperimen ini mengalami peningkatan nilai, hasil post test lebih besar bila dibandingkan dengan nilai pre test-nya.
Tabel 3.1.3 Tingkat Signifikansi Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen Test Statistics
b
Nilai Post Test Nilai Pre Test Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-2.812
a
.005
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Melalui tabel hasil uji peringkat bertanda Wilcoxon tersebut diperoleh tingkat signifikansi (α) yakni sebesar 0.005. Diketahui bahwa 0.005 < 0.05, ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi yang diperoleh sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan, maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Artinya, dari hasil uji Wilcoxon ini dapat diketahui bahwa hasil post test para responden untuk kelas eksperimen lebih besar daripada hasil pre test mereka. Berdasarkan analisis tersebut, dapat ditegaskan bahwa pemberian stimulus berupa penyampaian strategi menjawab 33
ragam soal evaluasi objektif memberikan peningkatan kemampuan responden dalam menjawab setiap soal yang diberikan.
Gambar 3.1.3 Grafik Pengambilan Hipotesis Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen
Terima H0
Tolak H0
0
0.005
0.05
0.1
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 Hasil penelitian ini mendukung teori belajar menurut aliran behavioristik, terutama Teori Asosiasi yang dikemukakan oleh Edward Lee Thorndike, mengenai hubungan stimulus dan respon. Thorndike dalam Suparno (1997:58) menyebutkan bahwa untuk memperoleh kemajuan dalam proses pembelajaran, setiap siswa membutuhkan motivasi dari luar, dalam hal ini pengajar, dan kemajuan tersebut akan dipengaruhi oleh kerja stimulus berupa penguatan (reinforcement). Sesuai dengan 34
pernyataan tersebut, penulis melalui penelitian ini telah membuktikan adanya peningkatan kemampuan responden dalam menjawab ragam soal evaluasi objektif dari kelompok responden kelas eksperimen, dan pemberian stimulus berupa penyampaian strategi menjawab telah terbukti memberikan dampak terhadap hasil evaluasi para responden.
3.2 Analisis Skor Pre Test dan Post Test Menurut Ragam Soal Evaluasi Objektif Kelas Eksperimen Data yang akan dianalisis bersumber dari hasil pre test dan post test yang telah diikuti oleh seluruh responden pada kelas eksperimen. Analisis ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh pemberian stimulus berupa strategi menjawab terhadap masing-masing bentuk soal dalam evaluasi objektif. Dalam rangka mempermudah perbandingan serta penilaian, pada pre test dan post test, penulis telah membagi soal ke dalam enam bagian, yang dibedakan berdasarkan bentuk soal yang akan diteliti. Pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS menggunakan metode uji peringkat bertanda Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α) = 0.05. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua buah hipotesis, yaitu: 1.
Hipotesis nol (H0), yang berarti tidak ada perbedaan hasil pre test dan post test para responden eksperimen setelah diberi perlakuan. Dengan kata lain, stimulus berupa strategi menjawab ini dirasakan tidak efektif terhadap bentuk soal tersebut.
35
2.
Hipotesis alternatif (H1), yang berarti hasil post test para responden eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan hasil pre test setelah diberi perlakuan. Dengan kata lain, stimulus berupa strategi menjawab ini dirasakan efektif terhadap bentuk soal tersebut.
Karena penulis menggunakan tingkat signifikansi 0.05, maka H0 akan diterima jika α > 0.05. Sebaliknya, jika α ≤ 0.05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini.
Gambar 3.2.1 Grafik Pengambilan Hipotesis
Terima H0
Tolak H0
0
0.05
0.1
Sumber : Santoso (2009:358) 3.3.1
Analisis Skor Pre Test dan Post Test Shingihou (Soal Betul - Salah)
Dikarenakan usaha yang dikeluarkan oleh siswa dalam mengerjakan bentuk tes objektif sedikit apabila dibandingkan dengan tes subjektif, umumnya untuk jawaban yang benar akan diberi skor 1 (satu) dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0 (nol) (Djiwandono, 2006:445). Dengan berpegang pada pernyataan tersebut, penulis
36
m memberikan n bobot dalaam soal evaluuasi objektiff yang satu ini, untuk setiap jawabaan y yang benar akan a diberi skor s 1 (satu) dan jawabaan yang salahh diberi skorr 0 (nol). Hasil sko or pre test daan post test untuk u bentuk k shingihou dari kelomppok respondeen y yang diberiikan perlaku uan berupa pengajarann bahasa Jeepang, khussusnya dalaam m mempelajari i konjugasi verba v bentukk ーて beseerta pola kallimatnya, serrta penekanaan p pada pemberian stimuluus berupa pennyampaian strategi-strat s tegi dalam menjawab m sooal b bentuk shing gihou dapat dilihat pada grafik berikkut ini.
