ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Mikroorganisme Saluran Akar Sistem saluran akar merupakan lingkungan khusus yang memberikan
nutrisi bagi mikroba saluran akar untuk berkembang biak, cairan jaringan dan disintegrasi sel dari jaringan nekrotik membentuk substrat nutrient (polipeptida, asam amino) yang penting dalam pertumbuhan mikroorganisme, sehingga saluran akar adalah tempat yang ideal bagi perkembangbiakan bakteri dan menjadi reservoir bakteri (Walton, 1998). Hasil penelitian mengenai bakteri penyebab infeksi saluran akar dan jaringan periapikal menyebutkan bahwa 80-90% disebabkan oleh bakteri Gram positif (Brooks et al., 2007; Bender, 2003) yang sebagian besar disebabkan oleh fakultatif anaerob dan obligate anaerob (Bader et al., 2006; Krompti, 2002). Penelitian menunjukkan bahwa bakteri penyebab nekrosis saluran akar gigi didominasi oleh bakteri strain Streptococcus, Streptococcus α hemolyticus (63%), selain itu juga ditemukan Staphylococcus albus (17%), Diphteroid bacilli (6,5%), Staphilococcus aureus, Bacillus proteus, dan Bacillus coli (Bader et al, 2006). Enterococcus faecalis Enterococcus faecalis adalah bakteri yang non-motil, Gram positif, dan bakteri yang berbentuk bulat. Bakteri ini terdiri dari rantai pendek, berpasangan atau bahkan tunggal, dan bakteri ini lebih sering ditemukan pada usus besar manusia. Bakteri ini merupakan bakteri fakultatif anaerob dengan metabolisme fermentasi. Bakteri ini mirip dengan bakteri Streptococcus pneumonia, tetapi
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Enterococcus faecalis lebih banyak mempunyai ciri-ciri yang khas untuk dapat dibedakan dengan bakteri lainnya. Bakteri ini tidak membentuk spora dan berbentuk ovoid dengan diameter 0,5 – 1 µm (Glick, 2005). Klasifikasi dari bakteri Enterococcus faecalis adalah sebagai berikut: Domain
: Bacteria
Kingdom
: Eubacteria
Filum
: Firmicutees
Klas
: Bacilli
Ordo
: Lactobacillales
Famili
: Enterococccaceae
Genus
: Enterococcus
Spesies
: Enterococcus faecalis
Gambar 2.1. Koloni Enterococcus faecalis dengan scanning electron microscope (Fisher, 2009)
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Enterococcus faecalis adalah salah satu bakteri anaerob yang ada pada saluran akar serta merupakan mikroorganisme yang biasa dideteksi tanpa gejala pada infeksi endodonti. Enterococcus faecalis dapat berkolonisasi di saluran akar dan bertahan tanpa bantuan dari bakteri lain. Enterococcus faecalis juga dapat bertahan dalam waktu jangka panjang pada akar gigi tanpa penambahan nutrisi (Beatrice, 2010). Enterococcus faecalis merupakan bakteri fakultatif anaerob Gram positif cocci dan sering kali ditemukan pada perawatan endodontik yang gagal serta merupakan salah satu bakteri yang memiliki ketahanan atau resisten terhadap beberapa antibiotik tertentu. Dan saat ini, bakteri Enterococcus faecalis telah menduduki peringkat ketiga sebagai bakteri patogen nasokomial, serta resisten pada beberapa antibiotik seperti aminoglikosida, pennisilin, tetrasiklin, klorampenikol,
dan
vankomisin
(Athanassiadis,
2007).
