BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Distribusi adalah kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalam suatu supply chain (Chopra, 2001). Distribusi terjadi di antara tahapan dari supply chain. Aliran bahan baku yang diperlukan berpindah dari supplier menuju suatu perusahaan pembuat produk dan perusahaan tersebut akan memindahkan barang jadi yang dihasilkan ke tangan konsumen. Distribusi merupakan suatu kunci dari keuntungan yang akan diperoleh perusahaan karena distribusi secara langsung akan mempengaruhi biaya dari 6
supply chain dan kebutuhan konsumen. Jaringan distribusi yang tepat dapat digunakan untuk mencapai berbagai macam tujuan dari supply chain, mulai dari biaya yang rendah sampai respon yang tinggi terhadap permintaan dari pelanggan (Chopra, 2001). Manajemen distribusi dan transportasi pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar yaitu melakukan segmentasi dan menentukan target service level, menentukan model transportasi yang akan digunakan, melakukan penjadwalan dan
penentuan
penyimpanan
rute
pengiriman,
persediaan
dan
memberikan
menangani
pelayanan
pengembalian
nilai
tambah,
(Pujawan
dan
Mahendrawathi, 2010). Dalam sebuah proses distribusi, faktor yang diutamakan adalah kepuasan pelanggan. Sebuah proses distribusi yang baik mencakup ketepatan waktu pengiriman, efisiensi biaya, produk yang berkualitas, dan layanan yang baik. Untuk menjamin ketepatan pengiriman produk baik waktu, kualitas maupun jumlah produk ke konsumen diperlukan perencanaan distribusi dan transportasi yang baik. Distribusi yang optimal tergantung dari kompleksitas pendistribusian produk, yang akan semakin meningkat tingkat kesulitannya karena
adanya
beberapa tujuan (allocation), kapasitas dan keterbatasan sumber daya (source) yang harus dipenuhi bersama-sama dengan tujuan untuk meminimalkan biaya distribusi (Ikfan dan Masudin, 2014). Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai distribusi. Pada umumnya penelitian-penelitian tersebut diselesaikan dengan evaluasi rute
4
distribusi, kemudian mengelompokkan rute baru yang optimal sehingga menghasilkan jarak yang terpendek dan biaya minimum. Penelitian yang dilakukan Mardiani et al. (2014) mengenai penentuan rute untuk pendistribusian BBM menggunakan algoritma Nearest Neighbour
di PT. X .
Dalam pendistribusian BBM, PT. X menggunakan 4 jenis kendaraan dengan kapasitas 16 kilo liter sebanyak 29 kendaraan, 24 kilo liter sebanyak 17 kendaraan, 32 kilo liter sebanyak 17 kendaraan dan 40 kilo liter sebanyak 3 kendaraan. Pendistribusian dilakukan ke 104 SPBU yang tersebar di masingmasing daerah di antaranya 55 SPBU untuk daerah Karawang, 18 SPBU untuk daerah Purwakarta dan 32 SPBU untuk daerah Subang. Mardiani et al. (2014) menggunakan metode Nearest Neighbour dengan tujuan dapat mereduksi waktu keterlambatan yang kerap terjadi. Metode Nearest Neighbour dapat mereduksi waktu keterlambatan karena menghubungkan lokasi distribusi berdasarkan jarak terpendek dari lokasi yang terpilih sebelumnya. Dari hasil peneletiannya Mardiani et al. (2014) menetapkan 98 tur untuk pengiriman BBM untuk semua daerah di antaranya 56 tur untuk daerah Bekasi, 17 tur untuk daerah Karawang, 7 tur untuk daerah Purwakarta dan 18 tur untuk daerah Subang. Pengurangan kendaraan untuk
proses
distribusi
juga
mengalami
pengurangan,
yang
awalnya
menggunakan 66 kendaraan menjadi 51 kendaraan. Penggunaan metode Nearest Neighbour
selain berdampak pada penurunan jumlah penggunaan
kendaraan, juga berdampak pada penurunan biaya total operasional proses distribusi sebesar 18,88%. Slamet et al. (2014) mengenai pembuatan jalur pendistribusian sayuran di dataran tinggi untuk meminimalkan biaya total transportasi tanpa mengorbankan waktu penyelesaian tujuan untuk mengurnagi resiko penurunan kualitas sayuran selama perjalanan. Penelitian dilakukan di PT. Saung Mirwan yang memiliki pelanggan tetap yang tersebar di daerah Jakarta. PT. Saung Mirwan memiliki 5 armada dengan kapasitas 75 peti dan 2 armada dengan kapasitas 175 peti. Sayuran yang didistribusikan adalah selada, kembang kol, tomat, sawi dan seledri. Pembuatan jalur pendistribusian sayur di dataran tinggi menggunakan algoritma genetika. Mencari solusi optimal dengan melakukan simulasi ke lokasi distribusi
sebagai
titik
tujuan.