Gambarr 3.2.1.1 Grrafik Skor Pre P Test dan Post Test Shingihoou (Soal Betul - Salah)
Sum mber : Data Penelitian Maret-April M 22011
3 37
Berdasarkan data survei yang diperoleh, dilakukan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui skor rata-rata kesepuluh responden. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2.1.1 Statistik Deskriptif Skor Pre Test dan Post Test Shingihou (Soal Betul - Salah) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Skor Pre Test Soal Betul-Salah
10
2
5
3.40
Skor Post Test Soal Betul-Salah
10
3
5
4.30
Valid N (listwise)
10
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Melalui tabel di atas, dapat terlihat bahwa rata-rata skor responden untuk bentuk shingihou pada pre test adalah sebesar 3.4 poin dan skor post test mereka sebesar 4.3 poin dari skor maksimum yang dapat diperoleh sebesar 5 poin. Dari nilai rata-rata (means) ini terlihat bahwa skor responden mengalami kenaikan sebesar 0.9 poin. Dengan bantuan program SPSS, dilakukan analisis non-parametric tests dengan two related samples dan tes bertipe uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2.1.2 Ranking Skor Pre Test dan Post Test Shingihou (Soal Betul - Salah) Ranks N Skor Post Test Soal BetulSalah - Skor Pre Test Soal
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0a
.00
.00
Positive Ranks
7
b
4.00
28.00
Ties
3c
Betul-Salah
38
Total
10
a. Skor Post Test Soal Betul-Salah < Skor Pre Test Soal Betul-Salah b. Skor Post Test Soal Betul-Salah > Skor Pre Test Soal Betul-Salah c. Skor Post Test Soal Betul-Salah = Skor Pre Test Soal Betul-Salah
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Melalui tabel ranking di atas diketahui bahwa tidak terdapat satu responden pun dengan skor pre test yang lebih besar jika dibandingkan dengan skor post test, ada tiga responden yang skor pre test dan post test-nya tidak mengalami perubahan. Sedangkan tujuh responden lainnya memiliki skor post test yang lebih besar dari skor pre test-nya.
Tabel 3.2.1.3 Uji Statistik Shingihou (Soal Betul - Salah) Test Statisticsb Skor Post Test Soal Betul-Salah - Skor Pre Test Soal Betul-Salah Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-2.530a .011
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Pada tabel hasil uji statistik bertanda Wilcoxon di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0.011. Karena 0.011 < 0.05 maka sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Artinya, 39
dari hasil uji Wilcoxon ini dapat diketahui bahwa hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test mereka. Ini pun didukung dari hasil angket dan wawancara penulis. Dengan adanya stimulus berupa strategi menjawab soal, sebanyak 80% responden mengaku merasa terbantu. Menurut responden yang berhasil diwawancara, hal ini dikarenakan di dalam strategi tersebut telah ditekankan bagian mana saja yang perlu mendapat perhatian lebih, seperti partikel, perubahan kata kerja, dan susunan gramatikal, sehingga dengan penerapan strategi tersebut membuat pikiran dan perhatian mereka semakin terfokus dan memudahkan mereka dalam menentukan kalimat pernyataan tersebut benar atau salah. Hal ini sejalan dengan pendapat Thorndike dalam Suparno (1997:58) menyebutkan bahwa untuk memperoleh kemajuan dalam proses belajar mengajar setiap siswa membutuhkan motivasi dari luar, dalam hal ini pengajar, dan kemajuan tersebut akan dipengaruhi oleh kerja stimulus berupa penguatan (reinforcement). Penggabungan hasil analisis dengan bantuan SPSS dan angket di atas membuktikan adanya pengaruh dari pemberian stimulus berupa penyampaian strategi menjawab soal terhadap kemajuan tingkat kemampuan responden dalam mengisi soal evaluasi objektif shingihou. Gambar 3.2.1.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Shingihou (Soal Betul - Salah)
Terima H0
Tolak H0
0
40 0.011
0.05
0.1
Sumber : Hasil H Analisis Data Peneelitian Marett-April 2011 3 3.3.2 Anallisis Skor Prre Test dan Post Test Tashisentaku Ta uhou (Soal Pilihan P Ganda) Proses peengerjaannyaa yang tidakk membutuhk kan usaha baanyak, makaa sama seperrti t betul-sallah, pemberiian bobot niilai pada tes bentuk ini adalah soal yang dijawaab tes d dengan bennar akan diiberi skor 1 (satu) daan yang saalah diberi skor 0 (nool) ( (Djiwandono o, 2006:449)). Hasil skoor pre test dan d post tesst untuk beentuk tashiseentakuhou dari d kelompook r responden yang y diberik kan perlakuaan berupa pengajaran bahasa Jepanng, khususnyya d dalam mem mpelajari kon njugasi verbba bentuk ー て besertta pola kalim matnya, serrta p penekanan p pada pembeerian stimullus berupa penyampaiaan strategi-sstrategi dalaam m menjawab sooal bentuk ta ashisentakuhhou dapat dilihat pada grrafik berikutt ini. Gambarr 3.2.2.1 Grrafik Skor Pre P Test dan Post Test Ta Tashisentaku uhou (Soal Pilihan P Ganda)
4 41
Sumber : Data Penelitian Maret-April 2011 Berdasarkan data survei yang diperoleh, dilakukan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui skor rata-rata kesepuluh responden. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2.2.1 Statistik Deskriptif Skor Pre Test dan Post Test Tashisentakuhou (Soal Pilihan Ganda) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Skor Pre Test Soal Pilihan Ganda
10
1
4
2.50
Skor Post Test Soal Pilihan Ganda
10
2
5
3.30
Valid N (listwise)
10
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata skor responden untuk bentuk tashisentakuhou pada pre test adalah sebesar 2.5 poin dan skor post test mereka sebesar 3.3 poin dari skor maksimum yang dapat diperoleh sebesar 5 poin. Dari nilai rata-rata (means) ini terlihat bahwa skor responden mengalami kenaikan, yakni sebesar 0.8 poin. Dengan bantuan program SPSS, dilakukan analisis non-parametric tests dengan two related samples dan tes bertipe uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2.2.2 Ranking Skor Pre Test dan Post Test Tashisentakuhou (Soal Pilihan Ganda) Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
42
Skor Post Test Soal Pilihan Ganda - Skor Pre Test Soal
Negative Ranks
1
a
2.50
2.50
Positive Ranks
6b
4.25
25.50
Ties
3c
Total
10
Pilihan Ganda
a. Skor Post Test Soal Pilihan Ganda < Skor Pre Test Soal Pilihan Ganda b. Skor Post Test Soal Pilihan Ganda > Skor Pre Test Soal Pilihan Ganda c. Skor Post Test Soal Pilihan Ganda = Skor Pre Test Soal Pilihan Ganda
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Melalui tabel ranking di atas diketahui bahwa hanya terdapat satu responden yang memperoleh skor pre test lebih besar daripada skor post test-nya, sebaliknya terdapat enam orang dengan skor post test yang lebih besar, sedangkan tiga responden yang tersisa tidak mengalami perubahan skor pada pre test dan post test.