Penelitian
lain
menyebutkan bahwa bakteri Enterococcus faecalis juga resisten terhadap aztreonam, sefalosporin, klindamisin, semi sintetik penisilin (nafcilin, oxacilin, dan trimethoprim-sulfamethoxazole). Selain itu, Enterococcus faecalis lebih resisten terhadap jenis vankomisin (Courvalin, 2006). Enterococcus faecalis juga memiliki sistem adhesi yang baik, dikenal sebagai Ace, yaitu ikatan kolagen dimana struktur dan fungsinya hampir sama dengan ikatan protein-kolagen pada Staphylococcus aureus. Telah dibuktikan bahwa protease, gelatinase, dan ikatan protein – kolagen (Ace) bakteri Enterococcus faecalis berperan dalam adhesi pada saluran akar (Luis et al., 2004). Bakteri Enterococcus faecalis juga merupakan suatu mikroorganisme yang secara umum ditemukan pada infeksi endodontik persisten. Prevalensi infeksi
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang disebabkan oleh bakteri ini telah mencapai angka dari 24 – 77 %. Penemuan ini dapat dijelaskan melalui variasi dari ketahanan dan virulensi dari bakteri Enterococcus faecalis sendiri (Stuart et al., 2006). Penelitian lain menyebutkan bahwa Enterococcus faecalis banyak ditemukan pada gigi yang dirawat saluran akarnya, dengan prevalensi sebesar 30% sampai 90% (Molander, 1998). Menurut Dr. Harga dalam penelitiannya bahwa 90% dari bakteri dalam gigi yang menghasilkan penyakit akut pasien pada hewan cobanya adalah streptococcus, dan 65,5% berasal dari keluarga faecalis. Diduga, meskipun bakteri penyebab infeksi telah disterilisasi saat perawatan saluran akar tetapi keberadaanya masih ada ini dikarenakan bahwa bakteri tersebut menembus sebagian besar tubulus dentin dan tidak hancur selama proses sterilisasi. Selain itu, penyebab lainnya bahwa bakteri ini bermutasi, menjadi lebih kecil, tumbuh tanpa adanya oksigen, menjadi lebih ganas, dan racun mereka akan menjadi lebih beracun (Maneliene et al., 2008). Selain bermanifestasi dalam rongga mulut, bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, bakterimia, endokarditis, dan meningitis. Enterococcus faecalis adalah salah satu jenis bakteri yang sering ditemukan pada saluran akar. Mikroorganisme ini dapat diisolasi dari berbagai infeksi rongga mulut serta berhubungan erat respon inflamasi periradikular (Rollins, 2009). Enterococcus faecalis ditemukan dan diidentifikasi pertama kali sebagai bakteri Strep D (Streptococcus faecalis), karena karakteristik dari bakteri Strep D mempunyai dinding sel karbohidrat. Setelah tahun 1984, bakteri ini kemudian berganti nama menjadi Enterococcus faecalis (Glick, 2005).
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tingginya prevalensi Enterococcus faecalis disebabkan antara lain karena Enterococcus
faecalis
dapat
beradaptasi
pada
kondisi
yang
kurang
menguntungkan, karena pernah terpapar pada kondisi stres yang sublethal, Enterococcus faecalis menjadi kurang sensitif terhadap tingkat lethal yang normal dari hiperosmolariti, panas, ethanol, hidrogen peroksida, asam, dan basa. Enterococcus faecalis dapat menginvasi tubulus dentin untuk perlindungan dari preparasi saluran akar kemomekanikal, dan teknik dressing intrakanal. Enterococcus faecalis dapat tumbuh pada pH 9,6 dan dapat mentoleransi tingkat pH setingi 11,9 (Gajan,2009).. Tabel 2.1 Katabolisme dari Enterococcus faecalis (Stuart et al., 2006)
Pada penelitian in vitro, Enterococcus Faecalis terlihat memasuki tubulus dentin, dimana tidak semua bakteri memiliki kemampuan seperti ini. Pada penelitian lainnya, dilakukan kultur dari berbagai variasi bakteri yang diinokulasi
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ke dalam saluran akar. Terlihat Enterococcus faecalis dapat mengadakan kolonisasi yang baik dan dapat bertahan dalam saluran akar tanpa dukungan dari bakteri lainnya. Keberadaan bakteri ini dalam saluran akar dapat diketahui dari hasil kultur dan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Selain itu, bakteri tersebut dapat beradaptasi pada kondisi yang kurang baik serta memiliki pertahanan yang kuat pada infeksi saluran akar ketika nutrien sangat terbatas. Kemampuannya untuk bertoleransi dan beradaptasi pada lingkungan yang keras dapat menjadi keuntungan lebih dari spesies lainnya (Cogulu, 2007). Diketahui melalui kasus – kasus bakterimia dan isolasi endokarditis bahwa bakteri Enterococcus faecalis memiliki daya perlekatan yang tinggi terhadap permukaan protein. Bakteri ini mampu mengadakan kolonisasi yang baik pada permukaan protein serta membentuk biofilm pada dinding-dinding dentin. Hal inilah yang menyebabkan bakteri ini dapat tetap bertahan pada saluran akar (Rollins, 2009)
2.2 Punica granatum Buah delima (Punica granatum) merupakan tanaman yang berasal dari Persia dan daerah Himalaya di India Selatan. Yang tersebar di Indonesia ada tiga jenis yang dikelompokkan berdasarkan warna buahnya, yakni delima putih, delima merah, dan delima hitam. Dari ketiga jenis itu yang paling terkenal adalah delima merah. Delima merah memiliki rasa lebih manis dan segar, sedangkan delima putih rasanya lebih sepat dan kesat serta kurang manis. Delima putih dan delima hitam agak sulit ditemukan di pasaran (Sugianto, 2011).
