ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manggis (Garcinia mangostana Linn) 2.1.1 Karakteristik Tanaman Manggis Klasifikasi tanaman manggis adalah sebagai berikut: (Plantamor, 2012) Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Subdivisio
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Sub Kelas
: Dilleniida
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Theales
Famili
: Clusiaceae
Genus
: Garcinia
Species
: Garcinia mangostana L.
Gambar 2.1 Manggis (Wiyarno, 2011).
Manggis merupakan buah tropis yang memiliki nama berbeda-beda. Nama-nama lain itu adalah: Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai 6
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatra Barat), manggih (Minangkabau), mangustang (Halmahera), manggis (Jawa), Mangistan (Belanda), mangosteen (Inggris), mangastane (Jerman), mangostao (Portugis), mangustan (Hindi), mangop, mengut (Burma), mangostan (Perancis), mangusta (Malaysia) (Hartanto, 2011).
2.1.2 Morfologi Tanaman Manggis
Gambar 2.2 Bunga manggis (Matra‟s journal, 2010).
Manggis merupakan tanaman tahunan yang masa hidupnya dapat mencapai puluhan tahun. Pohon manggis selalu hijau dengan tinggi 6-20m. manggis mempunyai batang tegak, batang pokok jelas, kulit batang coklat, dan memiliki getah kuning. Daun manggis tunggal, duduk daun berhadapan atau 6 bersilang berhadapan. Manggis mempunyai bunga betina 1-3 di ujung batang, susunan menggarpu, dan garis tengah 5-6cm. Kelopak daun manggis dengan dua daun kelopak terluar hijau kuning, 2 yang terdalam lebih kecil, bertepi merah atau hampir semua merah. Benang sari mandul (staminodia) biasanya dalam tukal (kelompok). Bakal buah beruang 4-8, kepala putik berjari-jari 4-6. Buah manggis berbentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7cm, ungu tua, dengan kepala putik
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
duduk (tetap), kelopak tetap, dinding buah tebal, berdaging ungu, dengan getah kuning. Biji 1-3, diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair, putih, dapat dimakan (termasuk biji yang gagal tumbuh sempurna). Manggis mempunyai waktu berbunga antara Mei-Januari (Hartanto, 2011).
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Manggis Manggis
merupakan
salah
satu
tanaman
buah
tropika
yang
pertumbuhannya lambat, tetapi umurnya juga panjang. Tanaman yang berasal dari biji umumnya membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah. Tingginya mencapai 10-25 meter dengan ukuran kanopi sedang serta tajuk yang rindang berbentuk piramida (Hartanto, 2011). Tanaman manggis dapat tumbuh baik pada tanah yang kaya bahan organik dengan aerasi yang baik. Tanaman manggis cocok ditanam di daerah tropik. Temperature udara yang cocok adalah 22 - 32ºC. Daerah yang cocok untuk penanaman manggis adalah daerah dengan curah hujan 1250 – 2500 mm/th. Tanaman manggis tidak dapat beradaptasi pada tanah yang berkapur dan alluvial berpasir. Jarak tanam yang baik di lapangan adalah 14 x 14 meter. Jenis tanah yang ideal adalah latosol dan andosol, berdrainase baik, memiliki pH 5,0-7,0 dengan kedalaman lapisan olah tanah 50-200cm. Daun dan buah manggis tahan terhadap sinar matahari, namun tanaman ini memerlukan naungan pada saat masih kecil. Naungan dikurangi seiring dengan semakin tingginya tanaman. Tanaman manggis cocok untuk ditumpangsarikan dengan tanaman buah-buahan lainnya (Setyo, 2009; Masruroh, 2006).
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
Gambar 2.3 Pohon manggis (Attayaya, 2011).
