BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN FAKTOR PERTIMBANGAN PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA BTS
2.1
Karakteristik Menara Telekomunikasi Menara telekomunikasi adalah bangunan yang berfungsi sebagai sarana
penunjang untuk menempatkan peralatan telekomunikasi yang desain/bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan penyelenggaraan telekomunikasi (ketentuan umum pasal 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia No 02 tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 89 tahun 2006 ketentuan umum pasal 1). Menara ini diperlukan untuk memancarkan sinyal ke seluruh wilayah yang biasanya memiliki ketinggian 40-75 meter. Menurut ketentuan umum pasal 1 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 89 tahun 2006, terdapat beberapa jenis menara telekomunikasi antara lain: -
Menara telekomunikasi khusus adalah yang berfungsi sebagai penunjang jaringan telekomunikasi khusus.
-
Menara telekomunikasi bersama adalah menara telekomunikasi yang dapat digunakan oleh lebih dari satu operator.
-
Menara telekomunikasi rangka adalah menara telekomunikasi yang bangunannya merupakan rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul untuk menyatukannya.
-
Menara telekomunikasi tunggal adalah menara telekomunikasi yang bangunannya berbentuk tunggal tanpa adanya simpul-simpul yang mengikat rangka satu sama lain. 15
16
2.1.1
Struktur Menara Pada umumnya ada tiga jenis struktur yang biasa digunakan untuk menopang
menara (LPPM ITB, 2008) yaitu: -
Monopole adalah tiang tunggal yang biasanya dibuat berlubang dan ukurannya mengecil ke atas. Monopole banyak dipakai pada lingkungan perkotaan dengan ruang terbatas untuk perletakan menara. Ukuran tapak maksimum untuk monopole setinggi 60 m adalah 2x2 m. Menara jenis ini biasanya sering disamarkan dengan bentuk pohon karena bentuknya yang tunggal dan lurus.
-
Self supporting adalah menara yang berdiri sendiri tanpa bantuan kabel-kabel cancang (guy wires). Tapak yang dibutuhkan menara self supporting lebih besar daripada monopole, tetap jauh lebih kecil dari yang diperlukan untuk guyed mast. Jenis ini banyak dipergunakan pada wilayah yang tidak mudah mencari ruang bebas dan biasanya tidak disamarkan sehingga kurang indah bagi estetika kota.
-
Guyed adalah menara yang dicancang dengan kabel yang dijangkarkan pada pondasi beton. Menara ini terdiri dari bagian-bagian dengan ukuran sama kira-kira sepanjang 3 m yang dipasang satu di atas yang lainnya. Tapak menara jenis ini menjadi besar karena sudut menara utama dengan kabel cancang harus dibuat dengan sudut yang cukup besar dan biasanya di letakan di atas gedung. Adapun contoh dari jenis-jenis menara di atas dapat dilihat pada Gambar 2.1
17
GAMBAR 2.1 JENIS-JENIS SISTEM STRUKTUR MENARA ANTENA
(30 - 60 meter)
(30 - 120 meter)
(30 - 645 meter)
Sumber : LPPM ITB, 2008 Selain ketiga jenis struktur menara di atas, saat ini di kota-kota luar negeri telah banyak digunakan menara yang dikamuflase dan diserasikan dengan lingkungan sekitar, sehingga tidak terlihat sebagai bangunan rangka yang selama ini dinilai mengurangi estetika kota. Contoh menara yang dikamuflase dapat dilihat pada Gambar 2.2.
18
GAMBAR 2.2 CONTOH KAMUFLASE MENARA TELEKOMUNIKASI
Gambar 2.2 Menara yang disamarkan dengan bentuk pohon kelapa Sumber : http://kuliselular.com 2.1.2
Radiasi dan Frekuensi Terdapat dua standar internasional ambang batas radiasi menurut WHO dan
IEEE C95.1-1991. Dimana radiasi yang dihasilkan sangat terkait dengan frekuensi yang dimiliki oleh menara telekomunikasi. Semakin besar frekuensi yang dimiliki, maka radiasi yang dihasilkan akan lebih besar. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.1 di bawah ini.
19
TABEL II.1 AMBANG BATAS RADIASI Frekuensi
900Mhz
1800MHz
WHO
4,5 Watt/m2
9 Watt/m2
IEEE C95.1-1991
6 Watt/m2
12 Watt/m2
Radiasi
Sumber : Gunung Hadi Widodo (dalam Kurniawan, 2007) Menurut Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (draft ke-6) tentang Pedoman Pendirian Menara Telekomunikasi dan Penyiaran, terdapat ketentuan frekuensi yang harus ada pada tempat tertentu yaitu di kawasan tempat umum (3 - 3000MHz = 1 Watt/m2) dan kawasan rumah tinggal dan rumah sakit (0,1 MHz - 300GHz = 0,1 Watt/m2). Selain ketentuan tersebut, terdapat contoh perhitungan emisi radiasi salah satu operator BTS di Jawa Barat (Gunung Hadi Widodo, dalam Kurniawan 2007), seperti Tabel II.2 di bawah ini.
TABEL II.2 HASIL PERHITUNGAN EMISI RADIASI Frekuensi
900MHz
1800MHz
Ponsel (daya)
2 Watt
1 Watt
BTS (daya)
40 Watt
20 Watt
Radiasi
Sumber : Gunung Hadi Widodo (dalam Kurniawan, 2007)
20
Berdasarkan hasil perhitungan, pada jarak 1 meter (jalur pita pancar utama), tower BTS dengan frekuensi 1.800MHz menghasilkan total daya radiasi 9,5 Watt/m2 dan pada jarak 12 meter menghasilkan total radiasi sebesar 0,55 Watt/m2. Tower dengan tinggi 52 meter, berdasarkan hasil perhitungan akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,029 Watt/m2. Jika melihat hasil perhitungan tersebut, sebenarnya angka radiasi yang dihasilkan sangat kecil sehingga orang yang tinggal di sekitar menara BTS dapat dikatakan cukup aman dari radiasi tersebut. 2.1.3
Beban Antena Desain menara BTS tidak selalu sama, disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi geografis di wilayah bersangkutan. Diantara pertimbangan dalam desain yakni faktor beban menara, kekuatan angin dan kondisi tanah yang semuanya harus memenuhi
syarat
keamanan
yang
telah
disyaratkan
ITU
(International
Telecommunication Uinion). Salah satu beban menara yaitu antena BTS yang secara umum terdapat dua jenis, yaitu OMNI Antena dan PANEL Antena. Antena yang berbentuk Parabola adalah antena untuk Microwave (Transmission system). Ada beberapa macam antena untuk MicroWave: Grid pack, horn, dan lain-lain. Salah satu fungsi penutup antena tersebut untuk melindungi elemen didalam antena dan menahan tiupan angin (http://antzon.wordpress.com). Pada antena Microwave (MW) Radio, yang bentuknya seperti rebana genderang, termasuk jenis high performance antenna. Ciri khas dari antena high performance ini adalah bentuknya yang seperti gendang dan terdapat penutupnya, yang disebut radome. Fungsi radome antara lain untuk melindungi komponen antena tersebut dari perubahan cuaca sekitarnya. Antena BTS (bentuknya persegi panjang), berfungsi untuk mengakomodasi hubungan antara Mobile equipment (hp) dan perangkat BTS yang terhubung dengan
21
antena tersebut. Sedangkan fungsi antena MW (bentuknya seperti genderang), biasanya untuk mengakomodasi hubungan antara BTS dan BSC (menara pusat). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3. GAMBAR 2.3 CONTOH ANTENA MENARA BTS
Contoh jenis antena BTS
Contoh jenis antena Microwave
Sumber : http://kuliselular.com
2.2
Sistem Pengendalian Pemanfaatan Ruang
2.2.1 Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup
22
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut, menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan), penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Ketentuan lain yang dibutuhkan adalah ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan keselamatan penerbangan, pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi (UU No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Berdasarkan UU No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, peraturan zonasi ditetapkan melalui peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional, peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi, dan peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi. Dalam penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki beberapa wewenang antara lain:
23
-
Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota
-
Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
-
Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota
-
Kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota. Pada pasal 46 (UU No 26 tahun 2007) dijelaskan bahwa perkotaan yang
merupakan bagian wilayah kabupaten merupakan bagian pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang adalah melalui peraturan zonasi yang disusun berdasarkan rencana rinci dengan memperhatikan ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan keselamatan penerbangan, pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi. 2.2.2 Aturan
Pembangunan
Menara
Telekomunikasi
dalam
Zoning
Regulation/Peraturan Zonasi Zoning Regulation/peraturan zonasi adalah pembagian lingkungan kota dalam zona-zona dan menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang yang berbeda-beda (Barnett, dalam Departemen Pekerjaan Umum 2007). Peraturan zonasi (Zoning Regulation) juga merupakan sebuah alat pengaturan yang biasa digunakan oleh pemerintah lokal untuk membantu melaksanakan rencana kota. Peraturan zonasi biasanya dilakukan untuk melakukan pengendalian pembangunan pada skala blok dan lazim digunakan di negara maju. Penggunaan regulatory system ini sangat potensial untuk melengkapi rencana rinci tata ruang (terutama RDTR Kota) agar lebih operasional untuk rujukan pengendalian pemanfaatan ruang. Di beberapa Negara, zoning regulation dikenal dengan istilah yang berbeda-beda seperti Land Development Code, Zoning Code, Zoning Ordinance, Zoning Resolution, Urban Code, dan lain-lain. Biasanya aturan mengenai penataan dan pembangunan menara
24
telekomunikasi sudah termasuk didalamnya yang berada pada bab khusus, seperti City of Valdosta, Georgia (http://www.sgrdc.com), Carroll County, Maryland (http://www.naco.org), City of Gilroy, dan lain-lain. Menurut Barnett ( dalam Departemen Pekerjaan Umum, 2007), ada beberapa peruntukan peraturan zonasi antara lain: -
Mengatur kegiatan yang boleh ada di suatu zona.
-
Menerapkan pemunduran bangunan di atas ketinggian tertentu agar sinar matahari jatuh ke jalan dan trotoar serta mencapai bagian dalam bangunan.
-
Pembatasan besar bangunan di zona tertentu agar pusat kota menjadi kawasan yang paling intensif pemanfaatan ruangnya.
2.2.3
Kedudukan dan Fungsi Peraturan Zonasi dalam Sistem Penataan Ruang Peraturan zonasi merupakan penjelasan dari RTRW Kota yang bisa menjadi
rujukan dalam penyusun RDTRK dan sangat bermanfaat untuk melengkapi aturan pembangunan pada penetapan penggunaan lahan yang ditetapkan dalam RDTRK. Selain menjadi rujukan dalam peyusunan RDTRK, peraturan zonasi juga sangat penting dalam fungsi pengendalian pemanfaatan lahan. Kedudukan dan fungsi peraturan zonasi dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan 2.5 di bawah ini.
25
GAMBAR 2.4 KEDUDUKAN PERATURAN ZONASI DALAM SISTEM PENGENDALIAN PEMAFAATAN RUANG KOTA
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2006 GAMBAR 2.5 FUNGSI PERATURAN ZONASI DALAM SISTEM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KOTA
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2006
26
Selain kedudukan dan fungsi peraturan zonasi yang ada dalam Konsep Dasar Panduan Penyusunan Peraturan Zonasi Wilayah Perkotaan, peraturan zonasi juga memiliki kedudukan yang hampir sama dalam penataan ruang yang ada di kota-kota luar negeri yang biasanya disebut sebagai Zoning Ordinance atau Zoning Resolution. Dalam praktisnya, peraturan zonasi adalah sistem perizinan untuk mencegah pengembangan baru yang akan merusak penggunaan lahan yang sudah ada. Pada umumnya zonasi diatur oleh pemerintah setempat seperti kota atau kabupaten dan juga peraturan zonasi akan ditentukan oleh kewenangan perencanaan nasional. Dengan adanya aturan mengenai penataan dan pembangunan menara telekomunikasi yang terintegrasi dalam peraturan zonasi, maka aturan tersebut secara langsung sudah termasuk kedalam sistem penataan ruang dan tidak perlu berdiri sendiri seperti saat ini. Contoh Kedudukan dan fungsi peraturan zonasi serta aturan menara telekomunikasi di kota-kota lain dapat dilihat dalam pemaparan di bawah ini: 1.
Zoning Ordinance In Sandiego County (Departement of Planning and Land Use) Zoning ordinance ini diadopsi dari persatuan badan pengawas yang ada di
Sandiego County untuk mengatur penggunaan lahan, terutama lahan yang masih belum banyak dimanfaatkan. Penggunaan lahan yang belum termanfaatkan ini terbagi dalam zona-zona yang disesuaikan dengan kondisi saat ini dan penggunaan lahan yang potensial. Zoning ordinance yang ada di kota ini digunakan untuk mengatur semua penggunaan lahan yang mengacu pada rencana umum, dimana zoning ordinance dan zoning map ini harus mengacu pada rencana umum agar lebih efektif dan sesuai dengan hukum yang ada di kota tersebut. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.6 (http://sdpublic.sdcounty.ca.gov).
27
GAMBAR 2.6 KEDUDUKAN ZONING ORDINANCE DI SANDIEGO COUNTY
Sumber : Departement of Planning and Land Use of Sandiego, 2005 Zoning ordinance yang ada di Sandiego mengatur semua penggunaan lahan seperti area permukiman, perlindungan hewan, area khusus, prasyarat bangunan yang akan didirikan di kawasan tertentu termasuk prasyarat untuk penataa dan pembangunan menara telekomunikasi. Salah satu contoh yang digunakan di kota tersebut adalah syarat-syarat untuk pembangunan menara di kawasan tertentu seperti Tabel II.3 di bawah ini.
28
TABEL II.3 SYARAT PENGGUNAAN LAHAN UNTUK MENARA TELEKOMUNIKASI
Sumber : Departement of Planning and Land Use of Sandiego, 2005 Keterangan: -
R = Required (kebutuhan desain harus dimasukan dalam peraturan pengembangan, kecuali di daerah/zona khusus yang memiliki persyaratan tertentu)
-
O = Optional (desain menara memungkinkan dimasukan ke dalam peraturan pengembangan jika dianggap cocok)
-
X = Prohibited (desain tidak boleh dimasukan dalam peraturan pengembangan)
-
I = Desain harus dimasukan dalam peraturan pengembangan ketika memiliki tipe bangunan yang sama dibeberapa zona yang izinkan)
2.
