6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal 1.
Pengertian Pasar Modal Menurut Tandelilin (2010:26) menyatakan bahwa pertemuan antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual-belikan sekuritas. Lebih lanjut Sunariyah (2006:5) menyatakan Pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pengertian pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, sekuitas, (saham), insrumen derivatif, dan instrumen lainnya (Tjipto, 2011:1). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal mempunyai tujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.
6
7
2.
Peranan Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada
dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut (Sunariyah, 2006:9): 1) Fungsi Tabungan (saving function) Menabung dapat dilakukan di bawah bantal, celengan atau di bank, tetapi harus diingat bahwasanya nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang. 2) Fungsi Kekayaan (wealth function) Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain. Contohnya, mobil, gedung, kapal laut, dan aktiva lainnya. 3) Fungsi Likuiditas (liquidity function) Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga.
8
4) Pasar Pinjaman (Credit function) Selain persolan-persoalan di atas, pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat, pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. 3.
Jenis Pasar Modal Menurut Samsul (2006:46), pasar modal juga memiliki beberapa jenis
dalam perdagangan sekuritas, antara lain sebagai berikut: 1) Pasar Pertama (Perdana) Merupakan tempat di mana perusahaan pertama kali menjual surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan berupa penawaran perdana ke publik. 2) Pasar Sekunder Merupakan tempat perdagangan surat berharga antar sekuritas baru yang sudah dijual di pasar perdana dengan sekuritas perusahaan lain yang berada di pasar sekunder dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. 3) Pasar Ketiga Merupakan sarana transaksi perdagangan surat berharga antara market marker serta investor dan harga dibentuk oleh market marker. 4) Pasar Keempat Merupakan sarana transaksi perdagangan antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek.
9
2.1.2 Investasi 1.
Pengertian Investasi Pengertian investasi menurut Tandelilin (2010:2) adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2006:4). Dari pengertian-pengertian investasi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva pada saat ini dan diharapkan akan mempunyai nilai lebih di masa yang akan datang berupa keuntungan atau profit. 2.
Jenis-jenis investasi Investasi menurut Jogiyanto (2008:6) dapat berupa investasi secara
langsung atau direct investing dan investasi tidak langsung atau indirect investing. 1) Investasi Langsung Investasi langsung dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito. Aktiva yang dapat di perjual-belikan di pasar uang (money market)
10
berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh aktiva ini dapat berupa Treasury bill (T-bill) yang banyak digunakan di penelitian keuangan sebagai proksi return bebas risiko (riskfree rate of return). Contoh yang lain adalah sertifikat deposito yang dapat dinegosiasi. Istilah negosiasi berarti dapat dijual kembali. 2) Investasi Tidak Langsung Sedangkan untuk investasi tidak langsung dapat dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Perusahaan investasi dapat diklasifikasikan sebagai unit investment trust, closed-end investment companies dan open-end investment companies. Unit investment trust merupakan trust yang menerbitkan portofolio yang dibentuk dari surat-surat berharga berpenghasilan tetap (misalnya bond) dan ditangani oleh orang kepercayaan yang independen. Sertifikat portofolio ini dijual kepada investor sebesar nilai bersih total aktiva yang tergabung di dalam portofolio ditambah dengan komisi. Investor dapat menjual balik sertifikat ini kepada trust sebesar nilai bersih sertifikat tersebut (net asset value atau NAV). Besarnya NAV per sertifikat adalah total nilai pasar dari sekuritas-sekuritas yang tergabung di portofolio dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi dan dibagi dengan jumlah sertifikat yang diedarkan. Closed-end investment companies merupakan perusahaan investasi yang hanya menjual sahamnya pada saat penawaran perdana (initial public offering)
11
saja dan selanjutnya tidak menawarkan lagi tambahan lembar saham. Lembar saham yang sudah beredar dari penawaran perdana diperdagangkan di pasar sekunder (stock exchange) dengan harga pasar yang terjadi di pasar bursa. Open-end investment companies dikenal dengan nama perusahaan reksadana (mutual fund). Perusahaan investasi ini masih menjual saham baru kepada investor setelah penjualan saham perdananya. Juga pemegang saham dapat menjual kembali sahamnya ke perusahaan reksadana bersangkutan. 3.
