BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Genangan Pasang dan Surut Pada Badan Air 2.1.1. Definisi Pasang Surut Merupakan fenomena penggerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari ,bumi,dan bulan. Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Waktu periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit .
Gambar 2.1. Fenomena Air Pasang (Sumber :Pantai, Wikipedia, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.Daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode 24 jam.(Priyana,1994). 2.1.2. Penyebab Terjadinya Pasang Surut Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Diposaptono 2007). 2.1.4. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut Beberapa alat pengukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Tide Staff. Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. Syarat pemasangan papan pasang surut adalah : a.
Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air
b.
Sungai (aliran debit air).
c.
Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
d.
Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus
e.
Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan
f.
Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
g.
Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
h.
Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah (Diposaptono, 2007).
2.1.6 Fenomena Pasang Surut Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa naikturunnya permukaan air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala, maka apabila dipasang alat tolok ukur pasang surut secara merata di dunia, dan dilakukan pengukuran setiap interval satu jam, kemudian hasil pengukuran ini digambarkan menjadi grafik, maka diperoleh gelombang harmonik.
Universitas Sumatera Utara
Pada grafik tersebut menunjukkan terjadinya air tertinggi setiap 12 jam 25 menit, atau setengah hari siderius (sidereal day), sedang air terendah akan terjadi setelah 6 jam 12,5 menit dari kedudukan air pasang. Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). (Alben, 2009).
Gambar 2.2. Proses Terjadinya Pasang Surut Akibat Pengaruh Pergerakan Bulan Mengelilingi Bumi Sumber : Alben, 2009, Teori Pasang Surut Selain keadaan di atas, apabila bulan berada pada deklinasi 20º utara dan keterlambatan waktu antara tinggi air pada saatperhitungan hanya pada bumi bagian utara, ketika air tertinggi saat itu akan terjadi pada titik X dan Y serta air terendah akan terjadi di titikA. Dengan demikian, titik-titik yang berada pada garis sejajar 20º
Universitas Sumatera Utara
lintang utara berturut-turut pada titik C, maka terjadinya air pasang maksimum, Titik D air surut dan titik E air pasang tetapi pada waktu ini air tidak lagi setinggi permukaan air di titik C. Sedangkan pada titik A dan A´ yang berada pada lintang 90º posisi air paling rendah. Pada titik D mengambil masa yang lebih panjang untuk surut dibandingkan sewaktu air naik, hal ini karena titik D lebih dekat dengan titik E.
2.2. Air 2.2.1. Definisi Air Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Sebuah molekul air yang terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H. Molekul air yang satu dengan molekul-molekul air yang lainnya bergabung dengan satu ikatan hydrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain (Rukaesih, 2004). Air sangat penting bagi kehidupan manusia.yang berarti besar sekali peranannya bagi kesehatan manusia.Kekurangan cairan dalam tubuh akan menyebabkan kematian. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badannya terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80 % ( Notoatmodjo, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Sumber Air Air yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi: (Budiman, 2006). 1. Air Angkasa ( Hujan) Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cendrung mengalaimi pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas , misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia. 2. Air Permukaan. Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. 3. Air Tanah Ait tanah ( ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. 2.2.3. Penggolongan Air Air pada sumber air menurut kegunaan / peruntukannya digolongkan menjadi: (Rukaesih, 2004).
Universitas Sumatera Utara
1. Kelas I Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2. Kelas II Air yang dapat dipergunakaan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga. 3. Kelas III Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan perternakan 4. Kelas IV Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaat untuk usaha industri dan listrik Negara. . 2.2.4. Karakteristik Air Karakteristik air sungai perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air sungai ini digolongkan menjadi: 1. Karakteristik fisik Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayuran, bagian-bagian tinja, dan sebagiannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Karakteristik kimiawi Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia an-organik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya, pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cendrung bau asam apabila sudah memulai membusuk. 3. Karakteristik bakteriologi Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan (Notoatmodjo,2007). 2.2.5. Kualitas Air Kelayakan air dapat di ukur secara kualitas dan kuantititas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang mencangkup kualitas fisik, kimia dan biologis (Arya, 2005). 1. Kualitas fisik Syarat-syarat sumberair yang bisa digunakan sebagai berikut adalah sebagai berikut: a. Kekeruhan Kekeruhan dapat di timbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri, Air jernih tidak keruh, tidak mengandung butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat.