Tabel 3.2.2.3 Uji Statistik Skor Pre Test dan Post Test Tashisentakuhou (Soal Pilihan Ganda) Test Statisticsb Skor Post Test Soal Pilihan Ganda - Skor Pre Test Soal Pilihan Ganda Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.994a .046
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Pada tabel hasil uji statistik bertanda Wilcoxon di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0.046. Karena 0.046 < 0.05, maka sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan, H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Artinya, dari
43
hasil uji Wilcoxon ini dapat diketahui bahwa hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test mereka. Analisis ini pun didukung dari hasil angket dan wawancara penulis. Dengan adanya pemberian stimulus berupa strategi menjawab soal, sebanyak 70% responden mengaku merasa terbantu dan 50% diantaranya memilih tashisentakuhou ini sebagai bentuk soal yang paling disukai, karena dianggap mudah proses pengerjaannya. Dari hasil wawancara kepada tiga orang responden, penulis menyimpulkan bahwa dengan adanya bantuan pilihan jawaban akan semakin meningkatkan efek dari penggunaan stimulus berupa strategi menjawab. Thorndike dalam Suparno (1997:58) menyebutkan bahwa untuk memperoleh kemajuan dalam proses pembelajaran setiap siswa membutuhkan motivasi dari luar, dalam hal ini pengajar, dan kemajuan tersebut akan dipengaruhi oleh kerja stimulus berupa penguatan (reinforcement). Melalui penggabungan hasil analisis SPSS dengan hasil analisis angket di atas, dapat diketahui adanya pemberian respon positif dari para responden berupa kemajuan tingkat kemampuan menjawab soal berbentuk tashisentakuhou, terhadap pemberian stimulus penguatan dari penulis, yakni penyampaian strategi menjawab soal evaluasi objektif tersebut. Gambar 3.2.2.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Tashisentakuhou (Soal Pilihan Ganda)
Terima H0
Tolak H0
0
0.046
0.05
0.1
44
Sumber : Hasil H Analisis Data Peneelitian Marett-April 2011 3 3.2.3 Anallisis Skor Prre Test dan Post Test Kumiawaseho K ou (Soal Meenjodohkan n) Bentuk tees menjodoh hkan memilliki kemiripan dengan tes t dalam bentuk b pilihaan g ganda, hany ya kumiawassehou ini cennderung lebbih kompleks. Maka bobbot nilai yanng d diberikan seebagai imbaalan untuk masing-massing soal juuga harus lebih l banyaak. S Sebagai anccar-ancar daapat ditentukkan bahwa angka untukk tiap nomoor adalah duua ( (Arikunto, 2 2009:230). D Dalam soal bbentuk menjodohkan inii, penulis meengikuti saraan A Arikunto un ntuk memberrikan bobot penilaian sebesar 2 (duaa) poin pada setiap nomoor. Hasil skoor pre test dan d post tesst untuk bentuk kumiaawasehou dari d kelompook r responden yang y diberik kan perlakuaan berupa pengajaran bahasa Jepanng, khususnyya d dalam mem mpelajari kon njugasi verbba bentuk ー て besertta pola kalim matnya, serrta p penekanan p pada pembeerian stimullus berupa penyampaiaan strategi-sstrategi dalaam m menjawab sooal bentuk kumiawaseho k ou dapat dilihhat pada graafik berikut ini. i Gambarr 3.2.3.1 Grrafik Skor Pre P Test dan Post Test K Kumiawaseh hou (Soal Menjodohka M an)
4 45
Sumber : Data Penelitian Maret-April 2011 Berdasarkan data survei yang diperoleh, dilakukan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui skor rata-rata kesepuluh responden. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2.3.1 Statistik Deskriptif Skor Pre Test dan Post Test Kumiawasehou (Soal Menjodohkan) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Skor Pre Test Soal Menjodohkan
10
2
8
6.40
Skor Post Test Soal Menjodohkan
10
4
10
7.60
Valid N (listwise)
10
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Mengacu pada hasil pengukuran statistik deskriptif tersebut, untuk bentuk kumiawasehou, rata-rata skor responden pada pre test adalah sebesar 6.4 poin dan post test mereka sebesar 7.6 poin dari skor maksimum yang dapat diperoleh sebesar 10 poin. Dari nilai rata-rata (means) ini terlihat bahwa skor responden mengalami kenaikan sebesar 1.2 poin. Dengan bantuan program SPSS, dilakukan analisis non-parametric tests dengan two related samples dan tes bertipe uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2.3.2 Ranking Skor Pre Test dan Post Test Kumiawasehou (Soal Menjodohkan) Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
46
Skor Post Test Soal Menjodohkan - Skor Pre Test
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
5b
3.00
15.00
Ties
5c
Total
10
Soal Menjodohkan
a. Skor Post Test Soal Menjodohkan < Skor Pre Test Soal Menjodohkan b. Skor Post Test Soal Menjodohkan > Skor Pre Test Soal Menjodohkan c. Skor Post Test Soal Menjodohkan = Skor Pre Test Soal Menjodohkan