Zoning Ordinance of City of Gilroy Peraturan zonasi yang ada di City of Gilroy juga biasa disebut sebagai zoning
ordinance yang merupakan turunan dari rencana umum (Comprehensive General Plan). Comprehensive general plan bertujuan untuk mencapai tujuan dari suatu kota, dalam bentuk kebijakan dan program-program serta untuk mengarahkan dan membuat desain distribusi . General plan adalah dokumen dinamis yang didasarkan
29
pada nilai-nilai sosial dan kondisi saat ini serta kebutuhan suatu kota. Tujuan-tujuan yang ada pada general plan tersebut diturunkan ke dalam zoning ordinance untuk menyediakan alokasi penggunaan lahan dan untuk mengklasifikasikan lahan-lahan tersebut. Maksud dari zoning ordinance adalah untuk memajukan dan melindungi kesehatan publik, keselamatan, kedamaian, kenyamanan dan kesejahteraan secara umum. General plan adalah suatu perencanaan komprehensif dan memiliki jangka waktu panjang yang didalamnya berisi kebijakan umum untuk seluruh komunitas. Selain itu, general plan juga menunjukan lokasi-lokasi yang cocok dan kepadatan untuk permukiman, komersial, industri, pertanian, ruang publik dan penggunaan ruang terbuka. Perbedaannya dengan zoning ordinance adalah pernyataan spesifik dari penggunaan lahan yang diizinkan oleh zoning district yang didesain untuk mengontrol penggunaan lahan, tipe, ketinggian, kepadatan, ruang dan lokasi dari bangunan dan lahan. Zoning ordinance ini menjadi alat utama yang digunakan oleh kota tersebut untuk mengimplementasikan kebijakan dari general plan. Zoning ordinance harus mengikuti arahan yang ada dalam general plan of the City of Gilroy. Zoning ordinance harus mengontrol penggunaan lahan dan pengembangannya sampai waktu tertentu guna mencapai tujuan yang ada dalam general plan. Kedudukan dan fungsi zoning ordinance yang ada pada City of Gilroy dapat dilihat pada Gambar 2.7 di bawah ini.
30
GAMBAR 2.7 KEDUDUKAN ZONING ORDINANCE DI CITY OF GILROY
Sumber : Zoning Ordinance of City of Gilroy, 2005 Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa zoning ordinance yang ada pada City of Gilroy mengatur perizinan serta mengendalikan peruntukan dan penggunaan lahan. Dalam zoning ordinance ini semua penggunaan lahan diatur seperti kawasan permukiman, industri, daerah pertanian termasuk penggunaan menara telekomunikasi yang diatur penempatannya serta syarat-syarat seperti ketinggian, kamuflase, dan lain-lain. Contoh Pengaturan menara telekomunikasi di City of Gilroy dapat dilihat pada Tabel II.4 di bawah ini.
31
TABEL II.4 MATRIKS SYARAT PERIZINAN
Sumber : Zoning Ordinance of City of Gilroy, 2005 Kedua contoh di atas adalah kota-kota yang sudah memiliki peraturan zonasi sebagai bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yang ada dalam rencana umum. Di dalam peraturan zonasi tersebut semua peruntukan lahan sudah diatur dengan prasyarat tertentu agar keselamatan, keamanan dan kenyamanan publik tetap terjaga termasuk mengenai penataan dan pembangunan menara telekomunikasi, sehingga tidak diperlukan aturan khusus mengenai penataan dan pembangunan menara seperti yang ada pada saat ini di Kota Bandung dan kota-kota lainnya.
32
2.2.4
Aturan Menara Telekomunikasi dalam Materi Pokok Peraturan Zonasi Terdapat dua unsur peraturan zonasi (Departemen Pekerjaan Umum, 2006)
yaitu: a.
Zoning text/zoning statement Berisi aturan-aturan (regulation) yang di dalamnya terdapat penjelasan
mengenai tata guna lahan dan kawasan, izin dan penggunaan lahan, persyaratan minimum, standar pengamanan dan administrasi zoning. Beberapa materi utama Zoning text : -
Zona-zona dasar, sub-zona, jenis perpetakan dan jenis penggunaan .
-
Penggunaan lahan dan bangunan (penggunaan utama, penggunaan pelengkap, penggunaan sesuai pengecualian khusus).
-
Intensitas atau kepadatan (KDB, KLB, KDH, kepadatan bangunan, kepadatan penduduk).
-
Tata masa bangunan (sempadan, tinggi, luas minimum persil).
-
Persyaratan prasarana minimum.
-
Aturan tambahan seperti estetika, media reklame, view, dan lain-lain.
-
Prosedur administrasi dan perangkat seperti kewenangan dan prosedur administrasi
-
Substansi penanggulangan dampak seperti penanggulangan pencemaran lingkungan dan dampak pengembangan.
Aturan mengenai penataan dan pembangunan menara telekomunikasi dapat dimasukan kedalam aturan tambahan pada materi utama zoning text. b.
Zoning map Berisi pembagian blok peruntukan (zoning) dengan ketentuan aturan untuk tiap
peraturan blok tersebut. Selain itu juga menggambarkan peta tata guna lahan dan lokasi tiap fungsi lahan dan kawasan.
33
2.2.5
Tujuan Peraturan Zonasi Fasilitas Menara Telekomunikasi Tujuan pengaturan zonasi fasilitas menara telekomunikasi adalah untuk
menyediakan lokasi yang cocok, pengembangan dan pemasangan menara telekomunikasi dan antena di bawah kendali suatu kota. Ketentuan yang ada dalam peraturan ini bertujuan untuk melindungi kesehatan, keamanan, dan nilai-nilai estetika yang fokus pada masyarakat dengan mengurangi visual effect dari menara yang merugikan. Zona untuk menara adalah batasan area persebaran peletakan menara telekomunikasi berdasarkan potensi ruang yang tersedia (Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 89 Tahun 2006). Persebaran menara telekomunikasi dibagi dalam zona-zona dan harus memperhatikan potensi ruang kota yang tersedia, kepadatan pemakaian jasa telekomunikasi serta KKOP yang disesuaikan dengan kaidah penataan ruang kota, keamanan dan ketertiban lingkungan, estetika dan kebutuhan telekomunikasi pada umumnya (Ketentuan Umum Pasal 2 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 89 tahun 2006). Selain memiliki tujuan seperti di atas, pengaturan zonasi menara juga mengatur ketentuan-ketentuan yang harus ada dalam pembangunan menara telekomunikasi. Ketentuan tersebut antara lain: a. Syarat Lokasi Persyaratan boleh dan tidaknya ada pembangunan menara baru di kawasan tertentu seperti industri dan bisnis serta radius tertentu antara menara dengan bangunan lain.
34
b. Syarat Desain dan Kedudukan Menara Semua menara harus didesain dan disesuaikan secara visual untuk mengurangi dampak terhadap penggunaan lahan terdekat serta menyesuaikan diri dengan kriteria desain dan penempatan. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: -
Jarak minimum dari kepemilikan lain atau jalur publik seperti perumahan, halaman depan, samping dan belakang, kawasan tertentu, serta bangunan bersejarah. Dapat dilihat pada Tabel II.5.
-
Aksesoris kelengkapan struktur menara seperti pemagaran disekotar menara yang berjarak 6-8 kaki.
-
Penghijauan di sekitar menara untuk mempertahankan nilai-nilai estetika
-
Menggunakan warna yang netral sepeti biru langit untuk meminimalkan penglihatan serta berpadu dengan lingkungan sekitar.
-
Pencegahan radiasi agar tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan sekitar dan lain-lain. Salah satu contoh bentuk pengaturan menara di zona tetentu dapat dilihat pada Tabel II.6.
TABEL II.5 KETENTUAN JARAK MINIMUM MENARA DARI BANGUNAN TERDEKAT
Sumber: Kementerian Perumahan dan Kerajaan Tempatan Malaysia, 2002
35
TABEL II.6 PENGATURAN MENARA DI ZONA TERTENTU
Sumber : Cellular and Low Power Towers, 1998 Keterangan: Conditional Use adalah penyesuaian syarat dan standar keamanan menara (jarak, kekuatan konstruksi, kamuflase, dan lain-lain) dengan kondisi penggunaan lahan di zona tertentu. c. Syarat Prosedural Syarat prosedural ini meliputi sertifikasi ketentuan yang telah dipenuhi oleh sebuah menara, seperti izin pembangunan, prioritas kebutuhan, jaminan asuransi, pembongkaran menara, serta pelanggaran yang dilakukan.