2.1.4 Varietas Manggis Beberapa peneliti menemukan keragaman manggis di lapang, diantaranya Verheij (1999), menyatakan adanya variasi rasa dan ukuran buah manggis di Asia. Mansyah et al (1999), berdasarkan hasil analisis isozim, menunjukkan variabilitas genetik pada manggis Sumatera Barat masih sempit, tetapi variabilitas fenotipnya luas. Hasil penelitian Mansyah (2002), Wulan (2002), Prabowo (2002) dan Purwanti (2002) serta Anggraeni (2003) dan Suhaeri (2003), menyatakan bahwa keragaman morfologi (karakter vegetatif, karakter buah dan pembibitan) yang ada pada sentra-sentra produksi di Jawa diduga merupakan keragaman yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan, sedangkan menurut Chasanah (2005), iradiasi sinar gamma pada biji manggis dapat menyebabkan perubahan karakter morfologi dan anatomi serta perubahan molekulernya (Hartuti, 2008). Manggis di Indonesia ada bermacam-macam varietas. Varietas yang telah ada dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 1995 dengan nomor 21/Kpts/TP.240/I95 adalah varietas kaligesing. Pada tahun 2006 dengan nomor 571/Kpts/SR.120/9/2006 adalah varietas wanayasa. Pada tahun 2007 dengan
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
nomor 301/Kpts/SR.120/5/2007 adalah varietas puspahiang. Pada tahun 2008 dengan nomor 1729/Kpts/SR.120/12/2008 adalah varietas malinau. Tahun 2009 dengan nomor 2087/Kpts/SR.120/5/2009 adalah varietas marel. Dan pada tahun 2010 varietas raya dilepas dengan nomor 2046/Kpts/SR.120/5/2010 (Masruroh, 2006). Banyaknya varietas manggis tidak membedakan kandungan utama xanthone dari buah manggis. Profil xanthone sama untuk semua tipe manggis, jenis xanthone yang utama dalam kulit buah manggis adalah α-mangostine, yang membedakan diantara jenis-jenis xanthone yang teridentifikasi dalam kulit buah adalah kuantitas tiap-tiap derifat xanthones. Pada penelitian ini buah manggis yang digunakan adalah manggis dengan varietas kaligesing, dimana manggis dengan varietas ini banyak ditemukan diberbagai tempat di Indonesia (IPB, 2012).
Gambar 2.4 Manggis varietas Kaligesing (Pemerintahan Kabupaten Purworejo, 2012).
2.1.5 Kandungan Kimia Buah Manggis Lima puluh jenis xanthone berhasil diisolasi dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L), yang pertama diberi nama mangostin yang kemudian dikenal dengan α-mangostin pada tahun 1855 oleh Schmid berwarna kuning, juga ditemukan pada kulit kayu dan getah yang dikeringkan (Chaverri et al, 2008).
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
Bioaktif metabolit sekunder utama dari manggis (Garcinia mangostana L) adalah turunan xanthone. Konstituen utama dari fraksi xanton manggis (Garcinia mangostana L) ditemukan α-mangostin dan γ-mangostin. Lebih dari 60 xanthone diisolasi dari bagian tanaman manggis (Garcinia mangostana L) yang berbeda meliputi β-mangostin, 1-isomangostin, 3-isomangostin, 9-hidroksikalabaxanton, 8-dioksigarTannin, dimetilkalabaxanton, garsinon A, B dan C, garsinon D, garsinon E, garTannin, mangostanol, mangosTannin, dan mangostinon (Ji et al, 2007; Jung et al, 2006; Suksamarn et al, 2002). Alpha-mangostin merupakan konstituen utama dari fraksi xanthone manggis (Garcinia mangostana L). Alpha-mangostin ditemukan pada kulit buah, kulit kayu, dan getah yang dikeringkan berwarna kuning. Senyawa α-mangostin juga
menunjukkan
aktivitas
antijamur
yang
tinggi
terhadap
jamur
Epidermophyton floccosum, Alternaria solani, Mucor sp, Rhizopus sp, Cunninghamella echinulata dan aktivitas antijamur yang sedang terhadap Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis, Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Penicillium sp, Fusarium roseum, dan Curvularia lunata dengan nilai MIC 1 dan 5 μg/mL. MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme (mikroba). Banyak penelitian yang lain juga menunjukkan aktivitas α-mangostin sebagai antioksidan, antitumor, antiviral dan antiinflamasi (Chaverri et al, 2008). Alpha-mangostin efektif melawan Candida albicans dengan minimum inhibitory concentration (MIC) dan minimum fungicidal concentration (MFC) 1000 dan 2000 µg/ml. Aktivitas α-mangostin dalam membunuh Candida albicans lebih efektif dibandingkan dengan clotrimazole dan nystatin. Sitotoksisitas α-
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
mangostin dapat ditentukan, sampai dengan 4000µg/ml tidak toxic pada fibroblast gingiva manusia untuk 8 jam. Aktivitas antijamur yang kuat dan rendahnya toksisitas dari α-mangostin menjadikannya sebagai agen yang menjanjikan untuk perawatan oral candidiasis (Kaomongkolgit et al, 2009).
Gambar 2.5 Struktur kimia senyawa α-Mangostin (Setiyani, 2010).