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Berdasarkan tabel ranking di atas, dapat terlihat bahwa negative ranks bernilai nol, ini menandakan tidak ada seorang pun dari kesepuluh responden yang memiliki skor pre test lebih besar daripada post test untuk bentuk kumiawasehou ini. Sedangkan untuk skor post test yang lebih besar dan skor pre test-post test berimbang masingmasing memiliki nilai ranking yang sama, yaitu sebesar lima. Melalui penjabaran tabel ini, tidak terlihat adanya pengaruh pemberian stimulus terhadap peningkatan kemampuan responden menjawab soal. Tabel 3.2.3.3 Uji Statistik Skor Pre Test dan Post Test Kumiawasehou (Soal Menjodohkan) Test Statistics
b
Skor Post Test Soal Menjodohkan - Skor Pre Test Soal Menjodohkan Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-2.121
a
.034
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Akan tetapi, dari hasil uji statistik dengan bantuan program SPSS, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0.034, yang lebih kecil dari 0.05, dan dalam aturan uji 47
peringkat bertanda Wilcoxon disebutkan bahwa apabila dari penghitungan data memiliki tingkat signifikansi (α) ≤ 0.05 maka ini menunjukkan H1-lah yang akan diterima, sedangkan H0 akan ditolak. Dengan berpegang pada aturan tersebut, dapat dikatakan bahwa uji statistik bertanda Wilcoxon masih menempatkan bentuk kumiawasehou ini sebagai salah satu bentuk yang memberikan efek positif setelah stimulus diberikan. Untuk menghadapi masalah ini, penulis akan mengambil kesimpulan berdasarkan penggabungan kedua hasil analisis ranking skor dan uji statistik, dengan data pendukung dari hasil angket dan wawancara. Melalui jawaban angket, dengan adanya pemberian stimulus, diketahui 70% responden kelas eksperimen ini merasa terbantu. Akan tetapi, penulis masih menemukan beberapa responden yang tidak mengalami peningkatan nilai post test, oleh karena itu penulis mengadakan wawancara dengan beberapa responden yang tidak mengalami kenaikan nilai. Dari hasil wawancara tersebut, penulis menyimpulkan, sama seperti tashisentakuhou, dinyatakan bahwa dengan adanya bantuan berupa pilihan jawaban yang telah disediakan membuat penerapan stimulus semakin mudah dan efektif, namun salah satu faktor yang menghambat keefektifan stimulus adalah adanya pilihan jawaban yang lebih banyak dari pertanyaan, terutama bila pilihan jawaban tersebut memiliki kemiripin satu sama lain, sehingga membuat para responden menjadi sulit dalam menentukan jawaban dan menyebabkan kemungkinan salah pada soal lain juga akan semakin
besar.
Dengan
menggabungkan
ketiga
analisis
tersebut,
penulis
menyimpulkan bahwa stimulus berupa penyampaian strategi menjawab untuk kumiawasehou masih dirasakan efektif terhadap peningkatan kemampuan menjawab soal. Ini membuktikan kebenaran dari pernyataan Thorndike dalam Suparno (1997:58), yang menyebutkan bahwa untuk memperoleh kemajuan dalam proses 48
pembelajaran setiap siswa membutuhkan motivasi dari luar, dalam hal ini pengajar, dan kemajuan tersebut akan dipengaruhi oleh kerja stimulus berupa penguatan (reinforcement).
Gambar 3.2.3.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Kumiawasehou (Soal Menjodohkan)
Terima H0
Tolak H0
0
0.034
0.05
0.1
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 3.2.4
Analisis Skor Pre Test dan Post Test Kanseihou (Soal Isian)
Dalam mengerjakan soal dalam bentuk isian, bila dibandingkan dengan bentuk tes subjektif berupa esai, usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit daripada tes bentuk betul-salah atau bentuk pilihan ganda. Oleh karena itu, ada 49
b baiknya bobbot nilai tiapp soal diberii angka 2 (ddua). Dapat jjuga angka itu i disamakaan d dengan angkka pada benttuk betul-sallah atau pilihhan ganda jikka memang jawaban j yanng d diharapkan ringan atauu mudah (A Arikunto, 20 009:229). Seejalan denggan pemikiraan t tersebut, maaka penulis menetapkan m pemberian bobot penilaaian sebesarr 2 (dua) poin u untuk masinng-masing sooal dalam bentuk ini. Hasil skoor pre test daan post test uuntuk bentuk k kanseihou dari kelomp pok respondeen y yang diberiikan perlaku uan berupa pengajarann bahasa Jeepang, khussusnya dalaam m mempelajari i konjugasi verba v bentukk ーて beseerta pola kallimatnya, serrta penekanaan p pada pemberian stimuluus berupa pennyampaian strategi-strat s tegi dalam menjawab m sooal b bentuk kanseeihou dapat dilihat padaa grafik berikkut ini. Gambarr 3.2.4.1 Grrafik Skor Pre P Test dan Post Test Kansseihou (Soall Isian)
Sum mber : Data Penelitian Maret-April M 22011 Berdasarkkan data suurvei yang ddiperoleh, dilakukan d annalisis statisstik deskripttif u untuk meng getahui skor rata-rata keesepuluh ressponden. Haasil analisis dapat dilihhat p pada tabel berikut ini. 5 50
Tabel 3.2.4.1 Statistik Deskriptif Skor Pre Test dan Post Test Kanseihou (Soal Isian) Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Skor Pre Test Soal Isian
10
2
10
7.20
Skor Post Test Soal Isian
10
2
10
8.40
Valid N (listwise)
10