36
2.3
Pedoman
Pembangunan
dan
Penggunaan
Menara
Bersama
Telekomunikasi 2.3.1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 02 Tahun 2008 Penataan dan pembangunan menara telekomunikasi di daerah didasarkan pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka efektivitas dan efisiensi penggunaan menara telekomunikasi harus memperhatikan faktor keamanan lingkungan, kesehatan masyarakat dan estetika lingkungan menimbang bahwa menara telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur pendukung yang utama dalam penyelenggaraan telekomunkasi yang vital dan memerlukan ketersediaan lahan, bangunan dan ruang udara. Dengan memperhatikan ketiga faktor di atas, maka ada beberapa ketentuan harus diikuti oleh pemerintah daerah dalam menyusun pengaturan penempatan lokasi menara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam peraturan tersebut ditetapkan beberapa hal mengenai ketentuan pembangunan menara, penggunaan menara bersama, serta pengawasan dan pengendalian, meliputi : 1. Pembangunan Menara Telekomunikasi a) Pemerintah daerah dalam menyusun pengaturan penempatan menara harus mempertimbangkan aspek-aspek teknis dalam penyelenggaraan telekomunikasi dan penggunaan menara bersama. b) Pembangunan menara harus sesuai dengan standar baku tertentu untuk menjamin keamanan lingkungan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan konstruksi menara seperti space penempatan antena dan perangkat telekomunikasi untuk menara bersama, ketinggian menara struktur menara, rangka strutur menara, pondasi menara dan kekuatan angin.
37
c) Menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung seperti pentanahan, grounding, penangkal petir, catu daya, lampu halangan penerbangan dan marka halangan penerbangan. d) Ketentuan pembangunan menara di kawasan tertentu. Ada beberapa kawasan yang harus diperhatikan dalam pemberian izin pembangunan menara seperti kawasan Bandar udara, pengawasan militer, cagar budaya, pariwisata dan hutan lindung. 2. Penggunaan Menara Bersama a) Penggunaan menara bersama oleh penyelenggara telekomunikasi dilarang menimbulkan interferensi yang merugikan dan harus saling berkoordinasi b) Pemerintah Daerah harus memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam pembangunan menara pada wilayahnya. c) Penggunaan menara bersama ini tidak berlaku untuk menara yang digunakan untuk keperluan jaringan utama dan daerah-daerah yang belum mendapatkan layanan telekomunikasi dan daerah yang tida layak secara ekonomis. 3. Pengawasan dan Pengendalian. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan ini dilaksanakan oleh Direktur Jendral yaitu pembuat kesepakatan dengan pemohon izin pembangunan menara. 2.3.2 Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007 Penataan dan pembangunan menara telekomunikasi seluler di Kota Bandung (Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 2007) diselenggarakan dengan tujuan untuk mengatur dan mengendalikan pembangunan menara seluler di daerah dengan mengarahkan pada penggunaan menara bersama, lokasi bersama, atau kamuflase guna menjaga keamanaan, keselamatan dan kenyamanan warga di sekitar
38
menara telekomunikasi seluler serta untuk menjaga estetika ruang kota dan keserasian lingkungan. Peraturan
walikota
tentang
penataan
dan
pembangunan
menara
telekomunikasi ini dijelaskan lebih detail ketentuan-ketentuan mengenai menara bersama, pembangunan menara, penataan menara serta adanya pembagian zona-zona menara seperti di bawah ini: a) Menara Bersama dan Lokasi Bersama Ada beberapa ketentuan dalam penggunaan menara bersama dan lokasi bersama ini antara lain:
Tidak diperkenankan menempatkan perangkat jaringan telekomunikasi pada menara tempat peribadatan.
Para penyeleggara telekomunikasi yang perangkatnya tidak menimbulkan interferensi antar sistem jaringan bila berdekatan harus menggunakan menara bersama.
Lokasi bersama hanya bisa dilakukan jika area yang tersedia cukup luas serta tidak menyebabkan terjadinya interferensi.
Untuk menara yang ditempatkan pada bagian atas atau atap bangunan harus memiliki struktur yang kuat dan gedung yang mampu menampung beban menara.
Sistem telekomunikasi seluler yang menggunakan teknologi berbeda dan berpotensi menimbulkan interferensi tidak diperkenankan menggunakan menara bersama atau lokasi bersama.
b) Pembangunan Menara Telekomunikasi Seluler
Pembangunan menara telekomunikasis seluler pada prinsipnya adalah pembangunan menara bersama atau yang berada pada lokasi bersama yang dapat digunakan lebih dari satu penyelenggara telekomunikasi seluler. Lokasi menara ini ditentukan oleh grid rencana lokasi menara dengan jarak
39
antar grid yang berdekatan maksimal 750 meter (antarmenara) dan radius setiap grid sebesar 200 meter.
Pembangunan menara telekomunikasi seluler yang berdiri sendiri dengan tujuan untuk memaksimalkan cakupan (coverage), kapasitas (traffic) dan kualitas layanan atau karena kendala teknis sehingga tidak dapat ditempatkan pada menara bersama, lokasi bersama atau berada diluar grid rencana, diperkenankan setelah melalui penelitian khusus dan harus menggunakan menara kamuflase.
Menara yang didirikan di atas gedung harus dirancang sesuai estetika kota denga Kekuatan konstruksi menara mini atau tiang (pole) dan ketinggiannya harus serasi dengan ketinggian gedung.
c) Penataan Menara Telekomunikasi
Dalam upaya menata menara telekomunikasi seluler para penyelenggara telekomunikasi diwajibkan menggunakan teknologi yang memungkinkan bisa mereduksi ketinggian penempatan antena pada menara telekomunikasi sehingga pembangunan menara baru tidak perlu tinggi dan cukup dengan konstruksi menara tunggal.
Menara yang telah berdiri apabila merusak estetika kota maka harus mendesain ulang untuk dijadikan menara kamuflase.
Jika terdapat kebutuhan yang tidak bisa dihindari di kawasan tertentu maka penyelenggara telekomunikasi harus menyediakan perangkat radio link yang diganti dengan serat optik yang bisa dipasang diruang milik jalan seperti bahu jalan maupun median jalan.
d) Pembagian Zona Menara Pembagian zona menara di Kota Bandung berdasarkan bentuk tinggi dan tipe menara telekomunikasi seluler dengan memperhatikan potensi ruang kota yang tersedia, kepadatan pemakai jasa telekomunikasi serta KKOP yang disesuaikan dengan kaidah penataan ruang kota, keamanan, ketertiban, keserasian lingkungan,
40
estetika dan kebutuhan telekomunikasi pada umumnya. Selain itu, ada juga ketentuan mengenai intensitas bangunan (KDB, KLB) dan struktur menara yang harus diikuti seperti pengujian kekuatan struktur konstruksi, pembebanan konstruksi, struktur konstruksi, struktur bawah, struktur atas, dan penguatan struktur pada konstruksi yang sudah berdiri. Zona menara yang ada di Kota Bandung terdiri dari empat zona antara lain: Zona I: Bangunan menara tunggal, dengan ketentuan sebagai berikut: -
Penempatan titik lokasi menara dipermukaan tanah yang bentuknya dikamuflase, maksimum ketinggian 36 meter.
-
Penempatan titik lokasi menara di atas bangunan gedung maksimum memiliki ketinggian 25 meter.
Zona II: Bangunan menara tunggal atau rangka dengan batasan ketinggian dan bentuk sebagai berikut: -
Penempatan titik lokasi menara dipermukaan tanah yang bentuknya dikamuflase, maksimum ketinggian 42 meter.
