31
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kunjungan K4 Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.Istilah kunjungan, tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau posyandu (Niken, 2009). Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidakmengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di posyandu (Depkes RI, 2007). Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I, minimal 1 kali pada triwulan II, dan minimal 2 kali pada triwulan III. Ditingkat pelayanan dasar, pelayanan perawatan kehamilan terdiri dari 3 aspek pokok yaitu : 1.
Aspek medis, yang meliputi diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini, pemberian terapi dan intervensi sesuai dengan diagnosis.
10
32
2.
Penyuluh, komunikasi dan motivasi ibu hamil yang meliputi : penjagaan kesehatan diri dan janinnya, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor resiko yang dimiliki ibu serta pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
3.
Rujukan, yaitu ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ketempat pelayanan yang mempunyai fasilitas lebih lengkap ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap trisemester, sedangkan trisemseter terakhir adalah sebanyak dua kali (Manuaba, 2001). Setiap ibu hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal : 1. Satu kali kunjungan selama trisemester pertama (sebelum 14 minggu) 2. Satu kali kunjungan selama trisemester kedua (antara 14-28 minggu) 3. Dua kali kunjungan selama trisemester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu 36) Jelaskan kepada ibu hamil bahwa perlu diadakan pemeriksaan secara teratur, makin
tua
usia
kehamilannya,
makin
cepat
pemeriksaan
harus
diulang
(Prawirohardjo, 2007). Pada setiap kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi yang sangat penting, seperti asuhan maternal (Standar Pelayanan Kebidanan, 2001) : 1.
Kunjungan Trimester Pertama (sebelum minggu ke 14) Informasi penting : a.
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil
33
b.
Mendeteksi masalah dan menanganinya
c.
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
e.
Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan sebagainya)
2.
Kunjungan Trimester Kedua (sebelum minggu ke 28) Informasi penting sama seperti informasi pada kunjungan pertama, ditambah kewaspadaan khusus mengenal preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)
3.
Kunjungan Pertama Trimester Ketiga (1 kali antara 28-36 minggu) Informasi penting sama seperti informasi trimester sebelumnya, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
4.
Kunjungan Kedua Trimester Ketiga (1 kali setelah 36 minggu) Informasi penting
sama seperti informasi trimester sebelumnya, ditambah
deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
34
Beberapa kemungkinan penyebab ibu tidak memeriksakan kehamilannya yaitu : 1.
Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu; karena hal itu hak suami atau mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan dan hanya mengandalkan cara-caratradisional.
2.
Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tidak memungkinkan kerahasiaan, harus menunggu lama atau perlakuan petugas yang kurang memuaskan. (petugas tidak melakukan asuhan sayang ibu)
3.
Beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan kehamilannya, maka ibu tidak melakukannya.
4.
Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan maupun bagi bidan untuk mendatangi mereka.
5.
Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya.
6.
Takhyul atau keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada petugas kesehatan.
7.
Ketidak percayaan dan ketidaksenangan pada tenaga kesehatan secara umum beberapa anggota masyarakat tidak mempercayai semua petugas kesehatan pemerintah.
8.
Ibu dan atau anggota keluarganya tidak mampu membayar atau tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilan.
35
2.2
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
Ibu
Hamil
dalam
Melakukan
2.2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orangtua, buku, dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010) Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng (Friedman, 2005). Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan Antenatal Care(K1 dan K4) dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008). Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan. Jika pengetahuan ibu baik tentang persalinan, maka akan lebih siap dalam menghadapi persalinan. Hasil penelitian Salman (2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dengan K4 ibu hamil. Salman (2013) dalam
36
penelitiannya menyatakan rendahnya kunjungan K4 disebabkan masih kurangnya informasi dan pengetahuan ibu hamil, bersalin, dan nifas tentang gejala kehamilan dan jadwal pemeriksaan. 2.2.2 Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniati menyatakan ada hubungan antara sikap dengan K4. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa sebagian ibu hamil mempunyai sikap yang positif mengenai K4, tetapi untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan menemui banyak hambatan seperti jarak ke fasilitas kesehatan cukup jauh, kurangnya dukungan dari keluarga terutama suami, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat dan sistem nilai masyarakat juga menghambat ibu untuk periksa hamil. 2.2.3 Pendidikan Menurut Sufarlan (2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya
37
Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya suatu penyuluhan kesehatan terhadap ibu karena kurang menyadari pentingnya informasi-informasi tentang kesehatan khususnya kesehatan pada saat ibu hamil, baik menyangkut kebersihan dan makanan bergizi. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide atau teknologi (Manuaba, 2001) Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari pendidikan kesehatan. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah memerima gagasan baru. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya (Rohan dan Siyoto, 2013).
