BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lidah Buaya Aloe merupakan tanaman Liliaceae yang mempunyai banyak jumlah spesies yang berbeda, di antara spesies ini hanya satu jenis yang telah lazim digunakan sebagai tanaman obat sejak ribuan tahun yang lalu yaitu Aloe vera atau yang sering disebut dengan nama lidah buaya (Gambar 1).1 Selama 3500 tahun, kisah lidah buaya diteruskan dari mulut ke mulut. Lidah buaya selalu muncul dalam setiap fase sejarah dengan penghargaan atas keampuhannya dalam pengobatan. Pertama kali dokumentasi lidah buaya berasal dari Mesir Kuno di mana tempat lidah buaya tumbuh. Mesir juga mendokumentasikan kegunaannya dalam mengobati luka bakar, dan infeksi. Lidah buaya dalam bentuk segar selalu digunakan Cleopatra untuk menjaga kulitnya agar tetap halus dan awet muda.10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Lidah buaya diperoleh dari pekarangan rumah peneliti
2.1.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari lidah buaya adalah sebagai berikut:12 Kingdom
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Class
: Monocotyledoneae
Ordo
: Liliflorae
Family
: Liliceae
Genus
: Aloe
Species
: Aloe vera
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Gambaran Umum Lidah buaya sama seperti tanaman lainnya yang mempunyai struktur akar, batang, daun dan bunga, namun yang sering digunakan di dalam pengobatan adalah bagian daun. Daun lidah buaya merupakan daun tunggal berbentuk tombak dengan helaian memanjang berupa pelepah dengan panjang mencapai kisaran 40–60 cm dan lebar pelepah bagian bawah 8–13 cm dan tebal antara 2–3 cm. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu- abuan dan mempunyai lapisan lilin di permukaan serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah dan lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung). Daun lidah buaya muda memiliki bercak berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat daun lidah buaya dewasa. Namun tidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.1
2.1.3 Jenis dan Varietas Lidah Buaya Ada lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk dalam suku Liliaceae dan tidak sedikit yang merupakan hasil persilangan. Ada tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersial di dunia yaitu Aloe vera atau Aloe barbadensis Miller, Cape aloe atau Aloe ferox Miller dan Socotrine aloe atau Aloe perry Baker (tabel 1).1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. KARAKTERISTIK TIGA JENIS TANAMAN LIDAH BUAYA1 No Karakteristik Aloe barbadensis Miller 1. Batang Tidak terlihat jelas 2. Bentuk daun Lebar dibagian bawah, dengan pelepah bagian atas cembung 3. Lebar daun 6-13 cm 4. Lapisan lilin Tebal Pada daun 5. Duri Di bagian pinggir daun 6 Tinggi bunga 25-30 (tinggi (mm) tangkai bunga 60-100 cm) 7 Warna bunga Kuning
Aloe ferox Miller
Aloe perry Baker
Terlihat jelas (tinggi 3-5 m atau lebih) Lebar di bagian bawah
Tidak terlihat jelas (lebih kurang 0,5 m) Lebar di bagian bawah
10-15 cm Tebal
5-8 cm Tipis
Di bagian pinggir dan bawah daun 35-40
Di bagian pinggir daun 25-30
Merah tua hingga jingga
Merah terang
Dari tiga jenis di atas yang banyak dimanfaatkan adalah spesies Aloe barbadensis Miller karena jenis ini mempunyai banyak keunggulan yaitu: tahan hama, ukurannya dapat mencapai 121 cm, berat per batangnya bisa mencapai 4 kg, mengandung 75 nutrisi serta aman dikonsumsi. 1
2.1.4 Struktur dan Kandungan Daun Lidah Buaya Adapun struktur daun lidah buaya terbagi atas tiga bagian (gambar 2).11 a. Kulit daun Kulit daun adalah bagian terluar dari struktur daun lidah buaya yang berwarna hijau. Sejauh ini belum ada tulisan mengenai zat yang terkandung di dalam kulit daun namun penelitian yang dilakukan Agarry., et al (2005) menunjukkan bahwa ekstrak