-
Penempatan titik lokasi menara di atas bangunan gedung maksimum memiliki ketinggian 25 meter.
Zona III Bangunan menara tunggal atau rangka yang penempatan titik lokasinya dipermukaan tanah yang berada diluar permukiman penduduk/perumahan, dengan ketinggian maksimum 75 meter kecuali jika ada keterbatasan lahan maka boleh didirikan di atas gedung dengan ketentuan seperti zona I dan II Zona IV Daerah permukiman/perumahan baik pada zona I, II, dan III berlaku ketentuan sebagai berikut:
41
-
Penempatan titik lokasi menara dipermukaan tanah yang bentuknya dikamuflase, maksimum ketinggian 36 meter.
-
Penempatan titik lokasi menara di atas bangunan gedung 2 lantai dengan Kekuatan konstruksi menara tunggal atau rangka maksimum memiliki ketinggian 25 meter.
-
Khusus untuk menara yang akan didirikan di Wilayah KKOP harus mendapat rekomendasi dari instansi yang berwenang.
2.3.3 Ketentuan Umum Pembangunan Menara Telekomunikasi (Direktorat Penataan Ruang Wilayah II 2007) Ketentuan
umum
yang
harus
diikuti
dalam
membangun
menara
telekomunikasi antara lain: -
Memperhatikan arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam perda (RTRW Kota/Kawasan Perkotaan).
-
Mempertimbangkan lokasi menara terhadap struktur ruang kota yang terdiri dari Kawasan Pusat Kota (CBD), Kawasan Tengah Kota (Transisi), Kawasan Pinggiran (Periphery).
-
Mengikuti arahan rencana rinci dan regulasi zonasi. Aspek-aspek
yang
harus
diperhatikan
dalam
membangun
menara
telekomunikasi yaitu: -
Penataan ruang kawasan (Zoning Regulation)
-
Keselamatan Operasi Penerbangan Pesawat Udara (KKOP), kecuali mendapat rekomendasi dari Dirjen Perhubungan
-
Keamanan lingkungan masyarakat
-
Kesehatan
-
Struktur teknis bangunan (pondasi, pembebanan, dan kekuatan konstruksi)
-
Estetika tata kota.
42
2.4
Metode Delphi dan Faktor Pertimbangan Hasil Studi Literatur
2.4.1
Metode Delphi Metode Delphi adalah sebuah metode untuk menstrukturkan proses
komunikasi grup sehingga proses tersebut efektif dalam menjadikan sebuah kelompok yang terdiri atas individu-individu, utuh dalam menghadapi masalah yang kompleks (Listone & Turoff, 1975 : 3). Menurut Piercy (dalam Tarigan, 2001)Teknik ini juga dapat digunakan untuk memperoleh consensus groups/ekspert melalui proses kontinu sehingga dicapai konvergensi opini. Menurut Linstone dan Turoff (1975), Teknik Delphi memiliki beberapa tujuan antara lain: a. Menjamin bahwa semua pilihan telah/akan dipertimbangkan b. Mengestimasi pengaruh dan konsekuensi dari setiap pilihan c. Menguji dan mengestimasi tingkat penerimaan pendapat tertentu Terdapat dua bentuk Delphi, pertama adalah versi pensil-dan-kertas (disebut Latihan Delphi/Delphi Konvensional’), yang kedua adalah versi konferensi (disebut real-time Delphi). Pada bentuk pertama, sebuah tim monitor kecil mendesain sebuah kuesioner yang akan diberikan pada kelompok responden yang lebih besar dari tim ini. Setelah kuesioner dikembalikan, tim monitor merangkum hasilnya dan berdasarkan itu, mengembangkan kuesioner baru untuk kelompok responden tersebut. Pada bentuk kedua, tim monitor digantikan dengan sebuah komputer yang telah diprogram untuk menjalankan kompilasi dari hasil kuesioner pada kelompok. Pendekatan ini dapat mengurangi adanya waktu tunda yang disebabkan oleh tahap perangkuman setiap bagian dari Delphi, sehingga menjadikan prosesnya menjadi sistem komunikasi real-time. Pendekatan ini membutuhkan pendefinisian yang baik dari karakteristik komunikasi, sebelum Delphi digunakan.
43
2.4.2
Penggunaan Metode Delphi Sebelum menggunakan Teknik Delphi sebagai alat penelitian, ada beberapa
prinsip dasar yang harus difahami menurut Linstone dan Turoff (1975) yaitu: 1.
Selective Anonimity Partisipan dalam suatu kebijakan tetap anonim hanya selama putaran awal
dari upaya peramalan itu. Setelah argumen-argumen tandingan tentang
alternatif
kebijakan bermunculan, partisipan diminta untuk memperdebatkan pandangan mereka secara terbuka. 2.
Informed Multiple Advocacy Proses untuk menyeleksi partisipan didasarkan pada kriteria minat dan tingkat
pengetahuan, bukan pada “kepakaran” semata-mata. Dalam membentuk suatu kelompok Delphi, investigator harus berusaha menyeleksi wakil dari suatu kelompok advokat yang berpengetahuan yang mungkin berada dalam situasi tertentu. 3.
Polarised Statistical Response Dalam merangkum penilaian atau pendapat para pakar, digunakan cara-cara
yang menekankan ketidaksepakatan dan konflik. Sementara ukuran-ukuran konvensional dapat juga digunakan (median, rentangan, standar deviasi). 4.
Structured Conflict Berawal dari asumsi bahwa konflik adalah sesuatu yang wajar dalam isu
kebijakan, berbagai upaya dilakukan untuk menggunakan ketidaksepakatan dan pertentangan
untuk
secara
kreatif
mengeksplorasi
alternatif-alternatif
dan
konsekuensi mereka. Namun demikian, hasil dari suatu Delphi kebijakan tidak terbuka secara lengkap, sehingga konsensus maupun konflik yang berlanjut dapat merupakan sesuatu yang muncul dalam proses itu sendiri.
44
5.
Computer Confencing Jika mungkin, konsultasi melalui komputer digunakan untuk merancang suatu
proses anonim terus-menerus antar individu yang secara fisik terpisah. Konferensi melalui komputer menghapus kebutuhan akan
beberapa putaran Delphi yang
terpisah. Teknik Delphi yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah “Paper
and
Pencil Version” atau biasa disebut sebagai Delphi Konvensional, melalui tahapan sebagai berikut:
Eksplorasi terhadap responden yang terkait Pada tahap ini dilakukan identifikasi awal tentang respoden/ahli yang pernah
terlibat dalam proses penyusunan perwal tentang penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung, serta yang memiliki keahlian terkait dengan hal tersebut.
Eksplorasi opini faktor pertimbangan Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan penggalian opini terhadap
masing-masing responden/ahli tentang faktor yang menjadi pertimbangan untuk penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung.
Melakukan umpan balik opini Pada tahap ini yang dilakukan adalah memberikan umpan balik opini faktor
pertimbangan yang tidak disepakati oleh masing-masing responden beserta argumentasinya, kemudian menggali kembali faktor pertimbangan hingga dicapai kesepakatan opini pendapat dimana tidak ada lagi perbedaan pendapat tentang faktor pertimbangan.
Kesimpulan faktor Menyimpulkan opini faktor yang harus dipertimbangkan untuk melakukan
penataan dan pembangunan menara BTS.