Tujuan Investasi Pada dasarnya tiap investor yang melakukan investasi saham memiliki
tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan keuntungan. Tetapi tidak sesederhana itu, dalam arti lebih luas tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor (Tandelilin, 2010:8). Beberapa alasan mengapa seseoarang melakukan investasi, (Tandelilin, 2010:8) antara lain: 1) Untuk Mendapatkan Kehidupan yang Layak Di Masa Datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya
dari
waktu
ke
waktu
atau
setidaknya
berusaha
bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2) Mengurangi Tekanan Inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau proyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
12
3) Dorongan Untuk Menghemat Pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alasan seseorang melakukan investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan harapan dapat memberikan kesejahteraan bagi investor di masa yang akan datang.
2.1.3 Saham 1.
Pengertian Saham Definisi saham menurut Tandelilin (2010:32) adalah sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan perusahaan. Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam jualbeli di bursa efek, saham atau sering disebut shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan (Dahlan, 2005:507). 2.
Jenis Saham Menurut Jogiyanto (2008:107) saham dibedakan atas tiga jenis saham,
antara lain: a.
Saham Biasa Saham biasa yaitu sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham
biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan.
13
b.
Saham Preferen Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara
obligasi dan saham biasa. Saham ini memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. c.
Saham Treasuri Saham treasuri merupakan saham milik perusahaan yang pernah
dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali. 3.
Keuntungan Investasi dalam Bentuk Saham Kelebihan dari investasi biasa ini adalah kemampuannya untuk
memberikan tingkat keuntungan atau rate of return yang tidak terhingga. Darmadji dan Fakhruddin (2011:8) menyatakan bahwa investasi pada saham memang memberikan harapan pengembalian dan tingkat keuntungan yang tinggi. Manfaat yang diterima investor dalam investasi saham di pasar modal antara lain: a)
Dividen Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. b) Capital Gain Merupakan selisih antara harga beli saham dan harga jual saham. Kerugian Investasi Dalam Bentuk Saham: 1) Tidak Mendapat Dividen Perusahaan
akan
membagikan
dividen
jika
operasi
perusahaan
menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan
14
dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2) Capital Loss Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau juga dapat disebut keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual sahamdengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss. 3) Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, maka jika perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau didelist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada kreditur atau pemegang obligasi dan apabila masih terdapat sisa baru dibagikan kepada para pemegang saham. 4) Saham Di-delist dari Bursa (delisting) Risiko lain yang dihadapi pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek atau di-delist. Suatu saham perusahaan didelist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun,
15
tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa, namun masih tetap dapat diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.
2.1.4 1.
Portofolio
Pengertian Portofolio Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang
diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga. Pembentukan portofolio berangkat dari usaha diversifikasi investasi guna memerangi risiko. Terbukti bahwa semakin banyak jenis efek yang dikumpulkan dalam portofolio, maka risiko kerugian saham yang satu dapat dinetralisir oleh keuntungan yang diperoleh dari saham lain (Sunariyah, 2006:194). 2.
Return dan Risiko Portofolio Return portofolio dan risiko portofolio keduanya merupakan hasil dari
investasi. Dalam berinvestasi di samping menghitung expected return, investor juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Mengukur return dan risiko untuk seluruh sekuritas didalam portofolio menjadi sangat penting bagi manajer portofolio (Jogiyanto, 2008:239).