Universitas Sumatera Utara
kulit daun lidah buaya pada konsentrasi 25 mg/ml menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan zona hambat 4 mm. Di dalam buku pengobatan menyatakan bahwa teh yang terbuat dari kulit daun lidah buaya dapat menghilangkan kecanduan merokok.1,9,11
Gambar 2. Potongan daun lidah buaya 2
Gambar 3. Gel lidah buaya 2
b. Eksudat Eksudat adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan. Eksudat berbentuk cair, berwarna kuning dan rasanya pahit. Zat- zat yang terkandung di dalam eksudat adalah: 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan glikosida (Aloins), biasa digunakan untuk pencahar.11,12 c. Gel Gel adalah bagian yang berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan (gambar 3).13 Ada beberapa zat terkandung di dalam gel (tabel 2).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. ZAT- ZAT YANG TERKANDUNG DI DALAM GEL LIDAH BUAYA13 Kelas Carbohydrates
Komponen
Chromones
8-C-glucosyl-(2’-O-cinnamoyl)-7-O-methylaloediol A, 8-C glucosyl-(S)- aloesol, 8-C-glucosyl-7-O-methyl-(S)-aloesol, 8-Cglucosyl-7-O-methylaloediol, 8-C-glucosyl-noreugenin, isoaloeresin D, isorabaichromone, neoaloesin A
Enzymes
Alkaline phosphatase, amylase, carboxypeptidase, catalase, cyclooxidase, cyclooxygenase, lipase, oxidase, phosphoenolpyruvate carboxylase, superoxide dismutase
Inorganic compounds
Calcium, chlorine, chromium, copper, manganese, potassium, phosphorous, sodium, zinc
Miscellaneous including organic compounds and lipids
Arachidonic acid, γ-linolenic acid, steroids (campestrol, cholesterol, β-sitosterol), triglicerides, triterpenoid, gibberillin, lignins, potassium sorbate, salicylic acid, uric acid, saponin
Non-essential and essential amino acids
Alanine, arginine, aspartic acid, glutamic acid, glycine, histidine, hydroxyproline, isoleucine, leucine, lysine, methionine, phenylalanine, proline, threonine, tyrosine, valine
Proteins
Lectins, lectin-like substance
Saccharides
Mannose, glucose, L-rhamnose, aldopentose
Vitamins
B1, B2, B6, C, β-carotene, choline, folic acid, α-tocopherol
Pure mannan, acetylated mannan (acemannan), acetylated glucomannan, glucogalactomannan, galactan, galactogalacturan, arabinogalactan, galactoglucoarabinomannan, pectic substance, xylan, cellulose
iron,
magnesium,
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Penelitian Tentang Lidah Buaya Beberapa penelitian telah ditemukan berkaitan dengan efektifitas lidah buaya diantaranya adalah:1,9,10 1. Penelitian Dr. Bill Wolfe pada tahun 1969 membuktikan bahwa lidah buaya sangat efektif membunuh bakteri penyebab infeksi. Diantaranya bakteri Staphylococcus aureus . 2. Pada tahun 1994, FDA (Food and drug administration) telah menyetujui penggunaan
ekstrak gel lidah buaya dengan bahan aktif acemannan untuk
mengobati apthous stomatitis. 3. S. levanson dan K. Somova menggunakan getah lidah buaya untuk mengobati penyakit pada gigi dengan cara menyuntikkan ekstrak getah lidah buaya pada gigi yang terinfeksi. 4. John Heggars menamatkan laporan penelitiannya dan menemukan fungsi asam salisilat tidak ubahnya seperti aspirin yang bisa mengontrol rasa sakit sekaligus bersifat anti infeksi dan antimikrobakteri. 5. Agarry., et al (2005) membuktikan bahwa ekstrak lidah buaya sudah menunjukkan efektifitasnya terhadap Staphylococcus aureus dengan zona hambat 18 mm oleh gel dan 4 mm oleh kulit daun lidah buaya dengan konsentrasi 25 mg/ml.