Nama IUPAC (1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis (3metil-2-butenil)-9H xanten-9-on), rumus molekul : C24H22O6, berat molekul : 410,46 dan kemurnian : >95%, 98%, 99% menggunakan HPLC (Setiyani, 2010). Buah manggis yang berkualitas jelek (buah mulus-kecil, buah yang terkena getah kuning, dan buah manggis yang terkena burik atau luka pada buah) diduga mengandung kadar xanthone yang lebih banyak dibandingkan buah manggis yang berkualitas baik (buah mulus-besar). Buah yang berkualitas jelek ini biasanya akibat dari gangguan luar seperti serangan serangga, kekurangan unsur hara, atau akibat adanya cekaman lingkungan luar. Biasanya tanaman yang mengandung senyawa fenolik seperti manggis akan mengeluarkan suatu senyawa sebagai mekanisme untuk mempertahankan diri terhadap gangguan luar. Xanthone pada tanaman Hypericum perforatum salah satu fungsinya adalah sebagai phytoalexin untuk mencegah serangan patogen (Franklin et al, 2009; Pidianti, 2009).
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
Tannin adalah suatu nama deskriptif umum untuk satu kelompok subtansi fenolik polimer yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal dengan astringent. Tannin terbentuk dari senyawa fenol yang berikatan atau bergabung dengan senyawa fenol yang lain sehingga membentuk polifenol dan pada akhirnya membentuk senyawa tannin. Monomer tannin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tannin terdiri dari campuran senyawa polifenol yang sangat komplek dan biasanya bergabung dengan karbohidrat. Adanya gugus fenol maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehid (Ummah, 2010; Linggawati et al, 2002).
Gambar 2.6 Struktur kimia tannin (Lü et al, 2004).
Tannin merupakan salah satu tipe dari senyawa metabolit sekunder yang mempunyai karakteristik sebagai berikut (Ummah, 2010): 1. Merupakan senyawa oligomer dengan satuan struktur yang bermacam-macam dengan gugus fenol bebas 2. Berat molekul antara 100 sampai 20.000 3. Larut dalam air 4. Mampu berikatan dengan protein dan terbentuk kompleks Tannin-protein
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
Tannin merupakan astringent yang mengikat dan mengendapkan protein berlebih dalam tubuh. Senyawa tannin dalam bidang pengobatan digunakan untuk mengobati diare, hemostatik (menghentikan pendarahan), dan wasir. Penelitian sebelumnya tannin pada sarang semut secara empiris memiliki kemampuan untuk pengobatan, misalnya untuk pengobatan ambeien (wasir) dan mimisan diduga kuat berkaitan dengan kandungan senyawa tannin yang terdapat dalam sarang semut (Ummah, 2010). Huang et al (1998) menyatakan bahwa mekanisme antifungal yang dimiliki tannin adalah karena kemampuannya menghambat sintesis chytin yang digunakan untuk pembentukan dinding sel pada jamur. Menurut Field dan Lettinga (1992), kemampuan inhibisi sintesis chytin yang dimiliki oleh Tannin ini disebabkan karena besarnya daya polimerasi yang terdapat pada gugus hyroxyl di cicin B dalam struktur kimia tannin (Nauli, 2010). Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air, sebagian dapat diekstraksi dengan ethanol 70%, dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau ammonia. Senyawa fenol sangat cepat membentuk kompleks dengan protein, akibatnya dapat menimbulkan kerusakan membran dan menghambat kerja enzim (Engriyani, 2012; Rochani, 2009).
Gambar 2.7 Struktur dasar flavonoid (Urquiaga and Leighton, 2000).
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
Saponin merupakan glikosid aktif dengan karakteristik berbusa. Saponin banyak dihasilkan dari tanaman. Saponin terklasifikasi menjadi hydrolysis yielde glycon (gula) dan aglikon (sapogenin). Menurut struktur pada aglikon, saponin terbagi menjadi saponin jenis asam dan saponin jenis netral. Saponin jenis netral adalah turunan dari steroid dengan rantai pada sisi spiroketal yang hampir secara eksklusif ada pada tanaman jenis angiospermae monokotil, sedangkan saponin jenis asam memiliki struktur tipe tripenoid yang umum terdapat pada tanaman jenis angiospermae dikotil (Sapna et al, 2009).
Gambar 2.8 Struktur kimia saponin (Osbourne and Lanzotti, 2009).
