BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Portofolio Portofolio optimal dapat ditentukan mengunakan model Markowitz atau model indeks tunggal. Harry M. Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini menggunakan beberapa pengukuran statistik dasar untuk mengembangkan suatu rencana portofolio seperti expected return, standar deviasi baik sekuritas maupun portofolio dan korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko dalam suatu investasi, di mana unsur risiko dapat diminimalisir melalui diversifikasi dan mengkombinasikan berbagai instrumen investasi kedalam portofolio. Selanjutnya, Model portofolio Markowitz dikembangkan oleh William Sharpe dengan menciptakan model indeks tunggal. Model ini mengaitkan perhitungan return asset dengan return indeks pasar. Secara mathematis, Model Indeks Tunggal dirumuskan sebagai berikut (Gumanti, 2011) : Ri= Ξ±i + Ξ²i I + ei Dimana Ri adalah tingkat pengembalian pada aset i, I adalah persentase perubahan dalam indeks yang umum pada semua saham dan ei adalah perubahan-perubahan dalam tingkat pengambilan aset i terkait dengan kejadian khusus perusahaan. Dalam CAPM, beta berkait dengan portofolio pasar, dan oleh karenanya I adalah portofolio pasar. Seperti halnya beta dalam CAPM, Ξ²i di atas mengukur
sensitivitas return aset ke-i terhadap perubahan dalam indeks I. Formalnya beta SIM di hitung rumus berikut : π½π =
Cov(R i , I) Ο12
Misalnya, jikaβ¬π = 2 dan I adalah produk domestik bruto (PDB), rumus di atas
menjelaskan kepaa kita bahwa jika PDB naik sebesar 1%,π
π secara rata-rata juga
akan naik sebesar 2%. Dalam hal ini πΌπ adalah intersep yang mengukur return terantisipasi jika I = 0. Intersep dihitung dengan rumus berikut : πΌπ = π
οΏ½π€ β π½π πΌ Μ
Dimana π
οΏ½ adalah rata-rata tingkat pengembalian pada aset i dan πΌ Μ
adalah rata-rata persentase perubahan dalam indeks.
Komponen keunikan perusahaan berkaitan dengan kejadian- kejadian mikro yang hanya berkaitan dengan perusahaan bersangkutan. Contohnya adalah ekspansi operasional perusahaan atau rencana pengurangan kerja. Sedangkan komponen yang terkait dengan pasar menyangkut kejadian β kejadian makro yang memengaruhi seluruh perusahaan. Kenaikan suku bunga, peningkatan inflasi, merupakan contoh kejadian makro yang dapat memengaruhi seluruh perusahaan yang ada di pasar. Salah satu konsep penting dalam model indeks tunggal adalah terminologi Beta (risiko sistematik). Arbitrage pricing theory (APT) merupakan teori yang dikembangkan atau menindak lanjuti dari pemikiran teori CAMP. Adapun pengertian dari APT adalah (Fahmi, 2013) :
a. APT adalah teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross pada tahun 1976, dimana Ross menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dimana pada CAMP harga hanya dipengaruhi oleh satu faktor yaitu portofolio pasar (R m ).
b. APT sebagai model alternatif untuk menjawab permasalahan suatu hubungan antara pendapatan dengan risiko saham (π½).