16
a) Expected Return Portofolio (E(Rp)) Expected Return dari portofolio menurut Halim (2005:37) adalah rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian yang diharapkan masing-masing saham. Menurut Jogiyanto (2008:240) terdapat beberapa aspek return portofolio dalam mengukur sekuritas tunggal, antara lain: 1) Return Realisasi Merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. Keuntungan ini dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan. Perhitungan secara matematis dengan menggunakan rumus : (Jogiyanto, 2008:240) ๐
๐
๐ =
( ๐๐ . ๐
๐) ๐=1
Notasi: Rp = Return realisasi portofolio Wi = Proporsi dari sekuritas I terhadap seluruh sekuritas di dalam portofolio Ri = Return realisasi dari sekuritas ke-i n = Jumlah dari sekuritas tunggal 2) Return Ekspektasi Portofolio Merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi (yang diharapkan) tiap-tiap sekuritas tunggal didalam portofolio. Perhitungan secara matematisnya adalah dengan rumus: (Jogiyanto, 2008:240)
17
๐
๐ธ ๐
๐ =
๐๐ . ๐ธ(๐
๐) ๐=1
Notasi: E(Rp) = Return ekspektasi dari portofolio Wi = Porsi dari sekuritas I terhadap seluruh sekuritas di dalam portofolio E(Ri) = Return ekspektasi dari sekuritas ke-i n = Jumlah sekuritas tunggal 3) Risiko Portofolio Menurut Halim (2005:42), risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar penyimpangannya, berarti semakin besar tingkat risikonya. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap resiko, maka resiko dibedakan menjadi tiga, yaitu: a)
Investor yang Menyukai Risiko (Risk Seeker) Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan expected return yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. b) Investor yang Netral Terhadap Risiko (Risk Neutral) Adalah investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Atau dengan kata lain, investor lebih bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
18
c)
Investor yang Menghindari Risiko (Risk Averter) Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan expected return yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah karena investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana. Menurut Halim (2005:43), dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua, antara lain sebagai berikut: 1) Risiko Sistematis Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, misalnya perubahan kondisi perekonomian, iklim politik, perpajakan, kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya. Risiko sistematis dapat dihitung dengan cara mengalikan varians pasar dengan Beta. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. 2) Risiko Tidak Sistematis Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini juga disebut risiko yang dapat didiversifikasi (diversifiable risk). Risiko portofolio tidak merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh risiko sekuritas tunggal. Risiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari risiko rata-rata tertimbang masing-masing sekuritas tunggal. Syarat utama untuk
19
mengurangi risiko di dalam portofolio adalah return untuk masing-masing saham tidak berkorelasi secara positif dan sempurna. 3.
Diversifikasi Untuk menurunkan risiko, investor perlu melakukan diversifikasi.
Diversifikasi (portofolio) bermakna bahwa investor perlu membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi return harapan (Tandelilin, 2010:115). Diversifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Diversifikasi dengan banyak aktiva, mengikuti hukum statistik bahwa semakin besar ukuran sampel, semakin dekat nilai rata-rata sampel dengan nilai ekspektasi dari populasi. Diversifikasi secara random, merupakan pembentukan portofolio yang memilih saham-saham secara acak tanpa memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan, misalnya tingkat keuntungan dari saham itu
sendiri.
Diversifikasi
didefinisikan
sebagai
diversifikasi
dengan
mengkombinasikan saham-saham yang mempunyai korelasi bernilai rendah.
2.1.5
Konsep Pembentukan Portofolio Optimal Menurut Tandelilin (2010:156), portofolio yang optimal dapat dibentuk
dengan adanya tiga konsep dasar pembentukan antara lain sebagai berikut: 1.
Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Menurut Tandelilin (2010:157) dikatakan sebagai portofolio efisien
dimana dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan expected return dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau
20
mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan expected return tertentu. Sedangkan, portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien dan sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap expected return maupun terhadap risiko yang bersedia ditanggungnya. 2.
Fungsi Utilitas dan Kurva Indeferen Fungsi utilitas bisa diartikan sebagai suatu fungsi matematis yang
menunjukkan nilai dari semua alternatif pilihan yang ada. Semakin tinggi nilai suatu alternatif pilihan, semakin tinggi utilitas alternatif tersebut. Dalam konteks manajemen portofolio, fungsi utilitas menunjukkan preferensi seorang investor terhadap berbagai pilihan investasi dengan masing-masing risiko dan tingkat return yang diharapkan. 3.