Universitas Sumatera Utara
b. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang bewarna dan senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan .air yang kwalitasnya baik, bersifat Jernih, tembus pandang, tidak bewarna. c. Bau Bau dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta adanya gas seperti H 2 S yang terbantuk dalam kondisi anaerobik dan akibatnya senyawasenyawa organik tertentu. Air yang kwalitasnya baik tidak berbau dan berasa. d. Temperatur normal Kenaikan temperature air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen yang rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Air yang baik memiliki temparatur sama dengan temperatur udara (20 -26 0C) e. Zat padat terlarut Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk sehingga dapat menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Bahan padatan adalah bahan yang tertinggal sebagai resedu pada penguapan air. 2. Kualitas kimia Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan sebagai berikut (Haryadi, 2004).
Universitas Sumatera Utara
a. BOD (Biological Oxygen Demand) (BOD)
menunjukkan
jumlah
oksigen
terlarut
yang
dibutuhkan
oleh
mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air dengan memakai ukuran proses biokimia yang terjadi di dalam larutan air limbah tersebut. Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. BOD adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan untuk mendegradasi bahan organik yang dikandungnya, sekaligus merupakan gambaran bahan organik mudah urai (biodegradable ) yang ada dalam air atau perairan yang bersangkutan (Haryadi, 2004). b. COD (Chemical Oxygen Demand) COD ( Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada (Haryadi, 2004).
Universitas Sumatera Utara
c. pH Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi, beberapa senyawa asam dan basah lebih toksik dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut di pengaruhi oleh pH yang diukur dengan pH meter atau lakmus, air murni mempunyai pH 7. d. Tidak mengandung bahan kimia beracun unsur senyawa kimia beracun yang rendah bersifat toksik bagi manusia, sehingga perlu pembatasan yang dampak negative lain yang timbul adalah timbulnya rasa dan bau akibat oksidasi oleh oksigen terarut. Air yang berkualitas tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, fenolik dll. e. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Cl, Cr, dan lain-lain. f. Kesadahan rendah kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya kation logam yang berhubungan dengan garam-garam terlarut dalam air terutama garam Ca dan Mg, kualitas bakteriologi. Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian sabun dan dapat memberikan rasa yang segar. Adanya kesadahan dalam air dimana pemakaian air untuk industri tidaklah di kehendaki lagi.Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air (Arya, 2001).
Universitas Sumatera Utara
3. Kualitas biologi Air tidak boleh mengandung Coliform.Air yang mengandung golongan coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia atau kotoran hewan.Kuman E.coli dijadikan indikator pada sampel air karena lebih tahan lama berada dalam air dibandingkan dengan kuman bakteri lainnya (Sutrisno, 2004).Kepmenkes RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan bakteriologis air minum adalah dilihat dari Colifrom per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperolehkan adalah 0. 2.2.6. Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan dan Lingkungan 1. Dampak terhadap kesehatan Peran air sebagai pembawah penyakit menular bermacam-macam antara lain air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, sebagai sarang insekta penyebar penyakit, sebagai media untuk vektor penyakit. Ada beberapa penyakit yang masuk dalam kategori water borne diseases atau penyakit-penyakit yang di bawah oleh air antara lain gatroenteristis, disentry, cholera, hepatitis A, polio melitis, typhus abdominalis, aschariasis, taeniasis, schistosomiasis, penyakit kulit. Mengingat air dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit, maka untuk mengurangi timbulnya penyakit atau menurunkan angka kematian salah satu usahanya meningkatkan penggunaan air yang memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolesme mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, jangan sampai tubuh kekurangan cairan yang mengakibatkan kematian contoh penderita gastroenteristis dan kolera. (Totok, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2. Dampak terhadap lingkungan Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai, pengrusakan hutan akibat hujan asam dan sebagainya. Di badan air sungai nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali di sebut eutrofikasi.Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen tersebut di gunakan bersama oleh seluruh hewan dan tumbuhan air menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen akibatnya ikan akan mati dan aktifitas bakteri akan menurun (Achmadi, 2010). 2.2.7. Hubungan Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat dikalsifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia terjadi akibat mengkonsumsi air sungai yang tercemar dengan kualitas yang buruk, baik secara langsung diminum atau melalui makanan, serta akibat penggunaan air yang tercemar untuk kegiatan sehari-hari memasak, mencuci, serta MCK. Kualitas air baik secara fisik kimia dan biologis berdampak terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan menggunakan air sungai. 2.2.7.1 Hubungan Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat Kualitas fisik air sungai dapat dilihat dari indikator bau, kekeruhan, suhu, warna, dan jumlah zat padat yang terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam
Universitas Sumatera Utara
anorganik dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah maka kesadahan air akan naik. Zat organik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri dan limbah domestik rumah tangga. Hal ini berdampak buruk terhadap badan air dan dapat menyebabkan kekeruhan air sungai. Air yang keruh sulit didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga berdampak terhadap kesehatan (Soemirat, 2001). Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang tidak sejuk atau berlebihan dari suhu air yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat atau zat organik, sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2001). Deterjen merupakan limbah permukiman yang paling potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuaraikan oleh bakteri.Sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama.Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali mennyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup, sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintetis. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria menentukan baik buruknya kualitas air ditentukan oleh banyaknya bakteri coliform dalam air. Bakteri ini terdapat dalam limbah manusia dan binatang. Walaupun bakteri coliform tidak menimbulkan penyakit tetapi kehadiran bakteribakteri ini dalam air sebagai indikator adanya bakteri-bakteri dan virus penyebab penyakit dalam air. Seperti bibit penyakit tipus, kolera, disentri dan penyakit-penyakit lainnya penularannya bersumber dari air. 2.2.8Penyakit Menular dalam Air Banyak penyakit ditularkan kepada manusia melalui air yang terkontaminasi, tetapi dengan adanya peningkatan dan pengembangan atas air limbah, perlindungan dan penyehatan air, keberadaan penyakit-penyakit infeksi bersumber dari air telah berkurang di Negara-Negara maju. Achmadi (2011), mengklasifikasikan penyakit-penyakit bersumber dari air atas dasar pertimbangan epidemik yang ditimbulkan, yaitu: 1) Waterborne disease: bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum yang terkontaminasi seperti kolera, tipus dan lain-lain 2) Water-Washed disease : penularan bibit penyakit erat hubungannya dengan sanitasi buruk dan kebiasaan-kebiasaan kotor dan tidak cukupnya air untuk kebersihan dan untuk mandi. Timbul penyakit pada mata dan jaringan kulit seperti trachoma, dermatitis, infeksi konjuctivitas, scabies dan penyakit-penyakit disendtri (diarrchea)
Universitas Sumatera Utara
3) Water-Based diseases: kuman pathogen berada dalam air atau tergantung pada orgaisme aquatic untuk kelangsungan hidupnya. Contoh, schistosomiasis, ditularkan melalui kontak dengan air tercemar schistosomiasis. 4) Water-Vectored : penyakit-penyakit demam kuning, dengue, filariasis, malaria dan penyakit tidur ditularkan oleh serangga yang bertelur dalam air seperti nyamuk atau serangga yang menggigit dekat seperti cacing filariasis, lalat dan sebagainya Penduduk yang baru memasuki lingkungannya akan beradaptasi sehingga menjadi biasa terhadap lingkungannya. Rangsangan-rangsangan berlangsung secara konstan sehingga reaksi terhadap rangsangan akan semakin kecil, lama kedalaman akan menjadi terbiasa terhadap lingkungannya. 2.3. Lama Menetap di Pinggir Sungai Seseorang yang disuatu tempat mempunyai rasa memiliki di daerah yang ditempatinya. Ada asumsi bahwa semakin lama tinggal seseorang disuatu daerah maka semakin peduli terhadap apa yang ada di sekitarnya, yaitu dengan memanfaatkan sumber daya apa yang ada di daerahnya tersebut. Seseorang yang telah lama tinggal disuatu tempat dan mereka telah memiliki rumah atau tempat tinggal sendiri, maka rasa memiliki apa yang ada di sekitarnya akan lebih besar dari pada mereka yang menyewa. Pada saat sekarang pelaksanaan peran serta masyarakat masih sering dihubungkan dengan hanya memberi sumbangan atau turut bekerja dalam suatu kegiatan (Sastropoetro, 1988).