c. CAMP dan APT dipakai sebagai model untuk memprediksi tingkat pendapatan suatu saham. d. A theory or risk return relationship derived from no-arbritage consideration in large capital markets e. APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda Sebelum kita masuk secara lebih dalam tentang APT ini, maka perlu kita pahami pengertian dari Arbitrage itu sendiri. Arbitrase (Arbitrage) adalah proses memperoleh laba tanpa resiko dengan memanfaatkan peluang perbedaan harga aset atau sekuritas fisik yang sama. dengan kata lain investasi pada konsep arbitrage adalah membeli suatu sekuritas atau surat berharga (commercial paper) pada harga rendah dan menjual kembali ketika harga telah mengalami kenaikan. Model APT dirumuskan sebagai berikut (Fahmi, 2013) :
Keterangan:
π
π = πΌπ + Ξ²i R m + ei
Ri = return saham i πΌπ = alpa saham i Ξ²i = beta saham i
R m = return pasar ei
= random eror
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dalam APT, resiko didefinisikan sebagai sensitivitas saham terhadap variabel makro- makro ekonomi (bi) dan besar return yang dipengaruhi oleh sensitivitas tersebut. Ukuran sensitivitas dalam APT (bi) akan mempunyai intrepretasi yang sama dengaan nilai sensitivitas dalam CAPM (Beta), karena beta dan bi merupakan ukuran sensitivitas return sekuritas dalam suatu premi resiko. Salah satu kritik terhadap model APT adalah sulitnya menemukan faktor β faktor risiko yang relevan, karena faktor β faktor tersebut merupakan data exdante. Untuk mengimplementasi APT kita perlu menemukan faktor β faktor resiko yang relevan bagi tingkat return sekuritas, yang dalam kenyataannya belum ada kesepakatan mengenai faktor β faktor risiko apa yang relevan dan berapa jumlahnya. Beberapa penelitian yang mengidentifikasi variabel β variabel ekonomi makro yang mempengaruhi return sekuritas yaitu : 1. Default risk 2. Tingkat bunga 3. Inflasi atau deflasi 4. Pertumbuhan ekonomi jangka panjang
5. Risiko pasar residual Dengan demikian, APT mengasumsikan bahwa sekuritas yang berbeda akan mempunyai sensitivitas terhaap faktor β faktor risiko sistematis yang berbeda pula. Masing β masing investor mempunyai prilaku terhadap resiko yang berbeda, sehingga investor mampu menyusun portofolio tergantung dari preferensinya terhadap resiko. Dengan mengetahui harga pasar dari faktor β faktor resiko yang dianggap relevan dan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan faktor tersebut 2.1.2. Pasar Modal Indonesia Pasar modal dapat didefinisikan sebagai sarana dan wadah untuk mempertemukan antara penjual dan pembeli (Hadi, 2013). Pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran dari pihak yang memiliki dana (investor), dengan pihak perusahaan yang memerlukan dana. Stuktur pasar modal Indonesia diatur oleh Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal. Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa kebijakan pasar modal ditetapkan oleh menteri keuangan. Sedangkan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari β hari dilaksanakan oleh BAPEPAM. Bursa Efek Jakarta merupakan pasar saham terbesar di Indonesia yang juga dikenal dengan nama asingnya sebagai Jakarta Stock Exchange (JSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ berupa saham preferen, saham biasa, hak (rights), dan obligasi konvertibel (convertibel bonds). Bursa efek terbesar setelah BEJ adalah Bursa Efek Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange (SSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ juga diperdagangkan di BES.
BEJ dan BES bergabung menjadi BEI pada bulan November 2007. BEI memperdagangkan seluruh produk investasi yang dimiliki BEJ dan BES seperti saham, Kontrak Opsi Saham (KOS), Exchange Traded Funds (ETF), Obligasi maupun Kontrak Futures baik Nikkei-225 Futures atau LQ45 Futures. Setelah diadakan pengabungan diharapkan nilai kapitalisasi pasar BEI terus berkembang. 2.1.3. Faktor Fundamental Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Salah satu keunggulan analisis fundamental adalah analisis ini menghindari banyak hal yang terkait dengan masalah yang melekat pada model atau penilaian berbasis tingkat diskonto aliran kas (the discounted cash flow valuation method). Penman (1991) meringkas diskusi sekitar topik ini, sementara diskusi terkait dengan bukti empiris diungkap dalam Penman dan Sougiannis. (Gumanti, 2011;308) Dengan analisis tersebut, para analis mencoba memperkirakan harga saham di masa mendatang dengan mengestimasi nilai dari faktor β faktor fundamental yang memengaruhi harga saham di masa yang akan datang. Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai pasar, Current ratio (CR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt Equity Ratio (DER), Debt Asset Ratio (DAR), Deviden Earning, Price Earning Ratio (PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham. Pada penelitian ini, faktor fundamental yang digunakan dalam menganalisis yakni CR, Leverage, ROE dan PER.