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Lidah Buaya Sebagai Anti bakteri Pada tahun 1977 dilaporkan dalam Drugs and Cosmetic Journal bahwa rahasia keampuhan lidah buaya terletak pada kandungan zat nutrisinya (terutama glukomannan) yang bekerjasama dengan asam-asam amino esensial dan sekunder, enzim oksidase, katalase dan lipase terutama enzim- enzim pemecah protein (protease).10 Lidah buaya mengandung gugus glikosida yang merupakan gugus aminoglikosida yang bersifat antibiotik. Senyawa ini akan berdifusi pada dinding sel bakteri dan proses ini berlangsung lama dan terus menerus dalam suasana aerob. Setelah masuk ke dalam sel, kemudian diteruskan pada ribosom yang menghasilkan protein, sehingga akan menimbulkan gangguan pada proses sintesa protein dan selanjutnya akan menyebabkan terjadinya pemecahan ikatan protein sel bakteri.14 Saponin dapat menimbulkan reaksi saponifikasi. Senyawa ini akan menyebabkan kerusakan struktur lemak membran bakteri sehingga dinding sel bakteri akan ruptur dan lisis kemudian mati.15 Sedangkan acemannan merupakan senyawa karbohidrat yang akan mengaktifkan makrofag sehingga menyebabkan terjadinya fagositosis.16
2.1.7 Kegunaan Lidah buaya di Bidang Kedokteran Gigi Kegunaan lidah buaya di bidang kedokteran gigi adalah:17,18 1. Mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi rasa sakit akibat tindakan bedah periodontal ataupun trauma karena sikat gigi, pasta gigi abrasif, makanan yang keras, dental flos, ataupun karena tusuk gigi dan juga pada luka bakar. 2. Pada lokasi ekstraksi memberikan respon yang lebih nyaman dan dry socket tidak berkembang lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
3. Aplikasi secara langsung dapat mempercepat penyembuhan lesi akut misalnya pada lesi virus herpes, aphtous ulcer, sariawan, abses gingiva, dan pecah- pecah pada bibir dan sudut mulut. 4. Mengurangi lesi- lesi penyakit mulut kronis seperti lichen planus dan Benign pemphigus bahkan masalah gusi yang berhubungan dengan AIDS dan leukemia 5. Menyembuhkan migratory glossitis, geographic tongue dan burning mouth syndrome. 6. Dapat mengurangi kontaminasi bakteri dan mengurangi inflamasi pada pasien denture stomatitis. 7. Mengontrol inflamasi dan kontaminasi bakteri pada sekeliling dental implant.
2.2 Denture Stomatitis Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi yang melibatkan mukosa yang ditutupi oleh gigitiruan. Denture stomatitis dilaporkan mempunyai prevalensi 10% sampai 75% pada pemakai gigitiruan.4 Karakteristiknya berupa eritema kronis dan udema pada mukosa yang ditutupi oleh gigitiruan. Biasanya inflamasi ini terjadi pada rahang atas sedangkan mukosa rahang bawah jarang terlibat karena pada rahang bawah aliran saliva sangat baik.5
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Etiologi Denture Stomatitis Etiologi denture stomatitis terbagi atas 2 faktor yaitu faktor utama dan faktor predisposisi.6 Faktor- faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitis adalah: 1. Faktor gigitiruan Misalnya gigitiruan yang tidak stabil, trauma dari basis gigitiruan dan pemeliharaan gigitiruan yang tidak baik. 2. Faktor infeksi Gigitiruan dapat membuat perubahan ekologi dengan adanya akumulasi bakteri dan yeast (ragi). Proliferasi bakteri yang dapat ditemukan adalah Staphylococcus sp, Streptokokus sp, Neisseria sp, Fusobacterium sp, atau Bacteroides sp, namun tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara bakteri dan etiologi denture stomatitis secara langsung. Candida sp dapat ditemukan pada denture stomatitis khususnya Candida albicans. Faktor- faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya denture stomatitis adalah: 1. Faktor sistemik a. Fisiologi (usia tua) b. Disfungsi endokrin c. Defisiensi nutrisi d. Neoplasias e. Immunosupresi
Universitas Sumatera Utara
f. Antibiotik spektrum luas 2. Faktor lokal a. Antimikroba dan topikal maupun kortikosteroid inhalasi b. Diet tinggi karbohidrat c. Konsumsi tembakau dan alkohol d. Hiposalivasi e. Oral hygiene yang buruk f. Pemakaian gigitiruan khususnya pada malam hari.