Algoritma
genetika
dikembangkan
untuk
menyelesaikan masalah dengan cara mencari himpunan solusi terbaik yang bertahan hidup dan melakukan rekombinasi solusi yang kurang baik untuk mendapatkan kromosom lain yang lebih baik pada generasi berikutnya. 5
Penerapan algoritma genetika menghasilkan pemabgian rute distribusi sayuran dari depot sentra produksi ke 6 klaster konsumen. Dari hasil penerapan algoritma genetika diperoleh penghematan waktu pendistribusian dari depot ke seluruh konsumen sebesar 32,22% dan penghematan penggunaan armada distribusi sebanyak 1 buah atau 14,28%. 2.2. Penelitian Sekarang Penelitian yang dilakukan saat ini mengenai implementasi heterogeneous fleet vehicle routing problem di UD. Garuda. UD. Garuda merupakan agen pendistribusian multiplek untuk 20 toko di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendistribusian multiplek di UD. Garuda menggunakan 4 kendaraan angkut yang memiliki kapasitas yang berbeda antara lain, kendaraan angkut dengan 6 kapasitas 350, 240, 180 dan 120 lembar per sekali angkut. Pendistribusian multiplek dilakukan 2 kali dalam 1 minggu, tepatnya pada hari Jumat dan Sabtu. Pendistribusian
yang
dilakukan
pada
hari
Sabtu
dilakukan
apabila
pendistribusian yang dilakukan pada hari Jumat belum dapat memenuhi seluruh permintaan pelanggan. Pesanan pelanggan akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian didistribusikan pada hari Jumat dan Sabtu. Masing-masing kendaraan hanya boleh melakukan pendistribusian 1 kali pada tiap hari pengiriman. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Route-First, Cluster-Second. Proses pembuatan rute menggunakan algoritma Travelling Salesman Problem (TSP) dengan bantuan software LINGO 13, kemudian pengklasteran dilakukan dengan memotong-motong jalur yang telah terbentuk berdasarkan kapasitas kendaraan yang dapat memenuhi pesanan pelanggan. Pemotongan jalur distribusi memperhatikan permintaan pelanggan terhadap kapasitas kendaraan serta biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dari setiap kendaraan. Pemotongan jalur dilakukan dengan pembuatan program sederhana di Microsoft Excel 2007. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jalur yang optimal dan mendapatkan biaya yang optimal dalam pendistribusian multiplek.
6
7
(2015)
Saputra
(2014)
Slamet et al.
al. (2014)
Mardiani et
Peneliti
terendah
dengan biaya
jalur yang optimal dan
kendaraan dengan
Penugasan
total transportasi
meminimalkan biaya
dataran tinggi untuk
Problem (HVRP)
Vehicle Routing
Heterogeneous Fleet
7
second
Routing first cluster
Problem (TSP),
Travelling Salesman
dengan simulasi
Vehicle Routing Problem (HVRP)
Algoritma genetika
Heterogeneous Fleet
rendah
dengan biaya operasional kendaraan yang
kapasitas maksimal kendaraan serta
permintaan yang dapat dipenuhi oleh
penugasan kendaraan berdasarkan
program yang dapat membantu
berdasarkan algoritma TSP, terbentuknya
Menghasilkan satu rute tetap dengan
yang awalnya tujuh menjadi enam armada
mengurangi penugasan armada distribusi
waktu pendistribusian 32,22% dan
pendistribusian ke pelanggan. Mengurangi
dapat dihemat sebanyak 18,88%
kendaraan untuk pendistribusian BBM
dihilangkan serta biaya total operasional
Keterlambatan waktu pengiriman dapat
Hasil penelitian
distribusi sayur di
Nearest Neighbour
digunakan
Metode yang
Pembentukan enam cluster untuk
Problem (HVRP)
Vehicle Routing
Heterogeneous Fleet
Kasus Penelitian
Pembuatan jalur
pendistribusian BBM
distribusi untuk
Penentuan rute
Tujuan penelitian
Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
2.3.
Dasar Teori
Dalam
sub
bab
ini
akan
dipaparkan
mengenai
teori-teori
pendukung
penyelesaian penelitian yang dilakukan, 2.3.1. Saluran Distribusi Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang dari produsen sampai ke konsumen. Saluran distribusi merupakan struktur yang mengambarkan alternatif saluran yang dipilih dan menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai macam perusahaan atau lembaga usaha (Swastha, 1984). Saluran distribusi juga diartikan oleh Kotler (1997), sebagai serangkaian 6
organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses menjadikan barang atau jasa untuk digunakan. Pemilihan saluran distribusi harus benar-benar dilakukan, karena kesalahan dalam menentukan saluran distribusi akan berdampak pada terhambatnya proses penyaluran barang atau jasa tersebut. Dalam saluran distribusinya, produsen sering menggunakan perantara sebagai penyalurnya. Perantara (middleman) merupakan kegiatan usaha yang berdiri sendiri. Perantara berada di antara produsen dan konsumen akhir atau pemakai industri. Mereka memberikan pelayanan dalam hubungannya dengan pembelian dan penjualan barang dari produsen ke konsumen. Penghasilan yang diterima adalah hasil dari transaksi antar produsen dan konsumen tersebut (Swastha, 1984). Menurut Swastha (1984) Dalam pendistribusian, perantara (middleman) digolongkan menjadi dua golongan yaitu: a.
Perantara Pedagang Perantara pedagang (merchant middleman) bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya. Ada dua kelompok yang termasuk dalam perantara pedagang yaitu pedagang besar (wholesaler) dan pengecer (retailer).
b.