38
Hasil penelitian Kasim (2007) menyatakan hubungan yang bermakna antara pendidikan terhadap rendahnya angka cakupan K4 di Desa Sukarame Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur. 2.2.4 Umur Umur (usia) adalah masa individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam 2001). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya pemeriksaan kehamilan. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35 tahun, dibawah dan
diatas
usia
tersebut
akan
meningkatkan
resiko
kehamilan
maupun
persalinan.Masalah yang masih banyak dijumpai pada kehamilan dan persalinan adalah status biologis wanita yang meliputi perkawinan usia muda kurang dari 20 tahun dan banyaknya wanita hamil pada usia 35 tahun (Manuaba, 2001). Kehamilan yang terjadi pada wanita dibawah 20 tahun merupakan kehamilan yang banyak menghadapi risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan dini dan banyak yang memiliki pengetahuan yang terbatas atau kurang percaya diri untuk mengakses system pelayanan kesehatan yang mengakibatkan kunjungan pelayanan antenatal yang terbatas yang berperan penting terhadap terjadinya komplikasi,
39
sehingga pada kelompok usia ini diperlukan motivasi untuk memeriksakan kehamilan secara teratur (Waspodo, 2007). Kehamilan pada umur 20-34 tahun memiliki resiko yang lebih rendah terhadap kesakitan dan kematian selama proses kehamilan dan persalinan daripada kelompok umur dibawah 20 tahun atau di atas dan berkisar 35 tahun (BKKBN, 2013). Risiko yang lebih rendah terhadap kesakitan dan kematian selama kehamilan dan persalinan bisa menyebabkan kurangnya keinginan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke tempat pelayanan pemeriksaan kehamilan. Kelompok umur 2004 tahun termasuk kelompok umur dewasa muda. Hasil penelitian Pangemanan (2014) menyatakan terdapat hubungan antara karakteristik ibu hamil (umur) dengan pemanfaatan kesehatan K4. 2.2.5 Ekonomi Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, tingkat ekonomi keluarga rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah ibu hamil kekurangan energi dan protein (KEK) hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan Menurut penelitian Pribadi (2008) meskipun faktor ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap saran tenaga kesehatan, namun kemampuan seseorang untuk membeli obat dari kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga kesehatan. Biaya pembelian
40
obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan. Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang khasiatnya. Hasil penelitian Kasim (2007) menyatakan hubungan yang bermakna antara ekonomi terhadap rendahnya angka cakupan K4 di Desa Sukarame Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian Astuti (2014) menyatakan ada hubungan status ekonomi pengetahuan ibu dengan kunjungan K4. 2.2.6 Geografis Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil(Depkes RI, 2008). Teori Andersen dan Newman (2005) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan komponen pendukung yang menyebabkan masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan.Penelitian Adri (2008) juga menemukan bahwa ada pengaruh antara faktor geografis (jarak, waktu tempuh, dan sarana transportasi) terhadap K4. 2.2.7 Dukungan Suami dan Keluarga Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam lingkungan keluarga dan budaya yang kompleks atau bermacam-macam. Pada kenyataanya peranan suami dan keluarga sangat besar bagi ibu hamil dalam mendukung perilaku
41
atau tindakan ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Teori Snehendu B. Kar (Notoatmodjo, 2010) menyimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya dukungan masyarakat sekitarnya (social support). Dukungan keluarga terhadap ibu hamil ditunjukkan dengan selalu mengingatkan jadwal pemeriksaan kehamilan, mengantar ibu untuk memeriksakan kandungannya, mengingatkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi dan tablet Fe, serta menyiapkan biaya bagi ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya. Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan. 2.2.8 Paritas Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005). Menurut Wiknjosastro (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka makin kurang baik endometriumnya. Hal ini diakibatkan oleh vaskularisasi yang
42
berkurang ataupun perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau sehingga dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa. Murniati (2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian Salman (2013) menyatakan terdapat hubungan antara paritas dengan rendahnya K4 ibu hamil. 2.2.9 Interval Kelahiran Interval kelahiran adalah jarak kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya (Depkes R1, 2007). Jarak kehamilan >2 tahun merupakan jarak kehamilan yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal jika ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. Interval kelahiran merupakan prediktor pada pemanfaatan pelayanan K4. Hasil penelitian Burhaeni (2013) menyatakan variabel paritas pada ibu hamil dengan interval kelahiran <2 tahun berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan k4. 2.2.10 Dukungan Petugas Kesehatan Menurut Depkes RI (2008), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Menurut Sarfino (2002) dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informasi, dimana perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas kesehatan) memberikan informasi yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan.
43
Bidan desa memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan AKI yaitu sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Desa, akan tetapi banyak bidan desa yang diturunkan ke desa belum memiliki pengalaman kerja sehinga belum dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama dalam pemeriksaan kehamilan (K1-K4) secara optimal dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah. Hasil penelitian Musyanat (2011) menyatakan rendahnya cakupan pemeriksaan K4 pada ibu hamil dipengaruhi oleh peran petugas kesehatan. 2.2.11 Penyakit yang Diderita Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal. Penyakit yang diderita ibu baik sejak sebelum hamil ataupun sesudah kehamilan. Kondisi ibu mempunyai hubungan dengan pemanfaatan antenatal karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri ibu ditambah dengan adanya keluhankeluhan penyakit yang dialami selama kehamilan membuat ibu cemas dengan keadaan dirinya sehingga memeriksakan kehamilannya ke tempat pelayanan kesehatan.