Saponin adalah salah satu jenis terpenoid yang bisa memberikan aktivitas antimikroba, hal tersebut dibuktikan apabila ada peningkatan kandungan saponin pada suatu tanaman, maka tanaman tersebut semakin bisa melindungi diri dari serangan mikroba. Salah satu jenis dari saponin disebut saponin bidesmosidik, merupakan saponin yang tidak larut air dan berfungsi sebagai alat transport dari bagian tanaman yang tidak terserang mikroba (contoh: daun) ke bagian tanaman yang terserang mikroba (contoh: akar, biji). Ketika jaringan tanaman terluka, enzim tertentu dikeluarkan oleh tanaman bereaksi dengan saponin bidesmosidik yang akam berubah menjadi derivat monodesmosidik, sehingga saponin bisa
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
memberikan pertahanan untuk melawan serangan mikroba pada jaringan tanaman yang terinfeksi (Osbourne and Lanzotti, 2009).
2.1.6 Manfaat Manggis Bagi Kesehatan Ekstrak manggis (mempunyai aktivitas antioksidan, antitumor, antialergi, antiinflamasi, antibakteri, dan antiviral. Kulit buah manggis mempunyai aktivitas antioksidan, antitumor, antialergi, antiinflamasi, antibakteri, antijamur, dan antiviral. Kulit manggis dapat juga digunakan sebagai obat anti asma, alzheimer, jerawat, disentri, diare, bronchitis, pneumonia, Parkinson, bisul, osteoporosis, HIV, asam urat, menurunkan kadar kolesterol, dan anti depresi, menekan perkembangan virus HIV sehingga penyebaran virusnya tidak meluas ke sel-sel yang lainnya (Chaverri et al, 2008; Nugroho, 2008).
2.2 Candida albicans 2.2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Candida albicans Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang menghasilkan pseudomisellium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Ragi ini adalah anggota flora normal selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genital wanita (Jawetz et al, 2005). Menurut Jones et al (2004) klasifikasi Candida albicans adalah sebagai berikut:
SKRIPSI
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Subphylum
: Ascomycotina
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kelas
: Ascomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Famili
: Saccharomycetaceae
Genus
: Candida
Species
: Candida albicans
17
2.2.2 Morfologi Candida albicans Candida albicans merupakan jamur yang tergolong ke dalam kelompok khamir (yeast). Khamir umumnya berdifat uniseluler. Jamur Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena memiliki kemampuan untuk tumbuh dalam dua fase yang berbeda yaitu fase khamir (sel tunggal) dan fase hifa (membentuk miselium). Fase khamir sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan fase hifa menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu (pseudohifa). Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µm x 3-6 µm hingga 2-5,5 µm x 5-28 µm (Engriyani, 2012; Tjampakasari, 2006). Dua tes morfologi sederhana membedakan Candida albicans yang paling patogen dari spesies Candida lainnya yaitu setelah inkubasi serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37ºC, sel-sel ragi Candida albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau tabung benih dan pada media yang kekurangan nutrisi Candida albicans menghasilkan chlamydospora bulat dan besar. Candida albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas; asam dari sukrosa; dan tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini, bersama dengan sifat-
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
sifat koloni dan morfologi, membedakan Candida albicans dari spesies Candida lainnya (Jawetz et al, 2005).
Gambar 2.9: Karakteristik mikrobiologi Candida albicans menggunakan fotomikrograf (Tambe, 2005).
Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH di bawah 5 atau dalam keadaan asam. Jamur ini dapat tumbuh dalam pembenihan pada suhu 28ºC - 37ºC. Candida albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada Candida albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob (Tjampakasari, 2006). Dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau ethanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menhasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi,
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
karbohidrat dipakai oleh Candida albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel (Jawetz et al, 2005; Tjampakasari, 2006). Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400nm. Menurut Segal & Bavin (1994) dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda: (Tjampakasari, 2006)
1
2 1 3 4 5 6
Gambar 2.10: Skema dinding sel Candida albicans. 1) Fibrillar layer. 2) mannoprotein. 3)β glucan. 4) β glucan-chitin. 5) mannoprotein. 6) Plasma membrane (Tjampakasari, 2006).
Terdapatnya membran sterol pada dinding sel memegang peranan penting sebagai target antimikotik dan kemungkinan merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dinding sel. Mitokondria pada Candida albicans merupakan pembangkit daya sel. Dengan menggunakan energi yang
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
diperoleh dari penggabungan oksigen dengan molekul-molekul makanan, organel ini memproduksi ATP (Tjampakasari, 2006).