Perantara Agen Perantara agen (agent middleman) tidak memiliki hak miliki atas semua barang yang mereka tangani. Perantara agen dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
8
i. Agen penunjang Agen penunjang adalah agen yang ikut secara aktif dalam pemindahan barang dari Produsen ke konsumen. Contohnya : agen pengangkutan ii. Agen Pelengkap Agen pelengkap adalah agen yang tidak ikut secara aktif dalam pemindahan barang tetapi memberikan bantuan serta memperlancar pemindahan tersebut. Contoh: perusahaan asuransi dan bank. 2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Distribusi Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan distribusi menurut Nitisemito (1977), meliputi: a.
Faktor pasar Saluran distribusi dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen, yaitu jumlah konsumen, letak geografis konsumen, jumlah pesanan dan kebiasaan dalam pembelian.
b.
Faktor Barang Faktor barang yang menjadi pertimbangan adalah nilai unit, besar dan berat barang, mudah rusaknya barang, standar barang dan pengemasan.
c.
Faktor Perusahaan Faktor perusahaan yang menjadi pertimbangan adalah sumber dana, pengalaman dan kemampuan manajemen serta pengawasan dan pelayanan yang diberikan.
d.
Faktor kebiasaan dalam pembelian Faktor kebiasaan dalam pembelian yang menjadi pertimbangan adalah kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijaksanaan produsen, volumen penjualan dan ongkos penyaluran barang.
2.3.3. Fungsi Dasar Manajemen Distribusi dan Transportasi Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010), manajemen distribusi dan transportasi pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri dari:
9
a.
Melakukan segmentasi dan menentukan target service level Segmentasi pelanggan perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada revenue perusahaan bisa sangat bervariasi dan karakteristik setiap pelanggan bisa sangat berbeda antar satu pelanggan dengan pelanggan lainnya.
b.
Menentukan mode transportasi yang akan digunakan Setiap
mode
transportasi
memiliki
karakteristik
yang
berbeda
dan
mempunyai keunggulan serta kelemahan yang berbeda juga. Manajemen transportasi harus bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam mengirimkan atau mendistribusikan produk ke pelanggan. c.
Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman
6
Konsolidasi informasi dapat
dilakukan
dengan
pertukaran
informasi
permintaan dari berbagai regional distribution center oleh central warehouse untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman. Sedangkan konsolidasi pengiriman dilakukan dengan menyatukan permintaan beberapa toko atau ritel yang berbeda dalam sebuah truk. d.
Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleh distributor adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan.
e.
Memberikan pelayanan nilai tambah Beberapa proses nilai tambah yang dilakukan oleh distributor seperti pengepakan, pelabelan harga, pemeberian barcode dan lain-lain.
f.
Penyimpanan persediaan Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penyimpanan produk baik di satu gudang pusat atau gudang regional maupun di toko mana produk tersebut akan dijual.
g.
Menangani pengembalian Manajemen distribusi juga punya tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengembalian. Pengembalian dapat terjadi karena barang rusak atau tidak terjual sampai batas waktu penjualan habis.
10
2.3.4. Tipe Strategi Distribusi Tipe-tipe strategi distribusi menurut Levi et al. (2003), yaitu: a.
Cross Docking Pada strategi ini, produk didistribusikan secara terus-menerus dari supplier menuju warehouse kemudian dilanjutkan ke konsumen. Cross docking merupakan salah satu teknik logistik yang relatif masih baru, yang digunakan pada pusat distribusi dan industri transportasi. Sistem ini berfungsi untuk mengkonsilidasikan antara produk yang tiba di pusat distribusi untuk selanjutnya dikirim ke retailer dengan memperhatikan faktor waktu dan beban muatan transporter. Produk yang bagus untuk penerapan cross docking sama seperti Just In Time Manufacturing, dapat berjalan pada variasi yang rendah dan terdapat jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen.
b.
Direct Shipment Dalam strategi ini, produk dikirim langsung dari supplier ke ritel tanpa melalui pusat distribusi. Tidak terdapat penyimpanan persediaan pada warehouse, karena warehouse atau pusat distribusi tidak ada.
c.
Warehousing Strategi ini merupakan strategi klasik, di mana warehouse menyediakan stok dan melayani pelanggan sesuai dengan permintaan. Warehousing dapat diartikan sebagai bagian logistik yang mengatur masalah penyimpanan produk pada produksi, konsumsi, dan di antara produksi dan konsumsi. Aktivitas warehousing juga menyediakan informasi bagi pihak manajemen tentang status, kondisi dan disposisi item produk yang disimpan. Dalam pelaksanaannya warehouse adalah istilah yang lebih umum dibandingkan dengan distribution center.
2.3.5. Saluran Distribusi Barang Konsumsi Dalam penyaluran barang konsumsi yang ditujukan untuk pasar konsumen, Swastha (1984), membaginya menjadi sebagai berikut:
11
lima macam saluran, di antaranya
a.
Produsen – Konsumen Saluran ini disebut saluran distribusi langsung, karena
memungkinkan
produsen langsung dapat menjual barangnya langsung kepada konsumen. b.
Produsen – Pengecer – Konsumen Saluran
distribusi ini juga disebut saluran distribusi langsung. Pengecer
melakukan pembelian barang kepada produsen. Adapula beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara langsung melayani konsumen. c.
Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen Saluran distribusi seperti ini banyak digunakan oleh produsen dan dinamakan sebagai saluran saluran distribusi tradisional.