Aset Berisiko dan Aset Tidak Berisiko Dalam berinvestasi, investor bisa memilih menginvestasikan dananya pada
berbagai aset, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas risiko, ataupun kombinasi dari kedua aset tersebut. Aset berisiko merupakan aset-aset yang tingkat return aktualnya di masa mendatang masih mengandung ketidakpastian. Sedangkan, aset bebas risiko merupakan aset yang tingkat return-nya di masa mendatang sudah bisa dipastikan saat ini. Pilihan investor atas aset-aset tersebut akan tergantung dari sejauh mana preferensi investor terhadap risiko. Semakin enggan seorang investor terhadap risiko (risk averse), maka pilihan investasinya akan cenderung lebih banyak pada aset-aset yang bebas risiko.
21
2.1.6 Konsep Model Indeks Tunggal Wlliam Sharpe dalam Jogiyanto, (2003:231) mengembangkan model yang disebut dengan model indeks tunggal (single-index model). Model ini dapat digunakan untuk menyederhanakan perhitungan di model Markowitz dengan menyediakan parameter-parameter input yang dibutuhkan di dalam perhitungan model Markowitz. Disamping itu, model indeks tunggal dapat juga digunakan untuk menghitung return ekspektasi dan risiko portofolio. Pada konsep model indeks tunggal, Suad Husnan pada bukunya โDasar Dasar Teori Portofolioโ menyatakan ada saat keadaan pasar membaik (ditunjukkan oleh indeks dasar yang tersedia pasar). Harga saham-saham individual akan meningkat. Demikian pula sebaliknya, pada saat pasar memburuk maka harga saham-saham individual akan turun harganya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham nampaknya berkorelasi dengan perubahan pasar (Husnan, 2005:103). Varian ini terdiri dari dua bagian, yaitu risiko yang unik dan risiko yang berhubungan pasar. Untuk mengukur risiko sistematis dari pasar haruslah diketahui beta saham dan alpha saham tersebut. Portofolio dengan indeks tunggal mempunyai karakteristik sebagai berikut. Beta portofolio (ฮฒp) merupakan ratarata tertimbang dari beta saham-saham yang membentuk portofolio (Husnan, 2005:106). Beta merupakan risiko pasar atau tingkat risiko sistematik yang tergantung di dalam obyek investasi suatu saham. Perubahan yang terjadi di pasar akan mempengaruhi keuntungan dari suatu investasi yang disebabkan oleh sensitivitas
22
saham terhadap perubahan tersebut. Dengan menggunakan indeks tunggal bisa diredusir jumlah variabel yang perlu ditaksir, karena tidak perlu lagi ditaksir koefisien korelasi untuk menaksir devisiasi standar portofolio (Husnan, 2005:114).
2.1.7 Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal Perhitungan untuk menentukan portofolio yang optimal menurut Jogiyanto (2003:253) akan sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut adalah rasio antara excses return dengan Beta (excess return to beta ratio). Rasio ini adalah: ๐ธ๐
๐ต =
๐ธ ๐
๐ โ ๐
๐ต๐
๐ฝ๐
Notasi: ERBi = excess return to beta sekuritas ke-i E(Ri) = return ekspektasi berdasarkan model indeks tunggal q untuk sekuritas ke-i RBR = return aktiva bebas risiko ฮฒi = Beta sekuritas ke-i Excess return didefinisikan sebagai selisih return ekspektasi dengan return aktiva bebas risiko. Excess return to beta berarti mengukur kelebihan return relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan Beta. Rasio ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua faktor penentu invstasi, yaitu return dan risiko. Portofolio yang optimal akan berisi
23
dengan aktiva-aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB yang tinggi. Aktiva-aktiva dengan rasio ERB yang rendah tidak akan dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut-off point) yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi. Besarnya titik pembatas ini dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini: 1.
Urutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil. Sekuritas-sekuritas dengan nilai ERB terbesar merupakan kandidat untuk dimasukkan ke portofolio optimal.
2.
Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masingsekuritas ke-i sebagai berikut: E(Ri - RBR ]. ฮฒi
Ai =
ฯ 2 ei
Dan Bi =
ฮฒ2 i
ฯ 2 ei
Notasi: ฯei = varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i yang juga merupakan risiko unik atau risiko tidak sistematik. 3.
Hitung nilai Ci:
Ci =
Notasi: ฯm2= varian dari return indeks pasar.
ฯ 2 i m ฮฃj=1 A
j
1+ ฯ 2 i m ฮฃj=1 B j
24
Ci adalah nilai C untuk sekuritas ke-i yang dihitung dari kumulasi nilainilai A1 sampai dengan Ai dan nilai-nilai Bi sampai dengan Bi. Misalnya C3 menunjukkan nilai C untuk sekuritas ke-3 yang dihitung dari kumulasi A1, A2, A3 dan B1, B2,dan B3. Dengan demikian mensubsitusikan nilai Aj dan Bj ke nilai Ci, maka Ci menjadi: 4.
Besarnya cut-off point (C*) adalah nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci.
5.
Sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritassekuritas yang mempunyai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C*. Sekuritas-sekuritas yang mempunyai ERB lebih kecil dengan ERB titik C* tidak diikut-sertakan dalam pembentukan portofolio optimal.
2.2 Penelitian terdahulu Dalam penelitian ini, mengambil tiga sumber referensi dari penelitian sebelumnya berkaitan dengan analisis portofolio dengan model indeks tunggal. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susanti dan Syahyunan (2013), dengan judul โAnalisis Pembentukan Portofolio Optimal Saham Dengan Model Indeks Tunggal (Studi Pada Saham LQ-45di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2009 - Juli 2012)โ. Dalam penelitian tersebut, objek dalam penelitian ini ialah perusahaan Perbankan yang telah terdaftar dan diperdagangkan di BEI tahun 2008. Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode analisis model indeks tunggal. Hasil penelitian menunjukkan, setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan model indeks tunggal pada saham perusahaan LQ-45 periode Agustus 2009 - Juli 2012, terdapat 6 (enam) saham perusahaan yang memenuhi kriteria pembentukan portofolio optimal saham, yaitu PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), PT Kalbe Farma Tbk.
25
(KLBF), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP), dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR). Portofolio optimal yang telah terbentuk menjanjikan tingkat pengembalian (expected return) sebesar 3,737% per bulan dan risiko yang harus dihadapi dari hasil berinvestasi pada portofolio tersebut adalah sebesar 4,833% per bulan. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Anggraini Eka Pratiwi, Moch. Dzulkirom, Devi Farah Azizah (2014) yang mengambil judul โAnalisis investasi Portofolio Saham Pasar Modal Syariah Dengan Model Markowitz Dan Model Indeks Tunggalโ. Metode analisis yang digunakan adalah model Markowitz dan model indeks tunggal. Berdasarkan hasil analisis Model Markowitz dari 16 perusahaan menghasilkan 9 perusahaan sebagai portofolio optimal dengan proporsi dana terbesar dimiliki oleh PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang mempunyai risiko tertentu dengan tingkat pengembalian tertentu, sedangkan hasil analisis dari Model Indeks Tunggal menghasilkan 8 perusahaan sebagai portofolio optimal dengan proporsi dana terbesar dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang memiliki risiko individual terendah dan pegaruh pasar tidak terlalu berdampak pada kinerja saham yang terpilih ke dalam portofolio optimal. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mirah dan Trisnadi Wijaya (2012) dengan judul โAnalisis Model Indeks Tunggal Portofolio Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2011โ. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 saham yang menjadi kandidat portofolio dari 17 saham yang diteliti yaitu, TLKM (Telekomunikasi Indonesia Tbk) yang mempunyai nilai ERB tertinggi sebesar 1,87%, ADRO (Adaro Energy Tbk) dengan nilai ERB sebesar 1,20%, BBCA (Bank Central Asia Tbk) dengan nilai ERB sebesar 1,08%, PGAS (Perusahaan Gas Negara Tbk) dengan nilai ERB sebesar 1,04%, dan yang terakhir UNTR
26
(United Tracktors Tbk) dengan nilai ERB sebesar 0,78%. Dari hasil uji hipotesis yang diajukan dapat disimpulkan bahwa nampak antara risiko saham yang masuk kandidat portofolio dengan risiko saham yang tidak masuk kandidat portofolio tidak terdapat perbedaan yang signifikan, maka investor seharusnya memilih saham yang mempunyai tingkat risiko rendah yaitu saham-saham yang termasuk dalam kandidat portofolio. Penelitian kali ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitianpenelitian terdahulu yang telah dilakukan sebagai berikut: 1.