SKRIPSI
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Myrtales
Suku
: Punicaceae
Marga
: Punica
Jenis
: Punica granatum
Nama umum/dagang
: Delima
Nama lain Nama inggris Sumatera
: Wild pomegranat : Glima (Aceh) Glimau mekah (Gayo) Dalimo (Batak) Delima(melayu)
Jawa
: Dlima (Jawa Tengah) Dhalima (Madura)
Nusa Tenggara
: Jeliman (Sasak) Talima (Bima) Dila daelak (Roti) Lekokase(Timor)
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.2 Buah Delima Merah
Terdapat tiga jenis delima yang tersebar di Indonesia, dikelompokkan berdasarkan warna buahnya, yaitu delima putih yang berbunga putih, delima merah yang berbunga merah, delima susu wantah yang berbunga merah, dan delima hitam yang berbunga merah dan kulit buahnya berwarna ungu tua. Dari ketiga jenis itu, yang paling terkenal adalah delima merah. Delima merah sering ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, sekaligus untuk dimakan buahnya. Beberapa kultivarnya yang kerdil bahkan telah dikembangkan khusus sebagai tanaman hias. Delima merah memiliki rasa yang lebih manis dan segar, sedangkan delima putih rasanya lebih sepat dan kesat, serta kurang manis (Wiryowidagdo 2008). Tinggi pohon delima merah kurang lebih mencapai 5 meter, menyukai tanah gembur yang tidak terendam air dan memiliki beberapa varietas. Memiliki daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berkelompok, mengkilap, berbentuk lonjong dengan pangkal lancip, ujung tumpul, tepi rata, tulang menyirip, ukuran panjang daun 3-7 cm dan lebar 0,5-2,5 cm, warna hijau. Bunga tunggal bertangkai pendek, keluar di ujung ranting atau di ketiak daun paling atas. Biasanya terdapat satu sampai lima bunga, warnanya merah, putih atau
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ungu. Berbunga sepanjang tahun. Kulit buahnya tebal dan warnanya beragam seperti
hijau
keunguan,
putih,
coklat kemerahan atau ungu kehitaman.
Buahnya berbentuk bulat dengan diameter 5-12 cm, beratnya kurang lebih 100300 gram, terdiri dari biji-biji kecil, tersusun tidak beraturan, berwarna putih sampai kemerahan.
Perbanyakan
dengan
stek,
tunas akar atau cangkok
(Sugianto, 2011). Kandungan Punica granatum Komposisi gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dari buah delima adalah: energi 68 kkal, air 81 g; protein 0,95 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 17,2 g. Komposisi gizi secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.2 Kandungan yang terdapat pada delima adalah golongan polifenol yaitu flavonoid dan tanin. Akar buah delima mengandung alkaloid pelletierine. Kulit buah dan kulit batang delima mengandung triterpenoid, 0,5-1% alkaloid yang terdiri dari pelletierine, methylpelletierine, dan pseudopelletierine dan 20-30% elligatanin (tanin). Kulit kayu dengan kandungan alkaloid pelletierin dan biji buah delima kaya akan serat, pectin, dan gula, esterogen, isoflavon, phytoesterogen (Astawan, 2008).
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.2 Komposisi gizi per 100 gram bagian delima (Astawan, 2008)
a. Tannin Tannin adalah senyawa fenolik (dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil kompleks yang memiliki berat molekul 5003000 (Hermawan, 2003). Tannin dibagi menjadi dua kelompok atas dasar tipe struktur dan aktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik terutama asam, tannin terkondensasi (condensed tannin) dan tannin yang dapat dihidrolisis (hyrolyzable tannin) (Farida et al, 2010). Tannin yang terkandung dalam kulit buah delima putih merupakan basis aktivitas antibakterial dengan merusak membrane sel yang menyebabkan kebocoran intraselular (Akkiyama, 2001).