Dalam saluran
6
distribusi ini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah yang besar kepada pedagang besar saja. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer saja. d.
Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen Dalam saluran distribusi ini, produsen memilih agen (agen penjualan atau agen pabrik) sebagai penyalurnya. Agen menjalankan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya ditujukan kepada pengecer besar.
e.
Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen Dalam saluran distribusi ini, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlibat adalah agen penjualan.
2.3.6. Vehicle Routing Problem (VRP) Vehicle Routing Problem (VRP) adalah masalah penentuan rute-rute yang optimal dari satu depot menuju sejumlah pelanggan yang tersebar secara geografis dengan memperhatikan sejumlah batasan (Laporte,1992). Batasan yang muncul antar lain berupa setiap pelanggan dikunjungi hanya satu kali oleh satu kendaraan, setiap kendaraan berawal dan berakhir di depo, setiap kendaraan dapat melayani lebih dari satu rute atau banyak trip (multiple trips), waktu pengiriman tiap rute tidak melebihi watu tertentu (time horison).
12
Menurut (Toth dan Vigo, 2002), secara umum bentuk dasar Vehicle Routing Problem (VRP) berkaitan dengan masalah penentuan suatu himpunan rute kendaraan (vehicle) yang melayani satu himpunan konsumen yang diasosiasikan dengan vertex dan demand (permintaan) yang diketahui dan rute yang menghubungkan depot dengan konsumen dan satu konsumen dengan konsumen yang lain yang dinamakan dengan arc. Ada beberapa karakterisitik dalam VRP yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah adalah komponen-komponen yang berkaitan dalam VRP (Toth dan Vigo , 2002) ,yaitu : a.
Pelanggan
b.
Depo
c.
Pengemudi
d.
Rute Kendaraan
Variasi bentuk VRP muncul tergantung pada suatu kondisi atau karakteristik yang ada. Kondisi tersebut terdiri dari sejumlah faktor, kendala, dan fungsi tujuan. Suprayogi (2003), memberikan beberapa contoh karakteristrik dari VRP dalam hal kendala yang ada dalam VRP tersebut berdasarkan batasan atau kendala yang ada antara lain: a. VRP Time Windows (VRPTW) Setiap pelanggan memiliki rentang waktu dalam pelayanan, pelayanan harus dilakukan pada renatang waktu (time windows) masing-masing pelanggan. b.
VRP Split Delivery (VRPSD) Pelanggan dapat dilayani lebih dari satu kendaraan, hal ini biasanya terjadi karena terbatasnya kapasitas kendaraan dalam melayani pelanggan.
c. VRP Pick Up and Delivery (VRPPD) Kendaraan melakukan dua tugas sekaligus, yaitu melakukan pengambilan dan pengantaran produk pada pelanggan. d. VRP Multiple Depots (VRPMD) VRP ini memiliki depo lebih dari satu.
13
e.
VRP Multiple Products (VRPMP) Karakteristik VRP ini adalah permintaan pelanggan lebih dari satu produk.
f.
VRP Multiple Trips (VRPMT) Karakteristik dari VRP ini adalah satu kendaraan dapat menempuh beberapa rute untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
g.
VRP Heterogeneous Fleet of Vehicles (VRPHFV) Kendaraan yang digunakan bermacam-macam dengan karakteristik yang berbeda-beda.
h.
Periodic VRP (PVRP) Dalam VRP standar, horison perencanaan hanya berlaku pada satu hari, pada variasi VRP ini pelayanan kepada pelanggan dapat dilakukan dalam
6 beberapa waktu selama horison perencanaan. i.
Stochastic VRP (SVRP) Parameter angka (seperti jumlah pelanggan, permintaan masing-masing pelanggan, waktu layanan) bersifat acak atau tidak pasti, setiap pelanggan memiliki kemungkinan untuk tidak dikunjungi setiap hari.
j.
Dynamic VRP (DVRP) VRP jenis ini bertujuan untuk mengantisipasi apabila terdapat pelanggan baru pada rute tertentu, pelanggan baru ini harus disisipkan pada rute tambahan saat pembuatan rute pengiriman utama.