2.1.4. Risiko Saham Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan. Investor selalu menghadapi dua masalah di dalam berinvestasi yaitu return dan risiko. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan. Risiko di artikan sebagai kemungkinan mengalami kerugian, yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan (probability) bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kisaran sangat baik (misalnya asetnya berlipat ganda) ke sangat buruk (misalnya, asetnya menjadi tidak bernilai sama sekali). (Gumanti, 2011;50) Investor akan selalu mencari portofolio optimum yang menawarkan expected return maximal pada tingkat risiko yang minimum. Risiko sering kali disinonimkan dengan ketidakpastian karena risiko mengacu pada adanya variasi nilai antara yang diperkirakan dengan nilai yang di observasi. Resiko suku bunga, resiko pasar, resiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara merupakan beberapa sumber resiko yang dapat memengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Menurut Fahmi (2013) risiko dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1. Risiko sistematik (Systematic Risk) adalah risiko yang tidak bisa diverifikasikan atau dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 di Indonesia yang telah menyebabkan banyak sekali perusahaan yang bangkrut dan menngkatnya angka
pengangguran serta moral hazard.Sistematic risk di sebut juga dengan market risk atau risiko umum. 2. Risiko tidak sistematik (Unsystematic Risk) adalah hanya membawa dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusaan mengalami unsystematic risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya seperti diversifikasi portofolio. Strategi lain yang bisa diterapkan adalah pada saat harga sekuritas perusahaan jatuh adalah dengan menerapkan berbagai strategi investasi. Unsystematic risk di sebut juga dengan resiko spesifik atau risiko yang dapat didiversifikasikan. 2.1.5. Risiko Sistematik Beta (Ξ²) suatu sekuritas mampu menunjukan risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Investor harus mampu menghitung resiko sistematik dari suatu investasi untuk menentukan investasi yang terbaik. Untuk menghitung besarnya resiko, metode yang digunakan adalah menghitung varians dan standar deviasi yang mengukur penyimpangan nilai yang terjadi dengan nilai return yang diharapkan. Menurut Brealey dan Myers (1999) Beta digunakan untuk mengukur sensitifitas dari individual saham terhadap resiko pasar. Kontribusi dari suatu saham terhadap resiko dari suatu portofolio tergantung dari bagaimana saham tersebut dipengaruhi oleh pergerakan pasar Beta merupakan ukuran resiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan saham dengan pasar. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return - return sekuritas dan return pasar). Beta akutansi dapat dihitung mengunakan data akuntansi (laba β laba perusahaan dan laba indeks pasar) dan Beta fundamental dapat dihutung mengunakan data fundamental (menggunakan variabel β variabel fundamental).
Faktor-faktor yang diidentifikasikan memengaruhi nilai Beta adalah (Suad Husnan, 2003) : 1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh conjunctur perekonomian. Ketika kondisi perekonomian membaik, semua perusahaan akan merasakan dampak positif. Pada saat resesi, semua perusahaan akan terkena dampak negatif dan yang membedakan adalah intensitasnya. Ada perusahaan yang membaik pada saat perekonomian membaik, tetapi ada pula yang hanya sedikit terpengaruh. 2. Operating Leverage. Faktor ini menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap, yaitu biaya yang tidak ikut berubah ketika perusahaan merubah tingkat aktivitasnya. Semakin besar proporsi biaya tetap, akan semakin besar operating leverage-nya. Perusahaan yang memiliki operating leverage tinggi akan cenderung memiliki nilai Beta yang tinggi, dan sebaliknya. 3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan, akan semakin besar financial leverage-nya. Semakin besar proporsi hutang, maka pemilik modal akan menanggung resiko yang semakin besar.
Beta dihitung menggunakan rumus (Hartono,2010:383):
Di mana : πππππππππ =
π=
πͺππππππππ π΄πππππ πππππππ
οΏ½ ππ³πΈππ] βππ=ποΏ½πΉπ β πΉπΜοΏ½ βππ=π[πΉππ³πΈππ β πΉ π
πππππππ π΄πππππ =
Keterangan :
οΏ½ ππ³πΈππ)π β(πΉππ³πΈππ β πΉ πβπ
Ri = Return Individual Saham Rm = Market Return LQ45 atau return pasar LQ45 Beta mengambarkan perubahan return pasar sebesar X%, yang akan berpengaruh terhadap return sekuritas sebesar X%. Jika Ξ² > 1 berarti saham
cenderung naik dan turun lebih tinggi dibandingkan perubahan pasar. Jika Ξ² < 1 berarti saham cenderung turun atau naik lebih rendah dibandingkan perubahan pasar. Beta banyak digunakan sebagai ukuran resiko karena dalam berbagai penelitian empiris, Beta relatif cukup stabil sehingga memungkinkan penggunaan data historis sebagai prediktor Beta di masa akan datang.
1.1.6.
Current Ratio (CR) Current Ratio merupakan rasio yang menghitung kemampuan perusahaan
dalam membayar utang lancar dengan mengunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2009). Semakin tinggi rasio CR mengambarkan semakin baik kinerja perusahaan tersebut dan dapat menarik minat investor. CR dapat dihitung
mengunakan rumus (Syamsuddin, 2009) : πͺπΉ = 1.1.7.
π¨πππππ ππππππ πππππ ππππππ
Leverage Leverage merupakan rasio yang mengambarkan hubungan antara
utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Untuk keamanan bagi pihak luar, rasio Leverage yang baik adalah apabila total aktiva lebih besar dari pada total utang. Rasio Leverage dihitung mengunakan rumus Syafri, 2009; 307):
1.1.8.