45
2.4.3
Faktor Pertimbangan Hasil Studi Literatur Beberapa studi kasus serta teori-teori yang didapat mengenai pengaturan zona
menara telekomunikasi rata-rata mempertimbangkan faktor-faktor yang hampir sama seperti pertimbangan keselamatan hunian, batas ketinggian menara, jarak minimum dengan bangunan terdekat serta beberapa pertimbangan yang disesuaikan dengan karakteristik wilayahnya masing-masing. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pegaturan zonasi menara telekomunikasi berdasarkan teori dan studi kasus di beberapa kota di dalam maupun luar negeri dapat dilihat pada Tabel II.8. Berdasarkan hasil studi literatur di beberapa kota baik di dalam maupun di luar negeri serta beberapa teori terkait dengan pengaturan menara telekomunikasi, diperoleh beberapa calon faktor yang biasa dijadikan pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara telekomunikasi seperti Tabel II.7 di bawah ini.
TABEL II.7 FAKTOR PERTIMBANGAN UNTUK PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI HASIL STUDI LITERATUR No 1
2
Faktor Pertimbangan
Keterangan
Tempat-tempat bersejarah (untuk Sebaiknya tidak membangun menara menjaga dan melestarikan nilai- pada tapak bersejarah dan bernilai nilai sejarah) kebudayaan, monumen-monumen, kecuali jika disamarkan dengan lingkungan sekitar. Coverage menara (terkait dengan Menghindari terjadinya overlapping kualitas sinyal yang diberikan dan cakupan area, menggunakan standarluas cakupan area) standar tertentu seperti peraturan menteri komunikasi dan informatika, disesuaikan dengan kebutuhan, memaksimalkan coverage area dengan mengatur ketinggian menara
46
No 3
4
5
Faktor Pertimbangan
Struktur dan konstruksi menara Mengikuti standar-standar tertentu (untuk menghindari robohnya seperti memakai logam galvanik, menara) penyempurnaan memakai beton, anti kebakaran, mampu mendukung beban antena yang besar, dan lainlain. Batas ketinggian menara (untuk Menggunakan interval 22,5 - 75 melindungi properti dari menara meter atau mengikuti standar yang roboh serta untuk ketinggian yang berlaku di kota penyesuaian dengan bangunan masing-masing sekitar) Jarak menara dengan bangunan Menggunakan interval 3 - 234 meter terdekat (ada jarak tertentu dengan dari bangunan terdekat, atau 50%bangunan-bangunan tertentu) 125% dari ketinggian menara
6
Jalur lalulintas utama (untuk menghindari gangguan terhadap fungsi jalan utama, contohnya jika terdapat menara yang roboh)
7
Daerah rawan bencana
8
9
10
Keterangan
Range 5 - 7 meter, atau 3/4 dari tinggi menara terhadap jalur-jalur tertentu seperti jalan utama, jalan dekat perumahan dan jalur kereta api
Daerah rawan banjir, longsor, gempa sebaiknya dihindari untuk pembangunan menara BTS Guna lahan saat ini (kawasan Kawasan komersial dan industri, permukiman, industri dan bisnis) daerah pertanian, area permukiman, perkantoran, dan lain-lain Jarak antarmenara Untuk jenis menara monopole yang kurang dari 22,5 meter harus berjarak 225 meter dengan menara lain, jenis monopole lebih dari 22,5 meter harus berjarak 450 meter dengan menara lain, jenis lattice dan guyed harus berjarak 1500 meter dengan menara lain, atau 225 - 6400 meter dengan menara lain yang memiliki ketinggian di atas 22,5 meter Ruang terbuka hijau (untuk Taman kota, jalur hijau, dan lain-lain menjaga nilai estetika kota dan sebaiknya dihindari untuk menjaga visualisasi) pembangunan menara BTS.
47
No 11
12
13
14
15
16
Faktor Pertimbangan
Keterangan
Topografi wilayah (untuk Pertimbangan topografi sebelum menentukan kekuatan konstruksi memberikan izin pembangunan dan jenis menara) menara, misalnya dengan kontur tidak lebih dari 3 meter Kawasan hutan lindung Daerah konservasi, perlindungan (perlindungan terhadap kawasan spesies hewan dan tumbuhan, tertentu agar tidak terganggu oleh gunung-gunung, aliran sungai, dan adanya pembangunan menara lain-lain tidak boleh dibangun telekomunikasi) menara telekomunikasi Desain dan jenis menara untuk Tekstur dan desain diserasikan disesuaikan dengan daerah tertentu dengan lingkungan sekitar seperti bentuk pohon, menggunakan warna yang netral (standar tertentu), desain menara yang bisa dipasang di papan iklan, di atas gedung dan lain-lain Kawasan Keselamatan Operasional Memenuhi standar sudut bahaya Penerbangan (KKOP) navigasi udara, radius 4800 meter dari kawasan bandara, kedekatan dengan landasan udara Kawasan Militer (tidak Daerah pengawasan militer mengganggu fungsi pengawasan diperhatikan jika memungkinkan militer) terjadinya interferensi yang akan mengganggu fungsi pengawasan di kawasan tersebut Menara bersama (konsep Pemanfaatan menara yang sudah ada penggunaan menara bersama untuk untuk bisa digunakan sebagai menara mengurangi jumlah menara) bersama dan bagi pembangunan menara baru minimal mampu mengakomodasi kebutuhan 3 provider
TABEL II.8 FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM PENATAAN DAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI
Kawasan militer
Menara bersama
"collocation" (satu tower dengan beberapa antena dari menara yang sudah ada)
bisa mengakomodasi minimal 3 provider untuk menara yang baru dibangun
Lattice, Guyed, Monopole
radius 4800 meter dari kawasan bandara
menara harus didisain untuk bisa menampung beberapa provider
ditempatkan di lokasi yang terhalang dari pandangan umum, dipagar
Harus memenuhi standar sudut bahaya navigasi udara
ko-lokasi pada menara eksisting
Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No
Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah
1
2
3
Struktur dan konstruksi menara
Batas ketinggian menara
Jalur lalulintas utama
Daerah rawan bencana
Cellular Tower Zoning, Siting, Leasing and Franchising. (j. W.Pestle,601)
Zoning Ordinance of the City of Flowood, Mississipi
Price County Telecommunication Tower, Antenna and Fasility Ordinance
4
Kementerian Perumahan dan Kerajaan Tempatan Malaysia
5
Telecommunication tower ordinance ( Pender County, North Carolina)
6
Coverage menara
Jarak menara dengan bangunan terdekat
Minidoka County, state of Idaho (USA)
Guna lahan saat ini
Ruang terbuka hijau
kawasan industri berat dan komersil
tempat bersejarah
overlapping coverage area di daerah tertentu
konstruksi menara
tapak bersejarah
tapak bekas tanah lombong
mengikuti standard Electronics Industries Association Standard 222
memakai standar Suruhanjaya Komunikasi dan Multimedia Malaysia (SKMM)
maksimum 45 meter
Standar : kestabilan dan keselamatan, anti kebakaran
mengikuti standard North Carolina Building code
tempat bersejarah
maksimum 25,5 meter
kekuatan konstruksi
maksimum 75 meter
maksimum 60 meter termasuk antena
harus memiliki jarak 234 meter untuk menara yang mencapai 90 meter
125% dari ketinggian menara
jalur lalulintas
daerah banjir
daerah rawan banjir
guna lahan eksisting
setengah dari ketinggian menara
minimalisasi bencana
kawasan permukiman(untuk melindungi properti)
kawasan permukiman, komersial, dan industri
Desain& jenis menara yang ada (kamuflase)
daerah konservasi, perlindungan sumber alam dan spesies khusus
jalur hijau
kawasan lindung
