BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Jaringan Jaringan adalah kumpulan beberapa komputer yang tergabung dalam suatu lingkungan yang dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lain (Arief, 2004,p2). Berdasarkan media yang digunakan, maka terdapat dua macam jaringan yaitu jaringan dengan kabel dan jaringan nirkabel. Secara umum, jaringan dibagi menjadi 3 jenis : 1. Local Area Network (LAN), LAN merupakan tipe jaringan dengan kecepatan yang tinggi yang meliputi area seperti satu gedung. Tingkat kesalahan dalam pengiriman data rendah karena hanya dalam area yang kecil (sekitar beberapa ribu meter). 2. Wide Area Network (WAN), WAN merupakan jaringan komunikasi data yang melayani pengguna dalam wilayah area geografi yang luas. Dan menggunakan peralatan transmisi. 3. Metropolitan Area Network (MAN), MAN merupakan jaringan yang melayani area metropolitan, biasanya area yang ada lebih besar dari LAN dan lebih kecil dari WAN.
5
Secara garis besar, jaringan nirkabel dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Jaringan Adhoc Jaringan Adhoc adalah komunikai antara dua device atau lebih yang dilakukan secara langsung, tanpa adanya device tambahan seperti access point. Jaringan Adhoc juga dikenal dengan jaringan peer-to-peer. Pada jaringan Adhoc, setiap client bisa mengakses resource dari client lain, bukan ke server pusat. 2. Jaringan Infrastructure Jaringan Infrastructure adalah komunikasi antara dua device atau lebih yang dilakukan dengan bantuan device tambahan seperti access point. Dengan adanya access point, maka wilayah akses bisa menjadi semakin luas. Pada jaringan Infrastructure, setiap client bisa mengakses resource dari server pusat. 2.2
Topologi Jaringan Topologi merupakan sebuah struktur dari sebuah jaringan. Topologi secara garis besar dibagi menjadi dua : 1. Topologi Fisik - menggambarkan kondisi yang sebenarnya jaringan secara langsung. 2. Topologi Logika - menggambarkan kondisi bagaimana cara media jaringan dapat diakses oleh komputer. 2.2.1
Topologi Fisik Topologi Fisik secara umum terdapat 5 model, yakni Bus, Ring, Star, Extended Star dan Mesh.
6
1. Bus Pada model topologi ini, masing-masing komputer dihubungkan dengan sebuah kabel jaringan tunggal. Pada komputer awal dan akhir jaringan digunakan terminator 5Ω. Kelemahan pada model jaringan ini, apabila ada komputer yang gagal terhubung dengan jaringan, maka seluruh jaringan komputer akan terganggu. Kelebihan pada model jaringan ini, biaya pembangunan jaringan relatif lebih murah.
Gambar 2.1 Topologi Bus 2. Ring Pada model topologi ini, masing-masing komputer dihubungkan dengan sebuah kabel jaringan tunggal. Tidak ada komputer awal dan akhir pada model jaringan ini, sehingga tampak seperti sebuah cincin / ring. Topologi ini memiliki kelemahan dan kelebihan yang sama dengan topologi Bus.
Gambar 2.2 Topologi Ring
7
3. Star Pada model topologi ini, masing-masing komputer dihubungkan dengan sebuah konsentrator (Hub atau Switch). Model topologi ini merupakan model topologi yang paling banyak digunakan sampai saat ini dikarenakan pada model topologi ini apabila ada komputer yang gagal terhubung dengan jaringan, komputer lain yang juga terhubung dengan jaringan tidak terganggu. Kelemahan model topologi ini, biaya pembangunannya relatif lebih mahal dari pada topologi Bus atau Ring dikarenakan dibutuhkan sebuah konsentrator.
Gambar 2.3 Topologi Star 4. Extended Star Model topologi ini merupakan penggabungan dari beberapa topologi Star. Dibutuhkan sebuah konsentrator untuk menghubungkan topologi Star yang satu dengan topologi Star yang lainnya.
Gambar 2.4 Topologi Extended Star
8
5. Mesh Pada model topologi ini, masing-masing komputer terhubung secara langsung antara komputer yang satu dengan komputer yang lainnya. Biasanya topologi ini digunakan untuk membangun suatu jaringan backbone yang redundant. Keuntungan model topologi ini adalah reliabilitasnya dapat diandalkan. Kelemahan model topologi ini adalah biaya pembangunannya cukup mahal dan kurang efisien jika terdapat penambahan komputer baru dalam jaringan.
Gambar 2.5 Topologi Mesh 2.2.2
Topologi Logika Pada topologi logika terdapat 2 model, yakni Broadcast dan TokenPassing. 1. Broadcast Pada model ini, semua komputer diharuskan menerima paketpaket data yang dikirimkan oleh tiap-tiap komputer. Aturan yang diterapkan pun relatif sederhana, “siapa yang pertama kali datang, dia yang pertama kali dilayani”.
9
2. Token Passing Pada model ini, jaringan komputer dikendalikan oleh sebuah token. Hanya komputer yang memiliki token yang dapat mengirim data ke jaringan. Kepemilikian token ini sifatnya bergantian. 2.3
OSI 7 Layer OSI 7 Layer merupakan sebuah model framework (kerangka kerja) yang dibuat oleh OSI (Organization Standard International) tujuannya untuk mempermudah dalam mempelajari konsep jaringan serta memudahkan vendor bebas (independent) untuk mengembangkan suatu bagian tertentu dari teknologi jaringan komputer. OSI 7 Layer dapat dijelaskan sebagai berikut: Layer Application Presentation Session Transport Network Data Link Physical
Keterangan Membuka komunikasi dengan user lain dan memberikan layanan seperti file transfer ataupun e-mail ke user lain dalam suatu jaringan. Berhubungan dengan perintah dari application layer dan melakukan penterjemahan antara tipe data yang berbeda jika diperlukan. Membuka, mengatur dan mematikan sesi antar aplikasi Menyediakan mekanisme untuk pembukaan, pengaturan, dan penutupan jika ada permintaan dari sirkuit virtual pada data. Membuka end-to-end connection, dan menjaga keamanan data Menyediakan routing paket yang melalui router dari sumber ke tujuan. Menjaga sinkronisasi dan kontrol kesalahan antara 2 pihak. Menyediakan transmisi berbentuk bit melewati channel komunikasi secara elektrik, mekanisme, dan spesifikasi prosedur Tabel 2.1 OSI 7 Layer
10
2.4
TCP / IP Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) merupakan kombinasi dari dua protokol terpisah. IP adalah layer 3 protocol - suatu layanan connectionless yang menyediakan layanan pengantar data terbaik dalam jaringan. TCP adalah layer 4 protocol - suatu layanan connection-oriented yang meyediakan pengontrolan aliran data yang sering disebut sebagai reliability. Penggabungan kedua protokol ini memungkinkan penyediaan layanan yang semakin luas. 2.4.1
TCP Protocol Transmission Control Protocol (TCP) adalah sebuah layer 4 protocol yang bersifat connection-oriented yang menyediakan transmisi data full-duplex yang dapat diandalkan. TCP adalah bagian dari TCP/IP protocol stack.