2.2.2 Klasifikasi Denture Stomatitis Newton mengklasifikasikan denture stomatitis dalam 3 tipe klinis, yaitu:11 Tipe 1: Inflamasi lokal sederhana (pin point hyperemia). (Gambar 4) Tipe 2: Inflamasi yang lebih luas dengan eritema atau eritema difus yang melibatkan sebagian maupun seluruh mukosa yang ditutupi oleh gigitiruan (diffuse erythema). (Gambar 5) Tipe 3: tipe granular yang melibatkan bagian tengah dari palatum keras dan alveolar ridge (Hyperplasia). (Gambar 6)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Denture stomatitis tipe 1 (Pin point hyperaemi) 6
Gambar 5. Denture stomatitis tipe 2 (Erithema diffuse)19
Gambar 6. Denture stomatitis tipe 3 (Hyperplasia)19
Universitas Sumatera Utara
Tipe 2 dan tipe 3 merupakan tipe yang paling sering disebabkan oleh akumulasi dari plak yaitu bakteri dan yeast pada permukaan gigitiruan dan permukaan yang menutupi mukosa. Bagaimanapun denture stomatitis tidak sematamata disebabkan oleh Candida sp dan adakalanya faktor- faktor lain seperti infeksi bakteri, iritasi mekanis atau reaksi alergi karena basis gigitiruan. Namun tidak ada kriteria khusus yang dapat membedakan infeksi oleh karena Candida sp maupun oleh karena faktor lain.6
2.2.3 Perawatan denture stomatitis Penggunaan gigitiruan menyebabkan perubahan mikroflora pada rongga mulut karena kehadiran gigitiruan bertindak sebagai reservoir bagi Candida sp dan lapisan biofilm bakteri.4 Kebersihan gigitiruan dan rongga mulut harus ditekankan pada pengguna gigitiruan karena pada permukaan inilah mikroorganisme melekat sehingga dapat meningkatkan patogenitasnya. Pengobatan denture stomatitis dapat didasarkan pada etiologinya. Misalnya penggunaan obat anti jamur, anti bakteri, obat kumur, melepaskan gigitiruan pada malam hari, menjaga oral hygiene agar tetap bersih, mengurangi konsumsi tembakau dan alkohol, dan sebagainya.8
2.3 Staphylococcus aureus Stahylococcus aureus adalah salah satu bakteri patogen yang paling sering menyebabkan infeksi pada manusia. Organisme ini menyebabkan penyakit melalui invasi ke jaringan dan pengeluaran toksin.5
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Taksonomi Klasifikasi ilmiah atau taksonomi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut:5 Domain
: Bacteria
Phylum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Bacillales
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Species
: Staphylococcus aureus
2.3.2 Morfologi dan Gambaran Umum Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat berkelompok yang menyerupai anggur (Gambar 7). Staphylococcus aureus dapat juga ditemukan tunggal, berpasangan atau rantai kecil. Pada medium biasa, bakteri ini dapat tumbuh dengan temperatur 10-42 0C, pH optimum 7,4-7,6. Bakteri ini tumbuh subur pada lingkungan yang kaya oksigen. Ketika tumbuh pada media nutrient agar dan diinkubasi selama 24 jam koloni terlihat bundar, halus, cembung, mengkilat, opak (buram), dengan diameter 2-4 mm 1,20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Gambaran mikroskopis Staphylococcus aureus