2.2.3 Patogenitas Jamur Candida albicans Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, usus, kulit dan dibawah kuku orang sehat. Candida albicans bisa menyebar jika kontak dengan pasien yang terkena candidiasis. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. bentuk jamur didalam tubuh dianggap dapat berhubungan dengan sifat jamur, yaitu sebagai mikroorganisme tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Terjadinya kedua bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu percobaan diluar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa (Jawetz et al, 2005; Tjampakasari, 2006). Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pada candidiasis akut biasanya hanya terdapat blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan miselium. Candidiasis di permukaan organ dalam biasanya hanya mengandung blastospora yang berjumlah besar, namun pada stadium lanjut tampak hifa. Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, missalnya dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit (Tjampakasari, 2006).
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
Pada orang yang sehat, Candida albicans umumnya tidak menyebabkan masalah apapun dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktorfaktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu: patogenitas jamur dan faktor host. Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Candida adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Candida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Candida terhadap sel host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas Candida albicans (Kusumaningtyas, 2005; Akpan and Morgan, 2002). Faktor host sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat menurunkan jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya oral candidiasis karena efek pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari Candida. Hal ini menyebabkan oral candidiasis dapat terjadi pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor resiko timbulnya oral candidiasis. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas menderita infeksi Candida, hal ini disebabkan pH yang rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Candida tumbuh pesat. Selain disebabkan faktor lokal, candidiasis juga dapat dihubungkan dengan
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
keadaan sistemik, yaitu usia, penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi (Scardina et al, 2007; Akpan and Morgan, 2002). Candida albicans dapat memasuki aliran darah dengan invasi langsung dari epitel setelah kerusakan jaringan atau oleh penyebaran dari biofilm yang terbentuk pada perangkat medis yang dimasukkan ke organ pasien, misalnya kateter, implant gigi, endoprostheses, sendi buatan atau central nervous system shunt. Kemudian sel-sel ragi menyebar bersama aliran darah dan menginfeksi hampir semua bagian organ dalam, termasuk paru-paru, ginjal, jantung, liver, limpa, dan otak, menyebabkan fungaemia dan septikemia yang mengancam jiwa (Kuleta et al, 2009; Mavor et al, 2005).
2.3 Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Candida albicans Ekstrak kulit manggis yang mengandung α-mangostin, tannin, dan flavonoid berperan dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. αmangostin yang merupakan kandungan terbesar dalam buah manggis efektif melawan Candida albicans dengan minimum inhibitory concentration (MIC) dan minimum fungicidal concentration (MFC) 1000 dan 2000 µg/ml. Aktifitas αmangostin dalam membunuh Candida albicans lebih efektif dibandingkan penggunaan obat clotrimazole dan nystatin. Alpha-mangostin bekerja dengan cara fungistatik yaitu dengan menghambat biosintesis dari ergosterol pada jamur. Ergosterol merupakan lemak sterol yang ditemukan pada membran sel fungi yang berfungsi layaknya kolesterol pada hewan. Kerusakan ergosterol pada jamur ini
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
dapat menyebabkan kerusakan struktur dan gangguan pada fungsi serta aktivitas jamur untuk melakukan pertumbuhan.. Hal ini menyebabkan lisisnya sel Candida albicans
(Kaomongkolgit et al, 2009; Asdim, 2007; Chaverri et al, 2008;
Suksamrarn et al, 2002). Tannin pada ekstrak kulit buah manggis berperan dalam menghambat sintesis chytin yang digunakan untuk pembentukan dinding sel pada Candida albicans. Menurut Field dan Lettinga (1992), kemampuan inhibisi sintesis chytin yang dimiliki oleh tannin ini disebabkan karena besarnya daya polimerasi yang terdapat pada gugus hydroxyl di cincin B dalam struktur kimia tannin (Nauli, 2010). Kandungan flavonoid dalam ekstrak kulit manggis dapat menyebabkan rusaknya dinding sel dan menghambat kerja enzim dari Candida albicans. Hal ini disebabkan flavonoid yang mudah berikatan dengan dinding sel Candida albicans. Flavonoid juga dapat mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga pertumbuhan jamur terhenti atau sampai jamur tersebut mati (Hannifa, 2012). Saponin berperan sebagai surfaktan/sabun atau detergen (Bahan aktif permukaan). Sifat surfaktan saponin dapat menyebabkan kematian sel dengan menyerang lapis batas sel. Mekanisme tersebut melalui pembentukan ikatan senyawa polar saponin dengan lipoprotein dan ikatan gugus non polar saponin dengan lemak yang dapat menyebabkan gangguan permeabilitas membran sitoplasma. Selanjutnya terjadi gangguan fungsi sel akhirnya sel menjadi lisis dan mati (Fitrawati, 2007).
SKRIPSI
DAYA ANTIFUNGAL EKSTRAK ...
FRANCISKA FORTUNATA