Jarak antarmenara
Kawasan Keselamatan Penerbangan
bentuk pohon dikawasan tertentu
Monopole dan guyed yang dikamuflae
kawasan pertanian dan permukiman
daerah rawan bencanaa
daerah rawan banjir dihindari
Gunung Vernon
kawasan permukiman
6 meter untuk kawasan residensi, 3 meter untuk kawasan komersal, 15 meter untuk kawasan industri
15 meter dengan bangunan sekitarnya
Topografi
Hutan lindung
penyesuaian bentuk dan desain menara dengan bangunan sekitar,kamuflase
jenis monopole berjarak 225 meter dengan menara lain, jenis lattice dan guyed berjarak 450 meter dengan semua menara lain
Federasi Penerbangan melarang penggunaan penerangan, cat dan tanda tertentu
Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No
Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah
7
8
9
San Diego County, Zoning Ordinance
Zoning Resolution, The City of New York , Department of City Planning Commision
Zoning Code, of The City of Murray Code of Ordinances by Creating new Section Entitled Cellular Antenna Tower Regulation
tempat bersejarah
tempat bernilai kebudayaan dan bersejarah memiliki blok&dilindungi
tempat bernilai kebudayaan dan bersejarah dijaga
Coverage menara
Struktur dan konstruksi menara
aspek keamanan
spesifikasi konstruksi diatur oleh departemen pertamanan dan rekreasi setempat
peralatan mekanik dan elektrik jangan menonjol, begitu pula antena
Batas ketinggian menara
maksimum 60 meter
45 meter ke sekitarnya
maksimum 45 meter, bila ada penambahan maka harus mengikuti proses perizinan lanjut
Jarak menara dengan bangunan terdekat
Jalur lalulintas utama
Daerah rawan bencana
22,5 meter dengan bangunan terdekat (kawasan residensi), 15 meter dengan bangunan terdekat (nonresidensi)
21 meter, beberapa distrik tertentu lebih rendah
Guna lahan saat ini
Ruang terbuka hijau
Topografi
Hutan lindung
kawasan perumahan,kawasan komersil
memiliki jarak berbeda tiap distrik, tetapi berada dalam range 5-7 meter
dihindari daerah rawan gempa dan banjir
jalur hijau
kawasan perumahan,kawasan komersil
topografi sekeliling menara
cakupan pepohonan
Desain& jenis menara yang ada (kamuflase)
Jarak antarmenara
Kawasan Keselamatan Penerbangan
Kawasan militer
Menara bersama
single monopole, kamuflase
jenis monopole diatas 22,5 meter berjarak 450 meter dengan menara lain, monopole dibawah 22,5 meter berjarak 225 m ,jenis lattice dan guyed berjarak 4500 meter dengan semua menara lain kecuali monopole (sehingga memakai aturan monopole)
memakai cat tertentu, tidak ada penerangan
ko-lokasi pada menara eksisting
kawasan lindung
jenis monopole berjarak 225 meter dengan menara lain, jenis lattice dan guyed berjarak 450 meter dengan semua menara lain
Kamuflase,tidak memakai advertising, tidak memakai penerangan kecuali penerangan alternatif yang ditawarkan kemudian
jenis monopole diatas 22,5 meter berjarak 450 meter dengan menara lain, monopole dibawah 22,5 meter berjarak 225 m ,jenis lattice dan guyed berjarak 4500 meter dengan semua menara lain kecuali monopole (sehingga memakai aturan monopole)
kedekatan dengan landasan udara
Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No
Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah
10
11
12
Telecommunication Tower and Antenna Ordinance(City of Hahira, Georgia)
An Ordinance to Amend The Otagamie Contry Zoning Ordinance, Chapter 17, 1997
Telecommunication Facilities General Regulatin and Instruction(City of Madison)
Coverage menara
Struktur dan konstruksi menara
Struktur menara memakai logam galvanik, penyempurnaan memakai beton, cat netral, tidak memakai penerangan buatan
Tidak boleh ditempatkan jika membawa dampak buruk pada tempat bersejarah dan pemandangan indah
Batas ketinggian menara
Maksimum ketinggian 45 meter
Tidak melebihi 6 meter dari ketinggian bangunan lain Maksimum 15 meter di kawasan industri
coverage diatur lebih lanjut sesuai kebutuhan
struktur menara menitikberatkan pada aspek keselamatan
batas ketinggian tidak lebih dari 21 meter dikawasan permukiman dan 60 meter dikawasan lain
Jarak menara dengan bangunan terdekat
Jalur lalulintas utama
Daerah rawan bencana
Guna lahan saat ini
jarak dengan bangunan minimal 110% dari tinggi menara
Ruang terbuka hijau
Topografi
Topografi dipertimbangan saat pemberian izin pembangunan
sama seperti ketinggian menara
kawasan industri dan komersil, kawasan permukiman
daerah rawan banjir
kawasan permukiman industri dan komersil,
Hutan lindung
Kawasan Keselamatan Penerbangan
Kawasan militer
Menara bersama
Mendukung penggunaan menara bersama
Desain& jenis menara yang ada (kamuflase)
Jarak antarmenara
Penggunaan struktur menara alternatif berupa menara gereja, papan iklan,dll yang secara teknologi bisa dilakukan
menara diatas 30 meter berjarak 450 m dengan menara lain.menara dibawah 30 meter berjarak 225 m dengan menara lain
kamuflase dengan struktur alternatif yang sesuai dengan kawasannya, warna cat harus netral, tidak ada advertising
jenis monopole diatas 22,5 meter berjarak 450 meter dengan menara lain, monopole dibawah 22,5 meter berjarak 225 meter ,jenis lattice dan guyed berjarak 4500 meter dengan semua menara lain kecuali monopole (sehingga memakai aturan monopole)
kedekatan dengan landasan udara (merusak sinyal),tidak memakai penerangan
Mendukung penggunaan menara bersama
Jenis menara harus dikamuflase
menara dibawah 45 meter berjarak 225 meter dengan menara dibawah 45 meter, 450 m dengan menara diatas 45 meter . menara diatas 45 meter berjarak 450 m dengan menara dibawah 45 meter, 750 meter dengan menara diatas 45 meter
berjarak 3200 meter dari bandara dengan keinggian tidak lebih dari 45 meter
Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No
Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah
13
Telecommunication Tower Ordinance (Carroll County,Maryland )
14
Polk County (US, state of Florida)
15
Telecommunications tower (zoning ordinance, Stacy 1996)
16
Renville County Telecommunication Tower and Antenna Regulations
17
Telecommunications tower Ordinance (Pender County, North Carolina)
Coverage menara
Struktur dan konstruksi menara
Batas ketinggian menara
Maksimum 90 meter, tidak melebihi bangunan sekitarnya
perizinan coverage sesuai kebutuhan dan keadaan
Maksimum 60 meter,tidak melebihi bangunan sekitarnya
situs sejarah dilindungi
coverage diatur lebih lanjut sesuai kebutuhan
Jarak menara dengan bangunan terdekat
berjarak 60meter
berjarak 60 meter
desain struktur, penegakan dan beban antena
batas ketinggian tidak lebih dari 60 meter
radius tertentu dengan bangunan lainnya
sesuai standar EIA (Electronic Industries Association)
maksimum 60 meter,kecuali dengan permintaan khusus 32 meter di kawasan industrial
jarak 45 meter dengan properti lainnya
Jalur lalulintas utama
Mengurangi efek dari kemacetan di sekeliling area residensi
Tidak boleh ditempatkan di jalan utama/jalan layang
Daerah rawan bencana
turunnya salju harus diantisipasi
daerah rawan banjir
Guna lahan saat ini
Ruang terbuka hijau
Topografi
Hutan lindung
kawasan lindung
kawasan permukiman
kawasan komersil dan industri, daerah pertanian, area permukiman
topografi
vegetasi
topografi
memperhatikan topografi eksisting, dengan kontur tidak lebih dari 3 meter
kawasan industri, komersil dan pertanian
taman kota
kawasan industri, permukiman
menara air dan taman
Desain& jenis menara yang ada (kamuflase)
Jarak antarmenara
Kawasan Keselamatan Penerbangan
Kawasan militer
Menara bersama
desain dan penempatan menara jangan sampai memberi efek visual yamg buruk
menara dibawah 30 meter berjarak 90 m, menara dibawah 60 meter berjarak 150 meter
Menara tidak boleh memakai lampu pada malam hari
monopole, guyed dan warna yang mengurangi pandangan
kamuflase, desain&jenis menara
jenis monopole diatas 22,5 meter berjarak 450 meter dengan menara lain, monopole dibawah 22,5 meter berjarak 225 m ,jenis lattice dan guyed berjarak 4500 meter dengan semua menara lain kecuali monopole (sehingga memakai aturan monopole)
daerah aliran sungai
"Minnesota river"
Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No
Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah
Coverage menara
Struktur dan konstruksi menara
Batas ketinggian menara
terbuat dari besi atau bahan yang tidak mudah terbakar
Jarak menara dengan bangunan terdekat
Jalur lalulintas utama
Daerah rawan bencana
Guna lahan saat ini
ada jarak tertentu dengan tempat-tempat khusus (Emergency Services, police, medical services, hospitals,etc)
Jalur Kereta Api
kawasan perumahan, komersil dan industri
1/2-3/4 dari ketinggian menara
berjarak 3/4 tinggi menara terhadap jalan utama
kawasan perumahan dan bukan perumahan (pertanian)
18
Wireless Communication Facility, and antenna (City of Gilroy)
19
Telecommunication Tower and Antenna Ordinance (Jones County, 603)
20
City Of Mounds View County of Ramsey of Minnesota
Keamanan konstruksi
maksimum 36 meter
9,6 meter
kawasan pemukiman
21
Telecommunication Tower and Antenna Ordinance(City of Valdosta, Georgia)
daerah bersejarah
mensupport banyak antena, keamanan
maksimum 75 meter
15 meter
kawasan pemukiman, komersial
22
Cell-Phone Towers and Communities: The Struggle for Local Control(B. Blake Levitt, 1998)
daerah bersejarah
struktur menara
23
Telecommunications Tower & Antenna Regulations, Zoning Code Section 11.04
perlindungan daerah bersejarah
maksimum 90 meter
daerah banjir
kawasan industri, komersial
maksimum 45 meter
90% dari ketinggian menara'
kawasan permukiman industri dan komersil, dan perkantoran(bisa digunakan untuk menara rooftop)
Ruang terbuka hijau
Topografi
Hutan lindung
Desain& jenis menara yang ada (kamuflase)
habitat sensitif yang harus dilindungi
monopole dan guyed
Guyed tower
Ruang terbuka hijau
kawasan lindung
topografi
Jarak antarmenara
Kawasan Keselamatan Penerbangan
400 meter antarmenara
desain untuk segi.keserasian
estetika, kamuflase
375 meter antarmenara
Jenis menara
menggunakan warna netral yang ada pada standar FAA
berjarak 6400 meter dari menara yang sudah ada dengan menara yang baru akan dibangun
kawasan penerbangan
Kawasan militer
Menara bersama
kesepakatan penggunaan menara bersama
digunakan oleh 3 provider
Kawasan militer
Menara bersama
jumlah menara yang ada
"sharing tower"
kamuflase,estetika
dianjurkan untuk kolokasi
kolokasi dan penggunaan menara bersama didukung
penggunaan menara bersama dalam meminimalisir jumlah menara
Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No
Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah
24
Telecommunications Tower Regulations, Franklin County
25
Guilford County Cellular Tower Siting, North Carolina
26
Limits on township zoning power telecommunications towers (Ohio Laws and Rules)
27
City of Acworth Planning and Zoning Board
28
Definition of Tower from the Bradley County Zoning Resolution
29
Cell Tower Regulation( Zoning Ordinance of the City of Suwanee)
Coverage menara
Struktur dan konstruksi menara
mengikuti standar yang ada pada State and Federal structural requirements
distrik yang memiliki nilai sejarah
Batas ketinggian menara
Jarak menara dengan bangunan terdekat
maksimum75 meter
Rumah sakit
kawasan/situs bersejarah
standar FCC
Keamanan konstruksi
standar FCC
struktur menitikberatkan pada aspek keselamatan
maksimum 70 meter
coverage menara
aspek keamanan struktur
maksimum 75 meter
coverage menara
struktur menara alternatif, aspek keamanan
maksimum 50 meter
maksimum 30 meter
Jalur lalulintas utama
Guna lahan saat ini
jalan layang dan jalan utama
kawasan permukiman dan industri
berjarak 7,5 meter dari lalulintas utama
kawasan industri dan komersil, kawasan permukiman
6 meter dari bangunan terdekat
Ruang terbuka hijau
Meminimalisasi kemacetan
Topografi
"vegetasi eksisting"
kawasan permukiman
3 meter dari bangunan terdekat
6 meter dari bangunan terdekat
Daerah rawan bencana
topografi
Hutan lindung
Desain& jenis menara yang ada (kamuflase)
Jarak antarmenara
tekstur dan disain diserasikan dengan lingkungan sekitar
untuk jenis menara monopole yang kurang dari 22,5 meter harus berjarak 225 meter dengan menara lain, jenis monopole labih dari 22,5 meter harus berjarak 450 meter dengan menara lain, jenis lattice dan guyed harus berjarak 1500 meter dengan menara lain
kawasan industri dan komersil, kawasan permukiman
disesuaikan dengan lingkungan, kamuflase
kawasan permukiman
vegetasi
harus memperhatikan estetika
vegetasi eksisting
alokasi menara, desain natural, dan kamuflase, tidak ada pencahayaan
kawasan permukiman sebisa mungkin tidak dibangun menara
batasan topografi,kontur meter
Kawasan Keselamatan Penerbangan
standar FAA
Kawasan militer
Menara bersama
"Airport Safety Overlay zone "
"collocation" (satu tower dengan beberapa antena)
KKOP
Pengawasan militer
bisa digunakan oleh 2 -4 provider
bisa digunakan oleh 2 -4 provider
Faktor -faktor Pertimbangan Untuk Penentuan Zona Menara Telekomunikasi No
Teori dan Kasus Tempat-tempat bersejarah
30
The battle of NIMBY(Victoria W. Kipp, 602)
31
City of Yakima, Washington
32
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia No 02 tahun 608
33
Peraturan Walikota Bandung Nomor 812 Tahun 607
Monumenmonumen
Coverage menara
Struktur dan konstruksi menara
meningkatkan coverage area dengan ketinggian 150 meter
Monumenmonumen
Kekuatan konstruksi menara
Cagar budaya
Coverage menara dimaksimalkan
kekuatan konstruksi menara
Batas ketinggian menara
Jarak menara dengan bangunan terdekat
Jalur lalulintas utama
Daerah rawan bencana
Guna lahan saat ini
Ruang terbuka hijau
Topografi
Hutan lindung
Desain& jenis menara yang ada (kamuflase)
harus mengikuti standard FAA (Federal Aviation Administration )dan FCC(Federal Communication Commission) dimana ketinggian yang mencapai 30 meter tidak sesuai dengan keinginan publik
kawasan industri dan komersil, kawasan permukiman, kawasan pemerintahan
Monopole dan rooftop yang harus dikamuflase
maksimum 60 meter
kawasan industri dan komersil, kawasan permukiman
Monopole dan rooftop berupa bentuk pohon
ketinggian menara
maksimum 75 meter
daerah rawan bencana
Jarak antarmenara
Hutan lindung
Bentuk dan jenis menara harus dikamuflase
Maksimum 750 meter dari menara yang berdekatan
Kawasan Keselamatan Penerbangan
KKOP