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Sri Sutiyanti (2009) pola hubungan yang dapat diprediksikan adalah semakin lama tinggal di DAS maka semakin tinggi peran sertanya dalam memelihara kebersihan lingkungan dan kelestarian sungai. Menurut analisis hakim, (2010) menyebutkan : 1. Sekitar 49% atau sebagian besar masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih mencapai jarak tempuh antara 100-1000 m dan waktu tempuh antara 530 menit, yaitu masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air kemasan isi ulang yang dibeli di depot air isi ulang dan dari air kali dengan cara mengambil dan mengangkut sendiri ke rumah atau langsung di kali. 2. Sekitar 28% masyarakat di permukiman mendapatkan air bersih mencapai jarak tempuh kurang dari 100 m dan waktu tempuh 5 menit, yaitu masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air hujan yang berada di halaman/ belakang rumah dan dari air kali yang di peroleh dari pedagang air keliling atau di ambil dan di angkut sendiri ke rumah. 3. Sisanya sekitar 23% masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih mencapai jarak tempuh waktu tempuh di rumah lebih dari 1 kran, yaitu masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air PDAM dan air Tanah (sumur dangkal/sumur dalam). 4. Dan 0% atau tidak ada masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih mencapai jarak tempuh lebih dari 1 km dan dalam waktu tempuh lebih dari 30 menit.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jarak dan waktu tempuh masyarakat mendapatkan air bersih berada dalam jarak tempuh terjauh yaitu 3 – 5 m atau waktu tempuh mencapai 2 - 5 menit.
2.4. Pemukiman Penduduk di Daerah Aliran Sungai Salah satu fungsi utama Daerah Aliran Sungai sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah bagian hilir sungai. Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, koversi hutan menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor dan erosi pada Daerah Aliran Sungai (Noordwijh, 2004). Menurut Suwardji (2007), daerah aliran sungai atau DAS adalah hamparan pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggungnya perbukitan atau pengunungan di hulu sungai kearah lembah hilir. DAS merupakan satu kesatuan sumber daya darat tempat manusia beraktifitas untuk mendapatkan manfaat dari aliran sungai secara optimal dan berkelanjutan. Batasan mengenai daerah aliran sungai berdasarkan fungsi konserpasi di kelolah untuk memptahankan kondisi lingkungan agar sungai tidak terdekradasi yang dapat di indikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemanpuan menyimpan air dari curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan funsi tata air degan kata lain ekosistem daerah aliran sungai bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan daerah aliran sungai dan keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Bagian tengah DAS di fungsikan pada pemanfaatan air sungai yang dikelolah untuk kepentingan sosial dan ekonomi di indikasikan pada kemampuan penyaluran air, dan ketinggian permukaan air tanah serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai akan air bersih serta pengelolaan air limbah. Bahkan keterkaitan kawasan sungai satu dengan sungai yang lainnya menjadi kesatuan dalam sistem pembangunan daerah bersangkutan (SEA-UEMA, 2010). Menurut Manan (1978) seperti yang di kutip Ritongga (2001), ada 5 butir perkembangan DAS yaitu: 1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi serta peranannya 2. Pertambahan penduduk yang pesat mengakibatkan tekanan terhadap kebutuhan air bersih 3. Meningkatnya kebutuhan air bersih disebabkan kemajuan teknologi dan tarap hidup masyarakat 4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir dan erosit 5. Perencanaan DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan sumber daya alam Untuk mewujudkan DAS yang baik dan sehat diperlukan pengelolaan terpadu, salah satu konsep pengelolaan terpadu di DAS yang penting adalah kesadaran masyarakat yang tinggi dalam pelestarian DAS. Permukiman berdasarkan No 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
Universitas Sumatera Utara
berupa kawasan perkotaan maupu pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kawasan bantara sungai adalah contoh tipe lahan dengan karakteristik, dimana mayoritas penduduknya miskin dan bermukim disana, fasilitas fisik utama dan pelayanan dasar di kawasan tersebut sangatlah tidak memadai layanan pemerintah terhadap penangganan sampah, penyedian air bersih dan sanitasi lingkungan belum dapat dikatakan baik (SEA-UEMA, 2010. Menurut Fardiaz (1992), faktor yang memengaruhi terjadinya keluhan kesehatan akibat penggunaan air sungai pada masyarakat yang berada pada daerah aliran sungai adalah : lamanya tinggal di bantaran sungai, frekuensi kontak dengan air sungai serta lamanya waktu setiap kali kontak dengan air sungai. Menurut Achmadi, (2010) system komunitas dengan kejadian penyakit terdapat aspek yang di sebut faktor risiko kependudukan terhadap penyakit yaitu, Semakin sering masyarakat menggunakan air sungai maka semakin tinggi pula dosis pemajanan zat-zat kimia yang mencemari air sungai terhadap kulit. Misalnya perilaku penggunaan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, untuk mandi, cuci dan kakus. Proses hubungan interaktif antara komunitas dengan kuman penyebab penyakit (mikroorganisme) misalnya: virus atau bakteri mengambarkan bahwa system kekebalan tubuh manusia di antaranya adalah kekebalan tubuh tidak spesifik untuk menangkal segala masuknya zat dari luar yang asing bagi tubuh dan dapat menimbulkan penyakit, seperti masyarakat yang sering menggunakan air sungai