2.3.3 Struktur Sel dan Metabolisme Dinding sel Staphylococcus aureus terdiri dari lapisan peptidoglikan yang tebal dan teichoic acid. Polisakarida peptidoglikan pada dinding sel memberikan kekakuan dan bentuk pada bakteri. Teichoic acid merupakan suatu komponen antigen yang membantu perlekatan bakteri ke permukaan sel host. Bakteri ini tidak mempunyai flagella. Staphylococcus aureus adalah bakteri fakultatif anaerob yang tumbuh dengan respirasi aerob atau dengan fermentasi asam laktat. Staphylococcus aureus memfermentasikan gula menghasilkan asam tetapi bukan gas. Staphylococcus aureus memproduksi leukocidin yang menyebabkan destruksi leukosit yang mengakibatkan bakteri dapat lepas dari fagositosis.1,20
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Patologi Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit melalui invasi ke jaringan dan pengeluaran toksin. Bakteri ini menyebabkan infeksi yang luas baik eksternal maupun internal. Protein pada permukaan sel, enzim ekstrasellular dan toksin dikeluarkan untuk meningkatkan kemampuannya sebagai patogen. Protein A dan clumping factor adalah protein pada permukaan sel. Protein A menyebabkan kehancuran platelet dan hipersensitivitas. Clump factor dapat masuk ke dalam plasma manusia. Koagulase, nuklease, lipase, hyaluronidase dan reseptor- reseptor protein adalah semua enzim ekstraselluler yang berperan penting pada patogenesis. Staphylococcus aureus dapat merubah fibrinogen menjadi fibrin, mempunyai nuklease yang stabil terhadap panas dan memproduksi lipid hidrolase yang membantu infeksi kulit, menghancurkan jaringan penyambung dan memiliki reseptor yang memfasilitasi perlekatan terhadap sel dan jaringan host.1,20
2.3.5 Insidens Staphylococcus aureus Pada Denture Stomatitis Staphylococcus aureus ditemukan mempunyai prevalensi yang cukup besar pada pasien denture stomatitis, namun peranan Staphylococcus aureus dalam menyebabkan denture stomatitis belum diketahui secara pasti. Menurut penelitian Monroy TB (2005), prevalensi Candida albicans, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus mutans pada pasien denture stomatitis adalah 51,4%, 52,4%, dan 67,6%.6,7
Universitas Sumatera Utara
Lidah buaya komersil Lidah buaya komersil adalah suatu produk obat kumur yang tersedia di pasaran. Produk ini mempunyai komposisi yaitu: Aqua, Maltodextrin, Propylene glycol,
Polyvinylpyrrolidone
(PVP),
Aloe
vera
extract,
sodium
benzoate,
hydroxyethylcellulose, Potassium sorbate, PEG-40 hydrogenated castor oil, disodium edentate,
benzalkonium
chloride,
aroma,
saccharin,
sodium
hyaluronate,
glycyrrhetinic acid.21 Indikasi dari obat ini adalah membantu dalam penatalaksanaan nyeri yang disebabkan oleh iritasi pada rongga mulut seperti: stomatitis aftosa, ulkus aftosa difus, lesi kecil, termasuk lesi traumatik yang disebabkan oleh kawat gigi dan gigitiruan yang tidak sesuai.21 Obat ini cara kerjanya adalah membentuk selaput pelindung yang melekat pada mukosa rongga mulut dan menghasilkan suatu barier mekanik terhadap daerah yang terkena.22
Universitas Sumatera Utara