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Melalui penghitungan statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah skor rata-rata yang diperoleh pada saat pre test sebesar 7.0 poin dan saat post test sebesar 8.4 poin. Untuk bentuk kanseihou, skor maksimum yang dapat diperoleh seorang responden adalah sebesar 10 poin. Dari hasil penghitungan tersebut terlihat dengan jelas adanya perbedaan, skor ratarata para responden naik 1.4 poin. Dengan bantuan program SPSS, dilakukan analisis non-parametric tests dengan two related samples dan tes bertipe uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2.4.2 Ranking Skor Pre Test dan Post Test Kanseihou (Soal Isian) Ranks N Skor Post Test Soal Isian Skor Pre Test Soal Isian
Mean Rank
Sum of Ranks
a
.00
.00
b
1.50
3.00
Negative Ranks
0
Positive Ranks
2
Ties
8c
Total
10
a. Skor Post Test Soal Isian < Skor Pre Test Soal Isian b. Skor Post Test Soal Isian > Skor Pre Test Soal Isian
51
Ranks N Skor Post Test Soal Isian Skor Pre Test Soal Isian
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0a
.00
.00
Positive Ranks
2
b
1.50
3.00
Ties
8
Total
10
c
a. Skor Post Test Soal Isian < Skor Pre Test Soal Isian b. Skor Post Test Soal Isian > Skor Pre Test Soal Isian c. Skor Post Test Soal Isian = Skor Pre Test Soal Isian
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Tabel hasil penghitungan ranking untuk bentuk kanseihou di atas menunjukkan nilai yang terbesar, yakni delapan (8). Angka tersebut mengandung arti bahwa terdapat delapan orang dari total sepuluh responden yang memiliki skor pre test dan post test yang berimbang atau dengan kata lain memiliki skor yang sama. Sedangkan sisanya merujuk pada responden yang memperoleh skor post test yang lebih besar daripada pre test-nya. Tabel 3.2.4.3 Uji Statistik Skor Pre Test dan Post Test Kanseihou (Soal Isian) Test Statistics
b
Skor Post Test Soal Isian - Skor Pre Test Soal Isian Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.342
a
.180
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS
52
Karena pengambilan hipotesis ini menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dan sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan, H0 akan diterima jika α > 0.05. Menurut tabel hasil uji statistik bertanda Wilcoxon di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0.180. Seperti yang telah diketahui, 0.180 > 0.05, ini menunjukkan bahwa H0-lah yang diterima. Artinya, dari hasil uji Wilcoxon ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk bentuk kanseihou tidak terlihat perbedaan untuk hasil post test para responden dengan hasil pre test mereka. Jadi, untuk bentuk kanseihou pemberian stimulus gagal memberikan respon berupa peningkatan kemampuan para responden. Berdasarkan hasil angket diketahui sebanyak 60% responden kelas eksperimen ini merasa kesulitan dalam menjawab bentuk soal kanseihou, dan 40% diantaranya mengakui, mereka tidak dapat membaca dan merespon soal dalam waktu yang relatif singkat dengan pilihan jawaban sendiri. Jihad dan Haris (2010:80), menyebutkan bahwa bentuk soal evaluasi objektif ini membutuhkan waktu yang relatif lama dalam proses pengerjaannya dan diperlukan pemikiran lebih, bila dibandingkan dengan bentuk soal lainnya, dikarenakan para pengambil tes diminta untuk menjawab dengan menulis satu dua kata atau kalimat pendek, jawaban dicari sendiri dan bukan disediakan untuk dipilih. Karena jawaban didasarkan atas pengetahuan pribadi tiap individu, sehingga pemberian stimulus berupa strategi pun dirasakan kurang bermanfaat dalam mengerjakan soal. Ini pun diakui oleh 80% responden, yang menyatakan kurang dapat merasakan efek dari stimulus dalam usaha mereka menjawab soal bentuk kanseihou. Gambar 3.2.4.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Kanseihou (Soal Isian)
53
Terima H0
Tolak H0
0
0.05
0.1
0.180
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 3.2.5
Analisis Skor Pre Test dan Post Test Hairetsuhou (Soal Menyusun Kalimat)
Proses menjawab soal dengan bentuk hairetsuhou terbilang cukup rumit dan membutuhkan pemikiran ekstra, berawal dari pemikiran tersebut maka penulis menetapkan untuk memberikan bobot 2 (dua) poin untuk setiap jawaban yang benar. Dikarenakan dalam proses penilaian bentuk soal ini, penulis memakai pendekatan standar, maka bila terjadi satu kesalahan pengurutan saja, maka secara otomatis akan langsung diberikan skor 0 (nol). Hasil skor pre test dan post test
untuk bentuk hairetsuhou dari kelompok
responden yang diberikan perlakuan berupa pengajaran bahasa Jepang, khususnya dalam mempelajari konjugasi verba bentuk ー て beserta pola kalimatnya, serta penekanan pada pemberian stimulus berupa penyampaian strategi-strategi dalam menjawab soal bentuk hairetsuhou dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 3.2.5.1 Grafik Skor Pre Test dan Post Test Hairetsuhou (Soal Menyusun Kalimat)
54
Sum mber : Data Penelitian Maret-April M 22011 Berdasarkkan data suurvei yang ddiperoleh, dilakukan d annalisis statisstik deskripttif u untuk meng getahui skor rata-rata keesepuluh ressponden. Haasil analisis dapat dilihhat p pada tabel berikut ini.