Universitas Sumatera Utara
maka akan menyebabkan masuknya bakteri,virus serta zat-zat yang berbahaya kedalam tubuh mereka melalui air. Kelompok risiko tinggi terkena suatu penyakit adalah suatu kelompok yang mempunyai resiko lebih besar serta dampaknya yang lebih berat apabila terpajan penyebab penyakit (Achmadi, 2010). Perubahan tatanan ekosistem akan memberikan dampak terhadap gangguan kesehatan pada manusia. Seperti pada badan air atau aliran sungai, dosis zat pencemar menunjukan tingkat toksisitas artinya peningkatan jumlah zat kimia pencemaran akan meningkatkan risiko penyakit akibat penggunaan air sungai. Budaya atau kebiasaan yang di manifestasikan dalam perilaku komunitas tertentu, sangat berperan dalam kejadian penyakit. Misalnya masyarakat yang tinggal di DAS memiliki kebiasaan menggunakan air sungai untuk masak, mandi dan cuci untuk kebutuhan hari hari.
2.5. Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait, antara lain ditunjukkan dengan masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi dan antar daerah serta partisipasi masyarakat yang belum optimal dalam pengelolaan DAS yang berujung pada kerusakan DAS yang semakin mengkhawatirkan. Budiharso (2008) mengemukakan DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat kompleks dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai peruntukan.
Universitas Sumatera Utara
dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai
suatu kesatuan
sumberdaya darat. Sehngga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada hubungan antar kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Perubahan kualitas dan kuantitas air sungai akibat perubahan tutupan lahan berpengaruh terhadap resiko penyakit bawaan air terhadap penduduk yang tinggal di sepanjang sungai DAS, dari hulu sampai ke hilir. Perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak diikuti dengan pembangunan fasilitas pengolahan air limbah yang memadai akan menyebabkan memburuknya kualitas air sungai untuk keperuntukan sumber air minum, budidaya ikan air tawar, pertanian dan pariwisata.
2.6. Gastroenteritis 2.6.1. Pengertian Gastroenteritis Gastroenteritis adalah peradangan pada usus besar, usus halus yang disertai gastritis yang banyak disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus dengan gejala-gejala: berak-berak dengan konsistensi encer dan kadang kadang disertai dengan muntah muntah. Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi. 2.6.2. Tanda dan Gejala Penyakit Gastroenteritis Biasanya ditemukan buang air besar terus menerus disertai rasa mulas yang berkepanjangan,dehedrasi,mual dan muntah.Gejala lain yang timbul pegal pada
Universitas Sumatera Utara
punggung dan perut. berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit tubuh, gastroenteristis dapat dibagi menjadi: a. Gastroenteristis tanpa dehidrasi Pada tingkat gastroenteristis ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi gastroenteristis masih dapat ditolerir dan belum ada tanda-tanda dehidrasi. b. Gastroenteristis dengan dehidrasi ringan/sedang Pada tingkat gastroenteristis ini penderita mengalami gastroenteristis 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang nafsu makan menurun, aktivitas sudah mulai menurun. 2.6.3. Cara Penularan Gastroenteritis Pada umum penularan Gastroenteritisdisebabkan oleh faktor kebersihan lingkungan, makanan dan minuman yang terkontaminsasi e coli. 1. Makanan dan minuman Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak, terlalu manis. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi. 2. Infeksi atau investasi parasit Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. Enterovirus (Echo, Coxsakie,
Universitas Sumatera Utara
Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba Histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas Hominis. 3. Jamur (Candida Albicans) Biardia Lambia, Cryptosporidium 4. Infeksi Diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah Encephalitis
(radang
otak),
OMA
(Ortitis
MediaAkut/radang
dikuping),
Tonsilofaringitis (radang pada leher / tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru). 5. Perubahan udara Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak dibagian perut, kembung, gastroenteristis dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena cairan tubuh yang terkuras habis. 6. Faktor lingkungan Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Universitas Sumatera Utara