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gugus gallo dan pirogallo dari tannin bereaksi dengan protein membrane bakteri yang menyebabkan kerusakan membrane sitoplasma bakteri,sehingga fungsi membrane sebagai barrier permeabilitas selektif,pembawa fungsi transport aktif,serta kontrol komposisi sel akan terganggu. Akibat terganggunya permeabilitas dan
rusaknya fungsi integritas membrane sitoplasma, sel tidak
dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Jawetz, 1995; Firdaus, 2011). Efek antibakteri tannin antara lain melalui: reaksi dengan membran sel, inaktivitasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik (Farida et al, 2010)
Gambar 2.3 Struktur Kimia Tannin
b. Flavonoid Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam dan dapat ditemukan pada hampir setiap tanaman terutama biji dan buahnya. Flavonoid merupakan kelompok senyawa anti oksidan yang dapat larut dalam air,serta mampu menangkap radikal bebas yang dikeluarkan sebagai produk dari kerusakan sel maupun jaringan. Flavonol, flavan, flavanolol yang juga termasuk dalam klasifikasi flavonoid,diketahui telah disintesis oleh tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba sehingga tiga
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
zat ini efektif secara in vitro terhadap sejumlah mikroorganisme (Britanto, 2004; Firdaus, 2011).
Gambar 2.4 : Macam-macam ion hidroxil dalam struktur flavonoid
Aktivitas flavonoid dilakukan dengan merusak dinding sel yang terdiri atas lipid dan asam amino akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid,
membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut dari
dinding sel sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut dapat masuk ke dalam inti sel. Flavonoid memiliki efek antibakteri karena kemampuannya berinteraksi dengan DNA bakteri (Smullen, 2007). Setiap compound flavonoid mempunyai kemampuan untuk merusak ikatan jembatan hydrogen dari untaian rantai ganda DNA. Selanjutnya dengan inti sel bakteri juga, senyawa flavonoid akan kontak dengan DNA pada inti sel dan melalui perbedaan kepolaran antara lipid penyusun DNA dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid akan dapat terjadi reaksi sehingga akan merusak struktur lipid dari DNA sehingga inti sel
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bakteri juga akan lisis dan bakteri juga akan mengalami lisis dan mati (Gunawan, 2009). Flavonoid bersifat sebagai koagulan protein sebagaimana sifat fenol (Farida et al, 2010). Flavonoid mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga struktur tersier protein terganggu, dan protein tidak dapat berfungsi lagi maka terjadi denaturasi protein dan asam nukleat. Denaturasi tersebut menyebabkan koagulasi protein dan mengganggu metabolisme dan fungsi fisiologis bakteri. Metabolisme yang terganggu akan mengakibatkan rusaknya sel secara permanen karena tidak tercukupinya kebutuhan energi (Agustin, 2007). c. Alkaloid Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai aktivitas biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada makhluk hidup. Fungsi alkaloid dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion (Gunawan, 2009).
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Mekanisme aktivitas biologis oleh senyawa alkaloid berbeda dengan yang dilakukan oleh senyawa flavonoid. Pada senyawa alkaloid memanfaatkan sifat reaksi gugus basa pada senyawa alkaloid untuk bereaksi dengan gugus asam amino pada sel bakteri (Gunawan, 2009). Teori lain mengatakan bahwa alkaloid mengganggu komponen penyusun peptidoglikan, sehingga dinding sel tidak terbentuk utuh (Farida et al, 2010).
Gambar 2.5 Struktur kimia alkaloid
2.3
Antibakteri Antibakteri adalah bahan yang memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri, penghambatan pertumbuhan dapat bersifat bakteriostatik atau bakterisid. Antibakteri
merupakan suatu senyawa yang mampu
menghambat atau mengendalikan pertumbu han dan perkembangbiakan bakteri (Nurmalitasari dkk, 2009). Pada bakteriostatik, pertumbuhan bakteri akan berlangsung lagi bila bahan kimia tersebut hilang. Sedangkan pada bakterisid, bakteri yang telah dimatikan tidak dapat tumbuh lagi meskipun tidak ada hubungan lagi dengan bahan kimia tersebut.