2.3.7. Dantzig
VRP with Heterogeneous Vehicle (HVRP) dan
Ramser
(1959)
merupakan
peneliti
yang
pertama
kali
memperkenalkan model Vehicle Routing Problem (VRP). Terdapat dua variasi umum VRP yaitu homogeneous dan heterogeneous. Penelitian ini difokuskan pada model Heterogeneous VRP (HVRP). Pada umumnya banyak perusahaan yang memiliki kegiatan pengiriman barang dan jasa dengan kendaraan angkut yang heterogen. Persoalan HVRP dapat digambarkan sebagai berikut: Kendaraan yang telah teridentifikasi dengan jumlah kapasitas angkut (Q) tertentu harus mengirim sejumlah kuantitas pesanan q1(i = 1,...,n) suatu barang pada n pelanggan dari sebuah single depo (i=0). Di mana diketahui bahwa dij adalah jarak antara customer i dan j (i,j=0,...,n), sehingga problemnya adalah bagaimana menemukan suatu tur untuk kendaraan
14
di mana jarak tempuh kendaraan adalah yang paling singkat, setiap customer dilayani oleh satu kendaraan, kuantitas barang yang dikirimkan tidak melebihi kapasitas kendaraan pengangkut (Q) (Azmi et al., 2008). HVRP berbeda dengan VRP klasik, di mana HVRP berhubungan dengan armada kendaraan yang heterogen sedangkan VRP klasik berhubungan dengan armada kendaraan yang bersifat homogen jenisnya. HVRP membentuk sekumpulan rute kendaraan yang di mulai dan diakhiri pada depo sehingga setiap pelanggan dikunjungi tepat satu kali dan demand total dari satu rute tidak melebihi kapasitas angkut kendaraan yang ditugaskan pada rute tersebut. Pendekatan penyelesaian diaplikasikan pada karakteristik sebagai berikut: Diberikan sekumpulan distributor dan sebuah depo. Setiap distributor memiliki demand d i . Jarak antar distributor i dan j adalah dij. terdapat tipe truk K, tiap truk berkapasitas Qk dan Biaya Ck. (Azmi et al., 2008). 2.3.8. Route –First, Cluster-Second Method Metode ini termasuk dalam two-phase method. Menurut Toth dan Vigo (2002), Two-phase method merupakan metode yang membagi proses pembuatan rute ke dalam dua kondisi natural: route dan cluster . Pembuatan route fokus pada urutan perjalanan dalam rute (urutan pelanggan mana yang terlebih dahulu dilayani).
Pembuatan
cluster
fokus
pada
pengelompokkan
pelanggan
berdasarkan karakteristik atau kendala yang dimiliki. Dalam penelitian ini route-first, cluster-second diaplikasikan dengan membuat rute yang menghubungkan kedua puluh pelanggan dalam satu rute. Rute berawal dari depo dan diakhiri di depo. Pembuatan rute menggunakan algoritma Travelling
Salesman
Problem
(TSP)
dengan
bantuan
software
integer
programming yaitu LINGO 13. Setelah rute terbentuk, kemudian rute tersebut dibagi kedalam beberapa rute. Dalam penelitian ini pembagian rute didasarkan pada kapasitas kendaraan. Banyaknya pelanggan
yang dapat dilayani oleh
kendaraan tanpa melebihi kapasitas yang dimiliki kendaraan yang ditugaskan maka sejumlah toko tersebut manjadi rute yang harus dilayani oleh kendaraan tersebut. 2.3.9. Integer Programming Menurut Winston (2003), Integer programming
(IP) adalah masalah linear
programming (LP) di mana beberapa atau semua variabelnya harus berupa 15
bilangan bulat non negatif. Linear Programming (LP) sendiri adalah tools untuk menyelesaikan masalah optimasi. Pada formulasi IP terdapat fungsi tujuan dan kendala-kendala. Dalam penelitian ini, IP digunakan untuk pembuatan rute yang optimal berdasarkan algoritma Travelling Salesman Problem (TSP). IP yang digunakan untuk pembuatan rute pada penelitian ini adalah LINGO 13. 2.3.10. Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling salesman problem (TSP) merupakan masalah yang terjadi pada seorang salesman untuk mengunjungi sejumlah tempat yang telah ditentukan dan telah diketahui jarak antar satu tempat ke tempat lainnya (Taha, 2007). Travelling salesman problem (TSP) merupakan suatu permasalahan untuk 6
seorang salesman yang harus berangkat dari sebuah depo untuk mengunjungi n Node atau kota, di mana setiap node hanya boleh dikunjungi sebanyak 1 (satu) kali, kemudian kembali ke depo semula dengan mengambil rute yang optimal. Rute yang optimal adalah rute yang memberikan total biaya, waktu tempuh, dan jarak yang paling minimum. Output yang dihasilkan dari perutean adalah urutan rangkaian lokasi yang harus dikunjungi oleh salesman dalam 1 kali tour. Menurut Johnson dan McGeoch (1997), Traveling Salesman Problem (TSP) adalah suatu permasalahan mencari sebuah rute tertutup untuk mengunjungi sejumlah kota, di mana setiap kota hanya dikunjungi sekali dan kembali ke kota awal setelah semua kota dikunjungi. Beberapa algoritma yang pernah dipakai untuk memecahkan masalah TSP menurut Johnson dan McGeoch (1997) adalah algoritma genetic, algoritma simulated annealing, algoritma tabu search, algoritma lin Kernighan, algoritma neutral network, dan algoritma local search. Berikut model matematis dari Travelling Salesman Problem (TSP) Fungsi tujuan TSP menurut LINDO (2011): Minimasi: ߑ݅ ߑ݆ ݆݅ܺ ݆݅ܥ
(2.1)
Fungsi Kendala - Setiap titik j harus dikunjungi satu kali σ݊ = ݆݅ܺ ്݆ݔ1 (untuk j = 1 sampai n)
(2.2)
- Setiap titik i harus ditinggalkan tepat satu kali σ്݆݊݅ ݆ܺ݅ = 1 (untuk i = 1 sampai n)
16
(2.3)
- Subtours tidak diperbolehkan untuk setiap subset S, tidak termasuk depo σ݆݅ ݆݅ܺ ݏא ȁܵȁ െ ͳ
untuk setiap S
(2.4)
ȁܵȁ merupakan ukuran dari S - Kendala 3 dapat diganti dengan ܷ݆ ܷ݅ ͳ െ ൫ͳ െ ݆ܺ݅ ൯݊ ݆݇ݑݐ݊ݑൌ ʹǡ ͵ǡ Ͷǡ ǥ Ǣ ݆ ് ͳ
(2.5)
Keterangan: = ݆݅ܥmenunjukkan biaya perjalanan dari outlet I ke outlet j ݆ܺ݅ = variabel keputusan di mana: ݆ܺ݅ = 1, salesman mengunjungi outlet j setelah 1 ݆ܺ݅ = 0, kondisi lain N = jumlah outlet S = menunjukkan subtours ܷ݆ = outlet ke j pada urutan rute yang dibentuk 2.3.11. Penyelesaian Menggunakan LINGO 13 LINGO 13 merupakan suatu alat komprehensif yang dirancang untuk memecahkan masalah Linear, Nonlinear (convex dan nonconvex/global), Quadratic, Quadratically Constrained, Second Order Cone, Stochastic, dan model optimisasi integer dengan lebih cepat, lebih mudah, dan lebih efisien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada model LINGO menurut LINDO (2011): a.