2.4.2
Internet Protocol (IP) Internet Protocol (IP) adalah protocol jaringan (Network Layer pada OSI) yang digunakan di Internet. Ketika sebuah informasi mengalir ke bawah pada OSI Layer Model, data dienkapsulasi pada setiap layer. Pada layer network, data dienkapsulasi dalam paket-paket (atau disebut juga datagram), IP menentukan bentuk dari packet header (yang mana termasuk pengalamatan atau addressing dan informasi kontrol lainnya) tetapi tidak peduli mengenai data yang sebenarnya, dia menerima apapun yang di berikan oleh layer di atasnya.
11
2.5
Perangkat Jaringan Perangkat yang terhubung langsung ke jaringan dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian. Yang pertama adalah perangkat end–user (host). Contoh perangkat end–user antara lain: komputer, printer, scanner dan perangkat lainnya yang menghasilkan service secara langsung kepada user. Klasifikasi kedua adalah perangkat jaringan. Perangkat jaringan termasuk semua peralatan yang terhubung ke perangkat end-user sehingga membuat perangkat–perangkat end–user tersebut bisa berkomunikasi (Cisco Certified Network Associate, 2000, semester 1). Berikut ini adalah penjabaran tentang peralatan jaringan: 1. Network Interface Card (NIC) NIC merupakan suatu papan sirkuit yang dirancang untuk dipakai di dalam slot ekspansi suatu PC. NIC biasa disebut juga network adapter. Baik PC ataupun Laptop, harus menggunakan perangkat ini untuk bisa terhubung ke jaringan. Setiap NIC memiliki nama atau kode yang unik, yang biasa disebut Media Access Control (MAC). Alamat inilah yang digunakan untuk mengontrol komunikasi data pada host di dalam jaringan. 2. Repeater Repeater merupakan perangkat jaringan yang digunakan untuk membangkitkan ulang sinyal. Repeater membangkitkan ulang sinyal analog maupun sinyal digital yang mengalami distorsi sehingga menghindari kesalahan transmisi. Perangkat biasa digunakan untuk menghubungkan jaringan yang jaraknya cukup jauh, sehingga sinyal yang ditransmisikan lebih
12
reliable. Perangkat ini tidak melaksanakan routing seperti halnya bridge atau router. 3. Hub Prinsip kerja hub adalah mengkonsentrasikan sambungan. Dengan kata lain, mengambil sejumlah host kemudian membuat host–host tersebut terlihat seperti satu unit dalam jaringan. Proses ini dilakukan secara pasif, tanpa efekefek
lain
pada
transmisi
data.
Sedangkan
hub
aktif
tidak
hanya
mengkonsentrasikan host, tetapi juga membangkitkan ulang sinyal. 4. Bridge Bridge mengkonversi format data transmisi jaringan. Bridge juga memiliki kemampuan untuk melakukan pengaturan transmisi data. Seperti namanya, bridge menyediakan hubungan antar LAN. Bahkan bridge juga melakukan pengecekan data untuk menentukan apakah data itu harus melalui bridge atau tidak. Dengan fungsi ini, jaringan akan lebih efisien. 5. Switch Switch lebih “pintar” dalam mengatur transfer data. Tidak hanya menentukan arah data dalam LAN, tetapi switch bisa mentransfer data hanya kepada koneksi yang memerlukan data. 6. Router Router memiliki semua kemampuan perangkat jaringan. Router dapat membangkitkan
ulang
sinyal,
mengkonsentrasikan
banyak
koneksi,
mengkonversi format transmisi data, dan mengatur transfer data. Router digunakan dalam jaringan WAN.
13
2.6
Pengertian Nirkabel Nirkabel adalah suatu komunikasi antar dua titik atau lebih dimana gelombang elektromagnetik (bukan melewati kabel) membawa signal sebagian atau seluruh bagian dari jalur komunikasi (Arief, 2004, p4). Beberapa contoh peralatan nirkabel adalah :
2.7
•
Telepon selular dan radio panggil (pager).
•
Global Positioning System (GPS).
•
Remote Control
•
Satellite Television
Pengertian Jaringan Nirkabel Jaringan nirkabel merupakan sebuah LAN dimana transmisi data (pengiriman maupun penerimaan data) dilakukan melalui teknologi frekuensi radio lewat udara, menyediakan sebagian besar keunggulan dan keuntungan dari teknologi lama LAN namun tidak dibatasi media kabel (Arief, 2004, p5). Muncul dan berkembangnya sistem jaringan nirkabel dipicu oleh kebutuhan akan biaya pengeluaran yang lebih rendah menyangkut infrastruktur jaringan dan untuk mendukung aplikasi jaringan bergerak dalam efisiensi proses, akurasi dan biaya pengeluaran yang rendah dalam hitungan bisnis. Solusi jaringan nirkabel dapat jauh lebih ekonomis daripada instalasi kabel atau menyewa peralatan komunikasi berupa kabel seperti layanan T1 atau dial up. Beberapa perusahaan bahkan menghabiskan uang dalam jumlah yang sangat besar untuk penyambungan fisik antar dua fasilitas atau gedung yang saling berdekatan.
14
2.8
Prinsip Frekuensi Radio 2.8.1
Frekuensi Frekuensi adalah banyaknya getaran per detik dalam arus listrik yang terus berubah. Satuan frekuensi adalah Hertz disingkat Hz. Jika arus bergerak lengkap satu getaran per detik, maka frekuensinya 1 Hz. Satuan frekuensi lain :
2.8.2
•
Kilohertz (kHz)
•
Megahertz (MHz)
•
Gigahertz (GHz)
•
Terahertz (THz)
Panjang Gelombang Panjang gelombang adalah jarak diantara kedua titik yang sama pada satu getaran. Dalam sistem nirkabel, biasanya diukur dalam satuan meter, centimeter atau millimeter.
Gambar 2.6 Panjang Gelombang Ukuran dari panjang gelombang tergantung dari frekuensi sinyal. Semakin tinggi frekuensi sinyal, maka panjang gelombang yang akan
15
dihasilkan semakin pendek. Hubungan antara frekuensi dan panjang gelombang dapat dituliskan secara matematis, sebagai berikut :
λ=
c f
dimana : λ = panjang gelombang dalam satuan meter c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s) f = frekuensi dalam satuan Hz Panjang gelombang sangat penting untuk diingat, terutama pada saat pemasangan antena. Untuk menghasilkan pola radiasi yang ideal, antena harus dipasang kurang dari 10 panjang gelombang ke permukaan pantul terdekat. 2.8.3
Transmit (Tx) Power Semua radio memiliki level Tx power tertentu yang dihasilkan pada interface RF. Tx power diukur sebagai jumlah energi yang disalurkan melalui satu lebar frekuensi (bandwidth). Satuan yang digunakan adalah dBm dan Watt. dBm adalah level power relative yang mewakili 1 milliwatt. Sedangkan W adalah level linear power yang mewakili Watts. Hubungan antara dBm dan W bisa dituliskan dengan persamaan matematis : dBm = 10 x log[Power in Watts / 0.001W] W = 0.001 x 10[Power in dBm / 10 dBm]
16
2.8.4
Receive (Rx) Sensitivity Semua radio memiliki point of no return, yaitu keadaan dimana radio menerima sinyal kurang dari RX sensitivity yang ditentukan sehingga radio tidak bisa melihat data yang dikirim. Rx sensitivity dinyatakan dengan satuan dBm dan atau Watt. Pada kebanyakan radio, Rx sensitivity didefiniskan pada level tertentu dari Bit Error Rate (BER). Nilai BER yang umumnya digunakan adalah 10-5 (99,999%). Pada peralatan Wi-Fi, Rx sensitivity harus berada pada range -79 sampai -80 dBm dengan noise -90 sampai -96 dBm.
2.8.5
Radiated Power Dalam sistem nirkabel, antena digunakan untuk mengkonversi gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnet. Besar energi antena dapat memperbesar sinyal terima dan kirim, yang disebut sebagai Antenna Gain yang diukur dalam : dBi : relatif terhadap isotropic radiator dBd: relatif terhadap dipole radiator dimana 0 dBd = 2,15 dBi Pengaturan yang dilakukan oleh FCC harus memenuhi ketentuan dari besarnya daya yang keluar dari antena. Daya ini diukur berdasarkan dua cara : •
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) = daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBi]
17
•
Effective Radiated Power (ERP) = daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBd]
2.8.6
Energy Loss Pada sistem nirkabel, ada banyak faktor yang menyebabkan kehilangan kekuatan sinyal, seperti kabel, konektor, penangkal petir dan lainnya yang akan menyebabkan turunnya unjuk kerja dari radio jika dipasang sembarangan Pada radio yang memiliki daya rendah seperti 802.11b, setiap dB adalah sangat berarti, dan harus diingat “3 dB Rule”, yaitu setiap kenaikan atau kehilangan 3 dB, kita akan mendapatkan dua kali lipat daya atau kehilangan setengahnya . Sumber yang menyebabkan kehilangan daya dalam sistem nirkabel, antara lain : free space, kabel, konektor, jumper, hal-hal yang tidak terlihat.
2.8.7
Signal Propagation Sinyal yang meninggalkan antena, maka akan merambat dan menghilang di udara. Pemilihan antena akan menentukan bagaimana jenis rambatan yang akan terjadi. Pada 2,4 GHz sangat penting jika kita memasang kedua perangkat pada jalur yang bebas dari halangan. Jika rambatan sinyal terganggu, maka penurunan kualitas sinyal akan terjadi dan mengganggu komunikasinya. Pohon, gedung, tanki air, dan tower adalah perangkat yang sering mengganggu rambatan sinyal
18
Kehilangan daya terbesar dalam sistem nirkabel adalah Free Space Propagation Loss. Free Space Loss dihitung dengan rumus : FSL(dB) = 36.6 + 20 Log10 F(MHz) + 20 Log10 D(mil) dimana : F = frekuensi yang digunakan D = jarak 2.8.8
Line of Sight Menerapkan Line of Sight (LOS) antara antena radio pengirim dan penerima merupakan hal paling penting Ada dua jenis LOS yang kita harus perhatikan : 1. Optical LOS - kemampuan untuk saling melihat antara satu tempat dengan tempat lainnya 2. Radio LOS - kemampuan radio penerima untuk “melihat” sinyal yang dipancarkan
2.8.9
Freznel Zone Untuk menentukan LOS, maka teori Freznel Zone harus diterapkan. Freznel Zone adalah bentuk bola rugby yang berada diantara dua titik yang membentuk jalur sinyal frekuensi radio.
19
Gambar 2.7 Freznel Zone 2.8.10 Signal Operating Margin (SOM) SOM adalah perbandingan antara sinyal radio yang diterima dengan sinyal radio yang dibutuhkan agar memperoleh data yang bagus. Untuk memperoleh koneksi yang baik, maka nilai minimum SOM berkisar antara 10-15 dB (Onno, 2002, p11). Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya SOM adalah :
2.8.11 Pita Frekuensi Pita frekuensi 2,4Ghz yang dialokasikan untuk komunikasi data jaringan nirkabel adalah antara 2,4-2,485 GHz. Pita frekuensi tersebut dibagi dalam sebelas kanal, seperti tampak pada tabel di bawah ini. Kanal 1 2
Frekuensi (GHz) 2,412 2,417
20
3 2,422 4 2,427 5 2,432 6 2,437 7 2,442 8 2,447 9 2,452 10 2,457 11 2,462 Tabel 2.2 Pita Frekuensi pada 2,4 GHz Jika diperhatikan, maka terlihat bahwa jarak frekuensi tengah antar kanal hanyalah 5 MHz. Padahal lebar bandwidth sebuah radio Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) yang digunakan dalam jaringan nirkabel adalah 22 MHz. Oleh karena itu, sebetulnya sinyal yang dipancarkan antar kanal akan saling menggangu satu sama lain-atau instilah sinyal antar kanal akan saling overlap. Pada frekuensi 2,4GHz hanya ada maksimum tiga kanal saja yang sinyalnya tidak saling overlap atau saling menumpuk yaitu 2,412 GHz (kanal 1), 2,437 GHz (kanal 6) dan 2,462 GHz (kanal 11). 2.9
Teknologi Nirkabel 2.9.1
Transmisi Narrowband Transmisi narrowband adalah teknologi komunikasi di mana hanya menggunakan
spketrum
frekuensi
yang
dibutuhkan
saja
untuk
menghantarkan sinyal. Pada sistem komunikasi dengan menggunakan teknologi transmisi narrowband, maka sistem tersebut akan menjaga agar menggunakan bandwidth sesempit mungkin untuk mentransmisikan sinyal.
21
Teknologi spread spectrum adalah kebalikan dari transmisi narrowband, dimana pada teknologi spread spectrum digunakan bandwidth yang jauh lebih lebar dari yang dibutuhkannya agar dapat mencapai jangkauan yang luas. Karena menggunakan bandwidth yang lebih sempit, maka transmisi narrowband mampu memancarkan power level yang lebih tinggi daripada teknologi spread spectrum, sehingga keakuratan data menjadi lebih baik. Karena itu, maka transmisi narrowband sering disebut dengan high peak power transmission dan teknologi spread spectrum dikenal dengan low peak power transmission. Kekurangan dari transmisi narrowband adalah mudah mengalami jamming dan interferensi. Hal ini dikarenakan sempitnya bandwidth yang digunakan. Untuk mengacaukan sistem narrowband dengan menggunakan jamming sangat mudah. Jamming adalah gangguan pada jaringan yang diakibatkan oleh adanya power yang sangat besar yang mengangkut sinyal-sinyal yang tidak diperlukan melalui bandwidth yang sama dengan sinyal yang dibutuhkan, akibatnya sinyal yang power-nya lebih rendah akan terhalangi. Analogi dari jamming ini adalah seperti bunyi suara kereta api yang menutupi suara sekitar. 2.9.2
Spread Spectrum Spread spectrum menggunakan power yang lebih rendah daripada transmisi narrowband, akibatnya spread spectrum mampu menjangkau area yang lebih lebar. Spread spectrum sukar diganggu dengan jamming,
22
Karena sinyal yang dikirimkan sangat kecil power-nya sehingga menyerupai noise. Jika dari sisi receiver, frekuensi tidak disesuaikan dengan sisi transmiter, maka sinyal spread spectrum hanya terlihat seperti background noise. Karena banyak radio penerima menerima sinyal spread spectrum sebagai noise, maka radio penerima tersebut tidak akan mendemodulasikan sinyal spread spectrum. Hal ini mengakibatkan transmisi data dengan menggunakan spread spectrum menjadi lebih aman. Teknologi spread spectrum menukarkan efektifitas bandwidth dengan kehandalan, keamanan dan intergritas komunikasi. Dengan kata lain, teknologi spread spectrum menggunakan bandwidth yang jauh lebih besar dibandingkan dengan komunikasi narrowband. Selain itu, teknologi spread spectrum menghasilkan sinyal yang lebih sukar dideteksi dibandingkan dengan teknologi narrowband. Ada dua jenis teknologi spread spectrum, yaitu frequency hopping dan direct sequence. 1. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) Pada awal kemunculan jaringan nirkabel, peralatan jaringan nirkabel menggunakan teknologi frequency hopping. Pada teknologi ini pendekatan dilakukan dengan membagi frekuensi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil untuk membentuk suatu pola frekuensi. Data yang dikirim akan melompat secara literal dari frekuensi yang satu ke frekuensi yang lain pada suatu pola tertentu untuk menghindari interferensi atau gangguan dari luar. Pesan dikirim melalui lompatanlompatan frekuensi dalam jangka waktu sekitar 400 ms.
23
Untuk setiap pengiriman, tranceiver sampai receiver menerima paket dengan baik. Setelah paket diterima receiver dengan baik, maka receiver akan mengirimkan tanda ke tranceiver dalam bentuk ACK untuk menyatakan bahwa data terkirim dengan baik. Setelah beberapa waktu yang telah ditentukan, tranceiver berpindah frekuensi ke lompatan frekuensi berikut dan kembali meneruskan pengiriman data. Bila terjadi interferensi maka receiver tidak akan mengirimkan ACK dan mengirimkan pesan yang menandakan data tidak diterima dan akan meneruskan melompat ke frekuensi yang berikutnya. Tranceiver dan receiver harus memiliki pola lompatan frekuensi yang sama untuk berkomunikasi 2. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) Pada direct sequence spread spectrum, pendekatan dilakukan dengan menggunakan satu frekuensi saja untuk meminimalisasi interferensi narrowband. Dalam direct sequence, sejumlah data ditambahkan pada data asli dengan tujuan agar data dapat direkonstruksi kembali, jika terjadi kerusakan sebagian data atau hilangnya sebagian data akibat interferensi. 2.9.3
Perbandingan FHSS dan DSSS FHSS
dan
DSSS
masing-masing
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan. Untuk itu perlu ada beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum memilih teknologi spread spectrum yang akan digunakan dalam jaringan nirkabel.
24
1. Interferensi Kelebihan dari FHSS adalah penyediaan resistansi yang baik terhadap interferensi. Sistem WLAN yang menggunakan DSSS lebih rentan
terhadap
gangguan
interferensi
karena
sistem
DSSS
menggunakan 22 MHz wide contigous band, lain dengan FHSS yang menggunakan 79 MHz. hal ini bisa menjadi pertimbangan serius apabila pada lingkungan terdapat faktor interferensi. 2. Co-location Faktor co-location merupakan kelebihan dari teknologi FHSS. Hal ini dikarenakan pada FHSS yang menggunakan 79 channel dapat memiliki co-location untuk maksimum 16 access point. Sedangkan pada DSSS yang menggunakan 11 channel hanya mampu memiliki colocation untuk maksimum 3 access point. Tetapi bila dilihat dari throughput dan biaya, maka DSSS lebih unggul. Karena DSSS dapat memiliki co-location untuk 3 access point, maka throughtput maksimumnya menjadi : Jumlah access point maksimum × data rate = 3 × 11 Mbps = 33 Mbps. Pada kinerja 50 %, dimana akan didapatkan throughput sistem DSSS sebesar :
TroughputMaksimum 33Mbps = = 16.5Mbps 2 2
25
Sedangkan pada sistem FHSS, throughput maksimumnya adalah Jumlah access point maksimum × data rate= 16 × 2 Mbps = 32 Mbps Pada kinerja 50 %, dimana akan didapatkan throughput sistem FHSS sebesar : TroughputMaksimum 32Mbps = = 16Mbps 2 2 Pada konfigurasi seperti ini, sistem dengan menggunakan FHSS memerlukan 13 access point lebih banyak dari DSSS. Hal ini membutuhkan biaya lebih, ditambah lagi biaya pemasangan alat, pemeliharaan alat, kabel dan antena. Dari faktor co-location ini terlihat, bila ingin membangun sistem dengan throughput dan biaya rendah, maka harus menggunakan teknologi DSSS. Namun, apabila ingin membangun lingkungan penuh co-location, maka FHSS merupakan pilihan yang tepat. 3. Biaya Faktor biaya merupakan faktor yang menjadi pertimbangan banyak orang. Teknologi DSSS memerlukan biaya yang lebih rendah. Harga PCMCIA/WNIC dengan teknologi DSSS yang beredar di pasaran saat ini memang lebih murah dibandingkan dengan yang menggunakan teknologi FHSS. Di pasaran, peralatan yang mendukung teknologi FHSS lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan yang mendukung teknologi
DSSS.
Tingginya
26
persaingan
pasar
dan
semakin
berkembangnya
teknologi
ini
membuat
harga
peralatan
yang
mendukung teknologi DSSS menjadi turun. 4. Kompabilitas dan Ketersediaan Alat Wireless Ethernet Compability Alliance (WECA) membuat standar interoperabilitas untuk peralatan nirkabel dengan teknologi DSSS yang dikenal dengan Wireless Fidelity atau Wi-FiTM, dan menyediakan pengujian untuk peralatan nirkabel. Jika peralatan nirkabel mampu memenuhi standar ini maka peralatan tersebut merupakan peralatan yang “Wi-Fi Complicant”. Peralatan ini mampu bekerja dan compatible dengan peralatan yang “Wi-Fi Complicant” juga. Pengujian kompatibilitas yang serupa tidak ada untuk peralatan FHSS. Standar untuk peralatan FHSS yang telah ada, yaitu dari 802.11 dan OpenAir. Tetapi belum ada organisasi yang melakukan hal serupa dalam pengujian kompatibilitas untuk FHSS seperti halnya WECA untuk DSSS. Karena ada standar pengujian peralatan pada DSSS, membuat DSSS lebih popular daripada FHSS. Hal ini meningkatkan permintaan pada pasar yang mengakibatkan peralatan DSSS mudah ditemukan di pasaran. 5. Data Rate dan Throughput Untuk perbandingan, data rate yang dimiliki oleh teknologi DSSS adalah 11 Mbps sedangkan data rate yang dimiliki oleh teknologi FHSS adalah 2 Mbps. Walaupun ada beberapa sistem FHSS yang
27
bekerja pada 3 Mbps atau lebih, namun sistem tersebut bukan 802.11 complicant dan mungkin tidak compatible dengan sistem FHSS lainnya. FHSS dan DSSS memiliki throughput separuh dari data rate, yaitu 5.5 Mbps untuk teknologi DSSS dan 1 Mbps untuk teknologi FHSS. Transmisi data dengan teknologi nirkabel memiliki delay. Pada sistem FHSS, delay yang dimiliki lebih lama daripada teknologi DSSS yang menyebabkan throughput-nya turun. Selain itu ketika teknologi FHSS sedang dalam proses pergantian frekuensi, maka tidak ada data yang ditransmisikan. 6. Keamanan FHSS hanya dibuat oleh beberapa pabrikan saja dan juga menggunakan standar set untuk hop sequences yang mengikuti aturan standar dari IEEE dan WLIF. Hal ini memudahkan pemecahan kode hop sequences. Apalagi nomor channel-nya di-broadcast dengan jelas pada tiap-tiap beacon. MAC Address yang ditransmisi juga dapat dilihat pada masing-masing beacon. Ini berarti keamanan data FHSS tidak seampuh idealnya. 2.10 Infrastruktur Jaringan Nirkabel 2.10.1 Access point
Access point berfungsi seperti hub, untuk client nirkabel. Beberapa access point mempunyai fungsi yang lebih kompleks seperti DHCP server, firewall, NAT, proxy server yang sudah terdapat di dalam alat ini. Antena yang ada dalam alat ini dapat diganti dengan antena luar yang terhubung
28
melalui kabel coaxial. Beberapa perlindungan disediakan oleh access point ini, diantaranya adalah membatasi akses untuk alamat MAC atau IP tertentu. Access point dapat berkomunikasi dengan client jaringan nirkabel, dengan jaringan kabel dan dengan access point lainnya. Access point dapat dikonfigurasi ke dalam 3 mode berbeda, yaitu : 1. Mode Root Mode root digunakan ketika access point terhubung ke jaringan kabel melalui interface Ethernet yang dimilikinya. Mode root merupakan default mode yang dimiliki oleh kebanyakan access point. Ketika dalam mode root, access point dapat berkomunikasi dengan access point lainnya yang juga terhubung ke dalam satu segmen jaringan kabel. Komunikasi ini dibutuhkan untuk fungsi roaming seperti reasosiasi, ketika client bergerak dari 1 access point ke access point lainnya. Client sebuah access point juga dapat berkomunikasi dengan client access point lainnya melalui jaringan kabel antar kedua access point. 2. Mode Repeater Dalam mode repeater, access point menghubungkan client jaringan nirkabel ke access point lainnya yang terhubung ke jaringan kabel. Ketika access point dalam mode repeater, maka port Ethernet akan dalam keadaan disable. Penggunaan access point dengan mode repeater tidak disarankan karena cell antar access point root dengan access point repeater harus saling overlap minimal 50%, sehingga jarak
29
yang dapat dicapai access point ke client menjadi berkurang drastis. Selain itu, karena access point repeater berkomunikasi dengan access point root dan client jaringan nirkabel menggunakan media yang sama, maka throughput yang diberikan akan menurun dan akan terjadi latency yang besar. 3. Mode Bridge Dalam mode bridge, access point berfungsi sama seperti wireless
bridge.
Wireless
Bridge
tidak
digunakan
untuk
menghubungkan client jaringan nirkabel ke jaringan kabel, tetapi menghubungkan dua buah jaringan kabel secara nirkabel. 2.10.2 Wireless Bridge
Wireless Bridge digunakan ketika ingin menghubungankan dua buah jaringan kabel melalui media nirkabel. 2.10.3 Peralatan Base Station Jaringan Nirkabel
Dalam beberapa kasus pemasangan jaringan nirkabel, kebutuhan akan peralatan bervariasi. Secara umum, peralatan yang dibutuhkan untuk membangun base station : 1. Router Router
adalah
perangkat
jaringan
yang
berfungsi
untuk
melakukan proses routing antar jaringan yang berbeda network id. Router dapat berupa sebuah PC biasa atau sebuah device khusus.
30
2. Antena Antena adalah suatu alat untuk mentransmisikan dan menerima sinyal dari suatu tempat ke tempat lain. 3. Access point Access point adalah suatu alat untuk menghubungkan jaringan kabel dengan jaringan nirkabel. 4. Pigtail Pigtail adalah sebuah kabel untuk menghubungkan antena dengan access point. Kualitas kabel sangat menentukan kualitas sinyal yang akan ditransmisikan dan panjang kabel disarankan sependek mungkin. 5. Application Server Application Server adalah aplikasi-aplikasi pendukung yang menyediakan layanan bagi client. Contoh dari application server : Database server, Web Server, DHCP Server, Proxy Server dan sebagainya. 2.10.4 Peralatan Client Jaringan Nirkabel
Pada sisi client, peralatan yang dibutuhkan agar dapat terhubung ke jaringan nirkabel, antara lain : 1. PCMCIA / USB / PCI Wireless Card atau Built-in Wifi Chipset 2. Antena 3. Pigtail (opsional)
31
2.11 Antena
Antena adalah alat yang digunakan untuk mentransmisikan dan/atau menerima gelombang radio. Medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena disebuat beam atau lobe. Antena bekerja dengan mengubah gelombang terarah (guided wave) menjadi gelombang freespace (freespace wave) dan sebaliknya, dengan tujuan agar gelombang terarah dapat merambat pada freespace dan gelombang freespace dapat ditangkap oleh antena. Karena fungsinya tersebut, maka antena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam transmisi nirkabel. Directivity adalah kemampuan antena untuk memfokuskan energi ke arah tertentu dibandingkan pada arah yang lain. Pola radiasi antena digambarkan sebagai kuat relatif dari medan elektromagentik yang dipancarkan oleh antena ke segala arah pada jarak yang konstan. Bila dilihat dari pola radiasinya, maka antena dibagi menjadi dua macam, yaitu antena omni-directional dan antena directional. 2.11.1 Antena Omni-directional
Antena omni-directional meradiasikan energi 360 derajat secara merata berdasarkan porosnya. Antena omni-directional dikenal juga sebagai antena dipole. Antena dipole meradiasikan energi dalam pola yang tampak seperti kue donat.
32
Gambar 2.8 Pola Radiasi Antena Omni-Directional Antena omni-directional dengan gain yang besar memberikan converage horizontal yang lebih jauh, sedangkan converage secara vertikal berkurang. 2.11.2 Antena Directional
Antena directional digunakan untuk komunikasi point-to-point dengan wireless bridge. Semakin besar gain yang dimiliki oleh antena directional, semakin sempit pula beamwidth-nya.
Gambar 2.9 Pola Radiasi Antena Directional
33
2.11.3 Konsep Antena 1. Polarisasi
Gelombang radio merupakan gelombang elekromagnetik. Medan listrik sejajar dengan antena, sedangkan medan magnet tegak lurus terhadap antena. Polarisasi antena dilihat dari polarisasi medan listrik terhadap bumi, sehingga jika peletakkan antena vertikal, maka polarisasinya adalah vertikal. 2. Gain Antena
Gain antena diukur dalam satuan dBi (dB isotropic), besar desibel yang diukur berdasarkan referensi dari radiator isotropis. Radiator isotropis merupakan sebuah bola yang meradiasikan energi merata ke seluruh arah pancarannya. Antena memiliki gain pasif, yang berarti antena tidak meningkatkan energi yang diberikan, tetapi memfokuskan radiasinya sehingga pancaran dapat lebih jauh. 3. Beamwidth
Beamwidth merupakan lebar fokus pemancaran gelombang radio oleh antena.
Gambar 2.10 Beamwidth
34
4. Free Space Path Loss
Gelombang radio yang merambat akan kehilangan energi seiring dengan perambatannya melalui medium. Free space path loss merupakan loss yang dialami oleh gelombang radio ketika merambat melalui medium udara. 5. Power Over Ethernet (PoE)
Power Over Ethernet merupakan metode mengirimkan listrik DC ke access point atau wireless bridge melalui kabel ethernet UTP cat 5.
Gambar 2.11 Power Over Ethernet 2.12 Organisasi dan Standarisasi 2.12.1 IEEE
Institute of Elecrical Engineerings (IEEE) mengembangkan 4 standar utama untuk WLAN, yaitu :
35
1. IEEE 802.11 Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi DSSS dan FHSS pada frekuensi 2,4 GHz yang beroperasi pada data rate 1 dan 2 Mbps. 2. IEEE 802.11b Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi DSSS pada frekuensi 2,4 GHz yang beroperasi pada data rate 1, 2, 5,5 dan 11 Mbps. 2. IEEE 802.11a Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi OFDM pada frekuensi 5 GHz yang beroperasi pada data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48 dan 54 Mbps. 3. IEEE 802.11g Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi OFDM pada frekuensi 2,4 GHz yang beroperasi pada data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48 dan 54 Mbps. 2.12.2 WECA
Wireless Ethernet Compability Alliance (WECA) melakukan uji interoperabilitas untuk peralatan WLAN 802.11b dan 802.11a. Peralatan yang lulus uji interoperabilitas WECA berhak menggunakan logo Wi-Fi yang menyatakan peralatan tersebut dapat beroperasi dengan peralatan lain yang juga lulus uji interoperabilitas WECA.
36
2.13 Site Survey
Access point memiliki jangkauan yang terbatas. Pada area yang sangat luas; seperti gudang atau kampus perguruan tinggi; dibutuhkan pemasangan beberapa access point untuk menjangkau seluruh wilayah tersebut. Pemasangan access point ditentukan melalui suatu proses yang disebut site survey. Tujuan dari site survey adalah menjangkau seluruh wilayah akses sehingga client dapat melakukan koneksi secara mobile, tanpa harus terputus. Berikut adalah perangkat yang digunakan dalam site survey : 1. Spectrum Analyzer Spectrum analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya transmit, sinyal input, keadaan sinyal RF di tempat yang bersangkutan dan interferensi yang terjadi.
Gambar 2.12 Spectrum Analyzer 2. Strobe Light, Flashlight, Kaca, Binocular atau Telescope yang bermanfaat untuk mengevaluasi Line of Sight dari tempat-tempat yang akan dipasang 3. Meteran, minimal 10 meter 4. Peta Topografik 1:50.000 atau peta komputer 5. Hand-held GPS dengan fungsi kompas dan Altimeter. 6. Topi dan ban keselamatan
37
7. Tangga 2.14 Permasalahan Jaringan Nirkabel dan Solusinya 2.14.1 Multipath
Beamwidth sinyal radio yang dipancarkan oleh sebuah antena akan semakin meluas seiring dengan semakin jauh jaraknya. Oleh karena itu, sinyal radio yang dipancarkan pada suatu saat akan menemukan hambatan pada jalur propagasinya dan mengalami pemantulan. Ketika sebuah gelombang radio dipantulkan oleh sebuah objek; misalnya lempengan logam, air, atap logam; dan bergerak menuju antena penerima, maka akan terjadi sebuah fenomena yang disebut multipath. Antena penerima akan menerima sinyal radio hasil komposisi dari sinyal yang diterima langsung dari antena pemancar dan sinyal radio hasil pantulan. Sinyal hasil pantulan akan tiba di antena penerima lebih lambat daripada sinyal langsung. Waktu tunda ini disebut sebagai delay spread.
Gambar 2.13 Multipath
38
Multipath dapat menyebabkan beberapa hal : 1. Downfade Downfade terjadi ketika sinyal pantulan berbeda fase dengan sinyal langsung sehingga komposisi kedua sinyal menyebabkan amplitudo sinyal asli menurun. 2. Corruption Corruption terjadi ketika sinyal pantulan mengakibatkan komposisi akhir sinyal yang diterima antena penerima tidak dapat diidentifikasikan dan harus mentrasmisi ulang sinyal tersebut. Corruption menyebabkan menurunnya throughput. 3. Nulling Nulling terjadi ketika sinyal pantulan yang diterima antena memiliki amplitudo yang sama dengan sinyal langsung dan perbedaan fase 1800 dengan sinyal langsung, sehingga menyebabkan komposisi kedua sinyal adalah nol. 4. Upfade Upfade
merupakan
fenomena
yang
berlawanan
dengan
fenomena downfade. Pada fenomena upfade, sinyal pantul memperkuat sinyal akhir yang diterima oleh antena penerima.
Penggunaan antena diversity akan mengurangi efek multipath. Antena diversity menggunakan beberapa antena untuk membawa sinyal input ke sebuah penerima. Penerima akan mengambil sinyal dengan kualitas terbaik dari semua sinyal input yang diberikan.
39
2.14.2 Hidden Node
Jaringan
nirkabel
menggunakan
protocol
CSMA/CA
dalam
menggunakan medium frekuensi secara bersama. Protocol CSMA/CA mengharuskan setiap node mendengarkan saluran frekuensi sebelum melakukan transmisi untuk menghindari terjadinya collision. Permasalah hidden node muncul ketika sebuah node yang sedang terhubung ke access point tidak dapat melihat node lain yang juga terhubung ke access point, sehingga kemungkinan terjadi collision semakin besar. Efek dari fenomena hidden node adalah menurunnya throughput sampai dengan 40%. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah hidden node, yaitu : 1. Menggunakan RTS/CTS Request-to-Send/Clear-to-Send (RTS/CTS) tidak menghilangkan masalah hidden node. Solusi ini hanya mengurangi efek negatif yang diakibatkan oleh hidden node. Dengan protocol RTS/CTS, sebelum pengirim diperbolehkan mengirim data, pengirim diharuskan untuk mengirim paket kecil (RTS) ke penerima dan penerima diharuskan untuk mengirim CTS. 2. Meningkatkan power node Dengan meningkatkan power node, masalah hidden node dapat dipecahkan karena dengan meningkatnya power yang digunakan, maka kemungkinan hidden node untuk terdeteksi oleh node lain semakin besar.
40
3. Menghilangkan halangan Selain meningkatkan power node, terdapat alternatif lain untuk mengatasi hidden node yaitu dengan menghilangkan halangan. Dengan menghilangkan halangan, maka power node tidak perlu ditingkatkan. 4. Memindahkan node Solusi lain untuk hidden node adalah dengan memindahkan node yang tidak terdeteksi oleh node lain ke tempat lain, sehingga node tersebut dapat saling mendengarkan. 2.14.3 Near/far
Masalah near/far terjadi ketika ada node yang terletak sangat dekat dengan access point memiliki power transmisi yang besar sedangkan ada node lain yang lebih jauh dari access point tetapi memiliki power transmisi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan node yang dekat dengan access point. Hal ini menyebabkan node yang letaknya lebih jauh dari access point yang memiliki power transmisi yang lebih kecil tidak terdengar oleh access point. Protokol CSMA/CA telah mengatasi masalah near/far tanpa perlu campur tangan administrator jaringan. Ketika sebuah node dapat mendengarkan node lain sedang melakukan transmisi data, maka node tersebut akan menghentikan transmisinya, sesuai dengan aturan CSMA/CA.
41
Jika masalah near/far masih muncul, maka dapat dilakukan beberapa alternatif berikut : 1. Meningkatkan power transmisi node yang lebih jauh. 2. Menurunkan power transmisi node yang dekat dengan access point. 3. Memindahkan node yang lebih jauh menjadi lebih dekat dengan access point. 2.14.4 Interferensi
Ada beberapa jenis interferensi radio yang dapat muncul selama pemasangan jaringan nirkabel, diantaranya interferensi narrowband, interferensi all-band, interferensi akibat pemakaian channel yang sama atau channel yang bersebelahan dan interferensi akibat cuaca. 1. Interferensi Narrowband Interferensi narrowband dapat mengganggu transmisi sinyal radio yang dipancarkan oleh peralatan spread spectrum. Interferensi narrowband tergantung dari power transmisi, lebar pita frekuensi dan tingkat konsistensinya. Sinyal narrowband mengganggu sebagian kecil dari pita frekuensi yang digunakan oleh sinyal spread spectrum. Jika sinyal narrowband berinterferensi dengan sinyal spread spectrum pada channel 3, maka dengan memindahkan penggunaan channel spread spectrum dapat menghilangkan interferensi yang terjadi. Untuk mengidentifikasikan ada interferensi narrowband, maka diperlukan spectrum analyzer.
42
2. Interferensi All-Band Interferensi all-band adalah sinyal yang berinterferensi dengan sinyal spread spectrum secara merata di seluruh pita frekuensi. Teknologi seperti bluetooth atau sebuah microwave oven biasanya menyebabkan interferensi all-band pada sinyal radio 802.11. Solusi terbaik untuk masalah interferensi all-band adalah dengan
menggunakan
teknologi
yang
penggunaan
spektrum
frekuensinya berbeda dengan spektrum sumber interferensi. Jika penggunaan teknologi 802.11b mengalami interferensi all-band, maka solusinya adalah dengan menggunakan teknologi 802.11a. Pencarian sumber interferensi all-band akan lebih sulit dibandingkan dengan interferensi narrowband. 3. Interferensi Cuaca Cuaca yang sangat buruk dapat mempengaruhi kinerja jaringan nirkabel. Cuaca normal seperti hujan, salju, kabut, tidak memiliki pengaruh besar terhadap kinerja jaringan nirkabel. Angin tidak mempengaruhi sinyal radio, tetapi mempengaruhi posisi antena yang dipasang di luar gedung. Perubahan antena dapat menyebabkan sinyal yang dipancarkan tidak diterima oleh antena penerima. Petir dapat mengganggu dalam dua cara. Pertama, petir dapat menyambar antena atau objek di sekitarnya dan menyebabkan kerusakan. Kedua, petir dapat mengganggu jalur yang dilewati oleh
43
signal radio. Masalah pertama dapat dicegah dengan menggunakan lightning arrestor. 4. Interferensi Co-Channel dan Adjacent Channel Penggunaan
channel
yang
sama
(co-channel)
maupun
berdekatan (adjacent channel) dapat menyebabkan interferensi, karena pita frekuensi yang diguakan saling bertumpukan satu sama lain (overlap). Setiap channel menggunakan lebar pita frekuensi 22 Mhz sedangkan frekuensi utama setiap channel hanya terpisah 5 Mhz. Interferensi ini akan menyebabkan throughput berkurang jauh. Hanya ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah ini, yaitu dengan menggunakan channel yang tidak overlap, atau dengan memindahkan access point sampai sinyal radio keduanya tidak saling berinterferensi. 5. Jangkauan Ketika
mempertimbangkan
peletakan
peralatan
jaringan
nirkabel, jangkauan komunikasi harus diperhitungkan. Ada tiga hal penting yang akan mempengaruhi jangkauan komunikasi, yaitu power transmisi, jenis dan lokasi antena dan lingkungan. a. Power Transmisi Power transmisi yang lebih besar akan memiliki jangkauan komunikasi yang lebih jauh. Sebaliknya, dengan menurunkan power transmisi, maka jangkauan komunikasi akan semakin pendek.
44
b. Jenis dan Lokasi Antena Penggunaan antena yang memiliki beamwidth lebih kecil (antena directional) akan memperluas jangkauan sinyal radio, sedangkan
penggunaan
antena
omni-directional
akan
memperpendek jangkauan sinyal radio. c. Lingkungan Lingkungan yang penuh dengan noise akan memperpendek jangkauan sinyal radio. Selain itu, lingkungan yang penuh dengan noise akan mempersulit jaringan nirkabel untuk membangun link yang stabil. 2.15 Keamanan Jaringan Nirkabel
Keamanan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan dan implementasi suatu jaringan. Ada beberapa solusi yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan keamanan pada jaringan nirkabel, yaitu : 1. EAP-MD5 Challenge Extensible Authentication Protocol Message Digest 5 Challenge Handshake Authentication Protocol (EAP-MD5 CHAP) adalah metode otentikasi yang pertama kali dikembangkan. Tipe otentiaksi ini sangat mirip dengan otentikasi CHAP pada jaringan kabel. 2. LEAP Lightweight Extensible Authentication Protocol (LEAP) adalah jenis otentiaksi utama yang digunakan pada access point Cisco. LEAP menggunakan
45
metode WEP untuk melakukan proses enkripsi. Selain itu, LEAP juga bisa digabungkan dengan metode otentikasi yang lain. 3. VPN Virtual Private Network (VPN) adalah suatu proses di mana jaringan umum (public network / Internet) diamankan untuk memfungsikan sebagaimana private network. Otentiaksi dan enkripsi merupakan dua teknik yang terdapat dalam VPN. Teknologi penting lainnya yang biasa digunakan untuk menyesuaikan otentikasi dan enkripsi adalah tunneling, yang merupakan suatu enkapsulasi satu paket protokol di dalam paket protokol lain 4. WEP Wired Equivalent Privacy (WEP) merupakan protokol keamanan, yang dispesifikasikan dalam standar IEEE Wireless Fidelity (Wi-Fi), 802.11b yang dirancang untuk menyediakan jaringan nirkabel dengan tingkat keamanan dan keleluasaan pribadi dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam jaringan kabel. WEP menggunakan key yang statis untuk melakukan proses otentikasi antara client dengan access point. Permasalahan pada WEP adalah metode otentikasi ini sudah bisa dipecahakan dengan menggunakan aplikasi tertentu. Selain itu, penambahan key pada WEP membuat data semakin besar yang mengakibatkan lambatnya pengiriman data. 5. WPA Wi-Fi Protected Access (WPA) adalah pengenbangan lanjutan dari WEP. Berbeda dengan WEP, WPA menggunakan key yang dihasilkan secara
46
dinamis sehingga semakin mempersulit client yang tidak berhak untuk menggunakan fasilitas access point.
47