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antibakteri invitro antara lain adalah pH lingkungan, komponen media, stabilitas obat, suhu, ukuran inokulum, waktu inkubasi, dan aktivitas metabolik bakteri. Cara kerja bahan sebagai antibakteri adalah: a. Menghambat sintesis dinding sel sehingga menjadi lisis b. Menghambat fungsi membran sel sehingga makromolekul dan ion keluar dari sel kemudian sel rusak dan terjadi kematian sel c. Menghambat sintesis protein melalui penghambatan translasi dan transkripsi material genetik yang dapat menyebabkan sel lisis d. Menghambat sintesis asam nukleat sehingga mengganggu replikasi DNA dan terjadi kematian sel bakteri. e. Merusak
enzim
dan
proses
penting
pada
metabolisme
(Nurmalitasari dkk, 2009). 2.4
Uji Antibakteri Berdasarkan sifat toksisitas selektif (daya kerjanya), ada antibakteri yang
bersifat
menghambat
pertumbuhan
mikroba
dikenal
sebagai
aktivitas
bakterostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Konsentrasi minimal yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik manjadi bakteriosid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KBM (Tirta, 2010). Aktivitas antibakteri suatu bahan dapat diukur secara invitro agar dapat ditentukan potensi suatu antibakteri dalam suatu larutan serta kepekaan bakteri
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terhadap konsentrasi bahan yang diberikan. Untuk menentukan aktifitas antibakteri secara invitro dapat digunakan dua metode sebagai berikut yakni: 1. Metode Dilusi Metode ini memerlukan larutan antibakteri yang telah diencerkan, dilakukan dengan mengencerkan bahan anti bakteri dengan media cair sehingga kadar yang berlipatan setengah (kadar pengenceran ½. ¼. 1/8, dst). Selanjutnya pada setiap tabung dimasukkan 0,1 ml atau 1 ml inokulum standar. Dua tabung dipakai sebagai kontrol positif dan negatif. Sebagai kontrol positif, tabung tersebut diisi media dan inokulum. Sedangkan kontrol negatif tabung diisi media tanpa inokulum. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37o C, setelah itu dilihat ada tidaknya kekeruhan pada masing-masing tabung. Tabung yang jernih menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan bakteri. Semakin kecil kadar bahan antibakteri yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, maka semakin besar aktifitasa antibakterinya. Untuk lebih memperjelas hasil yang didapat dari tiap tabung ditanam ulang pada media agar, akan terlihat pertumbuhan koloni-koloni bakteri. Dengan metode ini ditetapkan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration)
dan
MBC
(Minimum
Baktericidal
Concentration). Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) ekstrak buah delima merah adalah konsentrasi terendah dari bahan ekstrak buah delima merah
yang
Enterococcus faecalis
dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
sebanyak 90% dari jumlah bakteri yang
berhasil tumbuh pada kontrol positif. Sedangkan konsentrasi bunuh
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
minimal merupakan konsentrasi terendah dari bahan antibakteri yang dapat membunuh 99.9% bakteri atau kurang dari 0.1% bakteri masih dapat hidup (Forbes et al, 2007). 2. Metode Difusi Media yang dipakai adalah Mueller Hinton. Metode difusi ini ada beberapa cara, yaitu: 1) Cara Kirby Bauer Beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam diambil, disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair, diinkubasikan 5-8 jam pada 37°C. Suspensi ditambah akuades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi bakteri 108 CFU per ml. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi bakteri lalu ditekantekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, kemudian dioleskan pada permukaan media agar hingga rata. Kemudian kertas samir (disk) yang mengandung antibakteri diletakkan di atasnya, diinkubasi pada 37° selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca: a) Zona radikal yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri diukur dengan mengukur diameter dari zona radikal. b) Zona irradikal yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibakteri tetapi tidak dimatikan.
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2) Cara Sumuran 3) Cara Pour Plate 2.5
Perawatan Saluran Akar Perawatan saluran akar bertujuan untuk merestorasi gigi yang dirawat
untuk mencapai bentuk dan fungsi yang tepat dalam sistem pengunyahan yang sehat. Ada tiga tahap dasar yang pasti dalam perawatan endodontik dikenal sebagai “Triad Endodontik” terdiri dari preparasi biomekanik, irigasi dan disinfeksi, dan obturasi. Setiap aspek dari perawatan merupakan tahap yang penting dan harus dilakukan dengan cara yang benar, jika ada salah satu tahap yang salah, seluruh sistem perawatan akan gagal (Shahani, 2011). Tahap awal yang harus dilakukan dalam prosedur perawatan saluran akar adalah preparasi akses, akses adalah kunci dalam memaksimalkan pembersihan, pembentukan dan obturasi saluran akar (Walton, 2002). 2.6 Preparasi dan Irigasi Preparasi mekanik saluran akar adalah tahap penting untuk menghilangkan jaringan nekrotik. Preparasi mekanik harus selalu diikuti dengan irigasi saluran akar untuk membersihkan potongan jaringan pulpa dan serpihan dentin. Debridemen kimia yang dikenal sebagai larutan irigasi saluran akar adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk memastikan pembersihan jaringan nekrotik dan debris (Shahani, 2011).
SKRIPSI
KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL ...
ARYO DWIPO KUSUMO