Comment pada model ini harus dimulai dengan tanda seru (!) dan akan muncul dalam teks berwarna hijau.
b.
Fungsi operator yang telah ditetapkan dalam LINGO akan muncul dalam teks berwarna biru
c.
Teks lainnya akan muncul dalam teks berwarna hitam
d.
Setiap pernyataan dalam LINGO harus diakhiri dengan tanda ( ; )
e.
Nama variabel harus dimulai dengan sebuah huruf (A-Z). Karakter lainnya dalam nama variabel bisa menggunakan huruf-huruf atau kata, atau karakter underscore ( _ ). Nama variabel dapat mencapai panjang hingga 32 karakter.
17
Penyelesaian menggunakan LINGO 13, menggunakan fitur sebagai berikut: a.
Menggunakan Command SETS pada LINGO 13 Command SETS digunakan untuk mengelompokkan hal-hal dari variabel yang sama pada program LINGO 13. SETS digunakan sebelum model constraint pada program LINGO 13 dan diakhiri dengan command ENDSETS. Beberapa fungsi set juga tersedia untuk digunakan dalam program LINGO 13. Fungsi-fungsi tersebut menurut LINDO (2011): i. @FOR Digunakan untuk menentukan setiap member suatu set dalam suatu constraint. ii. @SUM
6
Digunakan untuk menyatakan jumlah suatu pernyataan dari seluruh member set. iii. @MIN Digunakan
untuk
memperhitungkan
nilai
minimum
dari
sebuah
pernyataan dari seluruh member set. iv. @MAX Digunakan untuk memperhitungkan nilai maksimum dari sebuah pernyataan dari seluruh member set. b.
LINGO DATA Section LINGO 13 menyediakan suatu bagian tersendiri untuk menetapkan setiap nilai dari variabel yang berbeda yaitu dengan menggunakan command DATA. Penulisan command DATA dilakukan setelah command SETS pada setiap model LINGO 13. Bagian ini dimulai dengan label DATA dan diakhiri dengan ENDDATA. Pernyataan dalam DATA diikuti dengan kalimat object_list = value_list. Object list memuat tentang nama-nama dari setiap atribut suatu set di mana nilainya telah ditetapkan.
c.
Operasional dan Fungsi LINGO 13 LINGO 13 menyediakan suatu fungsi dan operasional sebagai problem solving dalam suatu model. Terdapat tiga tipe operasional yang digunakan oleh LINGO 13 yaitu aritmatika, logika dan relasi operasional. Operasional aritmatika adalah sebagai berikut:
18
i. Eksponen ( ^ ) ii. Perkalian ( * ) iii. Pembagian ( / ) iv. Penjumlahan ( + ) v. Pengurangan ( - ) Operasional logika digunakan dalam kumpulan fungsi untuk menentukan kondisi TRUE/FALSE menurut LINDO (2011): i. #LT#
: TRUE jika argumen disebelah kiri secara tepat kurang dari argumen sebelah kanan, lainnya FALSE
ii. #LE#
: TRUE jika argumen disebelah kiri kurang dari atau sama dengan argumen disebelah kanan,lainnya FALSE
iii. #GT#
: TRUE jika argumen disebelah kiri secara tepat lebih besar dari argumen disebelah kanan, lainnya FALSE
iv. #GE#
: TRUE jika argumen disebelah kiri secara lebih besar atau sama dengan argumen disebelah kanan, lainnya FALSE
v. #EQ#
: TRUE jika kedua argumen sama, lainnya FALSE
vi. #NE#
: TRUE jika kedua argument tidak sama, lainnya FALSE
vii. #AND#
: TRUE jika kedua argumen bernilai TRUE, lainnya FALSE
viii. #OR#
: FALSE hanya jika kedua argumen bernilai FALSE, lainnya TRUE
ix. #NOT#
: TRUE jika argument adalah FALSE, lainnya FALSE
Relasi operasional digunakan ketika mendefinisikan batasan-batasan untuk sebuah model, antara lain: a. Ekspresi sama dengan (=) b. Pernyataan di sisi kiri kurang dari atau sama dengan sisi kanan (<=) c. Pernyataan di sisi kiri lebih besar dari atau sama dengan sisi kanan (>=)
19
2.3.12. Fungsi dan Fitur Microsoft Excel yang Dipakai dalam Pembuatan Program Dalam Microsoft Excel terdapat berbagai macam fungsi dalam dan fitur yang dapat membantu perhitungan dan pengolahan data. Berikut ini adalah beberapa fungsi dan fitur yang digunakan untuk pembuatan program dalam penelitian ini: a.