Persamaan Dalam penelitian kali ini sama-sama menganalisis saham manakah yang
membentuk portofolio optimal serta teknik analisa data yang digunakan samasama menggunakan metode indeks tunggal. 2.
Perbedaan Perbedaan penelitian kali ini terletak pada obyek yang diteliti. Pada
penelitian kali ini obyek yang diteliti adalah Perusahaan advertising, printing dan media yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan pada penelitian terdahulu obyek peneliti oleh Susanti dan Syahyunan (2013) adalah perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2009-Juli 2012. Sedangkan Anggraini Eka Pratiwi, Moch. Dzulkirom, Devi Farah Azizah (2014) menggunakan Perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indeks di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2011 sampai dengan November 2013 sebagai obyek penelitian. Melihat dari latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat, dan landasan teori yang digunakan maka peneliti susun kerangka pemikiran pada gambar 1 dan rerangka konseptual pada gambar 2 sebagai berikut:
27
2.3 Rerangka Pemikiran Landasan Teori
Pasar Modal:Tandelilin (2010), Sunariyah (2006),Tjipto (2011), Samsul (2006).
Landasan Empiris
Susanti dan Syahyunan (2013)
Rumusan Masalah
Investasi: Tandelilin (2010), Sunariyah (2006), Jogiyanto (2008).
Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Saham Dengan Model Indeks Tunggal (Studi Pada SahamLQ-45di Bursa Efek IndonesiaPeriode Agustus 2009-Juli 2012) Anggraini Eka Pratiwi, Moch. Dzulkirom ,Devi Farah Azizah(2014)
Saham: Tandelilin (2010), Dahlan (2005), Darmadji dan fakhruddin (2011). Model Indeks Tunggal Portofolio: Sunariyah(2006), Jogiyanto (2008), Halim (2005), Tandelilin (2010), Husnan(2005)
Analisis investasi Portofolio Saham Pasar Modal Syariah Dengan Model Markowitz Dan Model Indeks Tunggal Mirah dan Trisnadi Wijaya (2012) Analisis Model Indeks Tunggal Portofolio Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2011
Skripsi
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
28
2.4 Rerangka konseptual
Sampel Penelitian Perusahaan Advertising, Printing dan Media yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Data Yang Digunakan Harga saham individu Dividen yang dibagikan Tingkat suku bunga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Model Indeks Tunggal Tingkat keuntungan masing-masing saham (Rit)
Menghitung Alpha dan Beta saham
Tingkat keuntungan ekspektasi (Expected return) E (Ri)
Tingkat risiko pasar (ฯm) Varian dan keuntungan pasar (ฯm2) Menentukan varian dan kesalahan residu (ฯm2)
Menghitung return to beta ratio (ERB) & menentukan cut off point C* ERB yang paling tinggi adalah portofolio yang optimal
Menghitung keuntungan ekspektasi portofolio E ( Rp ), Alpha portofolio, Beta portofolio, dan tingkat keuntungan ekspektasi indeks pasar
Menghitung risiko portofolio
Saham yang paling optimal dipilih investor
Gambar 2 Rerangka Konseptual