44
2.2.12 Kehamilan Masa Lalu Riwayat kehamilan masa lalu yang pernah diderita seperti normal dan tidak normal akan memengaruhi kehamilan berikutnya atau menjadi faktor risiko yang mungkin ada pada ibu. Ibu yang mengalami masalah pada kehamilan sebelumnya akan lebih memeriksakan kehamilan.Riwayat kehamilan merupakan keadaan-keadaan yang dialami oleh ibu pada kehamilan sebelumnya. Keadaan yang alami pada kehamilan sebelumnya mendorong ibu untuk lebih berhati-hati dalam merawat kehamilannya sehingga ia akan tergerak untuk memanfaatkan pelayanan antenatal. Hasil penelitian Burhaeni (2013) menyatakan ada hubungan antara riwayat kehamilan sebelumnya dengan pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan. Besarnya
keeratan hubungan dapat dilihat dari koefisien sebesar 0,239. Hal ini
berarti hubungan lemah atau dapat dikatakan bahwa variabel riwayat kehamilan sebelumnya
berkontribusi
hanya
23,9%
terhadap
pemanfaatan
pelayanan
pemeriksaan kehamilan.
2.3 Landasan Teori Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2010) dalam Behavioral model of families use of health services, perilaku orang sakit berobat ke pelayanan kesehatan secara bersama dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor kebutuhan (need factors). Faktor-faktor tersebut digambarkan sebagai berikut.
45
1. Faktor predisposisi adalah ciri-ciri yang telah ada pada individu dan keluarga sebelum menderita sakit, yaitu pengetahuan, sikap dan kepercayaan terhadap kesehatan. Faktor predisposisi berkaitan dengan karakteristik individu yang mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, dan paritas. 2. Faktor pemungkin adalah kondisi yang memungkinkan orang sakit memanfaatkan pelayanan kesehatan, yang mencakup status ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada, dan penanggung biaya berobat. Faktor pemungkin berkaitan dengan status ekonomi serta keterjangkauan pelayanan kesehatan. 3. Faktor kebutuhan adalah kelengkapan ketersediaan pelayanan kesehatan. Faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatanadalah komponen predisposing (predisposisi seseorang untuk memakai pelayanan), komponen enabling (kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan) dan komponen need (kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan). Model pemanfaatan pelayanan kesehatan dihubungkan oleh faktor predisposing yaitu susunan keluarga, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan, seperti: umur ibu, paritas, jarak kelahiran, pendidikan, pengetahuan, sikap, dan faktor enabling adalah sumber keluarga dan sumber masyarakat, seperti: dukungan suami, ekonomi keluarga, pembayaran, ongkos, waktu, ketersediaan pelayanan, jarak, sedangkan faktor need adalah sakit atau penyakit dan responterhadap penyakit seperti riwayat, keluhan, persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan dan Hb.
46
Presdiposing
Enabling
Need
Demography
Family Resources
Perceived
Health service Use
Sosial struktur Community Resources
Evaluated
Health belief Gambar 2.1 Ilustrasi Model Anderson Sumber : Notoatmodjo.2010
Kompenen Predisposisi 1. Umur 2. Paritas 3. Interval kelahiran 4. Pendidikan 5. Pengetahuan 6. Sikap
Komponen Pemungkin 1. Dukungan Suami 2. Ekonomi Keluarga 3. Pembayaran 4. Dukungan tenaga kesehatan 5. Ketersediaan pelayanan 6. Jarak
Komponen Kebutuhan 1. Riwayat Kehamilan 2. Keluhan/ penyakit yang diderita 3. Rencana pengobatan 4. Hb
Gambar 2.2 Landasan Teori Anderson (1968) Sumber: Notoatmodjo. 2010
Pemanfaatan pelayanan kesehatan
47
2.4 Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor Predisposisi 1. Umur 2. Paritas 3. Interval kelahiran 4. Pendidikan 5. Pengetahuan 6. Sikap Faktor Pemungkin 1. Dukungan Suami 2. Penghasilan 3. Pembayaran pemeriksaan K4 4. Dukungan petugas kesehatan 5. Ketersediaan pelayanan 6. Jarak pelayanan
Pemeriksaan K4 pada ibu hamil usia kehamilan ≥ 36 minggu
Faktor Kebutuhan 1. Penyakit yang diderita 2. Kehamilan masa lalu 3. Rencana pengobatan 4. Anemia
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan
kerangka
konsep
tersebut
maka
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pemeriksaan K4 ibu hamil usia ≥ 36 minggu adalah faktor predisposisi (umur, paritas, interval kelahiran, pendidikan, pengetahuan dan sikap), faktor pemungkin (dukungan suami, penghasilan, pembayaran pemeriksaan K4, dukungan petugas kesehatan, ketersediaan pelayanan, dan jarak pelayanan) dan faktor kebutuhan (penyakit yang diderita, kehamilan masa lalu, rencana pengobatan dan anemia).