Tabel T 3.2.5.11 Statistik D Deskriptif Sk kor Pre Testt dan Post Test T Hairetsuhou H (Soal Menyyusun Kalim mat) Des scriptive Statiistics N
Minimum
Maximum
Mean
Skor Pre Test T Soal Menyyusun Kalimat
10 0
2
10
7.40
Skor Post Test Soal Men nyusun Kalimatt
10 0
6
10
8.20
Valid N (lisstwise)
10 0
Sumb ber : Hasil Analisis A Data Penelitian Maret-April M 2011 dengann SPSS
5 55
Telah dijelaskan secara terperinci melalui tabel statistik deskriptif di atas bahwa rata-rata yang diperoleh seluruh responden dari grup yang diberi perlakuan untuk bentuk hairetsuhou pada pre test adalah sebesar 7.4 poin dan untuk skor post test, mereka memperoleh skor rata-rata sebesar 8.2 poin dari skor maksimum yang dapat diperoleh sebesar 10 poin. Melalui perbandingan nilai rata-rata (means) ini terlihat jelas bahwa skor responden mengalami kenaikan sebesar 0.8 poin. Dengan bantuan program SPSS, dilakukan analisis non-parametric tests dengan two related samples dan tes bertipe uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2.5.2 Ranking Skor Pre Test dan Post Test Hairetsuhou (Soal Menyusun Kalimat) Ranks N Skor Post Test Soal Menyusun Kalimat - Skor Pre
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
1
a
1.50
1.50
Positive Ranks
3b
2.83
8.50
Ties
6
Total
10
Test Soal Menyusun Kalimat
c
a. Skor Post Test Soal Menyusun Kalimat < Skor Pre Test Soal Menyusun Kalimat b. Skor Post Test Soal Menyusun Kalimat > Skor Pre Test Soal Menyusun Kalimat c. Skor Post Test Soal Menyusun Kalimat = Skor Pre Test Soal Menyusun Kalimat
56
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Penjelasan secara garis besar dari perbandingan ranking yang telah dijabarkan melalui tabel di atas adalah negative ranks menandakan bahwa ada satu orang responden yang skor pre test-nya lebih tinggi daripada skor yang ia peroleh pada saat post test. Berbanding terbalik dengan itu, positive ranks disini menunjukkan skor yang lebih besar diperoleh justru pada saat post test, dan menurut tabel ada tiga responden yang masuk kategori ini. Keenam responden yang tersisa termasuk ke dalam kategori ties, mereka tidak mengalami perubahan skor pre test dan post test.
Tabel 3.2.5.3 Uji Statistik Skor Pre Test dan Post Test Hairetsuhou (Soal Menyusun Kalimat) Test Statisticsb Skor Post Test Soal Menyusun Kalimat - Skor Pre Test Soal Menyusun Kalimat Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.300a .194
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS
57
Dengan melihat hasil dari uji statistik seperti yang tertera pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi (α) untuk hairetsuhou adalah sebesar 0.194. Ini menandakan tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0.05, oleh karena itu hipotesis yang diterima adalah hipotesis nol (H0), tidak ada perbedaan hasil pre test dan post test para responden. Sama seperti yang terjadi pada kanseihou, stimulus yang telah diberikan oleh penulis tidak mendapatkan respon positif dari para responden dalam kelas eksperimen ini, skor post test mereka untuk bentuk soal ini tidak mengalami perubahan yang berarti, meskipun telah diberikan stimulus berupa penyampaian strategi-strategi dalam menjawab soal. Berdasarkan hasil angket yang telah penulis sebarkan, 70% dari responden merasa sulit untuk menjawab bentuk soal ini dan juga mengalami kesulitan dalam merangkai kalimat. Masih dengan persentase yang sama, responden menyatakan bahwa meskipun pemberian stimulus berupa penyampaian strategi menjawab telah dilakukan, namun tetap saja dinilai strategi tersebut tidak terlalu membantu proses menjawab soal. Setelah ditelusuri lebih dalam, kesalahan terbanyak terdapat pada soal menyusun kalimat berikut ini: ひとつ
ください
えんぴつ
どれか
えらんで
は
Responden mengalami kesulitan dalam menempatkan kata ひとつ dan どれか pada urutan yang benar sehingga makna yang terkandung dalam kalimat tersebut tidak dapat tersampaikan. Hal ini juga tetap terjadi pada saat post test, kesalahan yang sama terulang kembali. Terlihat bahwa mereka kurang memahami makna yang terkandung dalam kalimat tersebut, yakni ingin mempersilahkan lawan bicara untuk
58
memilih salah satu dari pensil yang tersedia, oleh karena itu urutan kalimat yang seharusnya adalah: えんぴつはどれかひとつえらんでください。 Pemahaman terlebih dahulu akan makna yang ingin disampaikan merupakan komponen penting dalam menjawab bentuk soal kanseihou ini, karena kesalahan satu susunan saja dapat merubah pengertian atau bahkan kalimat tersebut menjadi tidak bermakna (Marovcsik, 2006:149). Menurut Karimi (2003:304), diperlukan metode membaca kata perkata dan kemampuan membaca yang relatif lama ketika berhadapan dengan kalimat yang tersusun secara acak. Inilah yang membuat 50% dari jumlah responden dalam kelas eksperimen menempatkan bentuk soal hairetsuhou sebagai bentuk yang paling sukar dikerjakan dan yang membutuhkan pemikiran lebih dalam menerapkan strategi, dan 40% diantara mereka mengaku paling tidak menyukai bentuk ini bila dibandingkan dengan kelima bentuk soal evaluasi objektif lainnya.