π³πππππππ =
Return on Equity (ROE)
π»ππππ πππππ π»ππππ ππππππ
ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan
bersih yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikannya. Semakin besar rasio ROE mengambarkan semakin baik keadaan perusahaan, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya. Rasio ROE dirumuskan sebagai berikut (Syamsuddin, 2009;): πΉπΆπ¬ =
ππππ ππππππ πππππ
ππ πππππ πππ
ππ ππππππ
1.1.9. Price Earning Ratio (PER) Rasio PER menunjukkan perbandingan harga saham di pasar yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan cukup tinggi. Rasio
PER dapat dihitung mengunakan rumus (Syafri, 2009; 311): π·π¬πΉ =
π―ππππ π·ππππ πΊππππ π³πππ π©πππππ
2.2. Penelitian Terdahulu 1. Anto (2012), melakukan penelitian dengan judul βAnalisis faktor fundamental keuangan terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010β, Variabel yang digunakan
yaitu : Curent Ratio, Leverenge, Return on Equity, Price
Erning Ratio dan Beta Saham. Hasil penelitian Ines Ham Antoni yaitu Varians CR, Leverange, ROH dan PER, merupakan foktor yang
mempengaruhi risiko sistematis pada perusahan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010. 2. Rackmawati (2010) dengan judul penelitian βAnalisis faktor fundamental terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-208β, variabel yang digunakan Sales growth, debt to equity rasio, ROA dan Beta saham. Hasil penelitian adalah Sales growth, debt to equity rasio, dan ROA, merupakan faktor yang mempengaruhi resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. 3. Soeroso (2013) dengan judul penelitan βAnalisis faktor fundamental keuangan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2008-2012β. Variabel yang digunakan CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investment dan saham beta. Hasil penelitian adalah CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2008-2012. 4. Grahani (2013) dengan judul penelitian βANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH
TERHADAP
RISIKO
SISTEMATIS
SAHAM(Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks Kompas 100 diBursa Efek Indonesia Januari 2008 β Januari 2013)β, variael yang digunakn CR, DTA, LDER, TATO,ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, ROE dan Beta saham. Hasil penelitian adalah CR, DTA,
LDER, TATO, ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis saham (studi empiris pada perusahaan yang tercatat dalam Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia Januari 2008-januari2013. 5. Hatta dan Dwiyanto (2012) dengan judul penelitian βThe company fundamental factors and systematic risk in increasing stock priceβ, variabel yang digunakan EPS, PER, DER, CR, MPR, DPR, ROA, Beta dan Stock price. Under Mackinnon white, and Davidson test, it is discovered that functional relationship model used in this research is loglinier. Estimation results of stock-price model show that model show that EPS, PER and HSM variables have positive and signicant effect. Improvement in these variables will increase stock price. On the other hand DE and NPM variables have negative and significant effects, improvement in these variables will decrease stock prise
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul Peneliti
Ines Ham Analisis faktor Anto (2012) fundamental keuangan terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 20072010
Variabel Variabel Y X Curent Beta Saham Ratio, Levereng e, Return on Equity, dan Price Erning Ratio.
Siska Analisis faktor Rackmawati fundamental terhadap resiko (2010) sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006208β,
Beta Saham Sales growth, debt to equity rasio,dan ROA
Anditya Soeroso (2013)
CR, Beta Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investme nt
Analisis faktor fundamental keuangan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 20082012
Hasil Peneliti Hasil penelitian Ines Ham Antoni yaitu Varians CR, Leverange, ROH dan PER, merupakan foktor yang mempengaruhi risiko sistematis pada perusahan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012 Hasil penelitian adalah Sales growth, debt to equity rasio, dan ROA, merupakan faktor yang mempengaruhi resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008 Hasil penelitian adalah CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 20082012.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Peneliti
Judul Peneliti
V- X
V-Y
Hedwig Ajeng Grahani (2013)
ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG BERPENGA RUH TERHADAP RISIKO SISTEMATIS SAHAM(Stud i Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks Kompas 100 diBursa Efek Indonesia Januari 2008 β Januari 2013)
CR, Beta DTA, Saham LDER, TATO, ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, dan ROE
Hasil penelitian adalah CR, DTA, LDER, TATO, ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis saham (studi empiris pada perusahaan yang tercatat dalam Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia Januari 2008januari2013.
Atika Jauharia Hatta dan Bamban g Sugeng Dwiyant o (2012)
The company fundamental factors and systematic risk in increasing stock price
EPS, PER, DER, CR, MPR, DPR, ROA dan Beta
Under Mackinnon white, and Davidson test, it is discovered that functional relationship model used in this research is loglinier. Estimation results of stock-price model show that model show that EPS, PER and HSM variables have positive and signicant effect. Improvement in these variables will increase stock price. On the other hand DE and NPM variables have negative and significant effects, improvement in these variables will decrease stock prise.