Fungsi IF Fungsi IF membandingkan nilai suatu cell, dengan suatu kriteria tertentu yang dijadikan acuan. Jika nilai cell tersebut sesuai atau sama dengan nilai dari kriteria yang diinginkan maka akan bernilai TRUE dan apabila tidak sama maka bernilai FALSE. Sintaks penulisan fungsi IF adalah sebagai berikut:
6
=IF(logical_test;value_if_true;value_if_false) Logical_test merupakan pernyataan yang akan dievaluasi ke nilai TRUE atau FALSE. Value_if_true merupakan nilai tetapan yang dibuat apabila argumen Logical_test mengevaluasi ke TRUE. Value_if_false merupakan nilai tetapan yang dibuat apabila argumen Logical_test mengevaluasi ke FALSE. b.
Fungsi AND Fungsi AND digunakan untuk menetapkan nilai TRUE apabila semua argumen mengevaluasi ke nilai TRUE dan menetapkan nilai FALSE apabila satu atau beberapa argumen mengevaluasi ke nilai FALSE. Sintaks penulisan fungsi AND adalah sebagai berikut: =AND(logical1;[logical2];...) Logical1 merupakan kondisi pertama yang akan dievaluasi ke TRUE atau FALSE. Logical2 merupakan kondisi tambahan yang akan dievaluasi ke TRUE atau FALSE.
c.
Fungsi INDEX Fungsi INDEX digunakan untuk mencari suatu nilai milik cell di dalam tabel yang dipilih oleh indeks nomor baris dan kolom . Sintaks penulisan fungsi INDEX adalah sebagai berikut : =INDEX(array;row_num;[column_num]) Array merupakan range tempat pencarian nilai yang diinginkan, row_num merupakan posisi baris dari cell yang ingin dicari nilainya relatif terhadap cell
20
yang terletak pada bagian paling kiri atas range sedangkan column_num merupakan posisi kolom dari cell yang ingin dicari nilainya relatif terhadap cell yang terletak pada bagian paling kiri atas range. d.
Fungsi MATCH Fungsi MATCH digunakan untuk mencari posisi relatif dari suatu cell spesifik dalam suatu range. Sintaks penulisan fungsi MATCH adalah sebagai berikut: =MATCH(lookup_value;lookup_array;[match_type]) Lookup_value merupakan nilai referensi sebagai pembanding, lookup_array adalah range tempat pencarian dilakukan, sedangkan match_type adalah tipe kecocokan. Bila match type diisikan angka 0 maka pencarian akan dilakukan pencarian untuk menemukan posisi relatif dari cell yang memiliki nilai sama persis seperti lookup_value. Jika diisikan angka -1 maka akan dilakukan pencarian untuk menemukan posisi relatif dari cell yang memiliki nilai lebih besar dari lookup_value. Sedangkan jika diisikan angka 1 maka akan mencari posisi relatif dari cell yang memiliki nilai lebih kecil dari lookup_value. Fungsi MATCH dapat disarangkan ke dalam Fungsi INDEX sehingga akan berfungsi seperti VLOOKUP.
e. Fungsi MIN Fungsi MIN digunakan untuk mencari nilai minimal dari sekumpulan nilai. Sintaks penulisan fungsi MIN adalah : =MIN(number1;[number2];...) Number diperlukan sebagai nilai dari satu atau beberapa cell yang akan dicari nilai terkecilnya. f. Fungsi SUM Fungsi SUM digunakan untuk melakukan operasi penjumlahan terhadap sekumpulan nilai. Sintaks penulisan fungsi SUM adalah : =SUM(number1;[number2];...) Number diperlukan sebagai nilai dari satu atau beberapa cell yang akan dijumlahkan nilainya.
21
g.
Fungsi COUNTIF Fungsi COUNTIF adalah menghitung jumlah cell dalam suatu rentang, yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Sintaks penulisan fungsi COUNTIF adalah: =COUNTIF(range;criteria) Range diperlukan untuk menetapkan rentang cell
yang akan dihitung
jumlahnya sesuai denga kriteria yang telah ditentukan. Criteria diperlukan sebagai tetapan nilai yang akan dihitung jumlah cellnya pada range yang terpilih. h.
Fungsi SMALL Fungsi SMALL mencari urutan angka terkecil ke-sekian dari suatu array.
6 Sintaks penulisan fungsi SMALL adalah: =SMALL(array;k) Array diperlukan untuk menentukan baris atau kolom
yang akan dicari
urutan nilai terkecilnya. K diperlukan untuk menentukan urutan nilai terkecil yang akan dicari. i.
Fungsi ROW Fungsi Row untuk mengambil data baris dari suatu referensi. Sintaks penulisan fungsi ROW adalah: =ROW([reference]) Reference dibutuhkan sebagai rentang cell yang hendak didapatkan nomor barisnya.
j.
Fungsi OR Fungsi OR untuk menetapkan suatu argumen bernilai TRUE apabila terdapat satu dari beberapa argumen bernilai TRUE dan menetapkan argumen FALSE apabila seluruh argumen bernilai FALSE. Sintaks penulisan fungsi OR adalah: =OR(logical1;[logical2];...) Logical diperlukan sebagai nilai yang akan ditetapkan nilainya apakah bernilai TRUE atau FALSE.