2.6.4. Faktor–faktor Berhubungan dengan Kejadian Gastroenteritis Kejadian gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan seperti jamban, sumber air dan juga perilaku seseorang dalam hygiene (kebersihan diri dan lingkungan). 1. Faktor jamban Rayuana (2010), menemukan bahwa risiko kejadian gastroenteristis lebih besar dari pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga dan penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan risiko kemungkinan terjadinya gastroenteristis. Berkaitan dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunjang dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya dan terutama di daerah-daerah dimana air merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat. 2. Faktor sumber air Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang langsung digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung dari mana sumber air tersebut didapat. Ada beberapa macam sumber air misalnya: air hujan, air tanah (sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam), air permukaan (sungai, kolam, danau) dan mata air. Apabila kualitas air dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus melalui proses pengeolahan air terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
Masalah
kesehatan
masyarakat,
terutama
di
negara-negara
sedang
berkembang, pada dasarnya menyangkut dua aspek utama.Pertama aspek fisik, seperti tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Menurut Notoatmojo, S (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut: 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. 2. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah bagaimana respon terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang tradisional. 3. Perilaku terhadap makanan sebagai kebutuhan vital. 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan. 2.6.5 Pencegahan Gastroenteritis Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah gastroenteritisantara lain: 1. Menggunakan air bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksi usus penyebab gastroenteristis ditularkan melalui jalur fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci air tercemar. Masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan gastroenteristis yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. 2. Mencuci tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman gastroenteristis adalah mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air bersih, sebelum menyiapkan makanan mempunyai dampak dalam kejadian gastroenteristis. 3. Menggunakan Jamban Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit gastroenteristis. Keluarga yang tidak mempunyai jamban membuang air besar di sembarang tempat. Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dengan jarak lebih 10 meter dari sumber air. 2.6.6 Peran Serta Masyarakat Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain : 1. Memberikan oralit untuk dibawa pulang, menunjukkan cara pencampuran oralit dan meminumkannya. 2. Melakukan pencatatan tentang umur, alamat, nama penderita dan jenis pertolongan yang diberikan serta melaporkan penggunaan oralit dan meminta tambahan oralit ke puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
3. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk berpola hidup bersih dan sehat. 4. Menganjurkan penderita dan keluarganya menjaga lingkungan tempat tinggal agar selalu bersih. 2.7Landasan Teori Landasan toeri dalam penelitian ini mengacu pada konsep teori simpul bahwa dengan menurunnya kualitas air akan berdampak kepada ganguan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Manajemen
Sumber penyakit
Udara Air Pangan Serangga Lingkungan/ manusia
Masyarakat
Sehat Sakit
Variabel berpengaruh lainya
Gambar 2.3 Paradigma Kesehatan Lingkungan Sumber: Achmadi, 2010 1. Simpul pertama, yaitu sumber penyakit titik mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit yang di sebabkan oleh komponen lingkungan sehingga dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui
Universitas Sumatera Utara
kontak secara langsung atau media perantara. Dalam penelitian ini sumber penyakitnya adalah bakteri yang terdapat dalam air dan bahan dan senyawa kimia toksik. 2. Simpul dua, yaitu media transmisi penyakit komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit. Dalam penelitian ini media tramisinya adalah air sungai. 3. Simpul tiga, yaitu perilaku pemajanan. Hubugan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk yang diukur dari jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit. Dalam penelitian ini penduduk yang di maksud adalah masyarakat yang berada di Kecamatan Datuk Bandar dan selalu kontak/terpajan dengan air Sungai Silau. 4. Simpul empat yaitu kejadian penyakit Hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang berada di DAS Silau di Kecamatan Datuk yang menderita sakit atau gangguan kesehatan akibat kontak/terpajan dengan air Sungai Silau. Kelompok variabel lain yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit tersebut yaitu:
iklim (suhu, kelembaban), topografi, kebijakan yang bisa mempengaruhi
semua simpul di atas.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Kualitas Air Sungai 1. Air Pasang - Fisik (warna, rasa bau) - Kimia (pH, suhu, BOD, COD) - Biologi (E.Coli) 2. Air Surut -
1. 2. 3. 4.
Fisik (warna, rasa bau) Kimia (pH, suhu, BOD, COD) Biologi (E.Coli)
Gastroenteritis
Karakteristik Penggunaan Air Tempat tinggal Lama menetap Frekuensi pemakaian air Jenis pemanfaatan Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara