7
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Perkembangan Bahasa Mandarin
2.1.1
Perkembangan Menurut Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar (2003), perkembangan
diartikan sebagai perluasan; pertumbuhan; kemajuan. Menurut Johannes Muller (2006) perkembangan dalam arti harfiah merupakan suatu istilah dinamis yang mengacu pada perubahan
dan pada umumnya
dipakai dengan konotasi positif. Maka, dalam bahasa sehari-hari, perkembangan biasanya dimengerti sebagai perkembangan yang diinginkan, berlawanan dengan stagnasi (kondisi tidak aktif/tidak bergerak). Akan tetapi berkaitan dengan keadaan negara-negara berkembang, istilah itu mendapat konotasi negatif. Perkembangan sebagai perubahan merupakan tujuan yang secara universal dicita-citakan, sebab baik pengalaman historis maupun refleksi filsafat memperlihatkan bahwa kemandekan hampir selalu sama dengan kemerosotan dan kematian. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997), bahasa dan tulisan merupakan jenis komunikasi yang paling populer hingga saat ini. Sebelum terciptanya abjad, bahasa gambar ciptaan orang Mesir cukup lama bertahan sebagai alat komunikasi, yakni sekitar 2.000 tahun. Orang Siria dan Palestina mungkin adalah pencipta abjad yang pertama. Abjad mereka diciptakan pada sekitar tahun 1.500 SM. Abjad pertama ini
8
memiliki sekitar 20 lambang sederhana yang menggambarkan perbedaan suara dalam pengucapan. Dengan mengkombinasikan lambang-lambang dalam satu garis mereka dapat menulis beberapa kata ucap. Abjad ini kemudian menjadi dasar pola abjad bangsa Yunani dan Romawi. Setelah ditemukannya abjad dan terciptanya kata ucap, komunikasi antar manusia berkembang pesat. Penemuan abjad merupakan penemuan besar dalam sejarah manusia karena hampir semua ucapan dapat ditulis dengan jelas, dengan rangkaian lambang yang berbeda. Pengucapan yang jelas menciptakan bahasa komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi menyebar dan digunakan di seluruh dunia. 2.1.2 Bahasa Menurut Kushartanti & Multamia RMT Lauder..et.al (2005), bahasa diartikan sebagai sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok
masyarakat
tertentu
dalam
bekerja
sama,
berkomunikasi,
dan
mengidentifikasi diri. Menurut Xu tong qiang 徐通锵 (2001), bahasa adalah perkataan orang yang sering keluar melalui suara yang dikeluarkan agar tersampaikan kepada pendengar, pendengar “mendengar” dari suara yang menyampaikan informasi; sebuah alat untuk berkomunikasi, di dalam kehidupan masyarakat bahasa sangat penting untuk digunakan. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997), Bahasa dihubungkan dengan manusia, karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia. Manusia dapat menguasai suatu bahasa secara alamiah; itulah bahasa pertama atau bahasa ibu yang
9
dipelajari sejak kanak-kanak. Bahasa pertama merupakan bahasa yang lingkungan sosial-budayanya merupakan bagian dari lingkungan sosial budaya si penutur. Di samping itu seseorang dapat menguasai bahasa lain, biasanya melalui belajar. Umumnya kemampuan penguasaan bahasa kedua lebih rendah daripada bahasa pertama, demikian pula frekuensi penggunaannya. 2.1.3
Mandarin Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Mandarin, Dalam pengertian
sempit Mandarin berarti pu tong hua (普通话) dan guo yu (国语) yang merupakan dua bahasa standar yang didasarkan pada bei fang hua (北方话). Pu tong hua (普通话) berarti bahasa resmi China dan guo yu adalah bahasa resmi Taiwan. Pu tong hua yang biasanya disebut hua yu, juga merupakan salah satu dari empat bahasa resmi Singapura. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti bei fang hua (北方话) (secara harafiah berarti bahasa percakapan utara), yang merupakan sebuah kategori yang luas yang mencakup beragam jenis dialek percakapan China yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya China, dan menjadi dasar bagi pu tong hua (普通话) dan guo yu (国语). Bei fang hua (北方话) mempunyai lebih banyak penutur daripada bahasa yang lainnya dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama sekali tidak dapat dimengerti. 2.1.4
Perkembangan Bahasa Salah satu kekhasan yang sangat penting dari setiap kebudayaan ialah adanya
bahasa. (Bernard Raho, 2004). Setiap kebudayaan memiliki bahasa sebagai salah satu
10
alat untuk berkomunikasi dengan orang-orang lain. Bahasa merupakan sarana yang penting dalam mewariskan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Begitu kita belajar menangkap arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam bahasa maka kita mempunyai akses untuk mengetahui hal-hal yang terakumulasi dari jaman ke jaman. Dengan mengetahui bahasa kita bisa belajar banyak hal tentang masa lampau. Semakin banyak bahasa yang kita ketahui maka semakin banyak peluang yang kita miliki untuk mengetahui akumulasi pengetahuan yang ditulis dengan bahasa-bahasa berbeda. Perkembangan bahasa sangat ditentukan oleh unsur-unsur budaya lain, seperti ekonomi dan teknologi. Dengan demikian, perkembangan bahasa kita tidak mampu berjalan secara otonom dan eksklusif. 2.2
Pendidikan Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan yang didapat dari lembaga formal maupun non formal. Sedangkan makna pendidikan secara sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. (Tholib Kasan, 2005). Pendidikan merupakan suatu institusi yang sangat penting dalam proses sosialisasi. Sepanjang hidup, kita belajar banyak hal dari keluarga, kelompok bermain, pemimpin agama, dan media massa. Tetapi sebagian besar proses belajar di dalam
11
masyarakat diperoleh melalui sistem pendidikan formal. (Bernard Raho, 2004) Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997), pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan latihan. Kegiatan mendidik atau pendidikan bisa terjadi di tempat-tempat yang memang disediakan untuk hal itu, seperti sekolah dengan guru sebagai pendidiknya atau di rumah dengan orang tua yang dengan kata, sikap, dan perilakunya berusaha membentuk sikap dan pandangan hidup anak-anaknya. Saudara atau teman dapat juga menjadi pendidik karena penolakan atau penerimaan mereka terhadap perilaku kita menentukan apakah kita dapat mempertahankan sikap atau mengharuskan mengubah sikap dan perilaku. Dalam masyarakat sederhana, pada awalnya pendidikan dimaksudkan untuk mengajarkan budaya, yaitu mengajar anak untuk mengetahui dan mengamalkan nilai-nilai dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini berjalan secara informal, anak belajar melalui pengamatan terhadap lingkungannya dan orang-orang yang terdekat dengan dia. Apa yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tertentu diketahui melalui pengamatan atau pengalaman. Jadi dalam masyarakat sederhana, semua orang lebih tua dan lebih berpengalaman adalah pendidik, begitu pula alam sekitarnya. Namun, dalam masyarakat lebih kompleks makin banyak yang harus diketahui anak untuk bisa hidup dalam lingkungan masyarakatnya dengan baik, karena itu ia tidak baik dapat lagi belajar “dengan sendirinya”. Ia memerlukan cara lebih efisien untuk dapat menerima transmisi budaya dan pengetahuan yang begitu banyak. Untuk itu
12
diperlukan adanya pendidikan yang formal dengan guru sebagai pendidik dan terbagi dalam berbagai jenjang dan kekhususan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan berlangsung secara formal dan nonformal selama hidup dan dilaksanakan disekolah, di dalam keluarga dan ditengah masyarakat. 2.2.1
Pengertian Pendidikan Banyak definisi-definisi yang disampaikan oleh para ahli mengenai
pengertian pendidikan. Dalam hal ini penulis mengambil beberapa pendapat ahli, diantaranya sebagai berikut. Menurut Prof. Richey dalam buku Planning for Teaching an Introduction to Education, menjelaskan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung dalam sekolah saja. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan. 2.3
Era Reformasi
2.3.1
Pengertian Era Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997), era diartikan sebagai sistem
waktu yang lebih panjang daripada satu tahun kalender. Dalam era ini tahun-tahun kalender diberi nomor, berawalkan suatu peristiwa bersejarah tertentu.
13
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992), era diartikan sebagai kurun waktu dalam sejarah; sejumlah tahun di jangka waktu antara beberapa peristiwa penting dalam sejarah; masa. 2.3.2
Pengertian Reformasi Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997), reformasi adalah gerakan
sosial. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, reformasi diartikan sebagai perubahan untuk perbaikan dalam suatu masyarakat atau pemerintahan (biasanya tentang politik, agama, sosial, dan sebagainya). Menurut pandangan sosiologi, reformasi merupakan salah satu bentuk “perilaku bersama” yang penting berupa tindakan sejumlah besar orang yang terorganisasi dan disiagakan untuk mendukung dan memperjuangkan (atau sebaliknya, untuk melawan) suatu perubahan sosial. Berbagai revolusi dan reformasi adalah tipe umum gerakan sosial. Partisipasi kebanyakan orang dalam gerakan sosial pada umumnya hanya informal atau tidak langsung. Biasanya banyak simpatisannya mendukung dan mengidentifikasikan dirinya dengan gerakan itu beserta programnya, tanpa menggabungkan dirinya kepada suatu organisasi formal apapun yang berkaitan dengan gerakan itu. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1997) 2.3.3
Era Reformasi Menurut
http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia:_Era_Reformasi,
Era
Reformasi adalah sebutan bagi pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Era
14
Reformasi di Indonesia dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ Habibie. Sebelum era reformasi adalah era orde baru, era orde baru adalah sebutan bagi pemerintahan Presiden Soeharto yang dimulai sejak tahun 1966 sampai 1998. Pada tanggal 16 Juli 1966, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan RI mengeluarkan surat keputusan untuk menutup semua sekolah yang berbahasa pengantar China. Sejak saat itu, khususnya warga negara Indonesia keturunan China tidak dapat menerima pendidikan Bahasa Mandarin ataupun berbicara Bahasa Mandarin Latar belakang yang menyebabkan terjadinya era reformasi adalah krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto Pada era reformasi, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 4 tahun 1999 yang berisi tentang penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan Indonesia (SKBRI) dan izin pelajaran Bahasa Mandarin. Sejak dikeluarkan keputusan presiden ini, khususnya warga negara Indonesia keturunan China memperoleh kebebasan kembali dalam menerima pendidikan Bahasa Mandarin ataupun berbicara Bahasa Mandarin untuk percakapan sehari-hari.