22
k.
Fitur Conditional Formatting Fitur Conditional Formating dapat memudahkan kita untuk memformat cell secara otomatis bila cell tersebut memenuhi kriteria tertantu. Cell yang diformat biasanya mempunyai nilai-nilai tertentu yang khas sehingga perlu dibedakan formatnya dengan cell lain supaya mudah dikenali.
2.3.13. Aplikasi One Touch Location Aplikasi One Touch Location adalah aplikasi yang memberikan kemudahan dalam mencari titik koordinat keberadaan seseorang disuatu daerah. Aplikasi One Touch Locaton dapat di akses melalui smart phone dengan sistem operasi android. Aplikasi One Touch Location dapat dijalankan apabila smart phone terhubung dengan jaringan internet, selain itu smart phone harus dilengkapi dengan Global Positioning System (GPS). Langkah awal dalam pencarian titik koordinat menggunakan aplikasi One Touch Location dengan terlebih dahulu berada disekitar lokasi yang hendak diketahui titik koordinatnya, setelah itu menjalankan aplikasi ini dari smart phone yang terhubung dengan jaringan internet.
Gambar 2.1. Tampilan Aplikasi One Touch Location Saat di Jalankan Titik koordinat yang diberikan aplikasi One Touch Location terdiri dari titik latitude dan longitude yang pada contoh ini diberi lingkaran merah. Titik koordinat yang
23
didapatkan dari aplikasi One Touch Location akan dimanfaatkan untuk pencarian lokasi dan pengukuran jarak tempuh di aplikasi Google Maps. Titik koordinat yang didapatkan melalui aplikasi One Touch Location mengalami sedikit perubahan pada saat dimasukkan kedalam aplikasi Google Maps. Setiap titik koordinat di bawah garis khatulistiwa pada Google Maps diawali dengan tanda (-) dan titik koordinat lokasi yang berada di sebelah kanan Greenwich akan bertanda (+). Begitu pula titik koordinat lokasi yang berada di atas garis khatulistiwa diawali dengan tanda (+) dan titik koordinat yang berada disebelah kiri Greenwich akan diawali dengan tanda (-). Penulisan titik koordinat yang terdiri dari titik longitude dan latitude di dalam aplikasi Google Maps juga harus diperhatikan. Penulisan titik latitude terlebih 6
dahulu dituliskan kemudian disusul dengan penulisan titik longitude dengan tanda (,) sebagai pemisah. Dari gambar 2.1. titik longitude dan latitude dituliskan seperti berikut: -7.7134,110.40223. 2.3.14. Aplikasi Google Maps Google Maps merupakan aplikasi peta elektronik berbasis web yang disediakan oleh google secara gratis. Google Maps dapat diakses melalui website http;//maps.google.com. Google Maps dapat digunakan untuk mencari jarak dari suatu tempat ke tempat lain. Pencarian jarak dapat dilakukan dengan memasukkan nama tempat, titik koordinat atau alamat dari suatu tempat yang hendak diketahui keberadaan dan jaraknya dari titik keberadaan saat ini atau titik awal. Untuk mencari suatu lokasi yang hendak diketahui jaraknya dan keberadaan lokasinya, langkah awal yang dilakukan adalah memasukkan data lokasi suatu tempat pada search bar, pada contoh kali ini data lokasi yang hendak dicari jaraknya berupa titik koordinat yang terdiri dari titik longitude dan latitude yang diperoleh dari aplikasi One Touch Location.
Gambar 2.2. Proses Memasukkan Data Lokasi Tujuan 24
Langkah selanjutnya adalah memasukkan titik koordinat lokasi awal. Lokasi awal ini berguna sebagai titik awal pengukuran jarak ke lokasi tujuan.
Gambar 2.3. Proses Memasukkan Data Lokasi Awal Setelah memasukkan data lokasi awal, pilih menu pencarian rute yang dapat dilewati oleh kendaraan roda empat, yang pada gambar 2.3. diberi tanda lingkaran merah. Pencarian rute yang dapat dilewati kendaraan roda empat dilakukan agar seluruh kendaraan yang dimiliki UD. Garuda dapat menjangkau pelanggan yang ada.
Gambar 2.4. Pemilihan menu untuk pencarian rute yang dapat dilewati kendaraan roda empat Setelah memilih menu pencarian rute, langkah selanjutnya adalah klik tombol search yang pada contoh ini diberi tanda lingkaran merah untuk mengetahui rute alternatif yang dapat di tempuh dari lokasi awal dan lokasi tujuan.
Gambar 2.5. Tombol search pada aplikasi Google Maps
25
Tunggu beberapa saat untuk mendapatkan rute alternatif dari aplikasi Google Maps. Jika terdapat rute alternatif lebih dari satu, maka dipilih rute dengan jarak tempuh terpendek yang dapat dilalui oleh kendaraan angkut dengan kapasitas paling besar yaitu 350 lembar per sekali angkut sampai kendaraan angkut dengan kapasitas paling kecil yaitu 120 lembar per sekali angkut.
6 Gambar 2.6. Alternatif Rute Hasil Aplikasi Google Maps
26