Gambar 3.2.5.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Hairetsuhou (Soal Menyusun Kalimat)
Terima H0
Tolak H0
0
0.05
0.1
0.194
59
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 3.2.6
Analisis Skor Pre Test dan Post Test Teiseihou (Soal Membenarkan)
Teiseihou merupakan kelanjutan atau penerusan dari bentuk tes shingihou (betulsalah). Yamaguchi (2005:98), dalam upayanya menjelaskan berbagai macam karakteristik untuk masing-masing bentuk tes objektif, memberikan dua buah contoh soal yang memadukan shingihou dan teiseihou. Pertama-tama dituntut untuk menentukan pernyataan dalam soal tersebut benar atau salah, apabila dianggap salah, haruslah disertakan pembenarannya. Ini menunjukkan kemiripan dan keterkaitan antara kedua bentuk tes tersebut, namun teiseihou cenderung memerlukan pemikiran yang lebih kompleks, oleh karena itu dapat diberikan penilaiannya dengan bobot yang lebih besar dari bobot nilai shingihou. Pada proses penilaian soal berbentuk teiseihou, penulis akan mempraktekkan pendapat dari Yamaguchi tersebut, dengan demikian penulis memutuskan memberikan bobot 2 (dua) poin untuk masing-masing jawaban yang dijawab dengan benar oleh responden. Hasil skor pre test dan post test untuk bentuk teiseihou dari kelompok responden yang diberikan perlakuan berupa pengajaran bahasa Jepang, khususnya dalam mempelajari konjugasi verba bentuk ーて beserta pola kalimatnya, serta penekanan pada pemberian stimulus berupa penyampaian strategi-strategi dalam menjawab soal bentuk teiseihou dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 3.2.6.1 Grafik Skor Pre Test dan Post Test Teiseihou (Soal Membenarkan)
60
Sum mber : Data Penelitian Maret-April M 22011 Berdasarkkan data suurvei yang ddiperoleh, dilakukan d annalisis statisstik deskripttif u untuk meng getahui skor rata-rata keesepuluh ressponden. Haasil analisis dapat dilihhat p pada tabel berikut ini. Tabel T 3.2.6.11 Statistik D Deskriptif Sk kor Pre Testt dan Post Test T Teiseihou u (Soal Mem mbenarkan) Des scriptive Statiistics N
Minimum
Maximum
Mean
Skor Pre Test Soal Me embenarkan
10
5
9
7.00
Skor Po ost Test Soal Membenarkan M
10
8
10
9.60
Valid N (listwise)
10
Sumb ber : Hasil Analisis A Data Penelitian Maret-April M 2011 dengann SPSS Berdasarkkan hasil analisis a dataa dengan menggunaka m an penghitun ngan statisttik d deskriptif daari program SPSS seperrti yang tecan ntum pada ttabel di atas,, dapat ditarrik bahwa skor pre test rataa-rata yang diperoleh keesepuluh ressponden untuuk k kesimpulan b bentuk teiseeihou adalahh sebesar 7.00 poin sedanngkan rata-rata skor posst test merekka
6 61
sebesar 9.6 poin dari skor maksimum yang dapat diperoleh sebesar 10 poin. Dari nilai rata-rata (means) tersebut terlihat bahwa skor responden mengalami kenaikan sebesar 2.6 poin. Dengan bantuan program SPSS, dilakukan analisis non-parametric tests dengan two related samples dan tes bertipe uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2.6.2 Ranking Skor Pre Test dan Post Test Teiseihou (Soal Membenarkan) Ranks N Skor Post Test Soal Membenarkan - Skor Pre
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0
a
.00
.00
Positive Ranks
9b
5.00
45.00
Ties
1
Total
10
Test Soal Membenarkan
c
a. Skor Post Test Soal Membenarkan < Skor Pre Test Soal Membenarkan b. Skor Post Test Soal Membenarkan > Skor Pre Test Soal Membenarkan c. Skor Post Test Soal Membenarkan = Skor Pre Test Soal Membenarkan
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat perbedaan signifikan dari skor rata-rata responden untuk bentuk teiseihou ini. Hanya satu orang responden yang memiliki skor pre test dan post test yang sama, sedangkan skor post test yang lebih besar bila dibandingkan dengan skor pre test dimiliki oleh kesembilan responden lainnya. Tabel 3.2.6.3 Uji Statistik Skor Pre Test dan Post Test Teiseihou (Soal Membenarkan) Test Statisticsb
62
Skor Post Test Soal Membenarkan - Skor Pre Test Soal Membenarkan Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-2.680a .007
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 dengan SPSS Sesuai dengan hasil uji statistik yang telah diperoleh, jelaslah menunjukkan adanya perbedaan skor yang diperoleh responden, skor yang lebih besar mereka peroleh pada saat post test dibandingkan dengan pada saat pre test. Hal ini didukung dari tingkat signifikansi (α), yakni sebesar 0.007. Karena 0.007 < 0.05 maka sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan maka H1 akan diterima sedangkan H0 akan ditolak. Dengan diterimanya hipotesis H1 ini, penulis dapat menegaskan bahwa pemberian stimulus untuk bentuk teiseihou berhasil terlaksana, hal ini dikarenakan tingkat kemampuan responden dalam menjawab soal mengalami peningkatan, sesuai dengan respon yang diharapkan penulis dalam pemberian stimulus tersebut, dan ini membuktikan adanya efek dari stimulus penguat terhadap kemajuan siswa dalam proses belajar, sesuai dengan pernyataan Thorndike (Suparno, 1997:58). Analisis ini pun didukung dengan hasil angket dan wawancara dengan tiga orang perwakilan dari responden kelas eksperimen, sebanyak 70% dari total responden merasa terbantu dengan adanya pemberian stimulus berupa strategi menjawab ini. Menurut kesimpulan dari wawancara yang telah penulis lakukan, kenaikan skor yang diperoleh responden selain didukung oleh pengaruh stimulus, yang ikut berperan adalah sudah ditentukannya letak kesalahan yang harus dibenarkan dan kemampuan