Stock price
Hasil Peneliti
2.3 Hipotesis 1. Hubungan CR terhadap risiko sistematis Current Ratio merupakan rasio yang menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan mengunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2009). Semakin tinggi rasio CR mengambarkan semakin baik kinerja perusahaan tersebut dan dapat menarik minat investor.
2. Hubungan Leverange terhadap risiko sistematis Dalam penggunaan leverage mempunyai pengaruh yang baik dan buruk. Apabila leverage tinggi, maka akan meningkatkan laba atau keuntungan bersih yang diharapkan perusahaan, namun akan memperbesar tingkat risiko perusahaan tersebut. Perusahaan yang menggunakan dana dengan biaya tetap dikatakan menghasilkan leverage yang mengguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif, apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana lebih besar daripada biaya tetap dari penggunaan dana tersebut. Dan apabila perusahaan dalam menggunakan biaya tetap itu menghasilkan efek yang menguntungkan dana bagi pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri), yaitu bentuknya memperbesar EPSnya, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut menjalankan βtrading on the equityβ. Menurut Riyanto (1995) trading on the equity adalah penggunaan dana yang disertai dengan biaya tetap di mana dalam penggunaannya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada biaya tetap tersebut. Sebaliknya apabila perusahaan
yang
menggunakan
dana
dengan
biaya
tetapdikatakan
menghasilkan leverage yang merugikan (unfavorable financial leverage) atau efek yang negatif, apabila perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak biaya tetap yang harus dibayar (Riyanto, 1995: 375). 3. Hubungan ROE terhadap risiko sitematis ROE adalah suatu ukuran tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham bank. Yang berjumlah kira-kira keuntungan bersih yang diterima pemegang saham dari menginvestasikan modalnya di bank (mendapatkan dananya pada risiko dengan harapan memperoleh keuntungan yang sesuai). Seorang investor selalu mengharapkan profit dalam investasinya, maka dariitu rasio pertumbuhan profitabilitas perusahaan juga menjadi hal yang diperhatikan investor. Salah satu rasio profitabilitas yang terdapat dalam laporan keuangan adalah ReturnOn Equity. Nilai Return On Equity yang positif menunjukkan baiknya kinerja manajemen dalam mengelola modal yang ada untuk menghasilkan laba. Menurut Chrisna dalam Hutami (2012:2) kenaikan ROE biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi ROE berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. 4. Hubungan PER terhadap resiko sistematis Price Earning ratio (PER) adalah rasio yang membandingkan antara harga saham dengan laba per lembar saham (earning per share). Rasio ini sering
dipakai untuk mengelompokkan saham berdasarkan tingkat pertumbuhannya. Perusahaan yang berkembang dengan cepat bahkan maju biasanya mempunyai PER yang tinggi. Sedangkan perusahaan dengan perkembangan yang lambat mempunyai PER yang rendah. Investor bersedia membeli saham dengan PER yang tinggi karena mereka mengharapkan akan memperoleh aliran kas masuk yang lebih besar dimasa yang akan datang. Per yang tinggi membuat harga saham dinilai tinggi, sebab rasio ini mengambarkan besarnya keuntungan saham. Dengan tingginya PER berarti tinggi pula earning perusahaan tersebut hal ini akan membuat harga saham meninggkat dan hal ini akan menyebabkan banyak investor yang berminat untuk memilikinya. Jadi dapat di ambil kesimpulan apabila PER suatu perusahaan tinggi maka harga saham di pasar modal akan semakin tinggi, demikian pula dengan beta sahamnya. Hal tersebut dikarenakan beta merupakan parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan atas pengembalian suatu saham bila terjadi perubahan pada pengambilan pasar (yang diukur dengan indeks pasar). Dari uraian mengenai Penelitian Terdahulu dan Tinjauan Pustaka, berikut dijelaskan hubungan antara variabel CR, Leverage, ROE, PER terhadap risiko sistematik : H1 : CR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009 β 2013. H2 : leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko sistematik perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009 β 2013.
H3 : ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2009 β 2013. H4 : PER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia 2009 β 2013.
H5 : CR, Leverage, ROE dan PER berpengaruh secara simultan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia
periode 2009 β 2013.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Price Earning Ratio (PER)
Return On Equity (ROE) Risiko Sistematis Leverage
Current Ratio (CR)
LQ 45