63
mereka untuk melakukan konjugasi verba bentuk ーて yang semakin terasah dengan adanya proses pembelajaran dalam kelas eksperimen ini. Gambar 3.2.6.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Teiseihou (Soal Membenarkan)
Terima H0
Tolak H0
0
0.007
0.05
0.1
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Maret-April 2011 3.3.7 Analisis Perbandingan Skor Pre Test dan Post Test Responden Kelas Eksperimen Menurut Ragam Soal Evaluasi Objektif Pada sub bab ini, penulis akan menjabarkan hasil perbandingan antara skor pre test dan post test menurut masing-masing ragam soal dalam evaluasi objektif yang telah diberikan kepada para responden dalam kelas eksperimen, yakni shingihou (betul-salah), tashisentakuhou (pilihan ganda), kumiawasehou (menjodohkan), kanseihou (isian), hairetsuhou (menyusun kalimat), serta teiseihou (membenarkan), sehingga keefektifan pemberian stimulus berupa strategi menjawab soal dapat lebih terlihat jelas untuk setiap bentuk soal evaluasi objektif. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan bantuan uji peringkat bertanda Wilcoxon, dengan menggunakan tingkat signifikansi 0.05. Ini menunjukkan bahwa apabila α > 0.05 maka antara skor masing-masing bentuk soal pada pre test dan post
64
t test setelah pemberian stimulus, diinyatakan tiddak mengalaami perbedaaan. Mengaccu p pada hasil uji u peringkatt bertanda Wilcoxon W terrsebut dapatt disimpulkaan, pemberiaan s stimulus tidaak efektif. Pemberian stiimulus baru dapat dinyaatakan efektiff apabila hassil menunjukkaan α ≤ 0.05,, ini membuuktikan adannya peningkaatan hasil poost p pengukuran t para ressponden. Pennjabaran hasil perbandiingan tersebuut akan pennulis tuangkaan test d dalam bentuuk grafik sebagai berikutt. Ga ambar 3.2.7..1 Grafik Nilai N Signifik kansi Menurut Raggam Soal Ev valuasi Objeektif
Sumber : Hasil H Analisis Data Peneelitian Marett-April 2011 Berdasarkkan hasil daari grafik teersebut, dapat terlihat tingkat signiifikansi untuuk b bentuk soal shingihou sebesar s 0.0111, tashisenttakuhou 0.0446, kumiawaasehou 0.034, k kanseihou 0 0.18, hairettsuhou 0.1994, dan teisseihou sebessar 0.007. Hasil tingkkat s signifikansi tersebut keemudian diggabungkan dengan d hipottesis dalam uji peringkkat b bertanda Wilcoxon, sehhingga apabbila diurutkaan sesuai deengan tingkaat signifikannsi t terendah, yaang pemberiian stimulussnya dirasak kan paling eefektif, makka susunannyya
6 65
m menjadi teisseihou, shinggihou, kumiaawasehou, taashisentakuhhou, kanseihhou, dan yanng t terakhir adallah hairetsuhhou. Kesimpullan tersebut diperkuat daari hasil peng gamatan pennulis terhadaap pre test daan p post test yaang telah dillalui oleh ppara respondden, dari keenam ragam m bentuk sooal e evaluasi objeektif tersebuut, ada responnden yang mengalami m peningkatan skor s pada saaat p post test, ada a yang tidak mengaalami perubbahan, dan bahkan adda pula yanng m mengalami penurunan p sk kor. Data secara keselurruhan dapat ddilihat pada grafik berikkut i ini. Gambaar 3.2.7.2 Grrafik Hasil Pemberian P Stimulus Menurut Raggam Soal Ev valuasi Objeektif
Sumber : Hasil H Analisis Data Peneelitian Marett-April 2011 Berdasarkkan grafik di d atas, terliihat jelas paada bentuk teiseihou, 90% dari tottal s seluruh respponden mengalami peniingkatan skoor setelah m menerima stimulus beruppa s strategi mennjawab. Respponden juga banyak yan ng memperolleh peningkaatan skor padda s saat post teest dengan bentuk b shinggihou dan tashisentaku t uhou. Akan tetapi, untuuk b bentuk kansseihou sertaa hairetsuhoou, terlihat bahwa yanng lebih dom minan adalaah 6 66
mereka yang tidak mengalami perubahan skor. Sedangkan pada bentuk kumiawasehou, persentase responden yang mengalami peningkatan dan yang tidak berubah sama rata, yakni masing-masing 50%, meskipun demikian dalam penghitungan dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon, ditambah dengan dukungan dari hasil analisis angket dan wawancara yang diperoleh, maka penulis menyimpulkan pemberian stimulus untuk bentuk ini masih dinyatakan efektif. Dari kedua grafik beserta analisisnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa stimulus yang diberikan kepada kelompok responden kelas eksperimen ini efektif dalam menunjang peningkatan kemampuan mereka menjawab empat dari keenam bentuk soal, yaitu shingihou, tashisentakuhou, kumiawasehou, dan teiseihou. Akan tetapi tidak berhasil diterapkan pada bentuk kanseihou serta hairetsuhou.
67